no 09th viiiseptember 2014

Daftar Isi

EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

10 BERITA UTAMA
Kinerja MPR Periode 2009-2014

Marwah MPR RI Bisa Terjaga Dengan Baik
Dalam kurun waktu yang
relatif singkat, kinerja
Pimpinan dan anggota
MPR periode 2009 – 2014
dan Sekretariat Jenderal
MPR telah berhasil bukan
hanya sebatas inisiasi,
tetapi juga tahap
pengimplementasian
nilai-nilai 4 Pilar
Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara.


25 Nasional

54 Sosialisasi

Sidang Paripurna MPR Akhir Masa Jabatan

LCC 4 Pilar di Provinsi Papua Barat

Editorial

....................................................

Suara Rakyat
Opini

...................................................

06

.................................................................


07

Wawancara
Pojok MPR

......................................................

16

.........................................................

47

Mata Pengamat

39 SELINGAN
Hari Tani Nasional
EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014


80 Figur
Bungaran Saragih

04

Ragam

.............................................

60

................................................................

78
3

Wajah Kenegarawanan di MPR RI
IRUK PIKUK tahun politik pada 2014

H


Hamid, Lukman Hakim Saifuddin serta

wakilnya terbilang lebih masyhur. Ini tak lepas

bakal segera berakhir. Tanda-tanda

Hajriyanto Y. Thohari.

dari kebisaan Taufiq mengemas dan

bakal berakhirnya keramaian pesta

Di tengah jalan formasi tersebut

menyosialisasikan Pancasila, UUD NRI

demokrasi itu ditandai dengan dilantiknya

mengalami perubahan karena alasasn yang


Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik In-

anggota DPRD, baik tingkat Kabupaten Kota

tidak bisa dihindari. Ketua MPR Taufiq Kiemas

donesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika,

maupun Provinsi. Lalu, menyusul pelantikan

digantikan Sidarto Danusubroto. Penggantian

dalam satu istilah 4 Pilar Kehidupan

anggota MPR, DPR dan DPD. Dan, diakhiri

ini terjadi karena sang penggagas 4 Pilar itu

Berbangsa dan Bernegara. Semua ini


pergantian presiden dan wakil presiden.

meninggal dunia lima belas bulan sebelum

dilakukan sesuai UU Nomor 27 Tahun 2009

Dan, Presiden terpilih Joko Widodo dan Wakil

masa jabatannya berakhir. Taufiq meninggal

tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3),

Presiden Jusuf Kalla pun segera menjalan-

di Singapore General Hospital setelah hampir

Pasal 15 ayat (1) huruf e. yaitu: Salah satu

kan roda pemerintahan Republik Indonesia


seminggu menjalani perawatan di sana. Ia

tugas

untuk 5 tahun ke depan, 2014-2019.

menghembus nafas terakhir pada Sabtu, 8

mengoordinasikan anggota MPR untuk

Juni 2013.

memasyarakatkan UUD NRI Tahun 1945.

Artinya, sejak awal Oktober 2014 wajah

Pimpinan

MPR


adalah

anggota lembaga legislatif segera berubah,

Di penghujung kepemimpinannya, lagi-lagi

Sosialisai 4 Pilar menjadi kegiatan yang

dan begitu pula wajah eksekutif akan segera

formasi pimpinan MPR berubah. Kali ini wakil

dilakukan secara masif, karena pimpinan

menjalankan tugasnya setelah pelantikan

Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin

MPR menilai melunturnya nilai-nilai dasar


Presiden dan Wakil Presiden pada 20

mengundurkan diri dari jabatannya di MPR.

warisan luhur bangsa yang terkandung

Oktober. Demikian pula wajah pimpinan dan

Lukman Hakim ditunjuk dan diangkat oleh

dalam Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI,

Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

dan Bhinneka Tunggal Ika. Ini ditunjukkan

(MPR) RI juga tentunya berubah. Pimpinan


menjadi Menteri Agama menggantikan Surya

dengan maraknya gerakan separatis hingga

MPR yang baru akan segera menentukan

Dhama Ali yang tersangkut kasus korupsi.

terorisme, kerusuhan berbau SARA sampai

dan menjalanlan program kerja MPR selama

Sejak itu Dimyati Natakusumah – yang satu

anarkisme dalam demonstrasi. Juga

5 tahun berikutnya.

partai dengan Surya Dhama Ali, PPP –


merajalelanya korupsi, serta praktik

Pada periode 2009-1014 formasi pimpinan

menempati pos yang ditinggalkan Lukman

dekadensi moral.

MPR terdiri dari Taufiq Kiemas sebagai ketua.

Hakim, sebagai Wakil Ketua MPR. Dan, itu

Karena itu, Pimpinan MPR di bawah Taufiq

Didampingi empat wakil ketua yang selalu

terjadi hampir di penghujung masa bakti

Kiemas terpanggil untuk menginformasikan

membantu dan bahu dalam menjalankan

kepemimpina MPR periode 2009-2014.

secara utuh agar masyarakat tersadar dan

tugas-tugas pimpinan MPR. Mereka adalah,
Hj. Melani Leimena Suharli, Ahmad Farhan

4

Dibanding

pendahulunya,

era

memahami nilai-nilai yang terkandung dalam

kepemimpinan Taufiq Kiemas beserta empat

4 konsensus dasar kehidupan berbangsa

EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

dan bernegara melalui kegiatan sosialisasi.

sosialisasi 4 Pilar.

menjaga

marwah

lembaga

Majelis

Inilah salah satu prestasi Pimpinan MPR

Dan, di periode kepemimpinan MPR 2009-

Permusyawatan Rakyat. Dalam lima tahun

periode 2009-2014 yang, menurut

2014 anggaran MPR mengalami kenaikan

terakhir, pimpinan MPR dan pimpinan fraksi MPR

Anggota MPR RI Fraksi PKS Martri Agoeng,

signifikan. Pada awalnya anggaran MPR

biasa menyebut diri dengan istilah fraksi merah

merupakan salah satu capaian yang

hanya sebesar Rp 195 miliar. Kemudian naik

putih. Jangan salah, ini bukan fraksi-fraksi partai

membanggakan. Bahkan ketika istilah 4

menjadi Rp 300 miliar, lalu diharapkan naik

politik yang tergabung dalam koalisi.

Pilar tidak lagi diperbolehkan digunakan

lagi hingga mencapai nilai psikologis. Melihat

Ini bisa terjadi karena Taufiq Kiemas berhasil

oleh Mahkamah Konstitusi, masyarakat

tugas yang terus bertambah bukan tidak

meredam ego kepartaiannya sendiri. Ia bisa

masih menganggap bahwa Pancasila,

mungkin anggaran buat MPR pun akan ikut

mengubah dirinya menjadi lebih demokrat dari

UUD Tahun 1945, Negara Kesatuan

terkatrol dan terus meningkat.

kader partai Democrat. Ia juga mampu membuat

Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka

Dari semua prestasi tersebut, satu hal

dirinya lebih Islami dari kader partai-partai Is-

Tunggal Ika, merupakan satu kesatuan

yang terbilang fantastis, MPR RI mampu

lam. Dan, yang pasti, Taufiq Kiemas juga

dalam empat pilar.
Bahkan, sampai saat ini,

sanggup belaku netral, pada saat kader-kader
MPR

PDI Perjuangan memojokkan sikap

merupakan satu-satunya lembaga yang

kenetralannya.

melakukan sosialisasi 4 Pilar. Karena itu,

Inilah sebagian sikap Taufiq Kiemas yang

tugas tersebut harus bisa dilanjutkan oleh

tak terasa juga diadopsi oleh para wakilnya.

kepemimpinan MPR mendatang. Semata-

Dan juga pimpinan fraksi yang terbiasa

mata agar kegiatan sosialisasi Pancasila,

melakukan musyawarah dengan Taufiq

UUD NRI Tahun 1945, Negara Kesatuan

Kiemas. Karena itu, menjadi sesuatu yang

Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal

lumrah, ketika MPR periode 2009-2014 menjadi

Ika, bisa berlangsung hingga lahirnya

lebih negarawan dibanding sesama koleganya
di lembaga legislatif lainnya. ❏

lembaga baru yang khusus melakukan
COVER
Edisi No.09/TH.VIII/September 2014
Desain: Jonni Yasrul
Foto: Humas MPR RI

PENASEHAT Pimpinan MPR-RI PENANGGUNG JAWAB Eddie Siregar, Selfi Zaini PEMIMPIN REDAKSI Yana Indrawan DEWAN REDAKSI
M. Rizal, Aip Suherman, Suryani, Ma’ruf Cahyono, Tugiyana, Siti Fauziah REDAKTUR PELAKSANA Agus Subagyo KOORDINATOR
REPORTASE Rharas Esthining Palupi REDAKTUR FOTO Supriyanto, Budi Muliawan REPORTER Fatmawati, Assyifa Fadilla, Prananda
Rizky, Y. Hendrasto Setiawan FOTOGRAFER Ari Soeprapto, Teddy Agusman Sugeng, Wira, A. Ariyana, Agus Darto PENANGGUNG
JAWAB DISTRIBUSI Elly Triani KOORDINATOR DISTRIBUSI Elin Marlina STAF DISTRIBUSI Hadi Anwar Sani, Suparmin, Asep Ismail,
Ramos Siregar, Dony Melano, Prananda Rizky SEKRETARIS REDAKSI Wasinton Saragih TIM AHLI Syahril Chili, Jonni Yasrul, Ardi
Winangun, Budi Sucahyo, Derry Irawan, M. Budiono ALAMAT REDAKSI Bagian Pemberitaan & Hubungan Antarlembaga, Biro Hubungan
Masyarakat, Sekretariat Jenderal MPR-RI Gedung Nusantara III, Lt. 5 Jl. Jend. Gatot Subroto No. 6, Jakarta Telp. (021) 57895237,
57895238 Fax.: (021) 57895237 Email: humas@setjen.mpr.go.id

EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

5

Portal CPNS Setjen MPR 2014
Yth: Pimpinan Setjen MPR
Di tempat
Perkenalkan saya Aisyah. Saya
merupakan salah satu pelamar CPNS di
Setjen MPR, namun ketika saya sudah
mendapatkan user dan password di
Panselnas, saya tidak mendapati portal
penerimaan CPNS untuk Setjen MPR, baik
pada web resmi Setjen MPR maupun
Panselnas. Mohon infonya. Terima kasih.
Aisyah
Jl. Tomang Tinggi 2
Jakarta Barat

Usulan Revisi Pembukaan UUD45, Alinea 3
Yth: Badan Pimpinan Pemerintah RI
yang berwenang dalam Perumusan
Amandemen UUD 45
Di tempat
Salam Merdeka!
Bersama ini saya I.J.A. Iswanto (48 th),
sekiranya berkenan mengusulkan revisi
Pembukaan UUD 45 yang menyangkut kata
“…atas berkat rahmat Allah ....,” aline 3,
alangkah lebih pas bila direvisi menjadi “..
atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”.
Hal tersebut mengingat bahwa kata “Tuhan”
akan lebih familier untuk dapat
dikumandangkan dalam tiap-tiap pembacaan
dalam suatu upacara bagi saudara-saudara
kita yang menganut agama Hindu (khususnya
Bali), Budha dan Khonghucu, dan kata
“Tuhan” saya pikir adalah kata yang pas dan
dapat diterima oleh segenap lapisan
kepercayaan di Indonesia.
Sekian, terimakasih atas perhatiannya.
I.J. Iswanto,
Iswanto412@yahoo.com
Bogor

kiranya persoalan ini menjadi salah satu
agenda MPR RI untuk menampung aspirasi
masyarakat di daerah melalui perguruan
tinggi.
Sebagai usulan tema awal untuk
pelaksanaan kegiatan ini kami mengambil
“Kebijakan Pengelolaan Pertambangan
Rakyat Menuju Asean Ekonomi Komuniti
Tahun 2015”.
Harapan kami bahwa pelaksanaan MPR
Goes To Campus dapat menjadi mimpi nyata
bagi mahasiswa di Sulawesi Tenggara dalam
menyongsong perdagangan global.
Demikian usulan pelaksanaan kegiatan ini
kami sampaikan. Atas perhatian kami
mengucapkan terima kasih.
Laode Muh. Hasmin
Jl. H.E.A Mokodompit, Kendari

Pancasila versus Panca M
Majelis Yth:
Melihat kondisi negara kita saat ini yang
penuh dengan perlakuan yang tercakup di
dalam Panca M (Main, Madon, Maling, Minum,
Madat (narkotika dan sejenisnya) maka
penulis menyarankan agar bangsa ini kembali
melaksanakan Pancasila dengan
konsekwen, yaitu satu-satunya dasar
negara di dunia Yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa yang mampu menangkis itu semua.
Sampai saat ini penulis memantau generasi

bangsa ini sudah hancur, baik mental
maupun ideology, karena diobok obok oleh
ideologi asing yang tanpa mereka sadarinya.
Adalah fatal jika kemerdekaan yang begitu
mahal dininabobokkan oleh ideologi asing
tersebut. Lihatlah di pelosok desa sekalipun
saat ini generasi bangsa ini dihancurkan oleh
Madat( shabu shabu, ganja, miras, dll). Inilah
yang penulis pantau selama ini sehingga
kemerdekaan yang 69 tahun itu nampaknya
pudar dan suram .Begitu naifnya kita jika
masih saja terjajah oleh hal-hal seperti
tersebut. Sejarah membuktikan hanya
Pancasila yang mampu memusnahkan
semua itu. Dirgahayu R. I. Merdeka.
Wassalam
Tang Rivolsa
Jl. Sekip Pasar Rebo Sekip
Residence Blok A No. 7 Mencirim
Medan Sunggal

Penerimaan CPNS 2014
Bagaimana cara kalau nantinya lolos dari
pendaftaran online. Apakah ujianya dibuat
di daerah atau pusat?
Irvanders Radji
Gorontalo, Boalemo
Tanggapan
Yth. Irvan
Ujian CAT dilaksanakan di BKN Jakarta,
Terima kasih.

Karikatur

Usulan Kegiatan MPR Goes To Campus
Yth: Pimpinan MPR RI
Di - Jakarta
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh...
Sehubungan dengan rencana pelaksanaan kegiatan MPR Goes To Campus di Fakultas
Hukum Universitas Halu Oleo Kendari, maka
dengan ini kami Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) meminta prosedur teknis pelaksanaan
kegiatan tersebut diatas. Mengingat di
wilayah Sulawesi Tenggara, khususnya di
Universitas Halu Oleo belum pernah ada
pelaksanaan kegiatan tersebut, serta potensi
SDA khususnya di Sulawesi Tenggara
khususnya pertambangan, maka penting
6

ILUSTRASI: SUSTHANTO

Kami dengan senang hati menerima tulisan baik berupa ide, pendapat, saran
maupun kritik serta foto dari siapa saja dengan menyertai fotocopi identitas Anda.

EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

ISTIMEWA

Kabinet Menteri Tanpa Kepentingan Politik
ABINET menteri yang ahli, bekerja

K

lingkaran kekuasaan tetap menjadi kekuatan

agar kekuasaannya tetap stabil dan tidak

keras, dan bebas kepentingan politik,

oposisi di parlemen. Istilah popularnya

digoyang-goyang.

adalah keinginan yang hendak

berdiri di atas dua kaki, kaki yang satu

Dalam realitas politik yang dihadapi, Joko

disusun oleh Presiden Joko Widodo.

berdiri di eksekutif, kaki satunya lagi di

Widodo pastinya tidak bisa menghindar

Keinginan itu sering didengungkan jauh-jauh

legeslatif.

hingga akhirnya memaklumi bahwa dalam

hari. Dengan komposisi yang demikian maka

Tak hanya itu yang menjadi masalah,

politik bagi-bagi kekuasan itu tidak haram

program kerja yang dicanangkan, Nawacita,

kekuatan partai politik berambisi dan

bahkan bisa menjadi wajib. Alumni UGM itu

diharapkan bisa terlaksana dengan maksimal

bernafsu masuk dalam kekuasaan sebab

bisa jadi sekarang merasa bahwa

dan sukses.

mempunyai tujuan yang tidak baik, yakni

kekuasaan yang hanya disokong oleh PDIP,

Joko Widodo ingin kabinetnya lepas dari

mencari dana-dana siluman untuk diraup

Partai Nasdem, PKB, dan Hanura tidak

kepentingan politik, bisa jadi ia belajar pada

guna kepentingan membiayai operasional

cukup, apalagi di parlemen mereka kalah kursi

masa lalu, pada masa Presiden Susilo

partainya yang demikian besar. Akibat yang

dengan Koalisi Merah Putih yang

Bambang Yudhoyono, di mana jabatan

demikian maka banyak menteri yang berlatar

beranggotakan Partai Golkar, PAN, PPP, PKS,

menteri separuhnya diisi oleh orang-orang

belakang politik tertangkap oleh KPK dengan

Partai Gerindra, dan Partai Demokrat.

dari partai politik sehingga kinerja para

dugaan melakukan tindakan korupsi.

Di sinilah Joko Widodo mulai bimbang

menteri yang berlatar belakang partai politik

Cerita di atas mungkin masuk mendalam

sehingga dalam berita-berita disiarkan ia

itu tidak fokus. Di sela-sela menjalankan

ke dalam hati Joko Widodo sehingga jauh-

melakukan pertemuan dengan Ketua Umum

tugas, sang menteri sering mencuri-curi

jauh hari ia selalu mengatakan koalisi tanpa

PAN Hatta Rajasa dan Ketua Umum Partai

waktu untuk mengurus partainya. Hal

syarat atau koalisi tanpa transaksi.

Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.

demikian sudah menjadi rahasia umum dan

Keinginan mantan Gubernur Jakarta dan

Selanjutnya bisa dengan ketua umum partai

dirasa sudah mengganggu kinerjanya,

Walikota Solo itu bagus dan patut didukung

politik lainnya. Apa yang dibicarakan?

sampai-sampai Susilo Bambang Yudhoyono

sebab ketika para menteri bebas

Mereka yang tahu namun hasil dari

sering menegur agar semua menteri tetap

kepentingan politik maka kejadian seperti

pembicaraan itu bisa kita lihat nanti, apakah

fokus bekerja.

cerita di atas bisa dihapus.

ada elit PAN, Partai Demokrat, atau partai

Apa yang dilakukan oleh Susilo Bambang

Menjadi pertanyaan sejauh mana Joko

Yudhoyono dengan menarik semua

Widodo kuat mempertahankan janji koalisi

Bila ada menteri yang berlatar belakang

kekuatan partai politik ke dalam lingkaran

tanpa syarat bahwa menteri harus bebas

partai politik masuk dalam kabinet, maka

kekuasaan sebenarnya itu bagus. Sebagai

dari kepentingan politik. Pertanyaan ini patut

komitmen Joko Widodo yang ingin

upaya untuk mendistribusikan kekuasaan ke

diajukan sebab saat ini Joko Widodo masuk

membebaskan kabinet dari aura politik telah

berbagai kekuatan sehingga stabilitas politik

dalam realitas dunia politik yang penuh

gagal. Selain itu ia akan mengulangi masa lalu,

tetap terjaga dan terkendali. Sayang

dengan godaan dan tantangan. Di satu sisi,

di mana kinerja pembangunan terganggu

keinginan Susilo Bambang Yudhoyono itu

ia ingin membentuk kabinet ahli dan bebas

sebab para menterinya juga disibukan dengan

jauh panggang dari api, di mana kekuatan

kepentingan politik namun di sisi lain ia tetap

masalah di luar bidang kerjanya. ❏

partai politik yang telah diserap dalam

butuh dukungan dari banyak partai politik

EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

lainnya yang menjadi menteri.

AW

7

ISTIMEWA

Memilih Pimpinan Dengan Musyawarah Untuk Mufakat
OMPOSISI pimpinan MPR Periode

K

memilih pimpinan MPR pada periode 2009-

Indonesia maka Pancasila, UUD NRI Tahun

2009-2014 yang terdiri dari Taufiq

2014 merupakan satu-satunya peristiwa

1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika harus

Kiemas, Melani Leimena Suharli,

yang terjadi. Kalau kita lihat kilas balik dalam

kita jaga, sosialisasikan, dan internalisasi

Hajriyanto Y. Thohari, Lukman Hakim

memilih pimpinan MPR di tahun 1999 dan

dalam diri.

Saifuddin, dan Ahmad Farhan Hamid,

2004, semuanya dilakukan secara voting

Komposisi Bhinneka Tunggal Ika dan dipilih

merupakan komposisi yang ideal. Komposisi

dan head to head antara antara dua kubu

dengan cara musyawarah untuk mufakat,

itu merupakan komposisi Bhinneka Tunggal

sehingga di sini ada yang kalah dan

demikianlah harapan seluruh bangsa Indo-

Ika, sebab semua unsur yang menyatukan

menang. Meski ada yang puas namun ada

nesia untuk memilih kembali pimpinan MPR

Indonesia seperti ideologi, agama, kaum

pula yang kecewa.

periode 2014-2019. Dengan mengandung

perempuan, dan etnis dari Sabang sampai

Dalam perjalanan selanjutnya, pimpinan

komposisi Bhinneka Tunggal Ika maka MPR

MPR 2009-2014 diberi tugas untuk

merepresentasikan Indonesia yang diikat

Komposisi yang demikian bisa tercipta

mensosialisasikan UUD NRI Tahun 1945 yang

rasa persatuan dan kesatuan bukan diikat

sebab partai-partai besar yakni Partai

selanjutnya dikemas dengan Sosialisasi

oleh kepentingan politik sesaat.

Demokrat, PDIP, Partai Golkar, dan PPP

Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan

Di sinilah perlu dan pentingnya para wakil

berkoalisi untuk mengisi pimpinan MPR.

Bhinneka Tunggal Ika, melakukan amanat itu

rakyat menggunakan prinsip mendahulukan

Partai-partai itu, misalnya PDIP dan Partai

dengan massif. Sosialisasi tidak hanya

kepentingan bangsa dan negara di atas

Golkar yang biasanya berseberangan,

disebar ke tengah masyarakat namun juga

kepentingan pribadi dan partai dalam

namun kali ini bisa bersatu bisa jadi dilandasi

menginternalisasi kepada anggota MPR

memilih pimpinan MPR. Barter kekuasaan

pikiran bahwa ini untuk kepentingan bangsa

sehingga Ketua MPR Taufiq Kiemas

atau bargaining position jangan sampai

dan negara bukan kepentingan politik.

menyebut fraksi-fraksi di MPR dengan Fraksi

terjadi, sebab bila pimpinan lembaga negara

4 Pilar.

di susun berdasarkan atas bargaining po-

Merauke terwakili.

Meski pemilihan pimpinan MPR bisa
dilakukan secara voting dan partai-partai

Tugas-tugas MPR yang mensosialisaskan

sition maka hal yang demikian akan

besar itu bisa menang namun mereka memilih

dasar dan pilar negara itulah yang harus

mengkhawatirkan masa depan lembaga

menggunakan cara musyawarah untuk

dilanjutkan sebab bangsa Indonesia akan

negara itu. Banyak lembaga negara yang

mufakat. Meski ada dinamika dalam pemilihan

tetap kokoh bila tetap memegang nilai-nilai

kursi

itu namun hal yang demikian merupakan

luhur bangsa yang telah dirumuskan dan

kongkalikong dan kesepakatan para politisi

bagian dari demokrasi dan hal yang demikian

disepakati para pendiri bangsa yang datang

sehingga menyebabkan keputusan yang

tidak dilarang di Indonesia pasca era

dari berbagai daerah dengan beragam latar.

diambil tidak adil, korup, dan tidak bersikap

reformasi.

Di tengah berbagai gempuran budaya dan

negarawan. ❏

Musyawarah untuk mufakat dalam

8

pimpinannya

disusun

ideologi yang tidak sesuai dengan budaya

atas

AW

EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

ISTIMEWA

Menciptakan Produktifitas Ekonomi dan Transportasi Massal

B

ESARNYA subsidi BBM yang

Medan-Binjai, dan Pekanbaru-Dumai, hanya

kepada masyarakat di sini sifatnya bukan

dikucurkan oleh pemerintah, rupanya

Rp27 triliun sampai Rp31 triliun. Dengan

karikatif namun bagaimana masyarakat

sudah disadari oleh semua pihak

acuan itu, maka subsidi BBM tahun ini bisa

dibuat produktif dan mandiri dalam ekonomi

bahwa cara seperti ini ternyata menguras

membangun jalan tol dari ujung sampai

sehingga mempunyai pendapatan yang

anggaran belanja negara dan menyebabkan

pangkal pulau Sumatera, bahkan kalau dalam

tinggi. Bila masyarakat mempunyai pendapat

banyak sektor lain yang harusnya lebih

istilah bahasa Jawa masih susuk atau ada

yang tinggi maka mereka mampu bertahan

diperhatikan menjadi tertunda atau diabaikan.

kembalian.

dari kenaikan harga BBM dan harga-harga

Untuk mengatasi kekurangan anggaran

Dukungan kenaikan BBM oleh sebagaian

lainnya. Di negara-negara yang sejahtera,

pembangunan biasanya pemerintah

kalangan lain dilandasi alasan bahwa subsisi

di mana harga BBM sangat tinggi namun

melakukan cara yang tidak popular di mata

ini tidak tepat sasaran. Subsisi yang

masyarakat tidak mengeluh sebab

masyarakat, yakni menaikkan harga BBM.

seharusnya disalurkan kepada orang-orang

masyarakat di sana mempunyai pendapatan

Dengan cara inilah maka defisit anggaran

yang tidak mampu namun salah sasaran

yang tinggi.

bisa ditutupi. Siapapun Presidennya pasti

kepada orang yang berkecukupan. Meski

Tak hanya menciptakan masyarakat yang

pernah menempuh cara-cara itu bahkan

banyak cara agar subsisi BBM ini tidak salah

produktif, pemerintah juga harus menciptakan

dalam satu periode, ada Presiden yang

sasaran, seperti adanya syarat-syarat

transportasi yang murah dan bisa diakses

menaikkan harga BBM hingga 2 kali.

untuk membeli BBM, namun cara-cara itu

oleh seluruh masyarakat secara mudah dan

dirasa tidak efektif atau adanya kesulitan

nyaman. Orang Singapura tidak risau dengan

ketika implementasi di lapangan.

naiknya harga BBM sebab mereka

Pemerintah enggan menaikkan harga BBM
sebab yang demikian disebut sebagai program yang tidak pro rakyat. Kenaikan BBM

dalam

menggunakan transportasi umum yang

dikatakan oleh sebagaian kalangan akan

mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM,

mudah dan nyaman yang disediakan oleh

semakin membebani masyarakat yang

solusinya hanya bersifat sementara, yakni

pemerintah. Di negeri singa itu, hanya orang

hidupnya sudah sulit. Sehingga Presiden

menyalurkan dana-dana sosial seperti

kaya yang mempunyai mobil sehingga kalau

terpilih Jokowi pun ingin menghindari masalah

BLSM. Terkejutnya, cara seperti ini rupanya

harga BBM naik, orang-orang kaya saja yang

ini dengan mengharap kepada Presiden

tidak mengurangi jumlah orang miskin namun

kena getahnya.

Susilo Bambang Yudhoyono untuk menaikkan

malah memperbanyak orang miskin.

Hal demikian berbanding terbalik dengan

harga BBM.

Masyarakat mengaku-aku miskin dengan

yang terjadi di Indonesia. Karena mudah

harapan berhak mendapat bantuan itu.

memperoleh kredit sepeda motor dan mobil,

Besar subsisi BBM pada tahun ini yang

Selama

ini

pemerintah

nilainya mencapai Rp246,49 triliun sungguh

Dalam mengatasi kenaikan harga BBM

maka di rumah-rumah sekarang memiliki

sangat funtastik. Uang sebesar itu bila

seharusnya pemerintah mempunyai kiat

beberapa sepeda motor dan atau mobil. Di

digunakan untuk membangun infrastruktur

memberi kail daripada memberi ikan atau

tengah kesulitan mengangsur sepeda motor

hasilnya bisa jadi akan lebih memacu

memberi kapak daripada memberi kayu.

dan atau mobil, ditambah dengan naiknya

pertumbuhan ekonomi. Lihat saja, dana untuk

Maksudnya adalah pemerintah harus

harga bensin, maka kenaikan harga BBM akan

membangun empat ruas jalan tol di Sumatera,

menciptakan kesejahteraan kepada

semakin mempersulit hidup mereka. ❏

Bakauheni-Lampung, Palembang-Indralaya,

masyarakat. Menciptakan kesejahteraan

EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

AW

9

B

BERITA UTAMA

ERITA UTAMA

Kinerja MPR Periode 2009-2014

Marwah MPR Bisa Terjaga Dengan Baik
Dalam kurun waktu yang
relatif singkat, kinerja
Pimpinan dan anggota MPR
periode 2009 – 2014 dan
Sekretariat Jenderal MPR
telah berhasil bukan hanya
sebatas inisiasi,
tetapi juga tahap
pengimplementasian
nilai-nilai 4 Pilar
Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara.
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI

A

DA YANG berbeda antara Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) periode 2004 – 2009 dan MPR periode 2009 – 2014.
Satu perbedaan yang mencolok adalah MPR periode 2009 –
2014 di bawah kepemimpinan almarhum Taufiq Keimas kemudian
diteruskan oleh Sidarto Danusubroto lebih terkenal. Ini disebabkan
karena sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Bahkan, bisa dikatakan, (alm) Taufiq Kiemas identik dengan 4 Pilar.
Setelah dilantik sebagai Ketua MPR pada Oktober 2009, Taufiq
Kiemas memang sudah melontarkan istilah 4 Pilar, yang meliputi
Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika. Sesuai dengan UUD Nomor 27
Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3), Pasal 15 ayat
(1) huruf e, salah satu tugas Pimpinan MPR adalah
mengoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan UUD NRI
Tahun 1945. Pada masa Taufiq Kiemas, pemasyarakatan UUD NRI
Tahun 1945 itu kemudian dikemas menjadi “4 Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara”.
Sejak itulah Ketua MPR Taufiq Kiemas bersama empat wakil ketua,
yaitu Melani Leimena Suharli (Partai Demokrat), Hajriyanto Y Tohari
(Partai Golkar), Lukman Hakim Saifuddin (Partai Persatuan

10

Pembangunan), dan Ahmad Farhan Hamid (Dewan Perwakilan
Daerah) memasyarakatan 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara.
Mengapa 4 Pilar? Pimpinan MPR menilai saat ini telah terjadi
lunturnya nilai-nilai dasar warisan luhur bangsa yang terkandung
dalam Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika, seperti ditujukkan adanya gerakan separatis, terorisme,
kerusuhan berbau SARA, anarkisme dalam demonstrasi,
merajalelanya korupsi, dekadensi moral, dan lainnya.
Dalam konteks itulah Pimpinan MPR periode 2009 – 2014
memandang perlu untuk memberikan informasi yang utuh dan
menyeluruh kepada seluruh komponen bangsa, terutama
generasi muda untuk sadar dan memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
melalui kegiatan sosialisasi yang intensif dan menyeluruh.
Pimpinan MPR periode 2009 – 2014 berkomitmen untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat terhadap nilai-nilai
luhur bangsa yang tercermin dalam 4 Pilar.
Berkaitan dengan hal itu, Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid
menyebutkan, MPR telah berhasil dalam kinerjanya sesuai dengan

EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

kewenangan yang diberikan UUD dan UU.
“Kontribusi yang paling besar adalah dari
almarhum Taufiq Kiemas. Yakni gagasan
bersama sesuai perintah UU Nomor 27
Tahun 2009 tentang Memasyarakatkan UUD
NRI Tahun 1945 yang kemudian dikemas
sebagai 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara yang sudah sangat masif
disosialisasikan,” katanya kepada Majelis.
Menurut Farhan, sosialisasi 4 Pilar telah
diterima secara institusional, sosiologis, dan
scientific. Secara institusional, 4 Pilar telah
diterima dengan baik oleh semua elemen
birokrasi, termasuk lembaga negara ataupun
pemerintahan daerah provinsi dan
kabupaten kota. Begitu juga bisa diterima
oleh seluruh organisasi kemasyarakatan
seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama,
Persekutuan Gereja Indonesia, dan lain
sebagainya.

EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

Sedangkan secara sosiologis, kata
Farhan, 4 Pilar disambut masyarakat di
berbagai tempat dan daerah dengan
antusiasme. Dari sisi scientific, dunia
akademis juga mengakui 4 Pilar. Ini
ditunjukkan dengan penganugerahan gelar
doktor honoris causa kepada almarhum
Taufiq Kiemas oleh sebuah perguruan tinggi
swasta terkemuka. “Jadi, MPR periode 2009
– 2014 dalam kurun waktu yang relatif
singkat, kinerja pimpinan dan anggota MPR
serta Sekretariat Jenderal telah berhasil,
bukan hanya sebatas inisiasi tetapi juga
tahap pengimplementasian nilai-nilai 4 Pilar,”
kata anggota DPD asal Provinsi Aceh
Darussalam itu.
Anggota MPR dari Fraksi Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) MPR RI, Martri Agoeng juga
melihat sosialisasi 4 Pilar merupakan
terobosan baru yang dilakukan MPR dalam

menjalankan tugas sesuai perintah UU
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3).
“Di bawah kepemimpinan (alm) Taufiq
Kiemas, MPR melakukan berbagai terobosan
dan bisa dibilang cukup berhasil,” katanya
kepada Majelis. Walaupun Mahkamah
Konstitusi pada April 2014 membatalkan
istilah Empat Pilar, namun istilah itu sendiri
sudah memasyarakat dan diterima publik
dengan baik.
Menurut Martri Agoeng, MPR sampai saat
ini masih menjadi satu-satunya lembaga
yang melakukan sosialisasi 4 Pilar. Dia
berharap, sosialisasi ini bisa diteruskan
pimpinan MPR yang baru. “Selain itu, di
bawah kepemimpinan Pak Taufiq Kiemas,
secara kelembagaan marwah MPR selama
ini juga bisa terjaga dengan baik,” ujarnya.
Martri mencatat, sejak dibentuknya Tim
Anggaran MPR di bawah kepemimpinan

11

BERITA UTAMA

Taufiq Kiemas, anggaran MPR mengalami
kenaikan yang cukup signifikan. Dulu,
awalnya, anggaran MPR hanya Rp 195 miliar.
Kemudian naik menjadi Rp 300 miliar, lalu naik
lagi hingga mencapai nilai psikologis. “Dulu
(alm) Taufiq Keimas menginginkan tembus
sampai Rp 1 triliun. Mungkin, ke depan,
karena ada alat kelengkapan tersendiri,
anggaran bisa dinaikkan kembali sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan kerja ke
depan,” tambahnya.
Anggota Fraksi Partai Golkar MPR RI,
Harry Azhar Azis juga mengakui bahwa MPR
periode 2009 – 2014 lebih baik dan lebih
bagus kinerjanya dibanding periode
sebelumnya. Keberhasilan atau prestasi
yang baik itu, menurut Harry, adalah
sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. “Saya rasa itulah prestasi yang
utama. Sosialisasi dilaksanakan secara
masif dan baik di seluruh wilayah Indonesia
dengan berbagai metode penyampaian,
termasuk melalui media-media massa.
Sosialisasi ini harus ditingkatkan. Anggaran
juga harus disiapkan untuk mendukung
kegiatan sosialisasi ini,” katanya kepada
Majelis.
Sosialisasi, kata Harry Azhar Azis, selain
menanamkan kembali nilai-nilai luhur bangsa
dalam 4 Pilar, juga telah memuluskan interaksi
antara anggota MPR dengan rakyat. Dengan
sosialisasi ini, anggota MPR juga bisa
menyerap aspirasi dari bawah. “Anggota
MPR harus concern pada tuntutan dan
kebutuhan rakyat. Kepentingan rakyat harus
diperhatikan dan diakomodir. Artinya,
parlemen dan rakyat harus terhubung,”
katanya. Menyerap aspirasi rakyat itu
kemudian dibahas dan diakomodir wakil
rakyat dalam bentuk UU. Semuanya
dikembalikan untuk dan demi kepentingan
rakyat.
Tak jauh berbeda, anggota Kelompok DPD
MPR RI, El Nino juga berpandangan sama.
MPR Periode 2009 – 2014 jauh lebih baik
dibanding MPR periode sebelumnya,
khususnya dalam pelaksanaan sosialisasi
4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
“Sosialisasi ini patut dilanjutkan, karena
terbukti masih banyak warga masyarakat
yang belum tahu adanya perubahaan UUD
atau malah sudah lupa terhadap Pancasila,”
ujarnya kepada Majelis.
Sementara itu, Ketua Fraksi Partai
12

FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI

Harry Azhar Azis

Kebangkitan Bangsa (PKB) MPR RI, Lukman
Edy berpandangan lain. Menurut Lukman
Edy, selama lima tahun terakhir MPR telah
menemukan fokusnya. “Lima tahun ini di
bawah kepemimpinan Taufiq Kiemas lalu
dilanjutkan Sidarto Danusubroto, MPR telah
menemukan core-nya, yaitu apa yang mesti
dilakukan dan apa yang perlu untuk
penguatan kelembagaan MPR di masa yang
akan datang,” katanya kepada Majelis.
Fondasi yang telah dibangun MPR periode
2009 – 2014, menurut Lukman Edy, akan
sangat berguna bagi Pimpinan dan anggota
MPR yang baru. Apalagi saat ini MPR sedang
menyusun draf rekomendasi-rekomendasi
yang bisa dijalankan pimpinan dan anggota

MPR yang baru, misalnya soal penguatan
kelembagaan MPR. “Temuan-temuan kita
selama lima tahun terakhir ini sangat penting
bagi MPR lima tahun ke depan. Nanti MPR
akan lebih baik lagi dan lebih fungsional,”
katanya.

MPR ke Depan
Lalu bagaimana MPR lima tahun ke depan
(2014 – 2019)? Ahmad Farhan Hamid
mempunyai jawaban. UU Nomor 17 Tahun
2014, menurut Farhan, sudah memberi ruang
yang begitu lapang untuk lembaga MPR dan
Pimpinan MPR supaya bergerak lebih lincah
dan dinamis. “Mudah-mudahan ini akan
dioptimalkan oleh rekan-rekan yang akan

Lukman Edy
EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

memimpin MPR yang akan datang. Terutama
kerjasama yang sudah dijalin bersama
fraksi, dengan DPD, dan kerjasama dengan
media massa dan negara-negara sahabat.
Saya kira ini menjadi modal yang sangat
bagus untuk Pimpinan MPR yang akan
datang,” kata Farhan.
Selain itu, Farhan juga berharap, pimpinan
MPR bersama pimpinan fraksi dan kelompok
DPD bisa mengeluarkan gagasan-gagasan
besar dengan selalu berada di koridor yang
diamanatkan UUD dan UU. Apalagi sudah
ada penambahan tugas MPR sesuai dengan
UU MD3 hasil revisi.
Martri Agoeng berpendapat, sesuai
dengan UU MD3 yang baru, ke depan, MPR
ingin memperkuat kelembagaan. Bila selama
ini Tim Kerja Sosialisasi, Tim Anggaran, dan
Tim Kajian Sistem Ketatanegaraan
merupakan alat kelengkapan Pimpinan MPR,
maka ke depan akan menjadi alat
kelengkapan Majelis. “Jadi secara
kelembagaan peran MPR akan diperkuat
sehingga Kajian Sistem Ketatanegaraan
menjadi satu alat kelengkapan MPR yang
tersendiri, sehingga akan lebih terstruktur
dan proses kajiannya lebih baik lagi,” kata
Martri. Demikian pula Tim Sosialisasi, bukan
hanya menjadi alat kelengkapan pimpinan
MPR melainkan alat kelengkapan MPR.
Ke depan, menurut Martri, MPR akan
memfokuskan pada sistem kajian. Sebab,
sosialisasi (4 Pilar) seharusnya menjadi
tugas eksekutif, bukan legislatif. Dengan
anggaran sebesar apapun, MPR mempunyai

keterbatasan untuk melakukan sosialiasasi,
karena tidak mempunyai “kaki” sampai ke
bawah. Bila pemerintah pusat (eksekutif)
hingga pemerintah daerah mempunyai
kewajiban menyosialisasikan 4 Pilar itu maka
penyadaran kepada masyarakat tentang
sistem ketatanegaraan dan nasionalisme
akan lebih masif lagi.
“Memang arahnya akan ke sana. Jangan
MPR yang melakukan. Nanti, MPR hanya
berkaitan dengan penetapan UUD. MPR
memiliki kewenangan melakukan perubahan
yang perlu dikaji secara mendalam sehingga
obyektifitasnya bisa dipertanggungjawabkan,” jelas Martri.
Martri mengusulkan MPR menjadi clearing house terhadap UUD. “Logikanya karena
kita yang membuat maka kitalah yang lebih
tahu, bagaimana rasa kebatinan ketika
perumusan pasal-pasal UUD. Mestinya
seperti itu. Inilah yang nanti menjadi salah

satu aspek yang dikaji Tim Kajian Sistem
Ketatanegaraan,” katanya. Sebagai penjaga
konstitusi, dalam arti penafsiran, memang
lebih tepat oleh MPR. Tetapi kalau sudah
masuk dalam tuntutan (judicial review)
memang sudah menjadi kewenangan MK.
Dengan kewenangan MPR yang sudah
ada saat ini, lanjut Martri, sudah sangat luar
biasa. Kalau ada yang mengatakan dinamika
UUD itu setiap 10 tahun, maka sudah saatnya
dilakukan kajian lebih mendalam lagi
terhadap UUD. “Dan itulah tugas MPR ke
depan. Dan itu sangat berbobot karena
berkaitan dengan konstitusi negara,”
ucapnya.
Lukman Edy juga berpendapat sama.
Dalam UU MD3 dan Tata Tertib MPR yang
disahkan MPR, kata Lukman, selain
kewenangan diatur dalam UUD, kita
munculkan fungsi dan tugas MPR. “Salah
satunya di antaranya adalah melakukan
kajian terhadap sistem ketatanegaraan.
Apakah sistem ketatanegaraan sudah
sesuai amanah reformasi. Jika belum, maka
MPR mempunyai tugas untuk menata
kembali,” katanya.
Contoh lainnya adalah, selama ini
antarlembaga negara dalam posisi sejajar
dan tidak ada komandannya. “Ini adalah
posisi yang aneh. Sebab kalau tidak ada
komandan dan koordinator maka
antarlembaga bisa terjadi tumpang tindih
kewenangan dan conflict of interest. MPR
bisa memainkan peran di situ,” ujarnya.
Lukman Edy mengatakan, salah satu
upaya untuk meningkatkan kinerja MPR
adalah dengan menambah tugas MPR
sebagai turunan dari kewenangan utama
MPR. Pada waktu lalu, misalnya, tidak ada
alat kelengkapan Majelis, sekarang mulai
disiapkan alat kelengkapan Majelis. Karena
itu, nanti ada Komisi, Komite, Badan, yang
menjadi alat kelengkapan Majelis sebagai
pelaksanaan tugas yang diberikan UU MD3
dan Tata Tertib MPR.
Contoh lain, sidang tahunan. “Selama ini
tidak ada sidang tahunan sehingga kita tidak
bisa melihat pertanggungjawaban lembagalembaga negara kepada publik. MPR punya
kewajiban menciptakan forum itu. Seperti
itulah perkembangan MPR ke depan
sehingga kita harapkan terjadi perbaikanperbaikan,” kata Lukman Edy. ❏
M.Budiono, Derry Irawan, Budi Sucahyo

Martri Agoeng
EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

13

BERITA UTAMA
MPR Periode 2009-2014

Dari Sosialisasi 4 Pilar Hingga
Penambahan Tugas
Selain tetap menyosialisasikan 4 Pilar, dalam UU MD3 yang disahkan
DPR pada 8 Juli 2014, tugas MPR bertambah, yaitu mengkaji
sistem ketatanegaraan, UUD NRI Tahun 1945 serta pelaksanaannya,
dan menyerap aspirasi masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan
UUD NRI Tahun 1945.

P

IMPINAN dan anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Periode 2009 – 2014 akan mengakhiri
masa tugasnya pada 30 September 2014.
Selama lima tahun, telah banyak yang
dilakukan MPR di bawah kepemimpinan
Taufiq Kiemas (Oktober 2009 – Juni 2013)
dan Sidarto Danusubroto (Juli hingga September 2014). Ada beberapa catatan

Pimpinan MPR Periode 2004-2009

sepanjang periode itu. Pertama, MPR periode
ini mempopulerkan istilah sosialisasi 4 Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
(Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka
Tunggal Ika).
Kedua, pada periode ini pula, Mahkamah
Konstitusi (MK) akhirnya membatalkan istilah
atau frasa “4 Pilar” karena tidak mempunyai
landasan hukum. Ketiga, adanya
penambahan tugas MPR sesuai dengan
Undang-Undang MPR, DPR, DPD, dan DPRD
(MD3) yang belum lama ini disahkan oleh
DPR.
Sejak dilantik pada Oktober 2009, Pimpinan
MPR yang terdiri dari Taufiq Kiemas (PDI
14

Perjuangan), Melani Leimena Suharli (Partai
Demokrat), Hajriyanto Y Thohari (Partai
Golkar), Lukman Hakim Saifuddin (Partai
Persatuan Pembangunan—kini Menteri
Agama) yang kemudian diganti Ahmad
Dimyati Natakusumah, dan Ahmad Farhan
Hamid (Dewan Perwakilan Daerah) sudah
melontarkan tentang sosialisasi 4 Pilar. Inilah
yang membedakan MPR Periode 2009 – 2014

Sebenarnya pada periode berikutnya,
2009 – 2014, Pimpinan MPR tetap mendapat
tugas menyosialisasikan putusan MPR
tersebut. Hal ini berdasarkan pada amanat
Pasal 15 ayat (1) huruf e Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR,
DPD, dan DPRD (MD3). Pasal itu menyebutkan
bahwa salah satu tugas Pimpinan MPR
adalah mengoordinasikan anggota MPR
untuk memasyarakatkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Namun, ada yang membedakan antara
sosialisasi yang dilakukan MPR Periode 2004
– 2009 dan MPR Periode 2009 – 2014. Pada
periode 2009 – 2014 materi sosialisasi
diperluas, tidak hanya UUD NRI Tahun 1945
dan Ketetapan MPRS serta Ketetapan MPR,
tetapi juga memasukkan sosialisasi tentang
Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.
Kemudian sosialisasi itu dikenal dengan

Pimpinan MPR Periode 2009-2014

dengan MPR sebelumnya (2004 – 2009).
MPR Periode 2004 – 2009 di bawah
kepemimpinan Hidayat Nur Wahid (Partai
Keadilan Sejahtera) menjalankan amanah
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003
tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR,
DPD, dan DPRD (Susduk). Pasal 8 ayat (1)
huruf d, UU itu disebutkan bahwa tugas
pimpinan MPR adalah memasyarakatkan
putusan MPR, yaitu perubahan UUD 1945
melalui empat tahap amandemen sejak 1999
sampai 2002 dan peninjauan materi dan status Hukum Ketetapan MPRS dan MPR dari
tahun 1960 sampai dengan 2002. Inilah dasar
hukum bagi MPR Periode 2004 – 2009 untuk
“menyosialisasikan Putusan MPR”.

istilah “Sosialisasi 4 Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara”.
Mengapa sosialisasi 4 Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara? Pimpinan MPR
melihat bahwa saat ini terjadi pergeseran
dalam kepedulian masyarakat dalam
memahami nilai-nilai dasar warisan luhur
bangsa Indonesia sebagaimana terkandung
dalam Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI,
dan Bhinneka Tunggal Ika. Buktinya, di
masyarakat masih terjadi kekacauan, seperti
munculnya gerakan separatis, terorisme,
kerusuhan antarkelompok agama atau
kelompok masyarakat, demonstrasi yang
menjurus pada anarkisme, merajalelanya
korupsi, dan dekadensi moral bangsa lainnya.
EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI

Dalam konteks itulah Pimpinan MPR
periode 2009 – 2014 memandang perlu untuk
memberikan informasi yang utuh dan
menyeluruh kepada seluruh komponen
bangsa, terutama generasi muda untuk
sadar dan memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam 4 Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara melalui kegiatan
sosialisasi yang intensif dan menyeluruh.
Pimpinan MPR periode 2009 – 2014
berkomitmen untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat terhadap nilai-nilai luhur
bangsa yang tercermin dalam 4 Pilar.
Dengan segala keterbatasannya, MPR
melakukan sosialisasi 4 Pilar ke berbagai
kalangan masyarakat (guru, ulama, pelajar,
mahasiswa, dan sebagainya), termasuk
penyelenggara dan aparatur pemerintah.
Ada berbagai metode dan media yang
dilakukan, seperti sosialisasi di instansi
pemerintah, kabupaten/kota, universitas, dan
organisasi masyarakat. Kemudian, training
of trainers (ToT). Lalu, dialog interaktif melalui
TVRI dan RRI, serta melaksanakan cerdas
cermat tingkat nasional bagi siswa SLTA,
serta berbagai program sosialisasi lainnya.

Pembatalan istilah 4 Pilar
Di tengah masifnya MPR melakukan
sosialisasi 4 Pilar, Mahkamah Konstitusi (MK)
justru mengeluarkan putusan tentang
pembatalan frasa “4 Pilar Berbangsa dan
Bernegara”. Frasa itu terdapat dalam pasal
34 ayat 3b huruf a Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik. “Frasa ‘4 Pilar’ Berbangsa dan
EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

Bernegara oleh MK dinyatakan bertentangan
dengan UUD NRI Tahun 1945 dan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat,” kata
Ketua Majelis Hakim Hamdan Zoelva saat
membacakan amar putusan di Gedung MK
Jakarta, Kamis 3 April 2014.
Uji materi UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Partai Politik terkait istilah 4 Pilar diajukan
sejumlah warga negara yang tergabung
dalam Masyarakat Pengawal Pancasila
Jogja, Solo, dan Semarang (MPP
Joglosemar). Mereka menguji Pasal 34 ayat
3b UU itu yang menyatakan Parpol wajib
menyosialisasikan 4 Pilar Kebangsaan yang
menempatkan Pancasila sebagai salah satu
pilar sejajar dengan UUD NRI Tahun 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Pemohon
menilai, pasal itu menimbulkan ketidakpastian
hukum karena menempatkan Pancasila
sebagai salah satu pilar kebangsaan yang
sejajar dengan UUD NRI Tahun 1945, NKRI,
dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam putusannya, MK menyatakan
secara konstitusional, Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945 mendudukkan Pancasila sebagai
dasar negara. Menurut salah seorang hakim
MK, Ahmad Fadlil Sumadi, menempatkan
Pancasila sebagai salah satu pilar, selain
mendudukkan sama dan sederajat dengan
pilar yang lain, juga akan menimbulkan
kekacauan epistemologis, ontologism, dan
aksiologis. “Menempatkan Pancasila sebagai
salah satu pilar dapat mengaburkan posisi
Pancasila,” katanya.
Atas putusan MK itu, Pimpinan MPR
mengambil sikap. Ketua MPR Sidarto
Danusubroto menegaskan, MK hanya

membatalkan frasa “4 Pilar” Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara. “Jadi
hanya’frasa’-nya saja yang dibatalkan,
sedangkan substansinya tidak dibatalkan
MK,” katanya pada saat memberikan
keterangan pers di Press Room Gedung
MPR/DPR/DPD, Jakarta, Jumat 11 April 2014.
Artinya, MPR tetap menyosialisasikan
Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika.
Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y. Thohari
menambahkan, Pimpinan MPR memutuskan
melakukan sosialisasi 4 Pilar sebagai
gerakan nasional untuk meningkatkan rasa
nasionalisme masyarakat Indonesia yang
dirasakan semakin luntur. Apalagi setelah era
reformasi 1998, nasionalisme bangsa Indonesia menurun dengan munculkan berbagai
konflik bermotif SARA di sejumlah daerah.
“Sosialisasi 4 Pilar yang dilakukan MPR sejak
2010 memberikan pengaruh signifikan bagi
masyarakat sehingga nama 4 Pilar menjadi
sangat populer,” ujarnya.
Selain tetap menyosialisasikan 4 Pilar,
dalam UU MD3 yang disahkan DPR pada 8
Juli 2014, kewenangan MPR bertambah. Pasal
4 dan pasal 5 UUD MD3 itu menyebutkan
kewenangan MPR antara lain memasyarakatkan Ketetapan MPR, memasyarakatkan
Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika. Tambahan kewenangan MPR adalah mengkaji sistem ketatanegaraan, UUD NRI Tahun 1945 serta
pelaksanaannya, dan menyerap aspirasi
masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan
UUD NRI Tahun 1945. ❏
BS

15

BERITA UTAMA

Ahmad Farhan Hamid Wakil Ketua MPR RI

MPR Berhasil dalam Kinerja dan Kewenangan

M

ASA tugas pimpinan dan anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) periode 2009 – 2014 berakhir
pada 30 September 2014 berganti dengan
pimpinan dan anggota MPR periode 2014 –
2019. Selama lima tahun, sejak dilantik
Oktober 2009, pimpinan dan anggota MPR
telah bekerja menjalankan amanat UU
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU
No. 27 Tahun 2009 tentang MD3). Tentu
terjadi berbagai dinamika dalam
pelaksanaan tugas pimpinan dan anggota
MPR selama lima tahun terakhir ini.
Bagaimana dinamika perjalanan MPR
selama lima tahun terakhir? Berikut
wawancara Majelis dengan Wakil Ketua
MPR, Ahmad Farhan Hamid, di sela-sela
press gathering MPR dan wartawan
parlemen di Batam, 20 September.
Petikannya.
Menurut Bapak, bagaimana kinerja
MPR selama lima tahun, periode 2009
– 2014 ini?
Sejak awal dan sudah kita (MPR)
bicarakan, diskusikan, dan bahas kepada
semua pihak baik di dalam negeri maupun di
luar negeri melalui duta besar pemerintahan
negara sahabat bahwa MPR akan mengawal
jalannya pemerintahanan (di bawah
kepemimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono)

16

full sampai lima tahun dalam koridor
kewenangan yang ada di MPR. Untuk apa?
Prinsip kita adalah untuk menunjukkan kepada
dunia bahwa demokrasi yang sudah kita
laksanakan secara berkesinambungan sejak
1999 ingin terus menerus kita perbaiki
sehingga stabilitas pemerintahan itu terjamin,
supaya investasi yang masuk ke Indonesia
lebih banyak lagi, dan agar tidak ada
keraguan pada mereka sedikit pun tentang
pemerintahan kita.
Dari sisi itu, kita menilai MPR sudah
berhasil. Artinya, dengan segala kelebihan
dan kekurangan pemerintahan SBY, MPR
tidak pernah berinisiatif untuk mengeluarkan
statement atau pernyataan yang membuat
pemerintahan goyang.
Apa yang menurut Bapak menjadi
keberhasilan MPR periode 2009 – 2014
ini?
Menurut saya, MPR berhasil dalam kinerja
sesuai kewenangannya. Kontribusi yang
paling besar dari almarhum Taufiq Kiemas.
Yakni, gagasan bersama sesuai perintah UU
Nomor 27/2009 tentang Memasyarakatkan
UUD NRI Tahun 1945, yang kemudian
dikemas sebagai 4 Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara (Pancasila, UUD
NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka
Tunggal Ika) yang sudah sangat masif
disosialisasikan.

Jadi, dalam kewenangan MPR itu ada
ruang yang kita manfaatkan dengan optimal.
Ke luar negeri, kita memberi pemahaman
seperti saya sebutkan tadi. Ke dalam negeri,
tak bisa kita kesampingkan kontribusi besar
Pak Taufiq Kiemas itu.
Sekaligus sebagai evaluasi, sosialisasi 4
Pilar, menurut saya, telah diterima secara
institusional dan secara sosiologis, dan
secara scientific. Diterima secara
institusional, artinya semua elemen birokrasi,
baik lembaga-lembaga negara maupun
pemerintahan daerah baik provinsi maupun
kabupaten, kota, semua telah membangun
kerjasama dalam mensosialisasikan 4 Pilar.
Begitu juga dengan organisasi
kemasyarakatan seperti Muhammadiyah dan
PGI, serta lainnya, semua juga membangun
kerjasama.
Diterima secara sosiologis, artinya 4 Pilar
MPR di mana-mana di berbagai daerah di
Indonesia, masyarakat menyambut dan
memberikan antusiasme terhadap
penyebarluasan 4 Pilar itu. Sedangkan dari
scientific, dunia akademis juga mengakui 4
Pilar. Salah satunya, sebuah universitas
swasta terkemuka memberikan gelar Doktor
Honoris Causa kepada Taufiq Kiemas
berkaitan dengan sosialisasi 4 Pilar.
Jadi, saya rasa di bawah kepemimpinan
MPR periode 2009 – 2014, dalam kurun
EDISI NO.09/TH.VIII/SEPTEMBER 2014

waktu relatif singkat, pimpinan MPR dan para
anggota MPR serta Sekretariat Jenderal MPR
bukan hanya berhasil sebatas inisasi, tetapi
juga pada tahap pengimplementasian nilainilai 4 Pilar.
Apa sebenarnya yang menjadi
pendorong sehingga MPR bisa
berhasil terutama dalam sosialisasi 4
Pilar?
Daya rekat kebangsaan setelah reformasi
mengalami sedikit keguncangan. Untuk
merekatkan kembali, saya bisa katakan
kontribusi MPR sangatlah besar. Tetapi MPR
tidak berdiri sendiri. Ini berjalan seiring
dengan kehausan publik. Waktu itu ada daya

haus dari publik tentang hal-hal yang
disebarluaskan oleh MPR, yakni soal 4 Pilar.
Dan MPR bergerak. Jadi, klop dengan
keingingan rakyat. Mudah-mudahan apa
yang dilakukan MPR menjadi pondasi bagi
perjalanan bangsa kita ke depan.
Hal lain yang terlihat konsisten dan
menjadi faktor munculnya antusiasme rakyat
dan mengalami perkembangan positif seperti
hasil pemeriksaan BPK bahwa keuangan
MPR, selalu dalam lima tahun terakhir, adalah
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Ini
merupakan grade yang tinggi. Selain itu,
pimpinan MPR dan teman-teman anggota
MPR tidak ada yang mengalami sesuatu

menyangkut masalah hukum. Ini sesuatu
yang sangat positif.
Apakah MPR masih menghadapi
kendala seperti misalnya keterbatasan
wewenang, masalah kelembagaan
atau lainnya?
Kendala pasti ada. Tergantung dari
kapasitasnya, apakah menjadi masalah
besar atau masalah kecil. Saya rasa MPR
ke depan bisa mengatasi kendala-kendala
yang ada.
Menurut
Bapak,
bagaimana
meningkatkan lagi kinerja MPR ke
depan?
UU Nomor 17 Tahun 2014 sudah memberi
ruang yang begitu lapang untuk lembaga MPR
dan pimpinan MPR supaya bergerak lebih
lincah dan dinamis dalam ruang-ruang yang
saya sebut tadi. Ya…mudah-mudahan saya
kira ini akan dioptimalkan oleh rekan-rekan
yang akan memimpin MPR yang akan datang.
Terutama kerjasama yang sudah terjalin dan
te