Dinamika struktur kepribadian dan identitas gender tokoh Sasana dalam novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Rininta, Elizabeth Ayudya Ratna. 2017. Dinamika Struktur Kepribadian dan Identitas
Gender Tokoh Sasana dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari. Skripsi
Strata Satu (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia,
Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji dinamika struktur kepribadian dan identitas gender tokoh
Sasana dalam novel Pasung Jiwa. Tujuan penelitian ini yaitu; (1) menganalisis dan
mendeskripsikan dinamika dan struktur kepribadian tokoh Sasana, (2) mengkaji identitas
gender tokoh Sasana dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra
dengan menggunakan teori psikoanalisis. Kemudian, dilanjutkan dengan teori identitas gender
Joan Wallach Scoot untuk menganalisis identitas gender tokoh Sasana. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode analisis isi.
Berdasarkan analisis struktur dan dinamika kepribadian Sasana dapat disimpulkan
bahwa tokoh Sasana memiliki dorongan id yang kuat yaitu ingin berlaku seperti perempuan
dan menjadi penyanyi dangdut terkenal namunid dan ego-nya (usaha-usaha mewujudkan id)
terhalang oleh superego berupa aturan dari orangtuanya dan norma-norma yang ada di
masyarakat.Id dan ego dalam diri Sasana mengalami tekanan-tekanan dalam usaha pemenuhan
hasratnya, sehingga Sasana mengalami beberapa dinamika kepribadian. Dinamika-dinamika

tersebut adalah; mimpi, frustasi, konflik, kecemasan, neurosis, sublimasi, displacement, dan
oedipus complex.
Hasil berdasarkan analisis gender tokoh Sasana mengunakan lima gender role,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut; (1) Sasana ditakdirkan terlahir sebagai laki-laki, namun,
cenderung menyukai hal-hal berbau perempuan, (2) Sasana dianggap transgender sehingga
dikucilkan dari masyarakat, (3) Sasana menunjukkan usaha seorang laki-laki dalam mengubah
idenitas diri menjadi keperempuanan untuk mendapatkan kepuasan batin, (4) Gender Sasana
tetap laki-laki dan orientasi seksualnya tetap ditujukan untuk perempuan, (5) Sasana belum
menunjukkan peranannya sebagai laki-laki yang sesuai dengan pandangan masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Rininta, Elizabeth Ayudya Ratna. 2017. The Dynamics of the Structure Of The
Personality and Gender Identity of Sasana figures in Pasung Jiwa by Okky
Madasari. Thesis S-1 Degree. Indonesian Literature Study Program, Indonesian
Literature Departement, Faculty of Literature, Sanata Dharma University.
This research examines the dynamics of the structure of the personality and gender
identity Sasana figures in Pasung Jiwa. The purpose of this research namely; (1) analysis and
describe the structure of the personality figures of Sasana, (2) analysis the dynamics of the

personality figures of, (3) analyzes and find gender identity Sasana figures in Pasung Jiwa by
Okky Madasari.
The approach used in this research is the approach of psychology literature using the
theory psychoanalytical technique. Then continued with gender theory to analyze the gender
identity figures of Sasana. The method used in this research is the analysis of the contents.
The results of the analysis of the structure and dynamics of the personality of Sasana
obtained the conclusion as follows; Sasana has id and dream, he want to be a women because
he doesn’t like many things about man. But, he can’t transforming to women because his father
and mother don’t accept this. So, Sasana try to repress his id and ego. Then the dynamics in
Sasana figures is dream, frustrating, conflict, neurotic, sublimation, displacement, and oedipus
complex.
The results based on gender analysis of Sasana figures are using five gender role , can
be obtained the conclusion as follows; (1) Sasana destined born as man but he want to be
women like his sister, Melati,(2) Sasana is like transgender so excluded from the society, (3)
Sasana as man wanabe women and try anything to make his like a beautiful women, (4) Sasana
still have sexual orientation toward women namely Masita. The condition of the Sasana that
feminim doesn’t cause the changes in the case of sexual orientation of Sasana, (5) Sasana has
not shown its role as a man in accordance with the views of society.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


DINAMIKA STRUKTUR KEPRIBADIAN DAN IDENTITAS
GENDER TOKOH SASANA DALAM NOVEL PASUNG JIWA
KARYA OKKY MADASARI

Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta
NIM: 134114028

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FEBRUARI 2017
i


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatNya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tugas akhir ini merupakan laporan
yang ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia.
Penelitian ini mengkaji dinamika struktur kepribadian dan identitas gender tokoh
Sasana dalam Pasung Jiwa karya Okky Madasari dengan pendekatan psikoanalisis
dan feminis.
Dalam proses penyusunan tugas akhir ini, banyak pihak yang telah membantu
memberikan dukungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Susilawati Endah Peni Adji, S. S, M. Hum. sebagai pembimbing skripsi I,
terima kasih telah membantu saya dalam mendalami psikoanalisis dan feminis
khususnya dalam mengkaji gender laki-laki.
2. Drs. B. Rahmanto, M. Hum. sebagai pembimbing skripsi II, terimakasih atas
saran dan diskusi yang menyempurnakan skripsi ini.
3. Para dosen program studi Sastra Indonesia (Dr. Paulus Ari Subagyo, M. Hum,
Drs. Herry Antono, M. Hum, Prof, Dr, Praptomo Baryadi Isodarus, M. Hum,
Dr. Yoseph Yapi Taum, Rano Sumarno, S. Sn, M. Sn, Sony Christian
Sudarsono, S. S, M. A, Dra. Fransisca Tjandrasih Adji, M. Hum, Maria

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Ich bin nichts, und ich müßte alles sein.”
(Saya bukan apa-apa tapi saya harus menjadi segalanya.)

-Karl Marx-

Skripsi ini saya persembahkan untuk,
Ayah saya
yang telah mendapatkan kebebasan dan
segalanya di nirwana.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Rininta, Elizabeth Ayudya Ratna. 2017. Dinamika Struktur Kepribadian dan
Identitas Gender Tokoh Sasana dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky
Madasari. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi Sastra Indonesia,
Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji dinamika struktur kepribadian dan identitas gender
tokoh Sasana dalam novel Pasung Jiwa. Tujuan penelitian ini yaitu; (1) menganalisis
dan mendeskripsikan dinamika dan struktur kepribadian tokoh Sasana, (2) mengkaji
identitas gender tokoh Sasana dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi
sastra dengan menggunakan teori psikoanalisis. Kemudian, dilanjutkan dengan teori
identitas gender Joan Wallach Scoot untuk menganalisis identitas gender tokoh
Sasana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi.
Berdasarkan analisis struktur dan dinamika kepribadian Sasana dapat
disimpulkan bahwa tokoh Sasana memiliki dorongan id yang kuat yaitu ingin berlaku
seperti perempuan dan menjadi penyanyi dangdut terkenal namunid dan ego-nya
(usaha-usaha mewujudkan id) terhalang oleh superego berupa aturan dari
orangtuanya dan norma-norma yang ada di masyarakat.Id dan ego dalam diri Sasana
mengalami tekanan-tekanan dalam usaha pemenuhan hasratnya, sehingga Sasana
mengalami beberapa dinamika kepribadian. Dinamika-dinamika tersebut adalah;
mimpi, frustasi, konflik, kecemasan, neurosis, sublimasi, displacement, dan oedipus
complex.
Hasil berdasarkan analisis gender tokoh Sasana mengunakan lima gender
role, diperoleh kesimpulan sebagai berikut; (1) Sasana ditakdirkan terlahir sebagai
laki-laki, namun, cenderung menyukai hal-hal berbau perempuan, (2) Sasana
dianggap transgender sehingga dikucilkan dari masyarakat, (3) Sasana menunjukkan
usaha seorang laki-laki dalam mengubah idenitas diri menjadi keperempuanan untuk
mendapatkan kepuasan batin, (4) Gender Sasana tetap laki-laki dan orientasi
seksualnya tetap ditujukan untuk perempuan, (5) Sasana belum menunjukkan

peranannya sebagai laki-laki yang sesuai dengan pandangan masyarakat.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Rininta, Elizabeth Ayudya Ratna. 2017. The Dynamics of the Structure Of The
Personality and Gender Identity of Sasana figures in Pasung Jiwa by
Okky Madasari. Thesis S-1 Degree. Indonesian Literature Study
Program, Indonesian Literature Departement, Faculty of Literature,
Sanata Dharma University.
This research examines the dynamics of the structure of the personality and
gender identity Sasana figures in Pasung Jiwa. The purpose of this research namely;
(1) analysis and describe the structure of the personality figures of Sasana, (2)
analysis the dynamics of the personality figures of, (3) analyzes and find gender
identity Sasana figures in Pasung Jiwa by Okky Madasari.
The approach used in this research is the approach of psychology literature
using the theory psychoanalytical technique. Then continued with gender theory to
analyze the gender identity figures of Sasana. The method used in this research is the

analysis of the contents.
The results of the analysis of the structure and dynamics of the personality of
Sasana obtained the conclusion as follows; Sasana has id and dream, he want to be a
women because he doesn’t like many things about man. But, he can’t transforming to
women because his father and mother don’t accept this. So, Sasana try to repress his
id and ego. Then the dynamics in Sasana figures is dream, frustrating, conflict,
neurotic, sublimation, displacement, and oedipus complex.
The results based on gender analysis of Sasana figures are using five gender
role , can be obtained the conclusion as follows; (1) Sasana destined born as man but
he want to be women like his sister, Melati,(2) Sasana is like transgender so excluded
from the society, (3) Sasana as man wanabe women and try anything to make his like
a beautiful women, (4) Sasana still have sexual orientation toward women namely
Masita. The condition of the Sasana that feminim doesn’t cause the changes in the
case of sexual orientation of Sasana, (5) Sasana has not shown its role as a man in
accordance with the views of society.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

.............. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ............................ iv
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ............................................ v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................. viii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................

1.5 Tinjauan Pustaka ..............................................................................
1.6 Landasan Teori .................................................................................
1.6.1 Struktur Kepribadian .............................................................. 9
1.6.2 Dinamika Kepribadian ........................................................... 15
1.6.3 Oedipus Complex ................................................................... 18
1.6.4 Identitas Gender ..................................................................... 21
1.7 Metode Penelitian ............................................................................ 26
1.8 Sumber Data ..................................................................................... 27

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.9 Sistematika Penyajian ....................................................................... 28
BAB II DINAMIKA DAN STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH SASANA
DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI
2.1 Struktur Kepribadian Sasana .............................................................. 31
2.2 Dinamika Kepribadian Sasana ........................................................... 40
BAB III IDENTITAS GENDER TOKOH SASANA DALAM NOVEL
PASUNG JIWAKARYA OKKY MADASARI
3.1 Gender Berdasarkan Atribut Sosial..................................................... 55
3.2 Kesenjangan Gender Berdasarkan Perbedaan dalam Hal Berpolitik
dan Bersikap ....................................................................................... 57
3.3 Genderzation ...................................................................................... 59
3.4 Gambaran Jenis Kelamin yang Seharusnya Dimiliki ......................... 61
3.5 Gender role ........................................................................................ 63
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN .................................................................................. 64
4.2 SARAN .............................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Pasung Jiwa merupakan satu dari beberapa novel karangan Okky

Madasari yang juga menyuarakan kebebasan khususnya kebebasan dalam
menunjukkan jati diri dan identitas gender seseorang. Setelah sebelumnya Okky
menulis Maryam (2012) yang berkisah tentang orang-orang yang terusir karena
keyakinan yang berbeda kemudian Entrok (2010) yang membahas tentang
perjuangan perempuan pada masa orde baru dan 86 (2011) tentang fenomena
korupsi di Indonesia. Sehingga dapat kita lihat bahwa karya-karya Okky
terhubung dalam satu benang merah yaitu perlawanan atas ketidakadilan.
Novel Pasung Jiwa secara umum mengisahkan tentang kehidupan seorang
laki-laki yang bernama Sasana. Sasana lahir dan besar dalam lingkungan keluarga
yang termasuk dalam kelas sosial atas di masyarakat. Sejak Sasana berusia kanakkanak, ia selalu dituntut kedua orangtuanya untuk tumbuh menjadi manusia sesuai
dengan pandangan kedua orangtuanya.
Sasana kecil dikursuskan piano dan dipaksa hanya mendengarkan dan
memainkan lagu-lagu ber-genre jazz dan pop. Namun tiada disangka, Sasana lebih
menggemari lagu-lagu dangdut hingga gerakan-gerakan ala penyanyi dangdut.
Mengetahui hal tersebut, kedua orangtua Sasana semakin mengikat Sasana hingga
pada akhirnya Sasana dimasukkan ke SMA khusus laki-laki. Selama masa SMA,
Sasana juga mengalami kekerasan dan tekanan dari kakak tingkatnya. Ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

memasuki kuliah, Sasana memilih untuk kuliah di Malang dan akhirnya Sasana
mulai merasa memperoleh kebebasan.
Kebebasan Sasana ini dimulai ketika Sasana bertemu dengan Jaka Wani
atau yang biasa dipanggil Cak Jek. Cak Jek yang memiliki bakat bermain gitar
akhirnya mengajak Sasana untuk mengamen karena Cak Jek tahu, Sasana
memiliki bakat menjadi penyanyi dangdut. Untuk membuat lebih menarik Cak
Jak mendandani Sasana dengan pakaian wanita dan mereka mulai mengamen dan
mentas dari satu panggung hajatan ke panggung hajatan lainnya. Dan semenjak itu
Sasana mengubah namanya menjadi Sasa. Ia menikmati perubahan penampilan
dirinya dari seorang pria menjadi wanita seksi dengan goyangan mautnya dengan
menjadi Sasa ia merasa nya aman dan bebas menjadi apa yang dia inginkan.
Petualangan Sasa dan Cak Jek membawa mereka pada berbagai peristiwa
yang mungkin tidak pernah mereka duga yang membuat keduanya ditangkap
polisi. Ketika ditangkap dan dipenjara sebagai seorang waria Sasa menerima
perlakuan tidak senonoh, ia diperkosa dan dipaksa melayani nafsu bejat dari para
tentara dan komandan yang menangkapnya. Sasa begitu terpukul sehingga ketika
keluar dari penjara Sasa memutuskan untuk menata hidupnya dan kembali pada
kedua orang tuanya

kemudian Sasana dimasukkan ke rumah sakit jiwa.

Penindasan terhadap Sasana kembali terjadi. Sasana yang dianggap abnormal
kembali ingin disingkirkan dari masyarakat.Di sisi lain, selepas dari penjara Cak
Jek bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik elektronik, ketika dirinya mendapat
perlakuan yang tidak adil oleh majikannya ia menggalang aksi mogok kerja
sehingga dirinya dikejar-kejar aparat, melarikan diri hingga ke Jakarta dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

akhirnya bergabung dalam sebuah laskar berjubah putih untuk ikut berjuang bagi
Agama dan Tuhan. Penindasan tidak hanya terjadi pada diri Sasana, tetapi juga
pada diri Cak Jek. Cak Jek pun dipaksa mengikuti norma hingga akhirnya Cak Jek
masuk ke dalam organisasi pembela Agama dan Tuhan.
Sasana bebas dari rumah sakit jiwa dan kembali menjadi penyanyi
dangdut.Keinginan

karirnya

kini

didukung

oleh

ibunya.Namun,

ketika

pementasan dangdut Sasana diadakan di Jawa Timur, acara tersebut dikacaukan
oleh organisasi jubah putih yang dipimpin Cak Jek.Sasana pun kembali ditangkap
dan dijebloskan ke penjara.
Pada bagian akhir novel Sasana kembali dipertemukan dengan Cak
Jek.Cak Jek yang merasa bersalah pada Sasana akhirnya membebaskan Sasana
dari penjara.Kemudian mereka melarikan diri dan merasa bebas dengan pilihan
hidup mereka.
Peneliti akan mengkaji novel Pasung Jiwa dengan menitikberatkan kajian
terhadap tokoh utama yaitu Sasana. Kajian ini dibagi menjadi dua rumusan
masalah yang pertama kajian mengenai dinamika struktur kepribadian tokoh
Sasana dengan menerapkan teori psikoanalisis Sigmund Freud dan yang kedua
kajian terhadap identitas gender tokoh Sasana menggunakan teori gender Joan
Wallach Scoot.
Menurut Albertine (2010:11), psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai
sekitar tahun 1900-an oleh Sigmund Freud. Teori psikoanalisis ini berhubungan
dengan fungsi dan perkembangan mental manusia, serta ilmu ini merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

bagian dari psikologi yang memberikan kontibusi besar dan dibuat untuk
psikologi manusia selama ini. Psikoanalisis merupakan sejenis psikologi tentang
ketidaksadaran; perhatian-perhatiannya terarah pada bidang motivasi, emosi,
konflik, sistem neurotic, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Kajian dinamika
kepribadian tokoh Sasana bertujuan untuk mengetahui kepribadian Sasana dan
menemukan symptom-symptom neurotic yang membangun kepribadian Sasana.
Kajian terhadap tokoh dilanjutkan dengan mengkaji identitas gender pada
diri tokoh Sasana. Secara sosiologi, gender mengacu pada sekumpulan ciri-ciri
khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin seseorang yang diarahkan pada peran
sosial atau identitas dalam masyarakat. WHO memberi batasan gender sebagai
“seperangkat peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi lakilaki

dan

perempuan

yang

dikonstruksi

secara

sosial

dalam

suatu

masyarakat.Gender juga dikaitkan dengan seksualitas. Seksualitas sendiri
berhubungan dengan kodrat jenis kelamin yang terdiri dari perempuan dan lakilaki.
Menurut Ivan Illich (Illich, 2007: 6), masyarakat industrial menciptakan
dua mitos: yang pertama tentang leluhur seksual atau gender di masyarakat, yang
kedua tentang gerakan masyarakat ke arah kesetaraan. Kedua mitos itu disingkap
sebagai dusta-dusta manusia yang tergabung dalam “jenis kelamin nomor dua”.
Bicara mengenai gender, kita akan menemukan golongan-golongan yang
mencoba memberikan identitas-identitas tertentu dalam masyarakat. Dalam hal ini
terdapat identitas maskulin, feminin, atau netral. Identitas ini mempengaruhi
pembedaan perilaku, pembedaan universal dalam budaya-budaya kedaerahan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

norma dalam masyarakat. Oleh sebab itu gender membeda-bedakan tempat,
waktu, alat, tugas, bentuk-bentuk wicara, gerak-gerik, dan persepsi yang
dihubungkan dengan lelaki dan yang dihubungkan dengan perempuan dalam
kebudayaan. Asosiasi tersebut membentuk gender sosial karena secara khusus
terikat pada tempat dan waktu tertentu. Dalam hal ini bisa disebut gender
kedaerahan karena rangkaian penghubungan itu khas sekelompok masyarakat
tradisional di wilayah geografis tertentu.
Permasalahan mengenai gender merupakan jiwa analisis dari kritik sastra
feminis. Joan Wallach Scoot mengungkapkan lima konsep analisis gender yang
digunakan sebagai dasar analisis gender (Sugihastuti dan Suharto, 2002: 23-24).
Pertama, perbedaan

gender ialah perbedaan dari

atribut-atribut

sosial,

karakteristik, perilaku, penampilan, cara berpakaian, harapan, peranan, dan
sebagainya yang dirumuskan untuk perorangan menurut ketentuan kelahiran.
Kedua, kesenjangan gender ialah perbedaan dalam hal berpolitik, memberikan
suara, dan bersikap antara laki-laki dan perempuan. Ketiga, genderzation ialah
pengacauan konsep pada upaya menempatkan jenis kelamin pada pusat perhatian
identitas diri dan pandangan terhadap orang lain. Keempat, identitas gender ialah
gambaran tentang jenis kelamin yang seharusnya dimiliki dan ditampilkan oleh
tokoh yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan perbedaan perilaku sesuai dengan
karakteristik biologis. Kelima, gender role ialah peranan perempuan atau peranan
laki-laki yang diaplikasikan secara nyata.Kelima konsep dasar tersebut akan
peneliti terapkan dalam novel Pasung Jiwa karangan Okky Mardasari.Peneliti
memilih novel Pasung Jiwa sebagai bahan penelitian yang dikaji menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

perspektif feminis karena novel Pasung Jiwa memberikan gambaran mengenai
kehidupan laki-laki yang dianggap menyimpang dari konstruksi gender terhadap
laki-laki dan tatanan yang ada dalam masyarakat.
Pada umumnya dalam kajian gender lebih menitikberatkan pada
ketidakadilan terhadap perempuan dan otoritas laki-laki terhadap keberadaan
perempuan. Tetapi ada baiknya pembicaraan mengenai gender juga membahas
tentang laki-laki. Hal ini disebabkan, bahwa sebenarnya keberhasilan ide
(tuntutan) feminisme dapat terwujud apabila terdapat "kerjasama" antara laki-laki
dan perempuan sesuai dengan tujuan awal feminis yaitu egaliter atau kesetaraan
gender.
Novel Pasung Jiwa karya Okky Mardasari merupakan teks sastra yang
dijadikan bahan penelitian. Teks-teks sastra dalam novel tersebut akan dianalisis
struktur kepribadian tokohnya menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud.
Kemudian baru dikaji dengan kajian feminis untuk mengupas lebih dalam
mengenai identitasgender laki-laki.
1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur kepribadian tokoh Sasana dalam novel Pasung
Jiwadilihat dari sudut pandang teori psikoanalisis?
2. Bagaimana dinamika kepribadian tokoh Sasana dalam novel Pasung Jiwa
dilihat dari sudut pandang teori psikoanalisis?
3. Bagaimana gender tokoh Sasana berdasarkan teori gender Joan Wallach
Scoot?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

1.3

Tujuan Penelitian
1. Memaparkan struktur kepribadian tokoh Sasana dalam novel Pasung
Jiwaberdasarkan teori psikoanalisis.
2. Memaparkan dinamika kepribadian tokoh Sasana dalam novel Pasung
Jiwaberdasarkan teori psikoanalisis.
3. Mengkaji gender tokoh Sasana dalam novel Pasung Jiwa menggunakan
teori gender Joan Wallach Scoot?

1.4

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini adalah dinamika, struktur kepribadian tokoh Sasana

dalam novel Pasung Jiwa dan konstruksi gender tokoh Sasana dalam novel
Pasung Jiwa karya Okky Mardasari yang diperoleh dari analisis psikologi tokoh
menggunakan teori psikoanalisis dan kajian terhadap identitas gender laki-laki
menggunakan teori gender. Secara umum hasil penelitian tentang identitas gender
laki-laki muncul karena adanya nilai-nilai yang harus dimiliki laki-laki sebagai
manusia yang terkontruksi berjiwa maskulin.
Manfaat teoretis penelitian ini adalah memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan di bidang kritik sastra yaitu memberikan contoh kajian penerapan
teori psikoanalisis dan teori gender dalam novel Pasung Jiwa karya Okky
Mardasari. Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai rujukan penelitian
tentang studi gender khususnya gender laki-laki. Dengan demikian, diharapkan
penelitian ini dapat membantu pembaca memahami novel Pasung Jiwa karya
Okky Madasari secara lebih mendalam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

1.5

Tinjauan Pustaka
Penelitian inimempunyai relevansi dengan penelitian-penelitian sebelumnya

yang mengangkat novel Pasung Jiwa sebagai objek kajian penelitian. Penelitian
yang ditemukan; skripsi yang berjudul “Wacana Identitas Transgender dalam
Novel, Analisis Wacana Kritis Identitas Transgender dalam Novel Pasung Jiwa
Karya Okky Mardasari” yang disusun oleh Muhammad Rizki Nasution dari
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (2014)

serta skripsi yang berjudul “Problem

Kejiwaan Tokoh Utama dalam Pasung Jiwa karya Okky Mardasari” yang disusun
oleh Nur Wahyu Hidayat dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negri Yogyakarta (2015).
Penelitian mengenai novel Pasung Jiwa yang disusun oleh Nasution,
Muhammad Rizki (2014) mengidentifikasi wacana laki-laki sebagai penolong
transgender dan normalitas heteroseksual. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
kesadaran mental Okky Mardasari sebagai penulis Pasung Jiwa membawanya
kepada wacana yang mengkomodifikasi transgender sebagai bagian dari era
reformasi yang menuntut balas pembreidelan orde baru. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan metode wacana kritis model Teun. A. Van
Dijk.
Hidayah, Nur Wahyu dalam penelitiannya yang berjudul “Problem Kejiwaan Tokoh
Utama dalam Pasung Jiwa karya Okky Mardasari (2015)” membahas mengenai
permasalahan yang berkaitan dengan abnormalitas tokoh Sasana. Penelitian ini
menunjukkan bahwa (1) secara fisiologis tokoh utama yang bernama Sasana dan biasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

dipanggil Sasa,mempunyai kepribadian ganda yaitu maskulin dan feminim, secara
psikologis tokoh Sasana mempunyai mental minder dan penakut dan secara sosiologis
tokoh Sasana berasal dari keluarga berpendidikan sedang Sasana berprofesi sebagai
biduan, (2) tokoh utama Sasana didiagnosis mengalami perilaku abnormal, (3) penyebab
utama problem kejiwaan Sasana dikarenakan pola asuh keluarga dan rasa sensitif yang
berlebihan, (4) cara mengatasi problem kejiwaan tokoh utama Sasana dengan cara
psikoterapi, pemberian obat penenang dan perawatan di rumah sakit jiwa.
Kedua penelitian diatas memiliki kesinambungan dengan penelitian ini. Penelitian ini
akan mengangkat psikoanalisis tokoh utama yaitu Sasana kemudian akan dilanjutkan
dengan analisis identitas gender laki-laki menggunakan perspektif feminis.

1.6

Landasan Teori
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teori yakni psikoanalisis

dan teori gender. Teori psikoanalisis dipakai untuk menganalisis dinamika dan
struktur kepribadian tokoh pada bab 2, sedangkan teori gender digunakan untuk
menganalisis identitas gender tokoh Sasana pada bab 3.
1.6.1

Struktur Kepribadian
Dalam struktur kepribadian Freud ada tiga unsur sistem penting, yakni id,

ego, dan superego. Id terletak pada lapisan ketidaksadaran manusia berupa naluri,
keinginan dasar manusia, ego terletak diantara ketidaksadaran dan kesadaran
manusia, berfungsi sebagai pelaksana kepribadian, sedangkan superego terletak
pada lapisan kesadaran manusia yang berperan sebagai penekan id atau
ketidaksadaran manusia. Superego ini merupakan aspek-aspek sosial diluar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

kepribadian manusia. Menurut Bertens (2006:32) istilah lain dari tiga faktor
tersebut dalam psikoanalisis dikenal sebagai tiga “instansi” yang menandai hidup
psikis. Dari ketiga sistem atau ketiga instansi ini satu sama lain saling berkaitan
sehingga membentuk suatu kekuatan atau totalitas. Maka dari itu untuk
mempermudah pembahasan mengenai kepribadian pada kerangka psikoanalis,
kita jabarkan sistem kepribadian ini.
1.6.1.1 Id
Menurut Bertens (2006:32-33), id merupakan lapisan psikis yang paling
mendasar sekaligus id menjadi bahan dasar bagi pembentukan hidup psikis lebih
lanjut. Artinya id merupakan sisitem kepribadian asli paling dasar yakni yang
dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan muncul ego dan superego. Saat
dilahirkan, id berisi semua aspek psikologik yang diturunkan, seperti insting,
impuls, dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili
subjektivitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat
dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk
mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
Energi psikis dalam id itu dapat meningkat oleh karena perangsang, dan
apabila energi itu meningkat maka menimbulkan tegangan dan ini menimbulkan
pengalaman tidak enak (tidak menyenangkan). Dari situlah id harus mereduksikan
energi untuk menghilangkan rasa tidak enak dan mengejar keenakan.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu
berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagiid, kenikmatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

adalah keadaan yang relative inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit
adalah tegangan atau peningkatan enerji yang mendambakan kepuasan. Jadi
ketika ada stimulasi yang memicu enerji untuk bekerja-timbul tegangan energi-id
beroperasi dengan prinsip kenikmatan; berusaha mengurangi atau menghilangkan
tegangan itu; mengembalikan diri ke tingkat energi rendah.
Penerjemahan dari kebutuhan menjadi keinginan ini disebut dengan proses
primer. Proses primer ialah reaksi membayangkan atau mengkhayal sesuatu yang
dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan-dipakai untuk menangani
stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting
ibunya. Idhanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan
khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak
mampu menilai atau membedakan benar-salah , tidak tahu moral. Jadi harus
dikembangkan

jalan

memperoleh

khayalan

itu

secara

nyata,

yang

memberikepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah
moral. Alasan inilah yang kemudian membuat id memunculkan ego.
1.6.1.2 Ego
Ego adalah aspek psikologis daripada kepribadian dan timbul karena
kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan
atau realita (Freud dalam Suryabrata 2010:126). Ego berbeda dengan id. Menurut
Koeswara (1991:33-34), ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai
pengaruh individu kepada objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya
berdasarkan prinsip kenyataan. Menurut (Freud dalam Bertens 2006:33), ego

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

terbentuk dengan diferensiasi dari id karena kontaknya dengan dunia luar,
khususnya orang di sekitar bayi kecil seperti orang tua, pengasuh, dan kakak adik.
Ego timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan
transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia realita atau kenyataan.
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua
tugas utama; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau
insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua,
menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan
tersedianya peluang yang resikonya minimal.
Menurut Bertens (2006:33), tugas ego adalah untuk mempertahankan
kepribadiannya sendiri dan menjamin penyesuaian dengan lingkungan sekitar,
lagi untuk memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik antara
keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain.
Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi
kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan
berkembang-mencapai-kesempurnaan dari superego. Ego sesungguhnya bekerja
untuk memuaskan id, karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri akan
memperoleh energi dari id.
Untuk itu sekali lagi memahami apa yang dimaksudkan dengan proses
sekunder, perlu untuk melihat sampai dimana proses primer membawa seorang
individu dalam pemuasan keinginan sehingga dapat diwujudkan dalam sebuah
kenyataan. Proses sekunder terdiri dari usaha menemukan atau menghasilkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

kenyataan dengan jalan suatu rencana tindakan yang telah dikembangkan melalui
pikiran dan oral (pengenalan).
1.6.1.3 Superego
Menurut Bertens (2006:33-34), superego dibentuk melalui internalisasi
(internalization), artinya larangan-larangan atau perintah-perintah yang berasal
dari luar (para pengasuh, khususnya orang tua) diolah sedemikian rupa sehingga
akhirnya terpancar dari dalam. Dengan kata lain, superego adalah buah hasil
proses internalisasi, sejauh larangan-larangan dan perintah-perintah yang tadinya
merupakan sesuatu yang “asing” bagi si subyek, akhirnya dianggap sebagai
sesuatu yang berasal dari subjek sendiri, seperti “Engkau tidak boleh…atau
engkau harus…” menjadi “Aku tidak boleh…atau aku harus…”
Menurut Freud (dalam Suryabrata, 2010:127) Superego adalah aspek
sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita
masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya yang
dimasukkan dengan berbagai perintah dan larangan. Superego lebih merupakan
kesempurnaan daripada kesenangan. Oleh karena itu, Superego dapat pula
dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsinya yang pokok ialah
menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak,
dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang
beroperasi memakai prinsip idealistic sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan
prinsip realitik dari ego.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

Superego

bersifat

nonrasional

dalam

menuntut

kesempurnaan,

menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru
dalam fikiran. Superego dalam hal mengontrol id, bukan hanya menunda
pemuasan tapi merintangi pemenuhannya.
Fungsi utama dari superego yang dihadirkan antara lain adalah:
1. Sebagai pengendali dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impulsimpuls tersebut disalurkan dengan cara atau bentuk yang dapat diterima
oleh masyarakat.
2. Untuk mengarahkan ego pada tujuan-yang sesuai dengan moral
ketimbang dengan kenyataan.
3. Mendorong individu kepada kesempurnaan. Superego senantiasa
memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang berbeda kealam sadar.
Superego bersama dengan id, berada dialam bawah sadar (Hall dan
Lindzey, 1993:67-68).
Jadi superego cenderung untuk menentang, baik ego maupun id, dan membuat
dunia menurut konsepsi yang ideal. Ketiga aspek tersebut meski memiliki
karakteristik

sendiri-sendiri

dalam

prakteknya,

namun

ketiganya

selalu

berinteraksi secara dinamis.
Identifikasi id, ego, dan superegoditujukan untuk mengetahui kepribadian
manusia pada tahap awal. Dikatakan awal karena setelah identifikasi id, ego, dan
superego kajian dapat dilanjutkan untuk menganalisis mimpi, regresi, neurosis
dan hal-hal lain yang menyangkut kejiwaan manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

1.6.2

Dinamika Kepribadian
Identifikasi id, ego, dan superegoditujukan untuk mengetahui kepribadian

manusia pada tahap awal. Dikatakan awal karena setelah identifikasi id, ego, dan
superego kajian dilanjutkan dengan menganalisis dinamika kepribadian manusia.
Dinamika kepribadian terbentuk dari cara-cara id, ego, dan superego menguasai
dan memperlakukan nafsu-nafsu. Dalam hal ini ada tiga kemungkinan; ditekan,
diberi kepuasan secara wajar, atau diberi kepuasan dengan cara dilakukan ke arah
lain atau sublimasi. Di sini peran ego sangat penting yang dalam prosesnya
dibantu oleh superego. Dinamika kepribadian dibagi menjadi mimpi , neurosis,
kastrasi, sublimasi, dan displacement.
1.6.2.1 Mimpi
Adanya fakta bahwa nafsu-nafsu ditekan ke alam bawah sadar, ternyata di
bawah alam sadar nafsu-nafsu tersebut tidak tinggal diam, selalu bergejolak untuk
mendapatkan kepuasan. Bila sewaktu-waktu ego lemah, atau sensor terhadap id
kurang, maka kemungkinan nafsu-nafsu itu akan muncul pada lapisan kesadaran.
Nafsu-nafsu tersebut muncul dalam bentuk perbutan-perbuatan keliru atau dalam
bentuk mimpi.
Mimpi terjadi apabila nafsu yang tertekan di bawah alam sadar muncul
dalam kesadaran pada waktu orang tidur. Menganalisa mimpi merupakan
landasan yang sangat penting untuk memahami kehidupan psikis manusia.
(Bertens, Kees. 2006: 77)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

1.6.2.2Frustasi, Konflik, dan Kecemasan
Frustasi merupakan ketegangan psikis yang disebabkan oleh adanya
dorongan-dorongan kekecewaan akibat tidak mendapat kepuasan. Terdapat dua
jenis frustasi yaitu frustasi privasi yang terjadi apabila objek kepuasan tidak
tersedia dan frustasi dprivasi yang terjadi apabila objek kepuasan tersedia, tetapi
karena sesuatu hal orang tidak dapat mencapai kepuasan tersebut.
Frustasi yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi pada diri sendiri
disebut konflik. Konflik timbul apabila dorongan yang satu bertentangan dengan
dorongan yang lain, atau dapat juga terjadi bila id bertentangan dengan ego.
Frustasi yang disertai rasa taku dapatt menimbulkan kecemasan.
Kecemasan timbul dari kegagalan, sehingga kecemasan menimbulkan
ketegangan dan daya pendorong bagi manusia untuk berbuat, menghindari objek,
mengkang dorongan-dorongan, atau mengikuti suara hatinya. Kecemasan
merupakan faktor utama timbulnya psikoneurosa. (Bertens, Kees. 2006: 36)
1.6.2.3 Neurosis
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan
mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari
psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguangangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap
lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.Berdasarkan pendapat mengenai
neurosis dari para ahli tersebut dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian
mengenai neurosis sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

a. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.
b. Neurosis terjadi pada sebagian kecil aspek kepribadian.
c. Neurosis dapat dikenali berdasarkan gejala yang paling menonjol yaitu
kecemasan.
d. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan mampu melakukan
aktivitas sehari-hari.
e. Penderita neurosis tidak memerlukan perawatan khusus di rumah sakit jiwa.
Penyebab neurosis yaitu perpaduan antara hasil kecenderungan dari
fiksasi-libido yang disebabkan oleh kondisi seksual turun menurun (pengalaman
nenek moyang) dan pengalaman pada masa kanak-kanak, dengan pengalaman
tidak sengaja atau hal-hal traumatik (Freud. 2006: 410).
Studi neurosis pada anak-anak akan membantu kita menghindari salah
pengertian tentang neurosis pada dewasa. Neurosis pada anak-anak dianggap
wajar saja dan biasa terjadi sehingga kerap kali diabaikan. Namun, bila kita
melihat kembali ke belakang penyakit ini mudah dikenali. Neurosis sering tampak
dalam bentuk histeria dan kecemasan. Ketika neurosis muncul pada masa dewasa,
analisisnya sering menunjukkan bahwa neurosis yang diderita pada saat sekarang
merupakan kelanjutan neurosis di masa kanak-kanak yang mungkin hanya
terekspresikan dalam bentuk yang tersembunyi dan paling awal dalam
perkembangan (Freud, 2006: 411-412).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

1.6.2.4 Sublimasi
Sublimasi merupakan salah satu cara mengatasi frustasi. Sublimasi ini
berupa pemindahan atau penyaluran pemuasan nafsu dai suatu objek ke objek
yang lain dan ditujukan ke arah perkembangan kebudayaan atau ke arah positif.
Sublimasi terlibat dalam mengubah impuls id. Energi insting diganti menjadi
perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat.
Sublimasi terjadi bila tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial
menggantikan perasaan tidak nyaman. Sublimasi sesungguhnya suatu bentuk
pengalihan. (Minderop, 2010: 34)
1.6.2.5 Displacement
Ketika objek yang dibutuhkan untuk memuaskan id tidak ada, orang
kemungkinan besar akan menggantinya dengan objek yang lain. Contohnya,
ketika anak-anak tidak senang kepada orang tua mereka, mereka tidak berani
mengekspresikan ketidaksenangannya karena takut akan hukuman yang diberikan.
Jadi mereka melampiaskannya kepada orang lain, misalnya kepada adiknya atau
saudara kandung yang lain. (Koeswara, 1991: 47)
1.6.3 Oedipus Complex
Sigmund Freud berpendapat bahwa setiap orang mengalami Oedipus
Complex pada usia sekitar 2-5 atau 6 tahun dalam proses perkembangan
psikologisnya. Nama ini diambil dari mitos Yunani yang bercerita tentang
Oedipus yang mencintai ibunya sendiri dan akhirnya membunuh ayahnya untuk
menikahi ibunya. Freud melihat bahwa yang dialami oleh tokoh dalam mitos ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

sama dengan yang terjadi pada perkembangan psikologis setiap orang. Freud
kemudian memakai nama tokoh mitos ini untuk menggambarkan konsepnya.
Bertens mendefinisikan konsep Freud tentang Oedipus Complex ini sebagai,
“Keseluruhan pikiran dan perasaan—yang sebagian besar tak sadar—yang
berkisar pada keinginan anak kecil untuk memiliki orang tua yang jenis
kelaminnya berbeda dengan dia dan menyingkirkan orang tua yang jenis
kelaminnya sama.” Bagi Freud, setiap orang mengalami fase cinta pada orang tua
sendiri, yang kemudian diakhiri dengan sublimasi terhadap perasaan tersebut.
Tulisan

ini

memaparkan

penjelasan

tentang

Oedipus

Complex

serta

berlangsungnya gejala tersebut, mulai dari kemunculan sampai dengan
penyelesaiannya. (Bertens, 2005: 21)
1.6.3.1 Oedipus Complex dan Perkembangan Kepribadian
Menurut Freud, perkembangan kepribadian seseorang berkaitan dengan
perkembangan seksualitasnya. Kepribadian manusia dewasa ditentukan oleh
perkembangan seksualitasnya sejak masa kanak-kanak. Freud mengakui adanya
seksualitas pada anak-anak. Seksualitas ini tidak seperti yang terjadi pada orang
dewasa. Seksualitas anak-anak tidak terhalang dengan aturan-aturan moral
sehingga bentuknya, jika dinilai dari sudut pandang orang dewasa, tampak sebagai
preversi. Seksualitas ini berlangsung secara tidak sadar. Oedipus Complex
merupakan salah satu gejala yang terjadi dalam proses perkembangan seksualitas
anak ini, sehingga nantinya turut mempengaruhi pembentukan kepribadian
seseorang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

Oedipus complex terjadi pada yang dinamakan Freud fase phallic. Fase
phallic merupakan masa anak-anak mulai menemukan kesenangan dengan alat
kelamin mereka. Fase ini mengikuti fase oral dan anal—masa anak-anak
menemukan kesenangan dengan mulut (oral) dan saluran pembuangan kotoran
(anal). Jika pada fase oral dan anal kepuasan seksual anak hanya tertuju pada
dirinya sendiri (otoerotisme) melalui organ-organ makan dan pembuangan, pada
fase phallic anak mulai mengarahkan intensi seksualnya pada objek di luar
dirinya, yaitu orangtua. (Bertens, 2005: 22)
1.6.3.2 Proses Terjadinya Oedipus Complex
Awalnya, ketertarikan ini terjadi secara sama pada anak laki-laki dan
perempuan. Mereka sama-sama mengingini ibu mereka. Hal ini karena anak-anak
menganggap bahwa ibu mereka memberi kenyamanan dan pemuasan kebutuhan
mereka. Sedangkan, terhadap ayah mereka mengembangkan rasa permusuhan dan
persaingan karena melihatayah memiliki hubungan cinta dengan ibunya.
Seiring perkembangannya, anak laki-laki melihat bahwa anak perempuan
tidak memiliki penis, tidak seperti dirinya yang memilikinya. Begitupun di pihak
lain anak perempuan melihat bahwa anak laki-laki memiliki penis, sedangkan
dirinya tidak. Hal ini menyebabkan anak perempuan mengalami penis envy
(kecemburuan akan penis), sedangkan anak laki-laki mengalami castration
anxiety (cemas dikebiri). Anak perempuan merasa iri melihat anak laki-laki
memiliki penis. Ia kemudian menyalahkan ibunya sebagai penyebab ketidak
lengkapan dirinya ini, lalu mulai menyukai ayahnya—karena memiliki penis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

Pada anak laki-laki, kesadaran memiliki penis dan bahwa anak perempuan tidak
memilikinya justru membuatnya menjadi cemas. Ia menyangka bahwa penis anak
perempuan telah dikebiri dan mulai merasa takut bahwa ada kemungkinan
penisnya juga akan dikebiri. Karena rasa sukanya pada ibunya dan
permusuhannya dengan ayahnya, ia mulai takut bahwa ayahnya akan mengebiri
dia. (Semiun, 2010: 45)
1.6.3.3 Akhir Fase Oedipus Complex
Rasa takut dikebiri akhirnya membuat anak laki-laki merepresi cinta yang
dirasakannya pada ibunya. Rasa cinta tersebut dialihkan kepada teman-teman
perempuannya. Pada tahap inilah, menurut Freud, laki-laki tidak lagi mencintai
ibunya—secara sadar—lalu mengalihkan objek cinta pada teman-temannya. Anak
laki-laki juga mulai mengidentifikasi dirinya pada sosok yang ditakuti, yaitu sang
ayah sehingga menimbulkan identifikasi gender. Anak laki-laki mulai menjadikan
figur maskulinitas ayahnya sebagai figur ideal. Pelarangan mencintai ibu sendiri
dan dorongan menjadikan ayah sebagai figur kemudian membentuk superego
anak.
Pada anak perempuan, cinta pada ayahnya akan berujung pada perasaan
putus asa, bahwa tidak mungkin ia bisa mendapatkan ayahnya. Anak perempuan
akhirnya menyerah untuk mendapatkan ayahnya. Perasaan cinta kemudian
direpresi dan ia mengidentifikasi dirinya dengan ibunya. Seperti anak laki-laki,
anak perempuan mengalihkan rasa cinta pada ayahnya menjadi cinta pada teman
laki-laki dan mulai mengidentifikasi dirinya sebagai wanita. (Semiun. 2010: 45)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

1.6.4. Identitas Gender
Gender

tidak

diturunkan

langsung

melalui

ciri

biologis

atau

prakecenderungan seseorang untuk menjadi manusia dengan jenis tertentu.
Gender juga bukan kepemilikan individual. Gender adalah pengaturan sosial dan
setiap gender individu terbangun dalam orde sosial, sehingga perspektif tentang
gender tidak hanya bisa dipandang dalam kajian feminis tetapi juga merupakan
hegemoni yang ada dalam masyarakat.
Kelamin merupakan penggoongan biologis yang didasarkan pada sifat
reproduksi potensial. Kelamin berlainan dengan gender yang merupakan elaborasi
sosial dari sifa biologis. Gender membangun sifat biologis; dari yang tadinya
bersifat

alami,

kemudian

melebih-lebihkannya,

dan

pada

akhirnya

menempatkannya pada posisi yang sama sekali tidak relevan. Contohnya, sama
sekali tidak ada alasan biologis yang dapatt menjelaskan mengapa para
perempuan harus berlenggok dan para laki-laki harus membusung, atau, mengapa
perempuan harus memakai kutek di jari kakinya, sedangkan laki-laki tidak. Walau
demikian, batas bahwa kelamin bersifat biologis dan gender bersifat sosial terlalu
samar. Orang-orang beranggapan jika gender diwariskan melalui praktik tersebut
pengasuhan anak sehingga hal tersebut bersifat sosial, sedangkan kelamin
langsung diturunkan secara biologis.
Menamai seseorang dengan label laki-laki atau perempuan tidak lebih
merupakan keputusan yang bersifat sosial. Kita dapat saja menggunakan bantuan
pengetahuan ilmiah untuk membuatnya masuk akal, namun hanya kepercayaan
gender kitalah yang dapat mendefinisikan jenis kelamin kita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

Pada awalnya orang dewasa akan menerapkan praktik gender pada anakanak; memperlakukan mereka sebagai laki-laki atau perempuan, dan menafsirkan
segala yang dilakukan oleh anak itu sebagai kelaki-lakian atau keperempuanperempuanan. Akhirnya, setelah berlangsung selama bertahun-tahun si anak akan
mengambil alih apa yang dahulu dilakukan oleh orang dewasa tadi dan
mempraktikkannya pada orang lain.
Menjadi seorang laki-laki atau perempuan bukanlah suatu keadaan yang
stabil sifatnya, melainkan sebuah proses yang berjalan terus menerus; semacam
jalan yang ditempuh oleh orang yang bersangkutan, sebuah pilihan yang bermula
dari penggolongan-penggolongan masyarakat berkaitan dengan orang tersebut.
Seorang anak yang baru dilahirkan menjadi objek penggenderan oleh orang lain di
sekelilingnya melalui bermacam cara. Cara tersebut tidak hanya dilakukan oleh si
orang bersangkutan sebagai individu, namun juga sebagai bagian dari komunitas
sosial terstrukur yang menghubungkan individu-individu dengan institusi-institusi
sosil dan berbagai ideologi kultural. Sangatlah mungkin untuk mengatakan bahwa
gender, pada fase awal kehidupan ini, dibentuk melalui kolaborasi. Seseorang
haruslah memilih dan bersikap sebagai laki-laki atau perempuan dan bahwa
pilihan daan sikapnya itu memerlukan legitimasi dari lingkungannya. (Sugihastuti
dan Suharto, 2010: 17)
1.6.4.1 Market Hetereoseks
Ketika manusia berada dalam dunia pendidikan, aktivitas penjodohan
antara laki-laki dan perempuan mulai terlihat. Kegiatan ini bukan hanya dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24

oleh perorangan dan bukan pula satu kegiatan yang muncul seperti apa adanyaatau
semerta-merta merupakan masalah sehari-hari. Kegiatan ini adalah bentuk