Bahan-Narasumber-evaluasi-UU-25-2004-pak rudi

Masukan Laporan
Perspektif terhadap UU
25/2004

Oleh:
Rudi Arifiyanto

Masukan Utama


Permasalahan disharmoni, inkonsistensi, dan pertentangan
antar peraturan Perundang-Undangan dimulai dengan
dihapuskannya GBHN dalam amandeman UUD 1945. Apabila
memang amandemen UUD tersebut bermasalah, maka perlu
diusulkan lagi posisi Garis-Garis Besar Haluan Negara yang
menjadi payung untuk arah dan manajemen pemerintahan.
Hal ini penting karena UU 25/ 2004 dan UU 17/ 2007 tidak
cukup menjaga arah dan manajemen pemerintahan untuk
menuju tujuan bernegara.




Apabila tidak bisa amandemen UUD 1945, maka perlu UU
bersama (UU 32/2004, UU 25/2004, UU 17/2003, & UU
33/2004)



Khusus untuk revisi memperkuat peran Bappenas dan
Bappeda perlu diusulkan Revisi UU 25/2004 yang
mengamanatkan Bappenas dan Bappeda Prov untuk mereview
Renstra K/L/ SKPD prov serta RPJM prov/ Kab serta Kota

Masukan Tambahan (1)


Pada data sekunder perlu di tambahkan PP nomor 40/2006
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional




Pada bab II paragraf 1-3 di
Indonesia adalah negara yang unik dengan karakteristik sebagai negara
kepulauan yang memiliki dari 17.504 pulau . Keunikan ini menyebabkan Indonesia
memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi. Di satu sisi hal ini dapat menjadi modal dan
potensi namun disisi lainnya dapat menjadi hambatan dalam proses pembangunan. Untuk
itu diperlukan suatu sistem perencanaan pembangunan yang tepat untuk dapat mewadahi
dan menampung semua keanekaragaman yang ada untuk mencapai cita-cita bersama.
Pembukaan UUD 1945 memuat cita-cita bersama bangsa Indonesia. Cita-cita
bersama itu menjadi pedoman dan tujuan dalam setiap pembangunan yang dilakukan.
Dalam bernegara, rakyat telah menyerahkan kepercayaan kepada Pemerintah untuk
menjalankan roda pemerintahan dan mencapai cita-cita kemerdekaan, oleh karenanya
Pemerintah wajib bertanggung jawab membuat rumusan arah pembangunan agar
berjalan secara efektif dan efisien.
Sebelum amandemen UUD 1945, arah pembangunan nasional di tetapkan dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Atas dasar itu ditetapkanlah Pembangunan
Jangka Panjang (PJP) I yang berlaku dari tahun 1969 – 1993 yang terdiri dari Rencana
Pembagunan Lima Tahun (Repelita) I sampai Repelita V. PJP II akan berlaku dari tahun
1994-2019 yang akan dijabarkan dalam Repelita VI sampai Repelita X .

Masukan Tambahan (2)



Pada bab II penjelasan Gambar 2, (hal 12-13).

Dalam UU SPPN, perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan
pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan
perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
Proses perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan Rencana
Pembangunan untuk rentang waktu jangka panjang yang disebut Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), untuk rentang waktu jangka
menengah atau lima tahunan disebut Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) dan serta rencana tahunan yang disebut Rencana
Pembangunan Tahunan (RKP).
Pada level nasional terdapat RPJP Nasional (RPJPN) merupakan penjabaran dari
tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia. RPJM Nasional (RPJMN)
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program presiden yang penyusunannya
wajib berpedoman pada RPJPN. RKP merupakan penjabaran dari RPJMN yang memuat
prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta
progam K/L, lintas K/L, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

pendanaan yang bersifat indikatif.
Sedangkan dokumen perencanaan di K/L terdapat Rencana Strategis KL (Renstra
KL) yang isinya memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi K/L yang berpedoman pada RPJMN
dan bersifat indikatif. Sedangkan untuk rencana tahunan, K/L menyusun
Rencana Kerja K/L (Renja KL) yang disusun dengan berpedoman pada Renstra KL dan
mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif, serta memuat
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung
oleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Masukan Tambahan (3)


Pada hal 13, di sub bab Permasalahan dari segi perencanaan
dan penganggaran, disebutkan “Pasal 12 ayat (2) UU
17/2003, disebutkan bahwa Penyusunan Rancangan APBN
yang disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun
pendapatan negara, berpedoman kepada RKP dalam rangka
mewujudkan tercapainya tujuan bernegara”, penulisan RKP

perlu diganti rencana kerja Pemerintah. rencana kerja
Pemerintah yang dimuat dalam UU 17/2003 belum tentu
sama maksudnya dengan RKP dan hal ini harus diselaraskan
danlak UU 17/2003 serta UU 25/2004.



Permasalahan perencanaan dan penganggaran perlu
disebutkan masalah penetapan pagu indikatif pembagian
kewenangan harus jelas, hal ini Kementerian PPN/ Bappenas
yang berwenang menetapkan pagu indikatif termasuk pagu
K/L yang ke Daerah dan pagu dana transfer

Masukan Tambahan (4)


Pada tabel 3 (hal 19) untuk point penataan regulasi di
poin 3. disebutkan “belum terjadi sinergi kebijakan pusat
dan daerah dalam upata meningkatkan investasi sektor
rill baik PMA maupun PMDN” perlu ditambah termasuk

rencana dan pelaksanaan investasi dari BUMN



Banyak tabel yang kurang header nya perlu disetting
lagi tampilannya



Gambar 9, 10, dan 11 Bab III prosentase tidak genap 100
%, mungkin ada penjelasan terhadap grafik yang ada.



Gambar 35 untuk point 27 dan 28 juga prosentase tidak
genap 100 %.



Gambar 36 untuk point 35 untuk point 28 juga

prosentase tidak genap 100 %.



Hasil FGD perlu jelas bahwa dokumen RKP tidak menjadi
acuan Renja K/L dan RKPD serta RPJMN tidak menjadi
acuan Renstra K/L dan RPJMD

Masukan Matrik (1)
No
1.

Isu
Permasalaha
n
Disharmoni,
Inkonsistensi,
dan
Pertentangan
Antar

Peraturan
PerundangUndangan.

Uraian Masalah

Pendapat
Narasumber

Usulan Perbaikan

 Inkonsistensi pengaturan
mengenai dasar hukum
penetapan RPJMD (Ps 19 (3)
UU 25/2004, ditetapkan
dengan Perkada dan Ps 150
(3) Huruf e UU 32/2004,
ditetapkan dengan Perda)

Harus dipastikan
sama, perlu

komunikasi dengan
anggota Dewan yang
membahas perubahan
UU 32/2004. Dasar
pemikirannya, bahwa
RPJMD adalah visi misi
yang telah di pilih oleh
rakyat tidak perlu
balik lagi disetujui
DPRD

Tetap RPJMD
ditetapkan dengan
Perkada

 Konflik norma mengenai
dasar pengaturan Tata cara
penyusunan dokumen
perencanaan daerah (Ps 27
(2) UU 25/2004, ditetapkan

dengan Perkada Ps 150 (3)
Huruf e UU 32/2004)
ditetapkan dengan Perda)

Domain perencanaan
merupakan domain
pemerintah, oleh
karena itu perlu
ditegaskan dokumen
perencanaan
ditetapkan oleh kepala
daerah

Tetap RKPD
ditetapkan dengan
Perkada

 Norma yang tidak dapat
dijalankan yaitu Ps 5 (3) UU
25/2004, karena pada

prakteknya pembuatan RKPD
hanya mengacu pada
rancangan RKP

Kualitas RPJMD
sebagai dokumen
jangka menengah
daerah harus
ditingkatkan. Oleh
karena itu RPJMD

RPJMD harus direview
oleh Kementerian
PPN/ Bappenas untuk
memastikan sinergi
perencanaan
(program & kegiatan)

Masukan Matrik (2)
No

Isu
Permasalaha
n

Uraian Masalah

Pendapat
Narasumber

 Perbedaan mekanisme
penyusunan dokumen
perencanaan daerah (Ps 9 (2)
Huruf c UU 25/2004 melalui
mekanisme Musrenbang dan
dalam PP 8/2008 melaui
Pembahasan & Kesepakatan
dengan DPRD (RPJMD) dan Ps
4 (2) Huruf b, melalui
Musrenbang Daerah, Ps 21
melalui Pertemuan Pasca
Musrenbang Daerah, dan Ps
27 (5) melalui sistem Forum
SKPD dan Dialog Interaktif
Legislatif dan Eksekutif)

Musrenbang harus
diformat ulang.
Kegiatan yang dibahas
dalam pertemuan tiap
tahun hanya kegiatan
baru, sedangkan
kegiatan lama tidak
dibahas.
Musrenbangan hanya
fokus ke kegiatan
prioritas dan kegiatan
baru. Hal ini untuk
mendoronng energi
K/L dan pemda pada
titik prioritas

Musrenbang
dilakukan untuk
membahas prioritas
dan kegiatan baru

 Perbedaan periodesasi
RPJMN dan RPJMD
dikarenakan perbedaan
pelaksanaan Pilpres dan
Pilkada, sehingga periode
jabata kepala daerah
berbeda-beda tiap daerah

Masa pemerintahan
kepala daerah harus
diusahakan sama,
minimal 2 periode
yang sama

Dilakukan perubahan
di UU 32/2004

 Perbedaan konsepsi
mengenai pedoman dari
Renja SKPD ( Ps 7 (2) UU
25/2004, renja SKPD
berpedoman pada renstra

Harus dipastikan
sama, perlu
komunikasi dengan
anggota Dewan yang
membahas perubahan

Dimasukkan dalam
perubahan UU
32/2004

Usulan Perbaikan

Masukan Matrik (3)
No
2.

Isu
Permasalaha
n
Ketidaklengkapan Aturan
Pelaksanaan
Dari UU
25/2004.

Uraian Masalah

Pendapat
Narasumber

Usulan Perbaikan

 Tidak ada Peraturan
Pemerintah yang mengatur
tentang Pelaksanaan
Musrenbang (amanat Ps 27
(1) UU 25/2004 bahwa
mengenai tata cara
penyusunan RPJPN, RPJMN,
Renstra KL, RKP, Renja KL dan
pelaksanaan musrenbang
diatur dalam peraturan
pemerintah)

Ini harus dibuat
aturannya namun
harus dipastikan
bahwa pagu indikatif
dana transfer serta
dana K/L yang ke
daerah telah di
sampaikan
sebelumnya, namun
aturan yang ada di PP
40/2006 perlu
dievaluasi

Perlu evaluasi
pelaksanaan PP
40/2006

 Tidak ada Aturan Pelaksana
untuk pengaturan tentang
Tata cara penyusunan
dokumen perencanaan
daerah dan pelaksanaan
Musrenbang daerah (amanat
Ps 27 (2) UU 25/2004)

Pengaturan UU
32/2004 terlalu kuat
dan punya masalah
berbenturan dengan
UU yang lain

Perlu undang-undang
bersama (UU
32/2004, UU 25/2004,
UU 17/2003, & UU
33/2004)

 PP 39/2006 dan PP 40/2006
yang merupakan turunan UU
25/2004 tidak
mengamanatkan adanya
aturan pelaksanaan

Dalam PP harus jelas
aturannya sehingga
tidak perlu lagi ada
pengaturan lebih
lanjut

Evaluasi Pelaksanaan
PP 39/2006 dan PP
40/2006

Masukan Matrik (4)
No
3.

Isu
Permasalaha
n
Kurangnya
Kualitas dan
Kuantitas
SDM
Perencana.

Uraian Masalah

Pendapat
Narasumber

 Penyebab kualitas dan
kuantitas SDM Perencana
dinilai masih kurang karena
hal-hal sebagai berikut:
a. Frekuensi dan fasilitas dari
bimtek, diklat, dan
pelatihan yang kurang
b. Frekuensi dan fasilitas dari
sosialisasi yang kurang
c. Substansi bimtek yang
kurang menyeluruh
d. Materi bimtek, diklat, dan
pelatihan yang tidak
aplikatif
e. Adanya mutasi dan rotasi
staf yang cukup sering
terjadi
f. Sistem pembinaan SDM
yang tidak terstruktur
g. Tidak ada Roadmap
pengembangan perencana
yang komprehensif yang
dibuat oleh Bappenas dan
Bappeda

Selain Bimtek, perlu
didorong pembinaan
bagi perencanaan.
Pembinaan tersebut
melalui proses
pengajuan angka
kredit serta award
bagi perencana.
Pengembangan SDM
perlu juga menjaga
keseimbangan reward
dan punishment.
Kondisi dalam
pemerintahan saat ini
banyak aturan dan
kebijakan yang
mendorong
punishment ke
pegawai. Padahal
banyak pegawai yang
bagus tidak
termotivasi akan
aturan dan kebijakan
itu

Usulan Perbaikan
Perlu program
pembinaan
perencana yang fokus
di daerah daerah
selain Bimtek

Masukan Matrik (5)
No
4.

Isu
Permasalaha
n
Kurang
Maksimalnya
Peran
Bappenas
dan Bappeda
Sebagai
Koordinator
dan Pembina
Perencanaan.

Uraian Masalah

Pendapat
Narasumber

Usulan Perbaikan

 Terpisahnya pengaturan
tentang perencanaan dan
penganggaran yang
membuat Bappenas dan
Bappeda tidak bisa
mengontrol anggaran yang
ditetapkan berdasarkan
perencanaan yang telah
dibuat, karena Peran
Bappenas dalam
perencanaan hanya dari
Januari-Mei saat Perpres RKP
ditetapkan, penganggaran
Februari-November oleh
Kementerian Keuangan

Proses penyusunan
RKP dan RKPD harus
di rubah agar
memberi kesempatan
kepada Bappenas &
Bappenas
membuat/mengkoordi
nasi-kan rencana dan
anggaran yang lebih
matang antara K/L dan
Pemda

 Menggeser waktu
penetapan RKP dan
RKPD.
 Dokumen RKP dan
RKPD jelas
keterkaitannya
(anggaran K/L yang
kedaerah &
anggaran transfer
jelas indikatifnya)

 Peran terbatas hanya
berkaitan dengan kegiatan
kompilasi dokumen
perencanaan

Penguatan peran
Bappenas dan
Bappenas harus
sejalan dengan
penngembangan
kapasitas SDM
perencana

 Penguatan aturan
yang mendukung
peran Bappenas
 Diklat dan kegiatan
pembinaan SDM
Perencana

 Peran K/L, SKPD atau instansi
lain yang lebih kuat. Karena
kurangnya fungsi Bappenas
dan Bappeda membuat
keberadaannya dianggap

Terkait dengan
pengaturan di UU lain.
Untuk mengurangi
perubahan UU
25/2004 harus

Revisi UU 25/2004
yang
mengamanatkan
Bappenas dan
Bappeda Prov untuk

Masukan Matrik (6)
No

Isu
Permasalaha
n

Uraian Masalah

Pendapat
Narasumber

Usulan Perbaikan

 Stakeholders Daerah lebih
menggunakan dasar hukum/
aturan yang dibuat
Kemendagri

Perlu adanya
pengaturan dari
Presiden tentang
kewenangan masingmasing disertai
dengan kesepakatan
Kemendagri dan
Bappenas

Perlu pengaturan
dalam Prepres

 Tidak adanya mekanisme
reward and punishment

Aturan reward dan
punisment harus
dimasukan juga ke UU
yang lain

Perlu undang-undang
bersama (UU
32/2004, UU 25/2004,
UU 17/2003, & UU
33/2004)

 Tidak adanya feedback atas
kinerja yang dilakukan SKPD
oleh Bappeda dan oleh atas
kinerja yang dilakukan
Bappeda dan K/L oleh
Bappenas

Aturan koordinasi
serta reward and
punishment

Perlu undang-undang
bersama (UU
32/2004, UU 25/2004,
UU 17/2003, & UU
33/2004)

TERIMA KASIH