PROSES PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PERUSAHAAN KELUARGA PT. X | Layandi | Agora 1540 2835 1 SM

AGORA Vol. 2, No. 1, (2014)

PROSES PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE
PADA PERUSAHAAN KELUARGA PT. X
Roland O. Layandi dan Dhyah Harjanti.
Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: rolandlay@ymail.com;dhyah@peter.petra.ac.id

Abstrak-Penelitian ini dilakukan karena penulis
tertarik untuk memahami fenomena tata kelola
perusahaan yang baik khususnya pada perusahaan
keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan
penerapan
prinsip
Good
Corporate Governance pada perusahaan keluarga
PT. X yang bergerak dalam bidang penyediaan
jasa tenaga kerja dan pengiriman ke luar negeri.
Jenis penelitian ini kualitatif deskriptif, dengan

teknik pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara dan pengamatan secara langsung
terhadap narasumber. Penelitian ini menggunakan
triangulasi sumber dan metode.
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh,
diketahui bahwa Proses Penerapan Prinsip Good
Corporate Governance pada
PT. X telah
diterapkan dari waktu ke waktu disesuaikan
dengan kebutuhan perusahaan, hanya masih
terdapat masalah pada prinsip Accountability yaitu
terdapat rangkap jabatan dalam suatu divisi dan
juga pada prinsip Fairness dimana tidak jelasnya
penerapan reward dan punishment dalam
perusahaan.
Kata Kunci :
Good
corporate
governance,
Perusahaan Keluarga

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sulit dipungkiri, sejak tahun 1999, istilah Good
Corporate Governance (GCG) kian populer. GCG
merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk
tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang,
sekaligus memenangkan persaingan bisnis global.
Krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin
diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG
(Daniri, 2005).
Pada tahun 1999, negara-negara di Asia Tenggara
yang sama-sama terkena krisis mulai mengalami
pemulihan, kecuali Indonesia. Harus dipahami bahwa
kompetisi global bukan kompetisi antar negara,
melainkan antar korporat di negara – negara. Jadi
menang atau kalah, menang atau terpuruk, pulih atau
tetap terpuruknya tersebut perekonomian satu negara
bergantung
pada
korporat

masing-masing.
Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa
korporat Indonesia belum dikelola secara benar atau
belum menjalankan governansi (Moeljono, 2005).
Asian Corporate Governance Association (ACGA,
2012) menyebutkan bahwa posisi perusahaanperusahaan di Indonesia sangat rendah dalam

penerapan GCG. Hal ini dibuktikan berdasarkan tabel
market category scores yang menempatkan Indonesia
berada di posisi terbawah dalam kategori wilayah
Asia. Adapun kategori yang dinilai terdiri dari
peraturan dan pelatihan CG, pelaksanaan, politik dan
peraturan pemerintah, International Generally
Accepted Accounting Principle (IGAAP), dan budaya
CG. Berikut merupakan tabel penilaian tersebut :
Tabel 1 : Market Category Score

Mengacu pada The Jakarta Consulting Group
(Susanto, et al:2007), 88 persen perusahaan swasta
nasional berada di tangan keluarga. Ini menunjukkan

bahwa, perusahaan keluarga memiliki peranan yang
cukup besar bagi perekonomian Indonesia.
Suatu perusahaan dinamakan perusahaan keluarga
apabila terdiri dari dua atau lebih anggota keluarga
yang mengawasi keuangan perusahaaan (Ward dan
Aronoff, 2002). Perusahaan keluarga memiliki empat
fase pengembangan dengan masalah yang kompleks
yaitu, fase pengembangan, fase pengelolaan, fase
transformasi dan fase mempertahankan. Pada fase
pengembangan, masalah yang sering timbul adalah
masalah kohesi dan koheren. Kohesi adalah kemauan
atau ketertarikan anggota keluarga dan stakeholder
terkait dalam perusahaan. Hal tersebut didukung
dengan koheren yaitu kemampuan setiap elemen yang
ada dalam perusahaan untuk mengerti dan memahami
apa yang harus dilakukan sehingga setiap fungsi dapat
berjalan dengan baik.
Pada fase pengelolaan, isu yang muncul menjadi
struktural dan kompensasi yang dihubungkan dengan
kredibilitas setiap elemen yang ada serta penyelarasan

nilai dan budaya keluarga dalam perusahaan sehingga
sering menciptakan konflik kepentingan didalamnya.
Fase yang paling penting adalah fase transformasi,

AGORA Vol. 2, No. 1, (2014)
fase membuat sebuah perusahaan keluarga menjadi
perusahaan
professional
dengan
melibatkan
professional dalam kegiatan perusahaan sering
menimbulkan konflik kepentingan dalam fase ini.
Fase yang terakhir adalah fase mempertahankan.
Dalam fase ini erat kaitannya dengan isu suksesi yang
seringkali dirasakan generasi kedua dan ketiga sebagai
penghancur perusahaan sehingga dibutuhkan figur
yang tepat dalam kepemimpinan. Begitu juga dengan
perusahaan keluarga, banyak masalah yang timbul
akibat buruknya Good Corporate Governance pada
kinerja bisnis perusahaan keluarga. Seperti suksesi,

kekaburan fungsi, kepemimpinan ganda dan lain-lain.
Inti dari semua masalah itu adalah struktur, sistem dan
nilai atau budaya perusahaan (Ward dan Aronoff,
2002).
Untuk menyelesaikan masalah tesebut dibutuhkan
pemahaman yang lebih pada setiap prinsip corporate
governance dan implementasi masing-masing prinsip.
Prinsip – prinsip tersebut yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan
fairness. Indikator dari prinsip transparansi adalah
adanya keterbukaan informasi dan kebijakankebijakan yang ada dalam perusahaan. Indikator
akuntabilitas yaitu adanya kejelasan tugas dan
tanggung jawab, serta sistem pengendalian internal.
Indikator prinsip responsibilitas berkaitan dengan
Corporate Sosial Responsibilty (CSR) dan tanggung
jawab terhadap undang- undang. Indikator prinsip
independensi yaitu adanya pengaruh internal (fungsi
dan tugas) dan pengaruh yang mempunyai dampak
baik dari eksternal. Indikator prinsip fairness yaitu
penjelasan tentang hak dan kewajiban stakeholder,

serta penerapan reward dan punishment yang jelas
terhadap karyawan.
Yang akan dibahas pada penelitian ini adalah
penerapan GCG dalam manajemen PT. X yang
bergerak dalam bidang penyediaan jasa dan tenaga
kerja, sehingga dapat mencapai keberhasilan yang
maksimal dalam organisasi perusahaan. Alasan utama
penulis memilih perusahaan tersebut, karena
berdasarkan pengamatan atas apa yang terjadi,
kuantitas atau jumlah calon tenaga kerja yang akan
dikirim ke luar negeri untuk saat ini sudah sangat
berkurang dibandingkan tahun – tahun sebelumnya.
Hal ini dikarenakan banyaknya kasus – kasus
kekerasan yang terjadi terhadap para tenaga kerja
diluar negeri. Oleh karena itu, dengan adanya
penelitian ini diharapkan mampu memberikan
jawaban-jawaban atas masalah yang terjadi.
Kemudian, dari hasil wawancara penulis pertama
kali terhadap direktur utama pada PT. X terkait
dengan hal – hal apa saja yang berkaitan dengan

Corporate Governance yang telah dilakukan selama
perusahaan berlangsung, penulis menyimpulkan
bahwa ada beberapa hal yang telah dilakukan yaitu
seperti dari segi Responsibility, perusahaan sangat
peka terhadap keselamatan tenaga kerja. Jadi, jika
tenaga kerja telah dikirim ke negara yang dituju,
kemudian terdapat masalah antara majikan dan tenaga
kerja, lalu perusahaan mengetahuinya maka

perusahaan dengan segera akan mengambil tindakan
untuk menyelesaikannya entah itu melalui perusahaan
sendiri maupun perwakilan yang ada di masing –
masing negara tujuan. Hal ini hanya sebagai gambaran
umum saja dalam proses penerapan GCG di
perusahaan, untuk hal – hal berikutnya akan digali
pada pembahasan berikutnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
penerapan Good Corporate Governance dalam
Family business pada PT. X dan untuk mengetahui
penerapan prinsip – prinsip Good Corporate

Governance dalam Family Business pada PT. X.

Gambar 1. Kerangka Berpikir Proses Penerapan
Prinsip Good Corporate Governance Pada Perusahaan
Keluarga PT. X di Surabaya, Jawa Timur.
Sumber : KNKG, 2006
Gambar 1 menjelaskan kerangka berpikir penelitian
mengenai proses penerapan prinsip GCG pada PT. X
berdasarkan lima prinsipnya yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan
fairness.
II. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif deskriptif, yaitu “penelitian yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi” (Sugiyono, 2008, p.147). Alasan

menggunakan jenis penelitian ini dikarenakan penulis
ingin membahas tentang proses penerapan prinsip
Good Corporate Governance dalam perusahaan
keluarga PT. X
Sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini ada dua yaitu data primer yang
merupakan
transkrip
wawancara
dan
hasil
pengamatan.
Kedua, data sekunder yaitu dokumen pendukung
seperti company profile PT. X
Penentuan informan pada PT. X merupakan seluruh
unsur internal perusahaan yang merupakan deretan
direksi yang terdiri dari Direktur Utama, Direktur
Keuangan dan Operasional, Direktur Pelatihan dan
Pemasaran, serta Kepala Divisi HRD dimana masingmasing memiliki peran dalam operasional perusahaan
secara langsung.

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan

AGORA Vol. 2, No. 1, (2014)
teknik wawancara dan pengamatan. Wawancara
merupakan teknik pengumpulan data dalam metode
survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan
kepada narasumber. Data yang dikumpulkan
umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat
kompleks, sensitif atau kontroversi. Teknik
wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
melalui tatap muka atau melalui telepon. Sedangkan,
pengamatan yaitu proses pencatatan pola perilaku
subyek (orang), obyek (benda) atau kejadian yang
sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi
dengan individu – individu yang diteliti.
Teknik analisis data yang digunakan mengacu pada
Moleong (2006) sebagai berikut:
Pertama, menelaah seluruh data dari berbagai
sumber, pada tahap ini seluruh data yang diperoleh
dari wawancara, pengamatan dari pencatatan yang ada
di lapangan, dokumen-dokumen perusahaan atau data
perusahaan
dibaca,
dipelajari
dan
ditelaah
keterkaitannya satu sama lain. Penulis melakukan
wawancara dan mencatat hasil wawancara dan hasil
pengamatan di lokasi penelitian
Kedua, reduksi data adalah salah satu upaya untuk
membuat abstraksi. Abstraksi adalah usaha membuat
rangkuman inti, proses dan penyertaan tetap sesuai
dengan tujuan penelitian. Setelah dilakukan reduksi
data-data tersebut disusun dalam satuan-satuan
(unityzing). Penulis membuat abstraksi yang
disesuaikan
dengan
tujuan
penelitian
agar
mempermudah bagi pembaca membaca karya penulis.
Ketiga, kategorisasi yaitu langkah lanjutan dengan
memberikan coding pada gejala – gejala/ hasil – hasil
dari seluruh proses penelitian. Kategori disusun atas
dasar pemikiran, intuisi, pendapat atau kriteria
tertentu. Setelah melakukan wawancara dan
pengamatan, penulis mulai memberi kategori pada
data – data yang sudah didapat kemudian disesuaikan
dengan prinsip Good Corporate Governance.
Keempat, pemeriksaan keabsahan data merupakan
konsep seperti halnya validitas dan reliabilitas dalam
penelitian kuantitatif. Untuk menetapkan keabsahan
data diperlukan teknik pemeriksaan, teknik
pemeriksaan tersebut adalah trianggulasi. Trianggulasi
adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan/ sebagai pembanding terhadap data itu.
Mengacu pada Moleong (2006), ada 4 macam
trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yaitu sumber,
yaitu dengan membandingkan/ mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda. Cara menguji keabsahan
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan trianggulasi sumber yaitu
membandingkan data hasil pengamatan dan
wawancara yang diperoleh dari PT. X.
Terakhir yaitu penafsiran data, untuk menjawab
rumusan masalah pertama dilakukan dengan deskripsi
analitik, yaitu rancangan dikembangkan dari kategori
– kategori yang telah ditemukan dan mencari
hubungan yang disarankan atau yang muncul dari
data. Kemudian data – data yang ada dianalisis dan

ditafsirkan sesuai dengan konsep dan teori mengenai
Good Corporate Governance.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses Penerapan Prinsip Good Corporate
Governance pada PT. X
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG,
2006) mencantumkan lima prinsip (asas) di Pedoman
Umum GCG yaitu Transparansi, Akuntabilitas,
Responsibilitas, Independensi, dan Fairness. PT X
sudah banyak menerapkan prinsip – prinsip tersebut,
ada yang dari awal bahkan ada juga setelah
perusahaan berjalan. Berikut hasil wawancara serta
pengamatan mengenai proses penerapan prinsip Good
Corporate Governance pada PT. X.
Transparansi
Dilihat dari aspek Transparansi, perusahaan yang
bergerak dalam bidang penyediaan jasa tenaga kerja
ini dapat dikatakan transparan. Hal ini dibuktikan dari
hasil wawancara penulis dengan informan yaitu
Direktur Utama, Direktur Operasional dan Keuangan,
Direktur Pelatihan dan Pemasaran, dan juga Kepala
Divisi HRD dari PT. X. Dari hasil wawancara terbukti
bahwa perusahaan telah bersifat transparan terlihat
dari keterbukaan informasi dalam perusahaan berjalan
dengan baik, dimulai dari keterbukaan visi, misi,
tujuan, strategi, peraturan dan kebijakan perusahaan
dapat diakses oleh seluruh aspek perusahaan, kecuali
untuk laporan keuangan perusahaan hanya dapat
diakses oleh pemegang saham saja, yang juga
merupakan pihak keluarga. Semuanya itu telah
dijalankan dari awal berdirinya perusahaan, kemudian
mengapa laporan keuangan hanya dapat diakses oleh
keluarga saja, untuk menjaga keamanan dan privasi
keluarga agar tidak disalahgunakan oleh pihak
manapun.
Informasi perusahaan dapat diperoleh oleh seluruh
karyawan melalui pemberitahuan dari atasan, dan juga
melalui rapat mingguan antar karyawan. Sedangkan
bagi tenaga kerja, informasi akan diberitahukan sejak
awal mengenai sistem dan proses kerja, kemudian
juga mengenai SOP akan disediakan pada tiap – tiap
ruangan belajar tenaga kerja. Dengan demikian,
keterbukaan informasi dalam perusahaan akan sangat
mudah diketahui bagi pihak – pihak perusahaan. Hal
ini dilakukan agar memudahkan para anggota
karyawan dan tenaga kerja dalam bekerja dan
berproses sehingga mampu mencapai efektifitas dan
efisiensi perusahaan. Selain itu juga, salah satu bentuk
transparansi perusahaan kepada pemerintah yaitu
dalam bentuk pembayaran pajak yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis, hasilnya
sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan
dimana ketersediaan informasi memang sangat jelas
terdapat dalam perusahaan, seperti hubungan langsung
antara atasan dan karyawan dalam menanyakan
sesuatu, kemudian disediakannya SOP untuk proses
pelatihan dan pembelajaran tenaga kerja. Selain itu,
informasi mengenai kebijakan pemerintah akan

AGORA Vol. 2, No. 1, (2014)
diterima perusahaan melalui surat, sehingga karyawan
juga akan langsung mengetahui mengenai kebijakan
perusahaan tersebut, karena dibicarakan dalam rapat
langsung agar masing – masing mengetahui.
Selain dari informasi juga dapat dilihat dari
kebijakan yang ada. Dalam membuat kebijakan
didasarkan atas kebutuhan yang ada. Segala macam
bentuk kebutuhan karyawan yang berkaitan dengan
perusahaan akan ditampung lalu dibicarakan dalam
rapat mingguan antar karyawan. Setelah terkumpul,
kemudian disampaikan terhadap atasan sehingga
dapat menjalin suatu hubungan yang baik dan juga
menemukan titik temu antara kebutuhan karyawan
dan kebijakan perusahaan. Setelah tercapai, maka
akan diinformasikan kembali terhadap karyawan
sehingga mereka mengetahui juga dengan baik.
Berdasarkan indikator yang dikeluarkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG,
2006) dapat disimpulkan bahwa PT. X telah
melakukan indikator dari prinsip transparansi sejak
awal berdirinya perusahaan hingga sekarang.
Akuntabilitas
Akuntabilitas dalam sebuah perusahaan sangat
diperlukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Hal tersebut dapat dilihat dari kejelasan struktur,
kejelasan fungsi, sistem dan pertanggung jawaban
perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Struktur dalam PT
X dibuat berdasarkan dua hal utama yaitu fungsional
dan kebutuhan. Berdasarkan fungsional dimana
struktur dibentuk sesuai dengan fungsinya masing –
masing dan sesuai kebutuhan yaitu kebutuhan
perusahaan akan sumber daya manusia dan
kompetensinya. Pada tahun 2003, perusahaan
berusaha untuk menyempurnakan struktur yang ada
sehingga tercipta struktur perusahaan yang ideal dan
sesuai kebutuhan. Hal itu dilakukan karena pada saat
itu perusahaan berpindah ke kantor yang baru
sehingga terjadi perubahan sebagai penambahan
fungsi dan kebutuhan dalam perusahaan.
Kejelasan fungsi dalam perusahaan sangat penting
karena merupakan batasan bagi seluruh komponen
perusahaan untuk bertindak. Dimana pada proses
implementasinya harus sesuai dengan aturan yang
tertulis. Pada PT. X, penulis melihat sesuai dengan
hasil wawancara dan pengamatan, bahwa yang terjadi
sudah sesuai dengan job description yang telah
ditetapkan. Seluruh organ dalam perusahaan
menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing
dengan baik sesuai dengan etika bisnis yang berlaku.
Hal ini juga dibantu dengan sistem kerja mereka
dalam perusahaan yang relatif tidak terlalu sulit,
karena sehari – harinya mengurusi pekerjaan seperti
itu, jadi hampir tidak ada kendala. Yang menjadi
kendala justru jika terjadi perubahan kebijakan dari
pemerintah.
Berdasarkan pembahasan mengenai etika bisnis
yang berlaku, perusahaan menetapkan bahwa dalam
penyediaan tenaga kerja, tidak diperkenankan
mempekerjakan anak di bawah usia kerja, kemudian
calon tenaga kerja harus siap secara sikap, fisik, dan

mental sebelum diberangkatkan, selain itu juga harus
selalu berdasarkan ketentuan dan kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah.
Akan tetapi, salah satu hal yang menjadi
permasalahan dalam akuntabilitas yaitu adanya
rangkap jabatan dalam perusahaan terjadi pada
direktur operasional dan keuangan. Kemudian, hal
yang sama juga terjadi pada direktur pelatihan dan
pemasaran. Hal ini dapat menjadi hambatan terhadap
perusahaan kedepannya karena berdasarkan prinsip
akuntabilitas, seseorang tidak diperkenankan memiliki
rangkap jabatan karena akan mengganggu dalam
kinerjanya.
Selain itu, sistem merupakan salah satu tolak ukur
akuntabilitas dalam perusahaan. Yang terpenting
dalam sistem adalah
implementasinya
dan
evaluasinya. Apabila suatu sistem yang baik tidak
diimplementasikan dengan baik dan dievaluasi secara
berkala, maka sistem itu akan sia – sia serta tujuan
dari dibuatnya sistem tersebut tidak akan tercapai.
Sistem – sistem tersebut adalah sistem kompensasi,
sistem pengambilan kebijakan, sistem kerja, dan
sistem manajemen perusahaan tersebut. Walaupun PT
X merupakan perusahaan keluarga, tetapi dalam
pembuatan sistemnya telah menganut sistem
manajemen. Penerapannya pun dilakukan secara
bertahap dari awal berdirinya perusahaan, dan
penyesuaian terjadi pada tahun 2003 dimana
semuanya mulai terstruktur dengan baik.
Pada tahap evaluasi tentunya berhubungan dengan
sistem audit yang dilakukan perusahaan. Dalam PT.
X, audit dilakukan oleh internal audit. Dimana
internal audit dilakukan oleh Direktur Keuangan dan
hasilnya hanya diketahui oleh kalangan keluarga saja.
Kemudian terdapat juga eksternal audit yang
mengurusi pajak dengan menggunakan jasa akuntan
publik.
Dari analisa yang dilakukan oleh penulis pada PT.
X dapat dikatakan bahwa perusahaan belum
menjalankan prinsip akuntabilitas dengan baik. Hal ini
tercermin dari adanya rangkap jabatan yang terjadi
pada Direktur Keuangan dan Operasional, dan
Direktur Pelatihan dan Pemasaran.
Responsibilitas
Pada prinsip yang ketiga yaitu tanggung jawab
perusahaan, dimana tanggung jawab yang dimaksud
yaitu Corporate Social Responsibility (CSR) dan
tanggung jawab kepada stakeholder. CSR dilakukan
oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab
kepada masyarakat, lingkungan serta karyawan.
Berdasarkan peraturan Komite Nasional Kebijakan
Governance
tentang
prinsip
Responsibilitas
mengatakan bahwa perusahaan harus mematuhi
peraturan perundang – undangan RI No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan
sebagai good corporate citizen.
Pada penelitian yang dilakukan penulis, terlihat
tanggung jawab PT. X mengenai Corporate Social

AGORA Vol. 2, No. 1, (2014)
Responsibility (CSR) sudah dilakukan dengan baik.
Hal ini terbukti dari tanggung jawab yang dilakukan
terhadap lingkungan, masyarakat, dan karyawan.
Corporate Social Responsibility (CSR) pada
lingkungan dan masyarakat dapat terlihat dari
keterlibatan perusahaan dalam acara – acara bakti dan
amal lingkungan sekitar, baik secara langsung
maupun berupa sumbangan. Kemudian, pada waktu
bulan Ramadhan melakukan buka puasa bersama
dengan anak panti asuhan di lingkungan sekitar.
Selain itu, ada pula bentuk CSR terhadap karyawan
yaitu yang utama memberikan upah kerja sesuai
UMR, dan hal itu dilakukan dari awal dan disesuaikan
dengan kebijakan pemerintah hingga saat ini,
kemudian membantu karyawan yang membutuhkan
biaya untuk sekolah anaknya, angsuran rumah, dan
tanggungan kesehatan.
Dari segi responsibilitas, perusahaan juga
memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) sesuai
aturan yang berlaku terhadap karyawan pada saat hari
raya, terdapat juga asuransi keselamatan dan jaminan
mendapatkan kerja jika seumpama tidak sesuai
dengan majikannya, dan juga jika ingin kembali ke
negara asal. Hal itu semuanya telah diatur sesuai
dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
Perusahaan juga memiliki tanggung jawab terhadap
negara yaitu melalui pembayaran pajak perusahaan.
Untuk bagian ini perusahaan menggunakan jasa
akuntan publik agar mendapatkan perhitungan yang
akurat. Selain itu juga, untuk menghindari
keterlambatan dalam pembayaran pajak.
Dari hasil analisa mengenai prinsip Responsibilitas,
maka penulis menyimpulkan bahwa PT. X telah
mengimplementasikan dengan baik. Hal ini terlihat
dari upaya – upaya yang dilakukan perusahaan untuk
melakukan tanggung jawab perusahaan dengan baik.
Independensi
Menurut KNKG (2006) Independensi merupakan
salah satu prinsip Good Corporate Governance yang
memastikan perusahaan harus dikelola secara
independen dan profesional sehingga organ
perusahaan
tidak
saling
mendominasi
dan
mengintervensi divisi lainnya.
Dari hasil wawancara kepada informan, dapat
disimpulkan bahwa prinsip independensi sudah
dijalankan yaitu dengan menjalankan tugas sesuai
dengan perannya. Seluruh jabatan direksi perusahaan
telah bersifat independen, hal itu dilakukan agar
proses penyampaian informasi lebih teratur dan
terstruktur, sehingga para karyawan dapat bekerja
dengan lebih baik. Para informan juga menyebutkan
bahwa tiap – tiap divisi dalam perusahaan dibagi atas
fungsi dan tugasnya masing – masing. Orang – orang
yang berada di dalamnya juga telah diseleksi dan
ditempatkan sesuai kebutuhan, sehingga dapat
dikatakan perusahaan sudah melakukan tugas yang
seharusnya dikerjakan. Lebih lanjut lagi, dijelaskan
oleh informan, dalam operasional perusahaan satu
pihak dan pihak yang lainnya saling membantu tetapi
tidak saling mengintervensi. Setiap bagian
mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan job

description masing-masing dan tidak dicampuri oleh
bagian lain maupun oleh atasan. Hal tersebut mulai
dilakukan sejak perusahaan berdiri, dan untuk
penyempurnaannya, pada tahun 2003 dilakukan
pembenahan lagi yang disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan, sehingga yang dulunya urusan keuangan
langsung terlibat dengan Direktur Keuangan, sekarang
terbagi untuk kas kecil perusahaan menggunakan
divisi sendiri, sedangkan Direktur Keuangan hanya
mengurusi laporan keuangan perusahaan.
Begitu juga halnya dengan Direktur Pelatihan,
sekarang telah memercayakan urusan pelatihan
kepada Divisi pelatihan agar mengurusi sistem
pelatihan tenaga kerja, dan tidak lagi mengatur segala
sesuatunya dari awal. Hal itu dilakukan untuk
memudahkan proses kerja dalam perusahaan dengan
membagi tugas kepada karyawan.
Berdasarkan indikator KNKG (2006) mengenai
prinsip Independensi, dapat disimpulkan bahwa PT. X
telah menerapkan indikator – indikator tersebut
dengan baik, dilihat dari tidak ada campur tangan atau
intervensi dari pihak lain dalam struktur organisasi,
dan
kejelasan
fungsi
dan
organ
dalam
pelaksanaannya.
Fairness
Fairness merupakan prinsip yang cukup penting
apalagi saat ini sudah banyak perusahaan yang
dibangun atas beberapa kepemilikan. Dikarenakan hal
ini berbicara mengenai kesetaraan dan kewajaran,
maka setiap stakeholder diwajibkan menjalankan
kewajibannya dengan baik serta mendapatkan hak
mereka dengan adil pula.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan
PT. X, menyebutkan bahwa tiap stakeholder
mendapatkan dividen yang sesuai dengan jumlah
saham yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kesetaraan terlihat dengan jelas dalam
perusahaan.
Fairness tidak hanya dilihat dari sudut pemegang
saham tetapi juga terhadap karyawannya. Perusahaan
harus adil terhadap karyawannya. Dalam melakukan
perekrutan karyawan, perusahaan mempertimbangkan
karakter serta tanggung jawab terhadap perusahaan.
Sistem perekrutan perusahaan mempunyai jalur
seperti perusahaan pada umumnya, yaitu pelamar
mengirimkan surat lamaran, kemudian diinterview,
dan apabila orang tersebut memiliki kemampuan
sesuai yang diinginkan perusahaan maka akan
diterima sebagai pegawai tidak tetap. Selama proses
bekerja kurang lebih 3 bulan akan dinilai, jika
kinerjanya bagus maka akan diangkat sebagai pegawai
tetap.
Dalam hal pemberian gaji terhadap karyawan
perusahaan memang terdapat perbedaan. Hal itu
disebabkan oleh 2 faktor yaitu loyalitas dan juga
kinerjanya terhadap perusahaan. Untuk standar
disesuaikan dengan UMR. Kemudian untuk
kompensasi diberikan tunjangan kesehatan, tunjangan
hari raya (THR), dan liburan bersama anggota
perusahaan. Dari hasil wawancara, karyawan merasa
puas dengan gaji yang telah diberikan perusahaan.

AGORA Vol. 2, No. 1, (2014)
Selain itu juga, fairness terhadap konsumen juga
telah dilakukan dengan baik, karena dari sisi
konsumen pihak perusahaan selalu melakukan
komunikasi terlebih dahulu melalui webcam dengan
calon majikan di negara tujuan, sehingga kesepakatan
antara tenaga kerja dan calon majikan telah terjadi
sebelum keberangkatan. Kemudian, pihak perusahaan
juga menyediakan tenaga kerja yang mencukupi usia
kerja sehingga tidak melanggar peraturan pemerintah.
Mengenai sistem reward dan punishment,
sebenarnya perusahaan tidak menjalankan sistem
tersebut dengan jelas, karena berdasarkan hasil
wawancara mengatakan bahwa reward dan
punishment memang tidak dijalankan. Hanya
sebelumnya perusahaan pernah memberikan reward
kepada karyawan yang telah bekerja selama 10 tahun
berupa jalan – jalan ke Hongkong, tetapi sekarang
sudah tidak jelas lagi apakah masih berlaku atau tidak.
Sedangkan untuk punishment tidak diberlakukan,
atasan hanya memberikan teguran berupa nasihat
kepada karyawan yang melakukan kesalahan. Kecuali
jika melakukan kesalahan fatal baru punishment
berlaku, bahkan ada yang sampai diberhentikan secara
langsung.
Dari hasil analisa yang dilakukan oleh penulis
mengenai prinsip Fairness pada PT. X maka dapat
disimpulkan bahwa perusahaan belum menjalankan
prinsip Fairness dengan sempurna, dapat dilihat dari
ketidakjelasan dalam penerapan reward dan
punishment.
Perusahaan yang baik yaitu perusahaan yang
menerapkan Good Corporate Governance dengan
baik. Dari analisa yang dilakukan oleh penulis,
perusahaan keluarga PT. X telah melaksanakan
prinsip – prinsip Good Corporate Governance dengan
baik pada prinsip Transparancy, Responsiveness, dan
Independency. Sedangkan pada prinsip Accountability
masih belum karena terdapat rangkap jabatan dalam
perusahaan, dan untuk prinsip Fairness dalam
penerapan reward dan punishment sudah tidak jelas
lagi.
Manfaat diterapkannya Prinsip Good Corporate
Governance pada PT. X
Dari penerapan prinsip – prinsip Good Corporate
Governance yang telah dilakukan pada PT. X maka
terdapat beberapa manfaat yang akan dijabarkan
sebagai berikut :
Transparansi
Pada awal berdirinya perusahaan telah dijelaskan
informasi – informasi yang berkaitan dengan
perusahaan, kecuali laporan keuangan. Seiring
berjalannya waktu hingga saat ini, informasi selalu
dibahas melalui rapat – rapat mingguan antar
karyawan. Manfaat yang diperoleh yaitu seluruh
organ perusahaan dapat lebih mudah mengetahui
segala informasi yang berhubungan dengan
perusahaan.
Akuntabilitas
Awal berdiri struktur masih bersifat sementara dan
terdapat rangkap jabatan, saat ini telah dilakukan
pembaharuan dengan penambahan jumlah karyawan

sesuai kebutuhan, walaupun masih tetap ada rangkap
jabatan. Manfaat yang diperoleh yaitu peningkatan
kinerja perusahaan melalui prosedur pengambilan
keputusan yang lebih baik, kegiatan operasional yang
lebih efisien dan pemberian layanan yang lebih baik.
Responsibilitas
Telah melakukan pemberian upah sesuai UMR,
bekerja sesuai aturan ketenagakerjaan, dan taat
membayar pajak, kemudian saat ini telah melakukan
CSR terhadap segala aspek yaitu lingkungan,
masyarakat, dan karyawan. Manfaat yang diperoleh
yaitu adanya peningkatan citra perusahaan karena
telah menjalankan sesuai prosedur, kemudian
karyawan dalam perusahaan juga merasa nyaman
dengan kepedulian perusahaan.
Independensi
Karyawan bekerja sesuai dengan prosedur
perusahaan tanpa adanya campur tangan pihak lain
baik karyawan lain maupun pemilik. Hingga saat ini
juga tetap berlangsung seperti itu. Manfaatnya yaitu
kegiatan operasional perusahaan dan program
pelatihan tenaga kerja berjalan dengan baik tanpa
campur tangan pihak manapun, karena telah dibuatkan
SOP, sehingga proses pembelajaran mereka menjadi
lebih jelas dan terstruktur.
Fairness
Telah melakukan perilaku yang adil bagi karyawan
dan juga pemegang saham. Hal itu terus dilakukan
hingga saat ini, dengan adanya penambahan –
penambahan dalam bentuk tunjangan maupun bonus.
Manfaat yang diperoleh yaitu kelangsungan hidup
perusahaan menjadi lebih panjang dan tercipta
loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
PT. X termasuk dalam kategori Family Business
Enterprise (FBE) dikarenakan seluruh anggota
keluarga yang menduduki posisi kunci dalam
perusahaan yaitu sebagai komisaris, dan seluruh
deretan direksi. Perusahaan ini bergerak dalam bidang
penyediaan dan pengiriman jasa tenaga kerja yang
berasal dari Indonesia dan akan dikirim ke luar negeri
untuk kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia,
Hongkong, dan Taiwan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada
perusahaan ini terkait dengan proses penerapan
prinsip
good
corporate
governance,
dapat
disimpulkan bahwa penerapan prinsip GCG pada PT.
X dari waktu ke waktu disesuaikan dengan kebutuhan
dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, meskipun
belum semuanya maksimal. Dilihat dari adanya
penambahan jumlah karyawan agar memudahkan
dalam proses pembagian kerja, adanya pemberian
THR yang sesuai bagi karyawan, dan melakukan CSR
terhadap lingkungan sekitar. Proses penerapan
tersebut dilakukan secara bertahap dan bertujuan
untuk kemajuan perusahaan. Pada saat ini, prinsip
transparansi, responsibilitas, dan independensi telah
dijalankan dengan cukup baik. Sedangkan, untuk
akuntabilitas dan fairness meskipun telah diterapkan

AGORA Vol. 2, No. 1, (2014)
namun, masih memerlukan perbaikan untuk
kedepannya.
Saran dalam menjalankan proses penerapan prinsip
good corporate governance pada perusahaan PT. X
yaitu dengan memperbaiki struktur perusahaan
dengan menghilangkan rangkap jabatan yang terjadi
sehingga kinerja perusahaan dapat menjadi lebih baik
ke depannya. Kemudian, mulai menerapkan sistem
reward dan punishment yang jelas dalam perusahaan,
sehingga karyawan dapat lebih termotivasi lagi
sehingga meningkatkan kinerja perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
ACGA Ltd. (2012). CG Watch 2012: Market
Rankings. Corporate Governance In Asia,
2012 (9), p.8.
Aronoff, S Mclure, J Ward. (2002) Family business
succession. Family Enterprise Publisher.
FCGI (2002). Seri tata kelola perusahaan (corporate
governance) Jilid II, Forum for corporate
governance in Indonesia. Retrieved from,
http://www.fegi.or.id
Bungin, Burhan. (2007). Penelitian kualitatif. Jakarta :
Prenada Media Group.
Daniri, Mas Achmad. (2005) Good corporate
governance konsep dan penerapannya dalam
konteks Indonesia. Jakarta : Ray Indonesia
Joni, E. (2006). Regulatory Driven dalam
Implementasi
prinsip-prinsip
Good
Corporate Governance pada perusahaan di
Indonesia. Journal Manajement & bisnis
Sriwijaya. 4(8):112-113.
Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) (2004). Principles of
corporate governance.
Indrianto, Nur & Supomo, Bambang. (2002).
Metodologi penelitian bisnis untuk akuntansi
& manajemen (1st ed.). Yogyakarta: BPFE.
Moleong, Lexy J. (2002). Metode penelitian kualitatif
(edisi.revisi).
Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya.
Tricker, Robert I,. (2003), Corporate Governance –
Practices, Procedures, and Power in
Companies and Their Board of Directors,
UK, Gower.
Friedman, M. & Friedman, S. (1994). How to Run a
Family : How to Own, Operate and Ensure
the Continuation of Your Family Business.
Cincinati : Betterway Book.
Louise, S.C. (2007) The Family Business and The
Three-Circle System.SME Development and
Succession, 575-576.
KNKG. (2006). Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia. Komite Nasional
Kebijakan Governance.
Gersick , Davis, Hampton, & Lansberg, (1997)
Provide frameworks for the study of
shareholder behavior. The Three-Circle
Model of family business system. Boston:
Harvard Business School Press.

Saragih, Bungaran., et al., eds. (1994). Metodologi
penelitian
sosial.
Bogor:
Direktorat
Perguruan Tinggi Swasta, Direktorat Jendral
Perguruan Tinggi.
Sugiyono. (2008). Metode penelitian bisnis
(pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan
R&D). Bandung: CV. Alfabeta.
Susanto, A.B., Wijanarko, Himawan., Susanto,
Patricia., & Mertosono, Suwahjuhadi.
(2007). Family Business.Jakarta: The Jakarta
Consulting Group.
Poza, E.J. (2007). Family Business, 2nd ed. Ohio:
Thomson South - Western.
Undang - undang Republik Indonesia no. 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas.
Suryabrata, Sumadi. (1983). Metodologi penelitian.
Jakarta : CV. Rajawali.
Warsono, Sony.,Amalia, Fitri., & Rahajeng,Dian
Kartika. (2009). Corporate governance
concept and model preserving true
organization welfare. Yogyakarta : Center
For Good Corporate Governance-Fakultas
Ekonomika Dan Bisnis.
Zarkasyi, Moh. Wahyudin (2008). Good corporate
governance pada badan usaha manufaktur,
perbankan, dan jasa keuangan lainnya.
Jakarta : CV. Alfabet.