kajian sewindu uu 25 tahun 2004

(1)

Kajian Biro Hukum

“Sewindu Implementasi Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 dalam Perspektif

Stakeholders”

Biro Hukum


(2)

OUTLINE

I. PENDAHULUAN

II. SPPN DAN MASALAH

PERENCANAAN

III. SURVEY DAN FGD


(3)

(4)

Latar Belakang

Dinamika pembangunan nasional: Ketiadaan GBHN,

Desentralisasi dan Otonomi Daerah, kemiskinan, kesenjangan pembangunan

UU 25 Tahun 2004 diharapkan terjadi koordinasi antara

pelaku pembangunan dan tercipta pula suatu integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu serta antarfungsi pemerintahan baik pusat maupun daerah.

UU 25/2004 sudah berjalan 10 Tahun dan melibatkan

banyak stakeholders

Sudah berjalan lebih dari 10 Tahun dan melibatkan banyak

stakeholders

Perlu dilakukan evaluasi sehingga diketahui kendala dan


(5)

Tujuan Kajian

mengetahui informasi perspetif

stakeholders, implementasi, kendala

dan saran serta solusi.


(6)

Alat Analisa

Melalui Metode ROCCIPI (Rule, Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process dan Ideology)

Diharapkan akan mendapatkan perspektif stakeholders


(7)

ROCCIPI

RULEApakah urutan pasal sudah sistematis?

Apakah peraturan turunan amanat UU SPPN sudah lengkap?

Apakah masih diperlukan aturan teknis/operasional lainnya?

Apakah ada pasal yang tidak jelas?

Apakah ada pasal yang bertentangan dengan pasal lainnya?

OPPORTUNITY • Apakah mekanisme UU SPPN memberatkan stakeholders?

CAPACITY • Apakah instansi melakukan kegiatan peningkatan kompetensi staf?

• Apakah aturan waktu dalam proses penyusunan dan penetapan yang diatur dalam UU 25/2004 dapat dilaksanakan?

COMMUNICATION • Sosialisasi dilakukan?

• Bimbingan teknis dilakukan?

• Stakeholders memiliki akses untuk memberikan feedback?

INTEREST Apakah UU 25/2004 memberikan dampak positif bagi kepentingan instansi?

PROCESS Apakah proses penyusunan dan penetapan perencanaan sudah baik dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan?


(8)

SPPN DAN


(9)

Pengertian Sistem

Perencanaan Pembangunan

Nasional

Satu kesatuan tata cara perencanaan

pembangunan untuk menghasilkan

rencana-rencana pembangunan dalam jangka

panjang, jangka menengah, dan tahunan

yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara negara dan masyarakat di

tingkat pusat dan daerah


(10)

UU 25/2004 kedepannya

UU 25/2004 diharapkan dapat

menjamin konsistensi dan

pengoptimalan antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan dan

pengawasan dalam proses

perencanaan.


(11)

Masalah Dalam Perencanaan

A. Permasalahan dari segi Perencanaan dan Penganggaran 1. Terpisahnya antara perencanaan dan penganggaran 2. UU 17/2003 dan UU 25/2004 terpisah dan saling

mengisolasi

3. Ketiadaan peran perencanaan;

selama proses bulan Juni – Desember, menimbulkan 2 deviasi besar antara apa yang direncanaan dan

dianggarkan.

4. Adanya kewenangan penggunaan anggaran yang besar kepada K/L menyebabkan porsi belanja untuk internal K/L (belanaj pegawai dan belanja barang) lebih besar

dibandingkan dengan porsi belanja modal

5. Dana Alokasi Khusus (DAK) terdapat ketidaksinkronan pada penggunaannya


(12)

Masalah Dalam Perencanaan

(2)

B. Permasalahan perencanaan di Kementerian/Lembaga 1. Peraturan pelaksana dari UU 25/2004 kurang jelas

Forum Musrenbangnas yang terbatasnya waktu,

seharusnya sinkronisasi rencana kerja di bawah

RKP/RKPD yaitu Renja K/L dengan Renja SKPD, namun pembahasan cenderung kepada kegiatan

dekonsentrasi/tugas pembantuan yang dirancang K/L. 2. Tidak semua kegaitan prioritas K/L masuk ke dalam

daftar persandingan (long list) dan hanya masuk dalam

short list. Seleksi hanya berdasarkan kegiatan prioritas nasional K/L yang mendapatkan alokasi anggaran besar saja yang masuk short list

3. Kualitas Renja K/L yang dihasilkan tidak maksimal, karena terbatasnya waktu penyusunan, aplikasi yang berubah setiap tahun, dan keterbatasan waktu


(13)

Masalah Dalam Perencanaan

(3)

C. Permasalahan Perencanaan di Pusat dan di Daerah 1. Banyak ketidakselarasanan siklus perencanaan

pembangunan antara pusat dan daerah yang

menyulitkan tercapainya sinergi pembangunan lintas

sektor, antarruang, antarwaktu, maupun antar pusat dan daerah.

2. Ketimpangan alokasi sumber daya antarwilayah.

3. Dualisme Peraturan antara UU 25/2004 dan UU 32/2004, menyulitkan daerah dalam menentukan sikap apakah akan mengacu pada UU 25/2004 ataukah UU 32/2004.


(14)

(15)

Pelaksanaan Survey dan

FGD

Pengisian kuesioner oleh responden menggunakan teknik

sampling dengan 9 Bappeda Kab/Kota, 3 Bappeda Provinsi, dan 9 K/L

FGD dilakukan di 3 Kota: Semarang, Jakarta, dan Medan.Hasil survey dan FGD diolah lebih lanjut pada Forum Pakar,

dengan 2 bagian pembahasan :

Hasil Survey pada Bappeda dan K/LHasil FGD dengan Bappeda dan K/L


(16)

Analisa Hasil Survey dan

FGD

4 isu permasalahan yang didapat dari hasil survey dan FGD, yaitu: A. Disharmonisasi, Inkonsistensi, dan Pertentangan Antar Peraturan

Perundang-Undangan

1. Ada inkonsistensi pengaturan dalam UU 25/2004 Pasal 19 ayat (3) dan UU 32/2004 pasal 150 ayat (3) huruf e yaitu mengenai dasar hukum penetapan RPJMD

2. Ada konflik norma yang diatur dalam UU 25/2004 Pasal 27 ayat (2) dan UU 32/2004 Pasal 154 yaitu pendelegasian peraturan

mengenai pengaturan lebih lanjut untuk mengatur tentang tata cara penyusunan dokumen perencanaan daerah.

3. Ada norma yang tidak dapat dijalankan (tidak operasional) yang diatur dalam UU 25/2004 yaitu ketentuan Pasal 5 ayat (3) UU 25/2004 menyatakan bahwa RKPD mengacu pada RKP.

4. Ada Perbedaan dalam mekanisme penyusunan dokumen

perencanaan daerah. Dalam UU 25/2004 mekanisme penyusunan dokumen perencanaan daerah hanya dibuat dibuat dalam

mekanisme Musrenbang, sedangkan PP 8/2008 dapat melalui

sistem Forum SKPD, Pembahasan dan Kesepakatan dengan DPRD (RPJMD) dan Musrenbang Daerah

5. Disharmoni dokumen perencanaan, yaitu periodesasi RPJMD dan RPJMN yang tidak selaras dikarenakan perbedaan periode pilkada dan pilpres


(17)

Analisa Hasil Survey dan

FGD (2)

B. Ketidaklengkapan Aturan Pelaksanaan dari UU 25/2004

1. UU 25/2004 memiliki 2 aturan pelaksana: PP39/2006 dan PP 40/2006, hal ini kurang optimalnya pelaksanaan UU 25/2004.

2. Masih ada beberapa aturan pelaksana yang perlu diatur lebih lanjut dari UU 25/2004. Dalam ketentuan UU

25/2004 Pasal 27 ayat (1) dinyatakan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan RPJP Nasional, RPJM Nasional, Renstra-KL, RKP, Renja-KL, dan

pelaksanaan Musrenbang diatur dengan Peraturan Pemerintah, telah dimuat dalam PP 40/2006 namun pengaturan secara detail mengenai pelaksanaan Musrenbang belum diatur dalam PP tersendiri.


(18)

Analisa Hasil Survey dan

FGD (3)

C. Kurangnya kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia Perencanaan, antara lain:

1. Frekuensi dan fasilitas dari Bimtek, diklatm dan pelatihan yang kurang;

2. Sosialitasi yang kurang menjelaskan mekanisme yang ada

3. Substansi bimtek yang kurang menyeluruh

4. Materi Bimtek, Diklat, dan pelatihan yang kurang aplikatif

5. Adanya mutasi dan rotasi staf yang cukup sering 6. Sistem pembinaan SDM yang tidak terstruktur.


(19)

Analisa Hasil Survey dan

FGD (4)

D. Kurang Maksimalnya Peran Bappenas dan Bappeda dalam Mengkoordinasikan Perencanaan Pembangunan, karena:

1. Terpisahnya pengaturan perencanaan dan penganggaran

2. UU mengenai perencanaan dan penggaran tampak saling mengisolasi

3. Terbatas hanya berkaitan dengan kegiatan kompilasi dokumen perencanaan saja.

4. Fungsi legislatif ikut mempengaruhi proses

perencanaan dan ikut menetapkan proses penetapan anggaran

5. Adanya peran dari K/L atau instansi lain yang lebih kuat,

6. Kondisi keuangan daerah, kekuatan partai politik, dan peran masyarakat.


(20)

KESIMPULAN DAN

SARAN


(21)

Kesimpulan

A. Kesimpulan

1. UU 25/2004 belum mencapai tujuan dari Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana dalam Pasal 2 ayat (4) tentang tujuan SPPN

2. Koordinasi antarpelaku pembangunan belum berjalan

dengan baik, dikarenakan kurangnya peran Bappenas dan Bappeda dalam mengkoordinasi perencanaan pembangunan 3. Belum terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik

antardaerah,antarruang, antarwaktu, antarfungsi, pemerintah maupun antara pusat dan daerah

4. UU 25/2004 belum dapat menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan, dan pengawasan

5. Ketidaktercapaian tujuan SPPN, mengakibatkan pelaksanaan UU 25/2004 dinilai kurang dapat dilaksanaan dan dijalankan secara efektif dan efisien

6. Perlu adanya beberapa perbaikan dan pembenahan

mekanisme serta penambahan aturan pelaksanaan dari UU 25/2004


(22)

Saran

B. Saran

1. Perlu dilakukan harmonisasi antar peraturan perundang-undangan

a) Melakukan perubahan secara revolusioner dengan

melakukan penggabungan antara UU 25/2004 dan UU 17 Tahun 2003 agar bersinergi antara sistem

perencanaan dan sistem penggaran

b) Melakukan harmonisasi ketentuan-ketentuan tentang perencanaan pemabangunan pada UU 25/2004 dan UU 32/2004

c) Hasil survey dan FGD, ditemukan bahwa antara

dokumen RPJMN dan RPJMD tidak sinkron, beberapa hal yang perlu dilakukan:

Penyesuaian jangka waktu berlakunya dokumen

perencanaan daerah dengan perencanaan pusat

Mengintegrasikan ketentuan mengenai jangka waktu

npembuatan dokumen perencanaan di pusat dan di daerah

Perlu diformulasikan kembali ketentuan yang


(23)

Saran (2)

2. Perlu pembuatan aturan pelaksana baru dari UU 25/2004 dan memperkuat aturan pelaksana yang sudah ada, antara lain:

a) Apabila diperlukan dapat dibuat Permen PPN/Kepala Bappenas

b) Perlu direviu kembali PP 8/2008 karena mengacu UU 32/2004

c) Perlu penguatan aturan pelaksanaan yang ada

3. Perlu penguatan SDM Perencana dan kelembagaan instansi diklat perencanaan


(24)

(25)

Hasil Survey Kab/Kota/Prov

Hasil Survey di Bappeda Kab/Kota dan Bappeda Provinsi, dengan 12 Bappeda menjadi sampling dalam survey


(26)

Hasil Survey Kab/Kota/Prov

(2)

A. Rule (lanjutan)


(27)

Hasil Survey Kab/Kota/Prov

(3)


(28)

Hasil Survey Kab/Kota/Prov

(4)


(29)

Hasil Survey Kab/Kota/Prov

(5)


(30)

Hasil Survey Kab/Kota/Prov

(6)


(31)

Hasil Survey Kab/Kota/Prov

(7)


(32)

Hasil Survey Kab/Kota/Prov

(8)


(33)

Hasil Survey K/L

Hasil Survey di Bappeda Kab/Kota dan Bappeda Provinsi, dengan 9 K/L menjadi sampling dalam survey

A. Rule


(34)

Hasil Survey K/L (2)

C. Capacity


(35)

Hasil Survey K/L (3)

E. Interest


(36)

Hasil Survey K/L (4)


(37)

Hasil Survey K/L (5)


(38)

Hasil Survey K/L (6)


(39)

TERIMA

KASIH


(1)

Hasil Survey K/L (2)

C. Capacity


(2)

Hasil Survey K/L (3)

E. Interest


(3)

Hasil Survey K/L (4)


(4)

Hasil Survey K/L (5)


(5)

Hasil Survey K/L (6)


(6)

TERIMA

KASIH