Pengaruh Konsumsi Fastfood Terhadap Obesitas Anak Sekolah Dasar | Santosa | Jurnal Mutiara Medika 1669 4620 1 PB

Mutiara Medika
Vol. 7 No. 2:61-68, Juli 2007

Pengaruh Konsumsi Fastfood Terhadap Obesitas Anak Sekolah Dasar
The Influence of Fast Food Consumption on Obesity in Elementary School
Children
Erwin Santosa
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

`

Abstrak
Obesitas adalah kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh manusia. Banyak faktor yang
mempengaruhi obesitas antara lain frekuensi konsumsi fast food yang berlebihan, asupan makanan
jajanan, status sosial ekonomi, aktifitas fisik dan perilaku aktivitas fisik yang tidak banyak bergerak
sehari-hari. Prevalensi obesitas meningkat dari tahun ke tahun baik di negara maju maupun negara
berkembang termasuk Indonesia, yang disebabkan oleh adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan
makan. Pola makan di kota-kota besar telah bergeser dari pola makan tradisional ke pola makan
barat yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh konsumsi fast food terhadap obesitas anak SD.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian case
control.. Lokasi penelitian di SDN 1 Sleman dan dilaksanakan pada bulan Mei 2007. Populasi
penelitian ini adalah sejumlah siswa kelas 5 yang bersekolah di SDN 1 Sleman. Alat ukur penelitian
berupa kuesioner sebagai pedoman untuk wawancara. Data dianalisis dengan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna (p e” 0,05) pada umur
(p = 0.666), jenis kelamin (p = 0,464), merasa gemuk (p = 0,536), takut gemuk (p = 0,079), serta
usaha mengurangi konsumsi fast food (p = 1,00) untuk mencegah obesitas. Perbedaan yang bermakna
(p d” 0,05) didiapatkan pada konsumsi fast food (p = 0,002), aktivitas fisik (p = 0,014), aktivitas
diam (p = 0,021), dan tingkat pendapatan keluarga (p = 0,026).
Terdapat perbedaan yang bermakna untuk tingkat konsumsi fast food, aktivitas fisik, aktivitas
diam dan tingkat pendapatan keluarga, sedangkan untuk umur, jenis kelamin, dan variabel lain tidak
terdapat perbedaan yang bermakna
Kata kunci : anak sekolah dasar, fast food, obesitas
Abstrack
Obesity is an excessive accumulation of fat inside human body. May factors influence
obesity namely high frequency of fast food consumption, snacks intake, social economic status,
physical activities and sedentary lifestyle. Obesity prevalence has been increasing every year
in developed and developing countries including Indonesia; this is influenced by the change
of lifestyle and eating habits. Dietary consumption in big cities has shifted from traditional to
western pattern, which can cause imbalance quality of nutrients. This research aimed to

identifying the influence of fast food consumption and other related factors on obesity in
elementary school children.
This research was an analytic observational study using case control research design.
Research location was in Sekolah Dasar Negeri SDN 1 Sleman; and it was conducted in June
2007. Research subjects were 30 fifth-grade students in SDN 1 Sleman. Research tool used
was a questionnaire as an interview guide. Data was analyzed using chi-square test.

61

dr. H Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes, Pengaruh Konsumsi Fastfood........

The research results showed no significant differences (p e” 0.5) on age (p = 0.666),
sex (p = 0.464), fat self-perception (p = 0.536), fear of being fat (p = 0.079), and effort to
decrease fast food consumption to prevent obesity (p = 1.00). Significant differences (p =
0.05) were found in fast-food consumption (p = 0.002), physical activities (p = 0.014),
sedentary lifestyle (p = 0.021) and family income (p = 0.026).
There were significant differences in fast food consumption, physical activities,
sedentary lifestyle and family income; meanwhile, age, sex, and other factors showed no
significant differences.
Key words: elementary school children, fast food, obesity

Pendahuluan
Peningkatan kemakmuran di
Indonesia diikuti juga oleh perubahan gaya
hidup dan kebiasaan makan. Pola makan,
terutama dikota-kota besar, bergeser dari
pola makan tradisional ke pola makan barat
berupa makanan cepat saji yang dapat
menimbulkan mutu gizi yang tidak
seimbang yang akhirnya dapat
mengakibatkan tubuh kelebihan lemak
(obesitas).1
Di negara dengan keadaan sosial
ekonomi yang telah maju, obesitas menjadi
masalah yang penting. Di negara yang
sedang berkembang, misalnya Indonesia,
penyakit infeksi dan kurang gizi masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang utama. Masalah obesitas belum
mendapatkan perhatian yang serius karena
prevalensinya yang masih rendah bila

dibandingkan dengan masalah penyakit
infeksi dan kurang gizi. Akan tetapi pada
tahun-tahun terakhir ini, kejadian obesitas
diantara anak-anak dari keluarga dengan
keadaan social ekonomi yang baik makin
bertambah.2 Oleh karena itu, masalah
obesitas sudah mulai mendapat perhatian
lebih banyak.
Masalah obesitas sudah mulai
terlihat terutama di kota-kota besar. Survei
IMT pada 27 ibukota provinsi di Indonesia
menunjukkan prevalensi obesitas sebesar
6,8 % pada laki-laki dewasa dan 13,5 %
pada perempuan dewasa. Sedangkan
menurut Susenas 1999, prevalensi
obesitas pada balita sebesar 5,2 %.3
Prevalensi obesitas di Amerika Serikat
sebesar 11,1 % dan di Rusia sebesar 6 %.
Di Amerika
Serikat terdapat


62

peningkatan angka obesitas yang sangat
cepat antara tahun 1963-1980 pada
kelompok umur 6-11 tahun sebesar 98 %
sedangkan peningkatannya pada kelompok
umur 12-17 tahun sebesar 64 %.4.5Tujuan
penelitan ini adalah untuk mengetahui
pengaruh konsumsi fast food terhadap
obesitas pada anak
Bahan dan cara
Penelitian ini dilaksanakan di salah
satu sekolah dasar di Yogyakarta, yaitu SD
Negeri 1 Sleman dengan pertimbangan
lokasi yang terjangkau oleh peneliti.
Penelitian yang dilaksanakan pada bulan
Mei 2007 ini merupakan penelitian analitik
observasional dengan pendekatan disain
case control study. Populasi penelitian ini

adalah sejumlah siswa kelas 5 di SD Negeri
1 Sleman, Yogyakarta yaitu dari 44 siswa
hanya 30 siswa yang terdata oleh peneliti
Variabel tergantung disini: Obesitas ,
Variabel bebas adalah: Konsumsi fast food,
variasi jenis, dan jumlah fast food yang
dikonsumsi.Variabel pengganggu seperti
status sosial ekonomi orang tua.Variabel
demografi masing-masing subjek penelitian
dikendalikan berdasarkan matching atau
melalui uji statistik yang relevan. Berat
Badan di timbang dengan timbangan injak
dengan tingkat ketelitian 0,5 kg. Tinggi badan
diukur dengan menggunakan Mikrotoise
yang berskala 0-2 cm dengan ketelitian 0,1
cm. Dan kuesioner yang mencakup
pertanyaan sesuai data yang diperlukan .
Data yang telah terkumpul diolah dengan
menggunakan program komputer.
Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan computer dengan program

Mutiara Medika
Vol. 7 No. 2:61-68, Juli 2007

SPSS versi 12.0 for windows. Pengolahan
data melalui proses pemasukan data,
tabulasi data dan pengediten data. Analisis
data diperoleh dengan menggunakan uji

statistic chi-square untuk uji beda dan
regresi logistic berganda untuk uji
multivarian.

Tabel 1 : Prevalensi obesitas anak SD berdasarkan umur
Umur
≤ 10 tahun
≥ 10 tahun
Total


n
5
1
6

Obesitas
%
16,7
3,3
20,0

X² = 0,186

df = 1

Dari 30 siswa yang didata terdiri dari
23 siswa dengan umur d” 10 tahun, terdapat
sebanyak 5 (16,7%) siswa yang mengalami
obesitas dan 18 (60%) siswa yang tidak
mengalami obesitas dengan rerata 76,7%.

Sedangkan, siswa yang berumur e” 10
tahun ada 7 siswa, yang mengalami
obesitas hanya 1 (3,3%) siswa dan yang
tidak mengalami obesitas sebanyak 6 (20%)

Non obesitas
n
%
18
60,0
6
20,0
24
80,0

p = 0,666

Total
n
23

7
30

%
76,7
23,3
100,0

OR = 1,6

siswa dengan rerata 23,3%. Dari tabel di
atas dapat dilihat dari hasil X² d” 3,84 (C
tabel untuk df = 1) maka tidak ada hubungan
antara umur dengan kejadian obesitas.
Anak dengan umur d” 10 tahun resiko
obesitasnya meningkat 1,6 kali lebih besar
dari anak dengan umur e” 10 tahun. Dan
dari hasil tabel di atas tidak terdapat
perbedaan yang bermakna (pe”0,05).


Tabel 2 : Prevalensi obesitas anak SD berdasarkan jenis kelamin.
Jenis
kelamin
Perempuan
Laki-laki
Total

n
4
2
6

Obesitas
%
13,3
6,7
20,0

X² = 0,536

df = 1

Dari 30 siswa terdiri 16 siswa
perempuan dan 14 siswa laki-laki.Tabel di
atas menunjukkan siswa perempuan yang
mengalami obesitas ada 4 (13,3%) dan
yang tidak mengalami obesitas ada
sebanyak 12 (40%) dengan rerata 53,3%.
Sedangkan untuk laki-laki yang mengalami
obesitas ada 2 (6,7%) dan yang tidak
mengalami obesitas ada 12 (40%) dengan
rerata 46,7%. Tabel di atas menunjukkan

Non obesitas
n
%
12
40
12
40
24
80,0

p = 0,464

Total
n
16
14
30

%
53,3
46,7
100,0

OR = 2

X² d” 3,84 (C tabel untuk df = 1) maka tidak
ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian obesitas.
Hasil OR menunjukkan bahwa
anak perempuan resiko obesitasnya
meningkat 2 kali lipat dibandingkan anak
laki-laki. Dan dari hasil didapat bahwa tidak
terdapat perbedaan yang bermakna (p e”
0,05).

63

dr. H Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes, Pengaruh Konsumsi Fastfood........

Tabel 3 : Hubungan obesitas dengan tingkat konsumsi fastfood
Tingkat konsumsi
fast food
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

n
0
1
5
6

Obesitas
%
0,0
3,3
16,7
20,0

X² = 12,512

Non obesitas
n
%
9
30,0
12
40,0
3
10,0
24
80,0

df = 2

Dari hasil tabel di atas ternyata
bahwa
banyaknya
siswa
yang
mengkonsumsi fast food dengan tingkat
yang paling rendah ada 9 (30,0%) siswa,
tidak terdapat siswa yang mengalami
obesitas, dan ada 9 (30,0%) siswa yang
tidak mengalami obesitas. Dari tingkat
konsumsi fast food yang sedang terdapat
sebanyak 13 (43,3%) siswa,dengan siswa
yang mengalami obesitas hanya 1 (3,3%)
siswa dan yang tidak mengalami obesitas

Total
n
9
13
8
30

%
30,0
43,3
26,7
100,0

p = 0,002

terdapat sebanyak 12 (40,0%) siswa.
Tingkat konsumsi fast food yang tinggi
terdapat 8 (26,7%) siswa, yang mengalami
obesitas terdapat 5 (16,7%) siswa dan 3
(10.0%) siswa yang tidak mengalami
obesitas. Tabel di atas juga menunjukkan
bahwa X ² e” 5,99 (C tabel untuk df = 2)
berarti bahwa terdapat hubungan antara
konsumsi fast food dengan kejadian
obesitas dan terdapat perbedaan yang
bermakna (p d” 0,05).

Tabel 4 : Hubungan obesitas dengan tingkat aktivitas fisik.

Rendah
Sedang
Tinggi
Total

n
4
2
0
6

Obesitas
%
13,3
6,7
0,0
20,0

X² = 8,571

Non obesitas
n
%
3
10,0
12
40,0
9
30,0
24
80,0

df = 2

Tabel di atas menunjukkan bahwa
banyaknya siswa dengan tingkat aktivitas
fisiknya yang paling rendah ada 7 (23,3%)
siswa, terdapat 4 (13,3%) siswa yang
mengalami obesitas, dan ada 3 (10,0%)
siswa yang tidak mengalami obesitas. Dari
tingkat aktifitas fisiknya sedang terdapat
sebanyak 14 (46,7%) siswa,dengan siswa
yang mengalami obesitas ada 2 (6,7%)
siswa dan yang tidak mengalami obesitas

64

total
n
7
14
9
30

%
23,3
46,7
30,0
100,0

p = 0,014

terdapat sebanyak 12 (40,0%) siswa.
Tingkat aktifitas fisiknya tinggi terdapat 9
(30,0%) siswa, tidak terdapat siswa yang
mengalami obesitas dan 9 (30,0%) siswa
yang tidak mengalami obesitas. Tabel di
atas juga menunjukkan bahwa X ² e” 5,99
(C tabel untuk df = 2) berarti bahwa terdapat
hubungan antara tingkat aktivitas fisik
dengan kejadian obesitas dan terdapat
perbedaan yang bermakna (pd”0,05).

Mutiara Medika
Vol. 7 No. 2:61-68, Juli 2007

Tabel 5 : Hubungan obesitas dengan tingkat aktivitas diam
(nonton TV, main komputer main game)
Tingkat
aktivitas diam
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Obesitas
n
0
1
5
6

Non obesitas

%
0,0
3,3
16,7
20,0

X² = 7,746

n
13
5
6
24

%
43,3
16,7
20,0
80,0

df = 2

Hasil tabel di atas menunjukkan banyaknya
siswa dengan tingkat aktivitas diam yang
paling rendah ada 13 (43,3%) siswa, tidak
terdapat siswa yang mengalami obesitas,
dan ada 13 (43,3%) siswa yang tidak
mengalami obesitas. Dari tingkat aktifitas
diamnya sedang terdapat 6 (20,0%)
siswa,dengan siswa yang mengalami
obesitas ada 1 (3,3%) siswa dan yang tidak
mengalami obesitas terdapat sebanyak 5

Total
n
13
6
11
30

%
43,3
20,0
36,7
100,0

p = 0,021

(16,7%) siswa. Tingkat aktifitas diam tinggi
terdapat 11 (36,7%) siswa, terdapat 5 (16,7)
siswa yang mengalami obesitas dan 6
(20,0%) siswa yang tidak mengalami
obesitas. Tabel di atas juga menunjukkan
bahwa X ² e” 5,99 (C tabel untuk df = 2)
berarti bahwa terdapat hubungan antara
tingkat aktivitas diam dengan kejadian
obesitas dan terdapat perbedaan yang
bermakna (p d” 0,05).

Tabel 6 : Hubungan obesitas dengan tingkat pendapatan keluarga
Tingkat pendapatan
keluarga
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

n
0
1
5
6

Obesitas
%
0,0
3,3
16,7
20,0

X² = 7,273

Dari hasil tabel di atas menunjukkan
terdapat bahwa banyak siswa dengan
tingkat pendapatan keluarga yang paling
rendah ada 8 (26,7%) siswa, tidak terdapat
siswa yang mengalami obesitas, dan ada
8 (26,7%) siswa yang tidak mengalami
obesitas. Dari tingkat pendapatan keluarga
sedang terdapat sebanyak 11 (36,7%)
siswa, yang mengalami obesitas hanya 1
(3,3%) siswa dan yang tidak mengalami
obesitas terdapat sebanyak 10 (33,3%)
siswa.

Non obesitas
n
%
26,7
8
33,3
10
20,0
6
24
80,0

df = 2

Total
n
8
11
11
30

%
26,7
36,7
36,7
100,0

p = 0,026

Tingkat pendapatan keluarga yang
tinggi terdapat 11 (36,7%) siswa, yang
mengalami obesitas terdapat 5 (16,7%)
siswa dan 6 (20.0%) siswa yang tidak
mengalami obesitas. Tabel di atas juga
menunjukkan bahwa X ² e” 5,99 (C tabel
untuk df = 2) berarti bahwa terdapat
hubungan antara tingkat pendapatan
keluarga dengan kejadian obesitas dan
terdapat perbedaan yang bermakna
(pd”0,05).

65

dr. H Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes, Pengaruh Konsumsi Fastfood........

Tabel 7 : Hubungan obesitas dengan perasaan ”merasa gemuk” ( psikologi )
Merasa
kegemukan

Obesitas
n
%
1
3,3
5
16,7
6
20,0

Ya
Tidak
Total

X² = 0,384

Non obesitas
n
%
7
23,3
17
56,7
24
80,0

df = 1

Total
n
8
22
30

%
26,7
73,3
100,0

p = 0,536 OR = 0,48
Hasil dari X² d” 3,84 (C tabel untuk
df = 1) berarti bahwa tidak terdapat
hubungan antara perasaan gemuk
seseorang terhadap kejadian obesitas.
Hasil p e” 0,05 menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang bermakna. Dan
hasil OR menunjukkan bahwa tidak
berpengaruhnya antara perasaan gemuk
maupun tidak terhadap kejadian obesitas
seseorang.

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat
8 (26,7) siswa yang merasa gemuk, ada 1
(3,3%) siswa yang memang obesitas dan
7 (23,3%) siswa yang tidak mengalami
obesitas. Sedangkan, bagi siswa yang tidak
merasa kegemukan terdapat 22 (73,3%),
didapatkan 5 (16,7%) siswa yang
mengalami obesitas dan ada 17 (56,7%)
siswa tidak mengalami obesitas.

Tabel 8 : Hubungan obesitas dengan perasaan ”takut gemuk” ( psikologi )
Takut
gemuk
Ya
Tidak
Total

Obesitas
n
2
4
6

Non obesitas
n
%
10
33,3
14
46,7
24
80,0

%
6,7
13,3
20

X² = 0,139

df = 1

Tabel di atas menunjukkan bahwa
terdapat 12 (40,0%) siswa yang takut
gemuk, ada 2 (6,7%) siswa yang
mengalami obesitas dan 10 (33,3%) siswa
yang tidak mengalami obesitas.
Sedangkan, bagi siswa yang tidak takut
gemuk terdapat 18 (60,0%), didapatkan 4
(13,3%) siswa yang mengalami obesitas
dan ada 14 (46,7%) siswa tidak mengalami
obesitas.
Hasil dari X² d” 3,84 (C tabel untuk
df = 1) berarti bahwa tidak terdapat

Total
n
12
18
30

%
40,0
60,0
100,0

p = 0,709 OR = 0,7
hubungan antara perasaan takut gemuk
seseorang terhadap kejadian obesitas.
Hasil p e” 0,05 menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang bermakna. Hasil
OR menunjukkan bahwa anak-anak yang
mempunyai perasaan takut gemuk dapat
meningkatkan 1,4 kali lipat kejadian
obesitas seseorang dibandingkan anakanak yang memang tidak takut akan
kegemukan.

Tabel 9 : Hubungan obesitas dengan perasaan
“berusaha mengurangi makanan fast food”
Berusaha mengurangi
makanan fastfood
Ya
Tidak
Total

X² = 0,00

66

Obesitas
n
1
5
6

df = 1

%
3,3
16,7
20,0

Non obesitas
n
4
20
24

p = 1,00

%
13,3
66,7
80,0

Total
n
5
25
30

OR = 1,00

%
16,7
83,3
100

Mutiara Medika
Vol. 7 No. 2:61-68, Juli 2007

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat
5 (16,7%%) siswa yang berusaha
mengurangi makanan fast food, hanya 1
(3,3%) siswa yang mengalami obesitas dan
5 (16,7%) siswa yang tidak mengalami
obesitas. Sedangkan, bagi siswa yang tidak
berusaha mengurangi makanan fast
foodnya terdapat 25 (83,3%), didapatkan 5
(16,7%) siswa yang mengalami obesitas
dan ada 20 (66,7%) siswa tidak mengalami
obesitas.
Hasil dari X² d” 3,84 (C tabel untuk
df = 1) berarti bahwa tidak terdapat
hubungan antara usaha untuk mengurangi
makanan fast food seseorang terhadap
kejadian obesitas. Hasil p e” 0,05
menunjukkan bahwa sama sekali tidak
terdapat perbedaan yang bermakna. Hasil
OR menunjukkan bahwa anak-anak yang
tidak punya usaha untuk mengurangi
makanan fast foodnya dapat meningkatkan
1 kali lipat kejadian obesitas seseorang
dibandingkan anak-anak yang memang
takut akan kegemukan.
Pembahasan Berdasarkan karakteristik
responden dan analisa data di atas, maka
dapat disajikan pembahasan sebagai
berikut :
Prevalensi obesitas dari tahun ke
tahun cenderung meningkat. Pada
penelitian ini didapatkan prevalensi obesitas
pada siswa kelas V SDN 1 di Kabupaten
Sleman Yogyakarta ( tabel I ) sebesar 76,7%
untuk siswa yang kurang dari 10 tahun dan
23,3% untuk siswa yang umurnya lebih dari
10 tahun. Hasil juga didapatkan prevalensi
obesitasnya untuk siswa perempuan 53,3%
dan siswa laki-laki 46,7%.
Beberapa penelitian sebelumnya
antara lain di Jakarta 1987, pada anak umur
6-18 tahun kejadian obesitas adalah 6,7%
terdiri dari anak perempuan 3,1% dan anak
laki-laki 10,2%. Pada anak sekolah umur 612 tahun, obesitas ditemukan sekitar 0-4%.
Dari sini terlihat bahwa di Yogyakarta pada
tahun 1995 setelah penelitian di Jakarta ada
kecenderungan meningkatnya prevalensi
obesitas dibandingkan sebelumnya.
Kecenderungan meningkatnya obesitas ini
terjadi karena beberapa faktor antara lain,
semakin meningkatnya keadaan sosial

ekonomi masyarakat, sehingga mampu
mengkonsumsi
makanan
dengan
kandungan kalori tinggi seperti hamburger,
pizza, ayam goreng, kentang goreng,
sebagai fast food yang lebih banyak
mengandung protein, lemak, gula dan
garam akan tetapi miskin serat. 6 Juga
tersedianya makanan ringan atau berbagai
jenis makanan camilan, yang pada waktu
sekarang ini banyak menjamur terutama di
kota-kota besar. 7 Seperti juga yang dilihat
dari perilaku menonton TV yang berlebihan
( tabel V ), sehingga mengurangi
penggunaan energi, apalagi kalau menonton
TV sambil makan, tidak terasa
menyebabkan pemasukan kalori cukup
tinggi. Meningkatnya obesitas juga
dipengaruhi ketidaktahuan orang tua, yaitu
merasa bangga kalau mempunyai anak
yang gemuk, sehingga obesitas dianggap
bukan suatu kelainan, ini menyebabkan tidak
adanya keinginan orang tua untuk
berkonsultasi dengan dokter mengenai
keadaan obesitas anaknya. Padahal, seperti
diuraikan sebelumnya, obesitas pada anakanak biasanya akan berlanjut menjadi
obesitas pada masa dewasa. Dan
komplikasi yang terjadi akibat dari obesitas
cukup banyak, sehingga pencegahan
obesitas lebih baik dilakukan seawal
mungkin.8
Mengenai tingkat pendapatan
keluarga ( tabel VI ), terdapat masingmasing 36,7% bagi tingkat pendapatan
keluarganya tinggi maupun bagi tingkat
pendapatan keluarganya yang sedang dan
26,7% bagi siswa dengan tingkat
pendapatan keluarganya rendah. Ternyata
pada penelitian kali ini yang menghabiskan
uang jajan justru persentasenya lebih kecil
tejadinya obesitas dibandingkan dengan apa
yang menghabiskan sebagian uangnya atau
tidak menentu dalam hal ini terdapat
perbedaan yang bermakna (pd”0,05).
Mengapa yang menghabiskan uang jajan
justru menunjukkan persentase lebih kecil
untuk terjadinya obesitas dan secara
statistik berbeda bermakna bahwa jajan
tidak mempengaruhi kejadian obesitas? Hal
ini karena makanan jajan ternyata lebih
bergizi seimbang dibandingkan beberapa

67

dr. H Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes, Pengaruh Konsumsi Fastfood........

jenis fast food. Selain itu lebih murah, alami
dan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi
Indonesia, sehingga lebih mudah diterima
oleh masyarakat banyak.
Mengenai makanan yang dikenal sebagai
fast food, terdapat 30% siswa dengan
tingkat konsumsi fast food nya rendah,
43,3% sedang, dan 26,7% yang tingkat
konsumsi fast foodnya tinggi.Yang berarti
ada hubungan yang bermakna antara
konsumsi fast food dengan kejadian obesitas
(pd”0,05). Ini berarti pernah makan fast food
mempunyai kemaknaan untuk terjadinya
obesitas. Ini karena fast food merupakan
makanan dengan kandungan kalori, lemak,
dan gula yang tinggi.
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat
ditarik dari hasil penelitian ini adalah terdapat
perbedaan yang bermakna pada tingkat
konsumsi fast food, aktivitas fisik, aktivitas
diam juga pada tingkat pendapatan keluarga.
Untuk umur, jenis kelamin, serta dari segi
psikologi dari siswa yang merasa gemuk,
takut gemuk maupun yang berusaha untuk
mengurangi makanan fast food tidak
terdapat perbedaan yang signifikan..
Saran
Berdasar kesimpulan di atas,
diberikan saran yaitu antara lain: perlu ada
penelitian lebih lanjut mengenai hubungan
kejadian obesitas dengan konsumsi fast
food pada anak SD. Perlu antisipasi lebih
lanjut tentang kejadian obesitas pada murid
Sekolah Dasar, sehingga obesitas pada
anak bisa dicegah atau diterapi dengan baik
dan tidak berlanjut menjadi obesitas di masa
dewasa. Perlu himbauan pada anak SD
untuk mengurangi frekuensi mengkonsumsi
fast food, jajanan lain yang rendah nutrisi
dengan mengganti makanan berserat
seperti sayuran/buah-buahan. Perlu

68

penelitian dengan sampel yang lebih besar
dan wilayah yang tercakup luas serta perlu
pengamatan frekuensi konsumsi fast food,
jajanan,asupan makanan,aktivitas fisik
dalam waktu yang lama (penelitian
retrospectif).
Daftar Pustaka
1. Ginanjar, Genis. Klinik Sehat:
Kegemukan dan Obesitas. Http://
us.click.yahoo.com/a.ZmA/FpQLAA/
HwkMAA/4t WO 1B/TM. Tanggal Akses
5 Desember 2005.
2. Huriyati, Emy. 2003. Aktivitas Fisik
Remaja di Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul serta peran Aktivitas
Fisik Menyumbang Terhadap Kejadian
Obesitas. Tesis. Yogyakarta.
3. Nurkhalida, Raden Endah. 2005.
Beberapa Faktor yang berperan
terhadap kejadian Obesitas pada Siswa
SLTP Yos Sudarso Kerawang Jawa
Barat. Tesis. Yogyakarta.
4. Padmiatri Ida Ayu Eka, Hadi Hamam.
Konsumsi fast food sebagai factor
resiko obesitas pada anak SD. Available from URL: Hiperlink http://
www.tempo.co.id/medika/online/
tmp.online.old/art-3.htm.
5. Ross and Pate. 1987.Childhood Obesity. http;/www.en.wikipedia.org/wiki/
obesity. Tanggal Akses 5 Desember
2005.
6. Soedibyo,Soepardi., Meilany, Tinuk
(2006). Factors Influencing Obesity on
School-Aged Children. Journal Medika
Indonesia., 15 (1), 43-54.
7. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta; EGC.
8. Usman, Itawahyuni. 2005. Perbedaan
Sosial Ekonomi dan Status Gizi Orang
Tua pada Anak Obesitas dan tidak
Obesitas
di
SD
lempuyangwangi,Yogyakarta.SkripsiYogyakarta