STUDI DESKRIPTIF IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PERUSAHAAN KELUARGA PT. DUTA SURYO | Sahono | Agora 2794 5181 1 SM

AGORA Vol. 3, No. 1, (2015)

231

STUDI DESKRIPTIF IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE PADA PERUSAHAAN KELUARGA PT. DUTA SURYO
Stefan Sahono
Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: stefan.sahono@gmail.com

Abstrak--PT. Duta Suryo merupakan sebuah perusahaan
keluarga yang bergerak di bidang pengolahan dan produksi
kopi. Seperti yang kita ketahui di dalam perusahaan keluarga
good corporate governance belum banyak diterapkan. Untuk
dapan menerapkan good corporate governance sebaiknya kita
memahami lebih dahulu tata pelaksanaan prinsip tersebut yaitu
transparansi, akuntabilitas, responsibility, independency dan
fairness. Setelah itu melakukan evaluasi terhadap prinsip-prinsip
good corporate governance jika diterapkan dalam perusahaan
keluarga. Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Teknik sampel menggunakan teknik purposive sampling. Metode
pengumpulan data dengan wawancara, hasil analisa data
menggunakan trianggulasi sumber untuk mengolah data yang
diperoleh, kemudian dengan hasil wawancara pada sumber lain
PT. Duta Suryo dan ditarik kesimpulan apakah keduanya
memiliki hubungan atau tidak. Dari hasil penelitian dengan
menggunakan prinsip-prinsip good corporate governance, PT
Duta Suryo sudah menerapkan beberapa prinsip good corporate
governance tetapi penetrapannya masih belum efektif.
Kata Kunci--Good Corporate Governance, Family Business.

I.

PENDAHULUAN

Perusahaan adalah suatu badan atau organisasi yang
menjalankan suatu kegiatan bisnis, tentu memiliki suatu
sistem tata kelola untuk mengatur kegiatan dari badan usaha
tersebut. Tata kelola sebuah perusahaan tersebut melingkupi
rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, yang

memengaruhi
pengelolaan,
serta
pengontrolan
suatu perusahaan atau korporasi (OECD, 2004). Sistem tata
kelola ini juga mencakup tanggung jawab stakeholder yang
berisi kepemilikan perusahaan, pemegang saham, dan tangga
manajemen. Sistem tata kelola perusahaan ini dikenal secara
umum dengan istilah Corporate Governance yang memiliki 5
unsur utama yang ada di dalamnya, yaitu Transparency
(keterbukaan), Accountabilty (akuntabilitas), Responsibility
(tanggung jawab), Independency (kemandirian), dan Fairness
(kesetaraan). Namun, tidak semua perusahaan menjalankan
prinsip-prinsip good corporate governance dengan benar.
Masalah datang menimpa perusahaan yang tidak menjalankan
Corporate Governance dengan baik. Di Indonesia terdapat
beberapa contoh perusahaan yang mengalami masalah tata
kelola perusahaan. Salah satunya adalah kasus pembobolan
dana milik PT. Elnusa yang terjadi pada Bank Mega senilai Rp
111 milyar. Kasus pembobolan dana ini karena Bank Mega

menyalahgunakan tanggung jawabnya dan tidak transparan
dalam pengelolaan dana nasabahnya. Kasus ini terjadi pada
pertengahan April 2011 dengan melibatkan banyak pihak

termasuk pejabat Bank Mega sendiri (Detik Finance, 2011).
Kasus lain, adalah kasus Citibank yang terjadi pada Maret
2011. Kasus ini bermula ketika pihak Citibank mendapat
aduan dari 6 tiga nasabahnya terkait dengan dana nasabah
yang ada di tabungan menghilang. Pihak Citibank melaporkan
kejadian tersebut kepada pihak polisi. Setelah dilakukan
penyelidikan ternyata terdapat pembobolan dana nasabah yang
dilakukan oleh karyawan senior bernama Melinda Dee sekitar
Rp 17 milyar. Pembobolan dana tersebut juga melibatkan
karyawan Citibank yang bertugas sebagai teller (Detik, 2011).
Berikut merupakan salah satu contoh perusahaan yang berhsail
menerapkan corporate governance di dalam perusahaannya,
yaitu PT. Garuda Indonesia. Seperti yang sudah diketahui,
perusahaan ini bergerak di bidang maskapai atau penerbangan.
Perusahaan mengikuti riset pemeringkatan implementasi GCG
yang diselenggarakan oleh The Indonesian Institute for

Corporate Governance (IICG). Berdasarkan hasil riset
tersebut Perusahaan mendapatkan skor 85,82 dan masuk
dalam kategori Most Trusted Company. Dalam riset kali ini,
Perusahaan berhasil meraih tiga penghargaan yakni Most
Trusted Company Based on Corporate Governance
Perception Index (CGPI) 2010, Indonesia Trusted Companies
Based on Investors and Analysis Assessment Survey dan
sebagai peserta Corporate Governance Perception Index
(CGPI) 2010 terbaik dalam tahapan observasi. Hal ini
menunjukkan bahwa PT. Garuda Indonesia telah
mengimplementasikan GCG di perusahaan dengan baik.
(www.garuda-indonesia.com)
Menurut KNKG (2006), Good Corporate Governance
(GCG) diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang
efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundangundangan. Oleh karena itu penerapan GCG perlu didukung
oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan
perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku
pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa
dunia usaha.
Perusahaan keluarga adalah perusahaan yang dikelola

bersama anggota keluarga dan sudah terkait dengan
kepentingan banyak pihak juga harus menerapkan prinsip
good corporate governance dengan baik. Perusahaan
dinamakan perusahaan keluarga apabila terdiri dari dua atau
lebih anggota keluarga yang mengawasi keuangan perusahaan
(Susanto dkk, 2008). Dalam perkembangannya, perusahaan
keluarga pada umumnya memiliki empat fase yaitu fase
pengembangan,
pengelolaan,
transformasi,
dan
mempertahankan. Masalah-masalah yang timbul dalam
perusahaan keluarga dalam tiap fase umumnya disebabkan

AGORA Vol. 3, No. 1, (2015)

karena konflik keluarga maupun konflik kepentingan antara
anggota keluarga dengan kepentingan perusahaan itu sendiri,
hal ini sudah ada di dalam pernyataan yang mendeskripsikan
masalah pada tiap fase timbul karena perusahaan keluarga

melibatkan perasaan atau ikatan emosional sehingga terkadang
terjadi benturan antara kepentingan keluarga dengan
kepentingan pribadi (Susanto dkk, 2008).
Di negara kita, perusahaan family business merupakan
bentuk perusahaan yang banyak jumlahnya di Indonesia. Hal
ini didukung dengan data bahwa 90% pengusaha Indonesia
merupakan eksekutif yang menjalankan bisnis keluarga
(Kompas, 2002), dimana 88% perusahaan swasta nasional
berada di tangan keluarga. Selain jumlahnya yang sangat
banyak, perusahaan keluarga juga mempunyai andil yang
cukup signifikan bagi pendapatan negara (Susanto dkk, 2008).
Contoh perusahaan-perusahaan keluarga yang sudah menjadi
perusahaan besar adalah Bakrie Group, Ciputra, Sinar Mas,
Maspion Group, Raja Garuda Mas, Djarum, Gudang Garam,
dan lain - lain. Tantangan dalam perusahaan keluarga adalah
keluarga harus mampu mengatasi sejumlah masalah yang
sering timbul, antara lain soal kepemimpinan, konflik, suksesi,
transparansi, kompetisi dan budaya perusahaan.
Motivasi orang untuk membuka bisnis bersama keluarga
bermacam-macam, ada yang menginginkan bisnis keluarga

sebagai sumber penghasilan utama, sementara yang lain hanya
untuk sampingan, penyaluran minat dan hobi saja, atau
meneruskan usaha keluarga.
Melihat fenomena Corporate Governance dan perusahaan
keluarga diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
penerapan Corporate Governance pada kinerja bisnis
perusahaan keluarga di Indonesia. Penelitian dianggap penting
untuk mengevaluasi apakah perusahaan-perusahaan bisnis
keluarga sudah benar-benar menjalankan prinsip good
corporate governance dalam kinerja bisnisnya, sebab
penerapan sistem Corporate Governance di Indonesia masih
kurang. Hal ini didukung oleh data yaitu Indonesia menduduki
peringkat 10 di Asia terkait penerapan Corporate Governance
pada perusahaan-perusahaan di Indonesia (ACGA, 2010).
Salah satu faktor yang menjadi pemicu adalah perusahaan
keluarga yang bersifat tertutup serta bersikap acuh tak acuh
terhadap perubahan. Pernyataan ini didukung oleh tulisan
yang mendeskripsikan beberapa alasan yang sering muncul
dalam menanggapi hal itu bermacam – macam, mulai dari
demi keutuhan keluarga hingga menghormati tradisi (Susanto

dkk, 2008).
Peneliti akan mengambil topik penelitian good corporate
governance pada sebuah perusahaan keluarga, yaitu PT. Duta
Suryo, sebuah perusahaan pengolahan kopi. PT. Duta Suryo
adalah perusahaan keluarga, didirikan oleh bapak Singgih
Purwanto dan menjabat sebagai komisaris. Perusahaan ini
berbentuk perusahaan keluarga dan dipimpin oleh ayah dan
anak yang menjabat sebagai Komisaris dan Direktur Utama,
serta anggota keluarga lain yang menjabat posisi penting di
perusahaan. PT. Duta Suryo berusaha untuk melakukan
pengembangan di segala bidang terutama dalam tata kelola
perusahaan tersebut untuk menghadapi persaingan yang
semakin ketat.

232

Corporate Governance adalah suatu sistem tata kelola
perusahaan untuk mengatur proses pengelolaan suatu
perusahaan atau badan usaha, agar dapat berjalan secara
produktif serta bertanggung jawab. Sesuai dengan definisi

Corporate Governance menurut Akhmad Syakhroza
(Usahawan, 2003) yaitu suatu sistem yang dipakai untuk
mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi
pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif,
ekonomis dan produktif.
Fenomena New York Stock Exchange Crash pada 19
Oktober 1987 mengakibatkan konsep corporate governance
berkembang. Kejadian ini adalah banyak perusahaan yang
tercatat di bursa efek New York mengalami kerugian finansial
yang besar. Kasus yang dialami antara lain adalah rekayasa
keuangan dengan motif menyembunyikan kerugian, disebut
window dressing atau financial engineering. Pentingnya
corporate governance semakin disorot ketika terbitnya ICGN
(International Corporate Governance Network) dan organisasi
tersebut berkepentingan dalam implementasi GCG (Zarkasyi,
2008).
Pengertian Good Corporate Governance (GCG) yang
memiliki banyak definisi dari beberapa sudut pandang,
namum semuanya memiliki tujuan yang sama. Definisi
tersebut antara lain:

1. Menurut Cadbury, (2003)
Good Corporate Governance adalah serangkaian
aturan yang menentukan hubungan antara
shareholder, manajer, karyawan, kreditur, dan
stakeholder internal dan eksternal sebagai bentuk
rasa hormat atas tanggung jawab mereka.
2. Menurut OECD, (2003)
Cara – cara manajemen perusahaan bertanggung
jawab pada shareholdernya. Para pengambil
keputusan diperusahaan harus dapat bertanggung
jawab pada shareholdernya. Para pengambil
keputusan diperusahaan harus dapat bertanggung
jawab atas keputusan yang diambil, dan keputusan
tersebut harus dapat memberikan nilai tambah bagi
shareholdernya. Karena itu fokus utama disini terkait
dengan proses pengambilan keputusan dari
perusahaan yang mengandung nilai – nilai.
3. FCGI (Forum For Corporate Governance Indonesia)
Good Corporate Governance adalah seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara semua

pihak dalam perusahaan. Mulai dari pemangku
kepentingan,
pengurus,
karyawan,
kreditur,
pemerintah, dan para pemegang kepentingan internal
dan eksternal perusahaan lainnya yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban mereka (I Nyoman Tjager
dkk, 2003).
4. Menurut World Bank
World Bank mendefinisikan GCG dari dua sudut
pandang. Dari sudut pandang perusahaan, GCG
merupakan hubungan antara pemilik, dewan, dan
pemangku
kepentingan
lainnya
(karyawan,
pelanggan, pemasok, investor, dan komunitas).
Sedangkan dari sudut pandang kebijakan umum,

AGORA Vol. 3, No. 1, (2015)

GCG merupakan strategi untuk kelangsungan hidup,
dan pengembangan karyawan, sekaligus akuntabilitas
dalam kekuatan kontrol atas perusahaan (Fernando,
2009).
5. Menurut Monk and Minow
GCG merupakan hubungan antara board of director,
shareholders,
dan
top
management
dalam
menentukan arah dan performa perusahaan (Tjager
dkk, 2003).
Penulis memilih definisi tertulis dari Zarkasy tentang
pengertian good corporate governance.
Prinsip-prinsip diambil dari standar KNKG (Komite
Nasional Kebijakan Governance) yang terdapat pada pedoman
GCG Indonesia (KNKG, 2006) yaitu:
1. Transparansi
a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara
tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat
diperbandingkan serta mudah diakses oleh
pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi,
tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran
usaha dan strategi perusahaan, kondisi
keuyangan, susunan dan kompensasi pengurus,
pemegang saham pengendali, kepemilikan saham
oleh anggota direksi dan anggota dewan
komisaris beserta anggota keluarganya dalam
perusahaan dan perusahaan lainnya yang
memiliki
benturan
kepentingan,
sistem
manajemen resiko, sistem pengawasan, dan
pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan
GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian
penting yang dapat mempengaruhi kondisi
perusahaan.
c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan
tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi
ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan
peraturan perundang – undangan, rahasia
jabatan, dan hak – hak pribadi.
d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara
proporsional dikomunikasikan kepada pemangku
kepentingan.
Menurut GEMI (2006), transparansi adalah suatu
keterbukaan perusahaan dalam berbagi informasi tentang
bagaimana perusahaan tersebut beroperasi.
Hal-hal yang mewakili transparansi menurut GEMI
adalah sebagai berikut:
- Informasi publik yang mberkaitan dengan kinerja
organisasi seperti Environment, Health, and
Safety (EHS).
- Website publik.
- Partisipasi dalam konferensi dan pameran
dagang.
- Informasi yang dilaporkan kepada pihak media.
- Pertemuan-pertemuan publik.
- Open house fasilitas.
- Inisiatif pendidikan untuk stakeholder.

233

-

2.

3.

4.

Partisipasi dalam kegiatan atau event
masyarakat.
- Informasi yang dilaporkan kepada agen
pengatur.
- Pertemuan rutin pemegang saham.
- Informasi yang dibuat tersedia untuk umum dan
berkaitan dengan proyek tertentu dan inisiatif
bisnis.
- Informasi tentang kinerja produk kepada
konsumen.
- Informasi yang dibagikan kepada supplier
sebagai hasil dari inisiatif rantai pemasok.
- Adanya penasehat yang berisi dari stakeholder
eksternal untuk memberi masukan tentang isuisu yang berkaitan dengan kebijakan dan strategi.
Akuntabilitas
a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan
tanggung jawab masing – masing organ
perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan
selaras dengan visi, misi, sasaran usaha, dan
strategi perusahaan.
b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ
perusahaan dan semua karyawan mempunyai
kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung
jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.
c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem
pengendalian internal yang efektif dalam
mengelola perusahaan.
d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk
semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan
nilai – nilai perusahaan, sasaran utama dan
strategi perusahaan, serta memiliki sistem
penghargaan dan sanksi (reward and punishment
system).
e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua
karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan
pedoman (code of conduct) yang telah
disepakati.
Responsibilitas
a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip
kehati – hatian dan memastikan kepatuhan
terhadap peraturan perundang – undangan,
anggaran dasar dan peraturan perusahaan.
b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab
social dengan antara lain peduli terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama
di sekitar perusahaan dengan membuat
perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
Independensi
a. Masing – masing organ perusahaan harus
menghindari terjadinya dominasi oleh pihak
manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan
tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan
dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga
pengambilan keputusan dilakukan secara
obyektif.

AGORA Vol. 3, No. 1, (2015)

Masing – masing organ perusahaan harus
melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan
anggaran dasar dan peraturan perundang –
undangan, tidak saling mendominasi dan atau
melempar tanggung jawab antara satu dengan
yang lain sehingga terwujud sistem pengendalian
internal yang efektif.
5. Kesetaraan dan Kewajaran
a. Perusahaan harus memberikan kesempatan
kepada
pemangku
kepentingan
untuk
memberikan
masukan dan menyampaikan
pendapat bagi kepentingan perusahaan serta
membuka akses terhadap informasi sesuai
dengan prinsip transparansi dalam lingkup
kedudukan masing – masing.
b. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang
setara dan wajar kepada pemangku kepentingan
sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang
diberikan kepada perusahaan.
c. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang
sama dalam penerimaan karyawan, berkarir, dan
melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa
membedakan suku, agama, ras, jenis kelamin,
serta kondisi fisik.
Good Corporate Governance diakui membantu
“mengebalkan” perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak
menguntungkan, dalam banyak hal corporate governance
yang baik telah terbukti juga meningkatkan kinerja korporasi.
Penerapan Good Corporate Governance memberikan manfaat
sebagai berikut: (Tunggal, 2013)
a. Perbaikan dalam komunikasi.
b. Minimisasi potensial benturan.
c. Fokus pada strategi strategi utama.
d. Peningkatan dalam produktifitas dan efisiensi.
e. Kesinambungan manfaat (sustainability of benefits).
f. Promosi citra korporat (corporate image).
g. Penikatan kepuasan pelanggan.
h. Perolehan kepercayaan investor.
Menurut The Forum for Corporate Governance in
Indonesia, kegunaan dari Corporate Governance yang baik
adalah:
a. Lebih mudah memperoleh modal.
b. Biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah.
c. Memperbaiki kinerja usaha.
d. Mempengaruhi harga saham.
e. Memperbaiki kinerja ekonomi.
Corporate governance yang baik merupakan langkah
yang penting dalam membangun kepercayaan pasar dan
mendorong arus investasi internasional yang lebih stabil, dan
bersifat jangka panjang.
Perusahaan keluarga adalah perusahaan yang dijalankan
oleh beberapa anggota keluarga, hal ini dijelaskan oleh John
L. Ward dan Craig E. Aronoff (2002), suatu perusahaan
dinamakan perusahaan keluarga apabila terdiri dari dua atau
lebih anggota keluarga yang mengawasi keuangan perusahaan.
Sedangkan menurut Robert G. Donnelley (2002), suatu
organisasi dinamakan perusahaan keluarga apabila sedikit ada
b.

234

keterlibatan dua generasi dalam keluarga itu dan mereka
mempengaruhi kebijakan perusahaan (Susanto dkk, 2008).
Keterlibatan sedikitnya dua generasi dalam keluarga pada
definisi Donnelley di atas didasarkan atas adanya suksesi yang
berjalan. Suksesi yang secara tegas memperlihatkan
kesinambungan peran keluarga dalam perusahaan. Sedangkan
definisi Ward dan Aronoff lebih menegaskan posisi kunci
dipegang oleh anggota keluarga. Penguasaan posisi ini terkait
dengan peran keluarga dalam perusahaan dan adanya nilai –
nilai keluarga dalam nilai – nilai perusahaan. Dengan
demikian tidak heran jika nilai – nilai perusahaan keluarga
identik dengan nilai – nilai keluarga pemiliknya, baik dilihat
dari tradisi informal organisasi maupun publikasi formal
perusahaan (Susanto et al., 2008).
Kerangka Berpikir
PT. DUTA SURYO

Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
1.
2.
3.
4.
5.

Keterbukaan Informasi (Transparency)
Akuntabilitas (Accountability)
Pertanggungjawaban (Responsibilities)
Kemandirian (Independency)
Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)

Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip GCG
Pada Perusahaan Keluarga PT. Duta Suryo
Gambar 1. Kerangka Berpikir

II. METODE PENELITIAN

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif, dimana data kualitatif merupakan data yang
diungkapkan dalam bentuk kalimat serta uraian, bahkan dapat
berupa cerita pendek. (Bungin, 2007). Menurut Moleong
(2002), data kualitatif merupakan keterangan seperti, yaitu
berawal pada data dan bermuara pada kesimpulan. Sumber
sumber data yang digunakan antara lain:
1.
Data primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara
langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah atau
tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian
eksploratif, deskriptif maupun kausal dengan metode
pengumpulan data berupa survei atau wawancara
(Hermawan, 2005)
2.
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan olah
pihak lain, dapat berasal dari internet, atau surat
penting yang diterbitkan oleh pemerintah (Hermawan,
2005)

AGORA Vol. 3, No. 1, (2015)

Untuk data primer penulis mengumpulkan data dari hasil
wawancara dan observasi sedangkan untuk data sekunder
penulis mengumpulkan data dari internet, buku, jurnal maupun
dokumen perusahaan. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan
komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari
responden. Peneliti menggunakan wawancara personal
yaitu wawancara dengan melakukan tatap muka langsung
dengan responden. (Jogiyanto, 2008).
Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur
sebagai teknik pengumpulan data, termasuk dalam kategori
in-depth interview dan lebih bebas bila dibandingkan
dengan wawancara terstuktur. Dengan menggunakan
wawancara semi terstruktur, maka jawaban dapat digali
lebih dalam lagi. Tujuan wawancara ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
pihak yang diwawancarai dimintai pendapat dan ideidenya. (Sugiyono, 2012)
2. Observasi
Observasi merupakan teknik atau pendekatan untuk
mendapatkan data primer dengan cara melakukan
pengamatan langsung pada objek data. (Jogiyanto, 2008).
Observasi dilakukan di perusahaan untuk mengamati
bagaimana keadaan yang sebenarnya dan memastikan
bahwa data yang didapatkan selama wawancara benarbenar valid. Karena dengan observasi, peneliti dapat
mengamati secara langsung, sehingga data yang
didapatkan dapat di uji kebenarannya.
Proses analisis data antara lain (Moleong, 2002):
1.

2.

3.

Menelaah seluruh data dari berbagai sumber, semua
data yang didapat selama penelitian seperti
wawancara dan observasi , dokumen, data
perusahaan, semuanya dibaca, dipelajari dan ditelaah
hubungannya satu sama lain. Penulis melakukan
pengumpulan data perusahaan dari hasil wawancara,
rekaman suara, observasi , dan juga foto.
Reduksi data, yaitu upaya untuk membuat abstraksi
atau rangkuman inti, proses, dan pernyataan tetap
sesuai dengan tujuan penelitian.setelah redusi maka
data disusun dalam satuan-satuan. Setelah itu penulis
membuat kesimpulan berdasar hasil wawancara yang
telah dilakukan.
Kategorisasi, merupakan pemberian coding pada
gejala-gejala atau hasil penelitian. Kategori ini dibuat
berdasarkan pemikiran, institusi, pendapat, atau
kriteria tertentu. Pengkategorian dalam penelitian ini
ditujukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan
dari prinsip good corporate governance yaitu
transparancy,
accountability,
responsibility,
independency, dan fariness.

235

Keabsahan data, untuk memastikan bahwa penelitiannya
benar-benar alamiah sehingga perlu meningkatkan derajat
kepercayaan data atau keabsahan data. Untuk memastikan
keabsahan data, dibutuhkan teknik pemeriksaan yaitu
trianggulasi data. Trianggulasi data adalah teknik keabsahan
data yang memanfaatkan hal lain diluar data sebagai
pembanding untuk keperluan pengecekan. Menurut Moleong
(2002) ada empat macam trianggulasi yaitu trianggulasi
sumber, trianggulasi metode, trianggulasi penyidik, dan
trianggulasi teori. Dalam penelitian ini, penulis menggunkaan
trianggulasi sumber, yaitu membandingkan informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, seperti
membandingkan hasil wawancara dengan pengamatan, atau
hasil wawancara dengan data tertulis yang dimiliki PT. Duta
Suryo. Penulis juga membandingkan hasil wawancara antara
orang yang berbeda lalu membandingkan dengan dokumentasi
dan dokumen pendukung.
III. HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Transparency
Transparansi meliputi informasi yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan perusahaan. Untuk
melihat pelaksanaan prinsip transparansi di dalam perusahaan,
peneliti menggunakan indikator tentang informasi dan
kebijakan yang ada di dalam perusahaan.
Bentuk transparansi terhadap pihak internal perusahaan
antara lain:
 Memaparkan visi dan misi perusahaan secara jelas.
 Informasi tentang peraturan-peraturan serta hak dan
kewajiban karyawan.
 Pemberian informasi seputar kebijakan perusahaan
kepada karyawan.
 Slip gaji yang jelas perincian dan informasinya kepada
karyawan.
 Evaluasi atas kebijakan perusahaan yang diketahui oleh
seluruh karyawan.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti
dengan para narasumber dari PT. Duta Suryo, Bapak Duta
Purwanto selaku Direktur PT. Duta Suryo memberikan
informasi-informasi di perusahaan ini dengan jelas bagi
seluruh karyawannya, terutama saat pelatihan karyawan
berlangsung, antara lain visi dan misi perusahaan, tujuan,
strategi, target perusahaan secara global, peraturan-peraturan
dari perusahaan serta hak dan kewajiban anggota karyawan
selama berada di lingkungan perusahaan. Informasi mengenai
laporan keuangan di dalam perusahaan hanya bisa diakses
oleh pihak manajemen keuangan, Direktur dan Komisaris
perusahaan. Divisi lain tidak mengetahui laporan keuangan ini
dikarenakan untuk mencegah kerancuan informasi di luar
manajemen keuangan, dan kalaupun pihak internal lainnya
mengetahui, keseluruhan informasi tersebut tetap berada di
dalam lingkup internal perusahaan. Semua informasi
mengenai kebijakan perusahaan disampaikan kepada
karyawan baik secara lisan maupun tertulis.

AGORA Vol. 3, No. 1, (2015)

236

Pemberian gaji dilakukan secara transparan oleh
perusahaan terhadap karyawan, dalam bentuk slip gaji yang
memiliki informasi perincian jumlah gaji yang jelas.
Perusahaan melakukan evaluasi atas kebijakan yang dibuat
sebulan sekali dengan cara mengumpulkan masing-masing
pimpinan tiap divisi yaitu manajer operasional, manajer
pemasaran, dan manajer keuangan, lalu masing-masing
pimpinan tiap divisi diharapkan mampu menceritakan masalah
yang dihadapi, setelah itu akan diadakan rapat untuk menilai
apakah kebijakan yang dibuat oleh perusahaan terus
diterapkan atau harus diubah, dan hal ini dapat diketahui
seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan.
Transparansi terhadap pemangku kepentingan eksternal
perusahaan seperti pemerintah, konsumen, supplier, dan
publik. Meliputi informasi produk yang jelas, komposisi
tertulis di produk dan pelaporan pembayaran pajak terhadap
pemerintah serta adanya website yang berisi informasi tentang
perusahaan dan peluang kerja yang dapat diakses oleh
masyarakat.
PT. Duta Suryo juga tidak pernah mengadakan konferensi
pers, tidak pernah membuka open house. Informasi inisiatif
bisnis dari PT. Duta Suryo juga bersifat pribadi. Perusahaan
juga tidak pernah mengikuti event umum di masyarakat.
Semua informasi dalam perusahaan tidak dipublikasikan,
karena PT. Duta Suryo merupakan perusahaan keluarga yang
bersifat pribadi dan bukan perusahaan terbuka atau BUMN.
PT. Duta Suryo adalah perusahaan keluarga swasta yang
bersifat pribadi, tetapi bukan berarti perusahaan tidak
melaksanakan prinsip transparansi terhadap pihak eksternal
perusahaan. PT. Duta Suryo terbuka terhadap publik mengenai
informasi peluang kerja melalui surat kabar, tetapi perusahaan
belum memiliki website pribadi sebagai bentuk transparansi
informasi yang lebih praktis terhadap masyarakat. Prinsip
transparansi terhadap konsumennya diterapkan dengan adanya
informasi yang jelas mengenai mutu produk, masa berlaku
produk (expired date), kehalalan dan komposisi produk
tersedia bagi konsumen dan tertulis di dalam kemasannya.
Transparansi informasi dari perusahaan kepada agen dan
supplier, menurut ketiga informan dilakukan dalam bentuk
adanya kesepakatan harga yang jelas antara supplier dengan
perusahaan dan perusahaan dengan agen, penimbangan barang
dengan berat yang sama dan diketahui oleh kedua belah pihak
serta informasi pengiriman barang kepada agen dan supplier
yang jelas dan disepakati oleh kedua belah pihak.
Bentuk transparansi perusahaan terhadap pemerintah
meliputi pelaporan informasi jumlah penjualan, upah buruh
harian dan faktur pajak, sebagai dasar rincian pembayaran
pajak perusahaan kepada pemerintah.

-

Adanya rincian tugas dan tanggung jawab yang
sudah ditetapkan dan sesuai dengan struktur
perusahaan
- Struktur perusahaan perseroan terbatas
- Standar Operasional Perusahaan yang tertulis
dan diketahui seluruh pihak karyawan di dalam
perusahaan.
- Adanya audit internal dan eksternal untuk
mengaudit efektifitas kinerja masing-masing
anggota perusahaan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan para
narasumber, perusahaan sudah menetapkan rincian tugas dan
tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua
karyawan sesuai dengan struktur organisasi perusahaan yang
dibuat oleh pemilik perusahaan dengan dibantu oleh Direktur.
Dan yang bertanggung jawab atas pembagian tugas adalah
manajer tiap divisi, dan manajer bertanggung jawab terhadap
direktur. Namun, peneliti melihat bahwa ada prinsip
akuntabilitas yang tidak sesuai dengan ketentuan Undangundang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (Undang-undang Perseroan Terbatas),
organ Perusahaan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), Dewan Komisaris, dan Direksi. Karena struktur
perusahaan PT. Duta Suryo yang tidak sesuai dengan struktur
perusahaan di dalam Undang-Undang tersebut, hal ini terjadi
karena sistem perusahaan tadi, dimana RUPS yang semestinya
memegang otoritas tertinggi dalam perusahaan, di dalam PT.
Duta Suryo digantikan oleh komisaris, serta tidak ada dewan
komisaris maupun komisaris independen yang mewakili
RUPS.
Dilihat secara fungsionalnya pembagian tugas dan
tanggung jawab di PT. Duta Suryo sudah jelas sesuai dengan
struktur perusahaan, sedangkan sebagian besar pembagian
tugas dan tanggung jawab disampaikan secara lisan dari
manajer operasional kepada divisi operasional, manajer
pemasaran kepada divisi pemasaran, dan manajer keuangan
kepada divisi keuangan.
Proses evaluasi kinerja pada perusahaan adalah Manajer
selaku pimpinan tiap divisi yang ada bertugas mengevaluasi
hasil kerja karyawan masing-masing, dan hasil evaluasi
diserahkan kepada Direktur.
Faktor lain yang membuat prinsip akuntabilitas di
perusahaan berjalan tidak maksimal adalah perusahaan tidak
memiliki audit eksternal, komite audit, evaluasi hasil audit dan
komisaris independen dalam perusahaan. Hal ini membuktikan
bahwa dari sisi fungsional tidak sesuai dengan prinsip
akuntabilitas dimana dalam kinerjanya, perusahaan kurang
terbuka dan fungsional.

Accountability
Sesuai dengan teori prinsip dari KNKG mengenai
akuntabilitas, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur
dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya. Untuk melihat pelaksanaan
prinsip akuntabilitas di dalam perusahaan, peneliti
menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:

Responsibility
Untuk melihat pelaksanaan prinsip responsibilitas di
perusahaan, peneliti menggunakan indikator sebagai berikut:
 Melaksanakan Undang-Undang Lingkungan Hidup, yaitu
tentang pengelolaan limbah perusahaan.
 Melaksanakan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang
meliputi pengupahan, pemberian tunjangan dan

AGORA Vol. 3, No. 1, (2015)

pengikutsertaan lembaga jaminan sosial dalam bidang
ketenagakerjaan.
 Melaksanakan
Undang-Undang
Kesehatan
dan
Keselamatan Kerja yang meliputi peraturan dan standar
keselamatan bekerja di dalam perusahaan.
 Melaksanakan terhadap Undang-Undang Perlindungan
Konsumen yang meliputi informasi seputar produk yang
tertulis dan penggunaanya secara nyata, tidak menyalahi
aturan serta standar produksi yang jelas.
 Melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR)
 Membayar pajak PPH 25/29 tentang penghasilan badan
usaha, dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)
Tentang kepatuhan terhadap Undang-Undang Lingkungan
Hidup, PT. Duta Suryo sudah menaati dengan cara tidak
membuang limbah produksi yang berupa sisa ranting, daun
dan kulit kopi secara sembarangan. Hal ini dikemukakan oleh
ketiga informan bahwa limbah hasil produksi PT. Duta Suryo
diambil oleh pengepul atau perusahaan lain sebagai bahan
baku produksinya, dan PT. Duta Suryo tidak mencemari
lingkungan. Dan dalam hal ini, PT. Duta Suryo sudah
menjalankan prinsip Responsibility terhadap lingkungan
sekitar dengan sangat baik.
PT. Duta Suryo sudah melaksanakan prinsip Responsibility
dengan baik dalam bidang pengupahan dan pemberian
tunjangan. Hal ini sudah diakui oleh ketiga informan bahwa
gaji terendah karyawan perusahaan ini mengikuti aturan Upah
Minimum Kota Surabaya dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Tetapi masih ada peraturan ketenagakerjaan yang belum
dijalankan oleh PT. Duta Suryo sebagai bentuk dari penerapan
prinsip Responsibility, yaitu tidak didaftarkannya para
karyawan perusahaan dalam program Jaminan Sosial Tenaga
Kerja, padahal hal itu sudah menjadi kewajiban perusahaan
untuk mendaftarkan tenaga kerjanya. Dari pernyataan pemilik
perusahaan, hal ini terjadi karena justru karyawannya menolak
untuk didaftarkan program Jamsostek tersebut karena akan
mengurangi pendapatan mereka.
Tentang peraturan keselamatan kerja yang mengacu pada
Undang-Undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
perusahaan juga masih belum bisa menerapkan salah satu
kewajiban yakni mengikuti peraturan keselamatan kerja yang
berlaku. Peraturan keselamatan kerja yang berlaku adalah
penggunaan sarung tangan. Hal ini terjadi dikarenakan
menurut ketiga narasumber, proses kerja di dalam perusahaan
ini tidak berbahaya dan belum membutuhkan aturan khusus
tentang keselamatan kerja, karena tidak bekerja dengan
menggunakan alat-alat mesin berat. Tentu saja hal ini dapat
mengurangi nilai dan standar keselamatan dalam perusahaan
di mata masyarakat yang mencari dan menimbang peluang
kerja apabila perusahaan membuka lowongan pekerjaan.
Prinsip Responsibility yang lain, yang telah dijalankan oleh
perusahaan adalah pelaksanaan tanggung jawab perusahaan
terhadap
Undang-Undang
Perlindungan
Konsumen.
Perusahaan menyikapi hal ini dengan memberikan mutu
produksi yang baik melalui penilaian Laboratorium Penelitian
Kopi di Jember, dimana perusahaan mendapat sertifikat bahwa
pengolahan kopi perusahaan telah memenuhi standar mutu.

237

Selain itu informasi yang tertera di kemasan juga memiliki
dasar yang nyata, seperti jenis kopi, berat bersih, dan tanggal
expired date. Perusahaan sendiri sedang dalam proses
memperoleh sertifikat SNI dalam bentuk produk biji kopi utuh
yang sudah matang.
Prinsip Responsibility di bidang CSR juga kurang baik
karena PT. Duta Suryo tidak pernah mengadakan CSR baik di
kantor pusat maupun tempat produksinya, hal ini terjadi
karena kedua unit usahanya sama-sama terletak di wilayah
industri dan pertokoan serta jauh dari pemukiman penduduk
dan tidak memungkinkan untuk melakukan CSR secara
umumnya.
Bentuk Responsibility perusahaan terhadap pemerintah
adalah membayar pajak setiap bulan, yaitu pajak penghasilan
badan usaha PPH pasal 25/29 dan pajak bumi dan bangunan.
Pembayaran dilakukan tiap bulan dan tiap tahun.
Independency
Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga
masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi
dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Jadi, yang
dimaksud adalah tidak adanya pengaruh dari orang lain atau
orang dalam perusahaan yang didasarkan pada keinginan
pribadi untuk mempengaruhi manajemen perusahaan. Untuk
melihat pelaksanaan prinsip independensi di dalam
perusahaan, peneliti menggunakan indikator yaitu pengaruh
internal (fungsi dan tugas) dan juga pengaruh dari eksternal,
dapat diuraikan sebagai berikut:
 Pengaruh internal perusahaan meliputi adanya rincian
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan struktur
perusahaan tanpa ada intervensi.
 Pengaruh eksternal perusahaan meliputi kebijakan
pemerintah, adanya tekanan dari lingkungan sekitar,
atau konsultan eksternal perusahaan.
Di PT. Duta Suryo, keterlibatan beberapa anggota keluarga
sangat mempengaruhi internal perusahaan. Hal ini disebabkan
karena keterlibatan anggota keluarga dalam bisnis ini sangat
besar, dapat dilihat dari posisi-posisi penting dalam
perusahaan yaitu direktur utama, manajer operasional, manajer
pemasaran, dan manajer keuangan dipegang oleh anggota
keluarga sendiri. Peran anggota keluarga dalam bisnis ini
sangat besar karena selain menempati posisi-posisi penting
dalam perusahaan anggota keluarga yang menempati posisiposisi penting dalam perusahaan juga mendapatkan
pembagian hasil dari laba bersih perusahaan. Dengan adanya
pembagian hasil atas laba bersih perusahaan terhadap anggota
keluarga yang menempati posisi-posisi penting dalam
perusahaan, mereka berusaha bekerja secara maksimal dan
penuh tanggung jawab, karena apabila kinerja mereka
menurun dan laba bersih perusahaan menurun otomatis
pembagian hasil dari laba bersih perusahaan yang mereka
dapatkan juga akan menurun. Perusahaan ini tidak memiliki
serikat buruh/LSM yang berpengaruh terhadap perusahaan.
Pengaruh dari pihak eksternal perusahaan, perusahaan ini
tidak memakai jasa konsultan sehingga tidak mempengaruhi
kebijakan dalam perusahaan, begitu pula dengan kebijakan
pemerintah. Perusahaan sudah memberi upah sesuai regulasi

AGORA Vol. 3, No. 1, (2015)

UMR dan pemberian Tunjangan Hari Raya. Perusahaan juga
tidak pernah menerima keluhan dari masyarakat sekitar.
Fairness
Sesuai dengan teori prinsip dari KNKG mengenai
kesetaraan dan kewajaran, maka dalam melaksanaakan
kegiatannya perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Untuk
melihat pelaksanaan prinsip kesetaraan dan kewajaran di
dalam perusahaan, maka peneliti menggunakan indikator
sebagai berikut:
 Adanya keterbukaan perusahaan untuk menerima kritik
dan saran.
 Adanya persamaan perlakuan untuk pemberian reward
and punishment.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, PT. Duta
Suryo memberikan kesempatan yang sama kepada konsumen
maupun masyarakat untuk memberikan kritik dan saran
dengan adanya layanan Customer Service yang bersedia
menampung semua kritik dan saran dari konsumen maupun
masyarakat.
Lalu mengenai prinsip Fairness di dalam perusahaan
sendiri, perusahaan menetapkan sistem reward and
punishment, dimana karyawan yang melanggar peraturan
perusahaan akan diberikan peringatan terlebih dahulu sebelum
benar-benar menerima hukuman keras dari perusahaan.
Sedangkan perusahaan memberikan bonus bagi karyawan
yang kerjanya mampu memenuhi target.
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan oleh
penulis pada PT. Duta Suryo, maka penulis dapat
menyimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Prinsip Transparansi di PT. Duta Suryo belum
terlaksana sepenuhnya, perusahaan sudah transparan
ke karyawannya mengenai informasi tentang
kebijakan perusahaan, transparan ke public dengan
informasi peluang kerja, tetapi belum memiliki
website. Transparan ke konsumen melalui informasi
produk dan transparan ke agen dan supplier dalam
bentuk kesepakatan harga yang disetujui kedua belah
pihak dan informasi pengiriman yang jelas. PT. Duta
Suryo sudah transparan ke pemerintah melalui proses
penghitungan dan pembayaran pajak penghasilan
badan usaha.
2. Prinsip Akuntabilitas di PT. Duta Suryo juga belum
terlaksana sepenuhnya. Struktur perusahaan tidak
sesuai dengan peraturan undang-undang perseroan
terbatas secara resmi,tidak memiliki SOP dan komite
audit.
3. Prinsip responsibility di PT. Duta Suryo sudah
terlaksana dengan baik, perusahaan tidak mencemari
lingkungan, taat membayar pajak, membayar upah

238

serta tunjangan yang sesuai dengan peraturan
ketenagakerjaan.
Tetapi
perusahaan
belum
mengikutkan tenaga kerjanya dalam program
Jamsostek, menetapkan suatu standar dan peraturan
keselamatan kerja serta belum mengadakan kegiatan
CSR kepada masyarakat, dikarenakan lokasi
perusahaan yang berada di lingkungan industry.
4. Prinsip independency di PT. Duta Suryo memiliki
kekurangan yaitu tidak adanya konsultan audit,
komisaris independen serta LSM atau serikat buruh
di dalam perusahaan.
5. Prinsip fairness di PT. Duta Suryo sudah terlaksana
sangat baik, perusahaan memberikan kebebasan
dalam berpendapat, dan menerima masukan dari
seluruh stakeholder. Pemberian reward and
punishment juga berlangsung fair tanpa pengaruh dari
pihak tertentu.
Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan oleh
penulis, maka penulis dapat memberikan beberapa saran yang
diharapkan dapat meningkatkan tata kelola perusahaan di PT.
Duta Suryo yaitu:
1. Diharapkan perusahaan segera membuat website
yang berisi informasi tentang perusahaan yang bisa
diakses oleh masyarakat.
2. Diharapkan perusahaan dapat mengoptimalkan
penerapan prinsip Akuntabilitas dengan struktur
perusahaan yang sesuai dengan ketentuan UndangUndang Perseroan Terbatas nomor 40 tahun 2007.
3. Diharapkan perusahaan dapat mengoptimalkan
penerapan
prinsip
Responsibility
dengan
mengikutkan tenaga kerjanya ke dalam program
Jamsostek.
4. Diharapkan adanya audit internal dan eksternal
perusahaan untuk menjamin akuntabilitas anggota
perusahaan tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Sutan Eries. (2012). BPK Temukan Potensi
Penyimpangan Diatas Rp. 7 Triliun. Retrieved
December
1,
2014
from
http://www.bisnis.com/articles/kinerja-jamsostek-bpktemukan-potensi-penyimpangan-di-atas-rp7-triliun
ACGA, A. C. (2013). New Developments in Corporate
Governance Reform in Asia. Australia: Jamie Allen.
Atmaja, L.S.(2008,Mei). Corporate Governance In Family
Firms. Jurnal manajemen bisnis, 1(1),103-115.
Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Prenada Media Group.
FCGI. (2011). Forum For Corporate Governance Indonesia.
Retrieved
December
1,
2014
from
http://www.fcgi.or.id/corporate-governance/aboutgood-corporate-governance.html
Adlin,

AGORA Vol. 3, No. 1, (2015)

GEMI (Global Environment Management Initiative). (2006).
Retrieved
December
1,
2014
from
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&s
ource=web&cd=1&ved=0CCUQFjAA&url=http%3A
%2F%2Fwww.gemi.org%2Fresources%2Ftransparenc
ypathtopublictrust.pdf&ei=CoR4U8XTA9i68gXDpoCo
Dg&usg=AFQjCNEi9LPcmOMibhp28xEe7sX06r0OH
w&bvm=bv.66917471,d.dGc
Hermawan, A. (2005). Penelitian Bisnis Paradigma
Kuantitatif. Jakarta: PT Grasindo.
Jogiyanto, H.M. (2008). Metodologi Penelitian Sistem
Informasi. Yogyakarta: Andi.
Kaihatu, T.S. (2006, Maret). Good corporate governance dan
penerapannya di Indonesia. Jurnal manajemen dan
kewirausahaan, 8(1),1-9.
Komite Nasional Kebijakan Governance (2006). Panduan
Good Corporate Governance Indonesia. Komite
Nasional Kebijakan Governance.
Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata. 2007. Good Corporate
Governance pada Bank: Tanggung Jawab Direksi dan
Komisaris dalam Melaksanakannya. Jakarta: PT
Hikayat Dunia.
Moleong, Lxy J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mustafa, Hasan. (2003). Metode penelitian. Bandung:
Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi
Niaga.
Pembaruan, Suara. (2011). Citibank Bakal Ganti Kerugian
Nasabah
Melinda
Dee.
Retrieved
from
http://www.suarapembaruan.com/home/citibank-bakalganti-kerugian-nasabah-melinda-dee/13746
Purnomo, Hendaru. (2011). Pegawai Bank Mega Terlibat
Kasus Pembobolan Dana Elnusa. Retrieved December
1, 2014 from
http://finance.detik.com/read/2011/04/25/135801/1624680/5/bi-pegawai-bank-megaterlibat-kasus-pembobolan-dana-elnusa
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Susanto, A.B., Wijarnako, Himawan, Susanto, Particia, &
Mertosono, Suwahjuhadi. (2008) 2nd ed. The Jakarta
Consulting Group on family business. Jakarta: The
Jakarta Consulting Group.
Tjager, I.N., Alijoyo, F.A., Djemat, H.R., Soembodo,
Bambang. (2003). Corporate Governance Tantangan
dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia.
Jakarta: PT. Perenhallindo.
Tunggal, H. S. (2013). Internal Audit & Corporate
Governance. Jakarta: Harvarindo.
Zarkasyi, M.H. (2008). Good Corporate Governance pada
Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa
Keuangan Lainnya. Bandung: Alfabeta.

239