Peranan Faktur Pajak Dalam Pajak Pertambahan Nilai Sebagai Dasar Perhitungan Pajak (Studi Kasus Pada PT. Kidung Agung Jaya Perkasa).

ABSTRAK

Faktur Pajak merupakan bukti pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) atau bukti pemungutan
Pajak Pertambahan Nilai oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai karena impor.
Pengenaan pajak dilaksanakan berdasarkan sistem faktur sehingga atas
penyerahan barang dan atau penyerahan jasa wajib dibuat Faktur Pajak sehingga
bukti transaksi penyerahan barang dan atau jasa itu yang digunakan sebagai dasar
penghitungan pajak terutang.
Pembelian Barang Kena Pajak, penerima Jasa Kena Pajak atau pengimpor
Barang Kena Pajak membayar Pajak Pertambahan Nilai dan berhak menerima
bukti pungutan pajak. Pajak yang dibayar tersebut merupakan Pajak Masukan,
sedangkan Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai. Pajak yang dipungut
oleh Pengusaha Kena Pajak ini dinamakan Pajak Keluaran.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar Peranan
Faktur Pajak dalam Pajak Pertambahan Nilai Sebagai Dasar Penghitungan Pajak
Terutang di PT. Kidung Agung Jaya Perkasa. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif analitis,yaitu suatu metode yang bertujuan untuk
menggambarkan keadaan fakta yang ada, yang kemudian dikumpulkan, diolah,

dan dianalisis. Dalam pengumpulan data, penulis juga membagikan kuesioner
kepada beberapa karyawan di perusahaan. Daftar pertanyaan disajikan dalam
bentuk pertanyaan yang dibedakan antara variabel independen dan variabel
dependen.
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian tersebut adalah besarnya
Pajak Pertambahan Nilai terutang (PPN Kurang Bayar) Masa Pajak Desember
2005 adalah sebesar Rp 1.926.028,00. Hasil tersebut diperoleh dari
membandingkan Pajak Keluaran sebesar Rp 17.389.673,00 dengan Pajak
Masukan Rp 15.463.645,00. Pajak Pertambahan Nilai terutang akan disetor ke kas
negara oleh PT. Kidung Agung Jaya Perkasa dengan mengisi Surat Setoran Pajak
(SSP) pada tanggal 9 Januari 2006.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Kidung Agung Jaya Perkasa
sudah melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik, dalam hal ini adalah
dalam pembuatan dan penyetoran Faktur Pajak yang wajib dilakukannya apabila
perusahaan melakukan penjualan produk kepada Pengusaha Kena Pajak lainnya,
maka Faktur Pajak yang dibuat secara lengkap dan tepat sangat mendukung
perusahaan sebagai dasar penghitungan Pajak Pertambahan Nilai Terutang.

Universitas Kristen Maranatha


DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………………

i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..

ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

v

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….

ix

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….


x

BAB I

Pendahuluan…………………………………………………………

1

1.1

Latar Belakang Penelitian…………………………….………...

1

1.2

Identifikasi Masalah……………………………………………

4


1.3

Tujuan Penelitian………………………………………………

4

1.4

Kegunaan Penelitian……………………………………………

5

1.5

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis……………………………

5

1.6


Metode Penelitian……………………………………………..

8

1.7

Lokasi dan Lamanya Penelitian……………………………….

9

BAB II Tinjauan Pustaka…………………………………………………...

10

2.1

Perpajakan……………………………………………………..

10


2.1.1

Dasar Perpajakan………………………………….…..

10

2.1.2

Definisi Pajak…………………………………………

10

2.1.3

Fungsi Pajak…………………………………………..

12

2.1.4


Asas-asas Pemungutan Pajak…………………………

13

Universitas Kristen Maranatha

2.2

2.1.5

Pengelompokan Pajak………………………………...

13

2.1.6

Sistem Pemungutan Pajak…………………………….

15


Pajak Pertambahan Nilai………………………………………

16

2.2.1

Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai………………

16

2.2.2

Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai……………….

18

2.2.3

Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai…….


21

2.2.4

Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai…………..

22

2.2.5

Saat dan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang….

27

2.2.6

Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai…………...

28


2.2.7

Faktur Pajak…………………………………………...

31

2.2.7.1

Pengertian Faktur Pajak……………………..

31

2.2.7.2

Fungsi Faktur Pajak…………………………

31

2.2.7.3


Jenis-jenis Faktur Pajak……………………..

32

2.2.7.4

Saat (Batas Terakhir) Pembuatan Faktur Pajak

38

2.2.7.5

Penerbitan Faktur Pajak yang Tidak Tepat
Waktu……………………………………….

2.2.7.6

Mekanisme Pembuatan Faktur Pajak oleh
Pengusaha Kena Pajak………………...........

2.2.7.7

39

39

Pembuatan Faktur Pajak dalam Hal Rincian
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak Tidak
Tertampung dalam Satu Faktur Pajak………

2.2.7.8

40

Mekanisme Pembetulan Faktur Pajak yang
Hilang………………………………………

Universitas Kristen Maranatha

41

2.2.7.9

Mekanisme Pembetulan Faktur Pajak yang
Rusak atau Cacat atau Salah dalam Pengisian

2.3

atau Salah DalamPenulisan………………….

42

2.2.8

Metode Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai………

44

2.2.9

Restitusi Pajak Pertambahan Nilai…………………….

45

2.2.10 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai…

46

Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai…………………………..

48

2.3.1

Prosedur Pencatatan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai. 49
2.3.1.1

Prosedur Pencatatan Pembelian yang PPN-nya
Dapat Dikreditkan maupun yang Tidak Dapat
Dikreditkan…………………………………

2.3.1.2

Prosedur Pencatatan Penjualan dan Pajak
Pertambahan Nilai Terutang………………..

2.3.1.3

BAB III Objek dan Metodologi Penelitian………………………………….

3.2

53

Saat Perhitungan Pembayaran dan Pembuatan
Laporan…………………………………….

3.1

49

57

58

Objek Penelitian……………………………………………….

58

3.1.1

Sejarah Singkat Perusahaan…………………………...

58

3.1.2

Struktur Organisasi Perusahaan dan Uraian Tugas…...

59

Metode Penelitian…………………………………………

64

3.2.1

Jenis Data……………………………………………..

64

3.2.2

Sumber Data…………………………………………..

65

Universitas Kristen Maranatha

3.2.3

Metode Pengumpulan Data……………………………

65

3.2.4

Operasional Variabel………………………………….

66

3.2.5

Penetapan Indikator Variabel…………………………

67

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan…………………………………

69

4.1

Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai
Terutang Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000…..

69

4.1.1

Pajak Keluaran………………………………………...

70

4.1.2

Pajak Masukan………………………………………...

70

4.1.3

Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai
Terutang……………………………………………….

71

4.2

Peranan Faktur Pajak…………………………………………..

73

4.3

Saat Pembuatan Faktur Pajak atas Perhitungan Pajak Terutang

76

4.4

Pengujian Hipotesis…………………………………………...

79

4.4.1

Analisis Deskriptif…………………………………….

79

BAB V Kesimpulan dan Saran…………………………………………….

84

5.1

Kesimpulan……………………………………………………

84

5.2

Saran…………………………………………………………..

85

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………

87

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sistem Pajak Pertambahan Nilai Secara Bertingkat…………………

21

Tabel 3.1 Indikator Variabel……………………………………………………

67

Tabel 4.1 Perhitungan PPN Keluaran………………………………………….

70

Tabel 4.2 Perhitungan PPN Masukan Masa Pajak yang Sama………………...

71

Tabel 4.3 Daftar Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Terutang……………..

72

Tabel 4.4 Data Hasil Jawaban Responden Kuesioner Variabel Independen…..

81

Tabel 4.5 Data Hasil Jawaban Responden Kuesioner Variabel Dependen…….

81

Tabel 4.6 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Variabel Independen……………..

82

Tabel 4.7 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Variabel Dependen………………

82

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Struktur Organisasi

Lampiran 2

Surat Setoran Pajak

Lampiran 3

Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai

Lampiran 4

Faktur Pajak Standar

Lampiran 5

Kuesioner

Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN

Struktur Organisasi PT. Kidung Agung Jaya Perkasa
Administrasi
Penjualan
Kepala
Administrasi
Administrasi
Perpajakan
Departemen
Keuangan

Manajer
Keuangan
Kasir
Kepala Kasir
Pengendali
Piutang

Sales
Medan Kota
Sales
Medan
Barat
Direktur
Utama

Komisaris
Supervisor
Dalam Kota

Sales
Medan
Timur
Supir Dalam
Kota

Kernet

Sales
Selatan 1

Sales
Selatan 2
Departemen
Penjualan

Manajer
Penjualan

Supervisor
Luar Kota
Sales Utara

Supir Luar
Kota

Administrasi
Gudang
Kepala
Gudang
Pengendali
Persediaan

Sumber data : PT. Kidung Agung Jaya Perkasa

KUESIONER I
PROFIL RESPONDEN

1. Nama

:

2. Jenis kelamin
Pria

Wanita

3. Pendidikan terakhir
SLTA

DI

D II

D III

SI

S II

S III

4. Lama bekerja di PT. Kidung Agung Jaya Perkasa
< 1 th

1 – 3 th

3 – 5 th

> 5 th

5. Jabatan saat ini

:

Medan,

Juni 2006

(_______________)

Dibawah ini adalah pertanyaan mengenai peranan Faktur Pajak dalam Pajak
Pertambahan Nilai sebagai dasar perhitungan pajak pada PT. Kidung Agung Jaya
Perkasa. Bapak/Ibu diharapkan untuk memberikan anggapan atas pertanyaan berikut
ini, dengan memberikan tanda ( √ ) pada jawaban yang dianggap paling tepat.
Keterangan :
Y = Ya
T = Tidak
KUESIONER II
UNTUK VARIABEL INDEPENDEN
“FAKTUR PAJAK”

Indikator
Bukti Pungutan
Pajak

Pertanyaan

Y

1. Apakah Faktur Pajak sudah digunakan
sebagai bukti pungutan Pajak Pertambahan
Nilai ?
2. Apakah dalam melakukan penyerahan BKP
atau penyerahan JKP sudah dicatat ke dalam
Faktur Pajak secara tepat & lengkap?
3. Apakah Faktur Pajak juga dapat digunakan
sebagai sarana pengkreditan Pajak Masukan?
4. Apakah Faktur-faktur Pajak yang digunakan
lebih mempersulit pekerjaan ?

Bukti Pembayaran

5. Apakah perusahaan telah mendapat Faktur
Pajak setiap terjadi transaksi pembelian
BKP/JKP ?
6. Apakah perusahaan telah menyimpan Faktur
Pajak pembelian sebagai bukti pembayaran ?
7. Apakah bukti pembayaran dapat digunakan
sebagai pengkreditan Pajak Masukan ?

Sarana Pengawasan
Administrasi

8. Apakah Faktur Pajak yang dibuat sudah
diperiksa kesesuaiannya dengan SPT Masa
PPN ?
9. Apakah perusahaan selalu
kewajiban perpajakannya ?

memenuhi

10. Apakah Faktur Pajak yang dibuat sudah
diperiksa kelengkapan dan ketepatannya ?

T

Faktur Pajak
Standar

11. Apakah perusahaan membuat Faktur Pajak
Standar ?
12. Apakah Faktur Pajak yang dipergunakan
sudah dibuat sekurang-kurangnya rangkap
dua?
13. Apakah Faktur Pajak tersebut diberikan
kepada bagian yang berkaitan ?
14. Apakah Faktur Pajak tersebut sudah
memenuhi syarat disebut sebagai Faktur
Pajak ?

Faktur Pajak
Gabungan

15. Apakah perusahaan membuat Faktur Pajak
Gabungan?
16. Apakah dengan adanya Faktur Pajak
Gabungan, beban administrasi menjadi lebih
ringan ?
17. Apakah Faktur Pajak Gabungan sama
fungsinya dengan Faktur Pajak Standar ?
18. Apakah tata cara pembuatan Faktur Pajak
Gabungan sesuai / sama dengan ketentuan
pembuatan Faktur Pajak Standar ?

Faktur Pajak
Sederhana

19. Apakah perusahaan pernah melakukan
BKP/JKP kepada pembeli yang identitasnya
tidak lengkap ?
20. Apakah perusahaan juga menjual BKP/JKP
secara langsung kepada konsumen akhir ?
21. Apakah Faktur Pajak Sederhana dapat
digunakan sebagai dasar pengkreditan Pajak
Masukan ?
22. Apakah Faktur Pajak Sederhana dapat
disamakan fungsinya dengan Faktur Pajak
Standar ?
23. Apakah Faktur Pajak Standar yang diisi tidak
lengkap termasuk Faktur Pajak Sederhana ?

KUESIONER III
UNTUK VARIABEL DEPENDEN
“PERHITUNGAN PAJAK”
Indikator
Pengusaha Kena
Pajak

Pertanyaan
1. Apakah perusahaan telah dikukuhkan sebagai
PKP?
2. Apakah perusahaan telah melaporkan nomor
seri ke KPP setempat ?
3. Apakah perusahaan telah memperhitungkan
PPN Terutang Kurang Bayar / Lebih Bayar ?
4. Apakah perusahaan telah melunasi PPN
Terutang Kurang Bayar ?
5. Apakah perusahaan telah melaporkan PPN
Terutang Kurang Bayar / Lebih Bayar ?

Metode

6. Apakah perusahaan menggunakan metode
pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai ?
7. Apakah perusahaan juga memungut Pajak
Pertambahan Nilai dengan mekanisme Faktur
Pajak ?
8. Apakah metode tersebut sangat membantu
dalam perhitungan Pajak Pertambahan Nilai ?

Hasil Perhitungan

9. Apakah perusahaan menyetor kekurangan
pajak terutang apabila terjadi Kurang Bayar ?
10. Apakah perusahaan
terhadap kelebihan
terutang ?

melakukan restitusi
pembayaran pajak

11. Apakah perusahaan mengkompensasikan
kelebihan pembayaran pajak terutang ?
12. Apakah perusahaan pernah terjadi pajak
terutang nihil ?
Pelaporan

13. Apakah perusahaan tepat waktu dalam
melaporkan SPT Masa PPN ?
14. Apakah SPT Masa PPN sudah diisi dengan
lengkap sebelum dilaporkan ?

Y

T

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian
Perekonomian Indonesia sekarang ini sedang berada dalam masa
pemulihan sebagai akibat terjadinya resesi ekonomi beberapa waktu lalu.
Salah satu bukti pemulihan tersebut yaitu adanya perusahaan-perusahaan baik
swasta

maupun

pemerintah

yang

mulai

bangkit

dan

berkembang.

Perkembangan perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan dapat membawa
kondisi perekonomian Indonesia kembali pulih seperti sediakala. Dengan
demikian, maka perekonomian dan pembangunan Indonesia juga akan
mengalami peningkatan.
Pemerintah berusaha untuk memulihkan stabilitas ekonomi dengan cara
melaksanakan pembangunan dan perbaikan di segala bidang dengan
menggunakan strategi yang tepat agar dapat tercapai pemerataan ekonomi
sehingga hasil-hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat Indonesia. Strategi tersebut haruslah bertitik tolak dari sumber
ideologi bangsa yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. Untuk dapat
melaksanakan usaha pembangunan yang berlangsung terus menerus dan
berkesinambungan, pemerintah tentu saja memerlukan dana yang jumlahnya
tidak sedikit bahkan bisa dikatakan sangat besar. Karena keterbatasan dana
yang dimiliki oleh pemerintah, pemerintah memenuhi dana pembangunannya
dengan memanfaatkan dua sumber dana penerimaan, yaitu penerimaan dalam

1

Universitas Kristen Maranatha

Bab I : Pendahuluan

2

negeri dan penerimaan luar negeri. Penerimaan dalam negeri berasal dari hasil
ekspor dan penerimaan bukan pajak dan penerimaan pajak. Sedangkan
penerimaan yang berasal dari luar negeri misalnya pinjaman luar negeri.
Pajak adalah salah satu sumber pendapatan negara yang paling potensial
bagi kelangsungan pembangunan negara Indonesia karena penerimaan pajak
meningkat seirama dengan meningkatnya perekonomian dan taraf hidup suatu
bangsa.
Salah satu jenis pajak yang mempunyai peranan besar dalam penerimaan
pemerintah adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Menurut Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai jika pembeli membeli Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak maka pihak penjual akan memungut Pajak Pertambahan Nilai atas
penyerahan tersebut, maka Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut pada
waktu pembelian barang dagangan merupakan Pajak Masukan bagi pembeli
tersebut, sedangkan sewaktu menjual Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
maka pihak penjual memungut Pajak Pertambahan Nilai yang merupakan
Pajak Keluaran baginya. Walaupun Pajak Pertambahan Nilai nampaknya
dikenakan beberapa kali pada setiap terjadi penjualan dan efek pajak
bergandanya dapat dielimininasikan dengan adanya sistem pengkreditan pajak
(Pajak Keluaran dikurang dengan Pajak Masukan) yang hasilnya dapat berupa
Lebih Bayar atau Kurang Bayar yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Pertambahan Nilai terutang tersebut
akan diperhitungkan, disetor, dan dilaporkan dengan menggunakan with
holding system.

Universitas Kristen Maranatha

Bab I : Pendahuluan

3

Sarana dalam penghitungan Pajak Pertambahan Nilai adalah dengan
adanya Faktur Pajak, yang terbagi atas Faktur Pajak Sederhana, Faktur Pajak
Standar, maupun Faktur Pajak Gabungan. Faktur Pajak merupakan suatu bukti
pemungutan Pajak Pertambahan Nilai yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak
penjual karena adanya penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa
Kena Pajak, dan dapat digunakan sebagai sarana untuk pengkreditan Pajak
Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak pembeli.
Pajak Pertambahan Nilai merupakan hal yang penting dalam suatu
kegiatan operasional perusahaan karena terdapat transaksi jual beli Barang
Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan
apabila terjadi perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa
Kena Pajak. Dengan kegiatan Pajak Pertambahan Nilai, akan memberikan
informasi bagi perusahaan untuk menghitung, membayar, dan meyetorkan
Pajak Pertambahan Nilai terutang.
PT. Kidung Agung Jaya Perkasa merupakan suatu perusahaan yang sudah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang memiliki kewajiban untuk
membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan pajak dan membayar pajak
yang terutang. Salah satu pajak yang terutang tersebut adalah Pajak
Pertambahan Nilai. Jadi sebagai Wajib Pajak yang mempunyai Nomor Pokok
Wajib Pajak, PT. Kidung Agung Jaya Perkasa juga wajib memperhitungkan
Pajak Kurang Bayar atau Lebih Bayar, melunasi pajak kurang bayar dan
melaporkannya.

Universitas Kristen Maranatha

Bab I : Pendahuluan

4

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis memilih penelitian
skripsi ini dengan judul “Peranan Faktur Pajak dalam Pajak Pertambahan
Nilai Sebagai Dasar Penghitungan Pajak”.

1.1

Identifikasi Masalah
Setelah meneliti lebih mendalam terhadap apa yang telah diuraikan di atas,
maka penulis mengidentifikasikan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1.

Apakah perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai
pada PT. Kidung Agung Jaya Perkasa sudah sesuai dengan ketentuan
peraturan per-Undang-Undangan perpajakan yang berlaku?

2.

Seberapa besar peranan faktur pajak sebagai dasar penghitungan besarnya
Pajak Pertambahan Nilai?

1.2

Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah seperti yang telah diuraikan di atas,
maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai pada
perusahaan sudah diterapkan sesuai dengan ketentuan peraturan undangundang perpajakan yang berlaku.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peranan Faktur Pajak sebagi dasar
penghitungan Pajak Pertambahan Nilai terutang.

Universitas Kristen Maranatha

Bab I : Pendahuluan

1.3

5

Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai masalah yang dikemukakan di atas sangat berguna
dan dapat dipergunakan oleh berbagai pihak, diantaranya :
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang
bermanfaat

mengenai

pelaksanaan

dan

sistem

pelaporan

Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) dan dapat menerapkannya dalam operasi
perusahaan.
2. Bagi pihak-pihak lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber pemikiran dan
pengetahuan ataupun sebagai sumbangan informasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dan menaruh minat tentang Pajak Pertambahan Nilai
(PPN).
3. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan
penulis dalam bidang perpajakan, khususnya Pajak Pertambahan Nilai.
Selain itu juga untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti sidang
sarjana lengkap Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Kristen Maranatha.

1.4

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas
pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor

Universitas Kristen Maranatha

Bab I : Pendahuluan

6

produksi pada setiap jalur proses produksi. Tarif perhitungan besarnya Pajak
Pertambahan Nilai yang terutang berdasarkan Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
sudah diatur dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 18
Tahun 2000, pasal 7, yaitu :
(1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).
(2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0%
(nol persen).
(3) Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diubah menjadi serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan
setinggi-tingginya 15% (lima belas persen).
Untuk menentukan Kurang Bayar (KB) atau Lebih Bayar (LB) Pajak
Pertambahan

Nilai

suatu

perusahaan,

maka

digunakan

mekanisme

Pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai, yaitu membandingkan antara Pajak
Masukan (PM) dan Pajak Keluaran (PK). Pajak Masukan adalah Pajak
Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak
karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak
dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean dan
atau impor Barang Kena Pajak. Sedangkan Pajak Keluaran adalah Pajak
Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak
yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa
Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak.

Universitas Kristen Maranatha

Bab I : Pendahuluan

7

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada
Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang
harus dibayar atau Kurang Bayar oleh Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran,
maka selisihnya merupakan kelebihan pajak atau Lebih Bayar yang dapat
direstitusi atau diminta kembali atau dikompensasikan ke Masa Pajak
berikutnya.
Dengan terjadinya transaksi-transaksi jual beli dalam perusahaan, maka
perusahaan mengadakan pembukuan, dengan menggunakan metode akuntansi.
Dengan akuntansi Pajak Pertambahan Nilai dapat dengan lebih jelas
menyampaikan bagaimana perlakuan akuntansi terhadap transaksi yang
berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai. Selain itu juga dengan
akuntansi,

dapat

memberikan

gambaran

keadaan

perusahaan

dan

menghasilkan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan.
Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai memberikan informasi yang diperlukan
dalam rangka pemenuhan kewajiban penyelenggaraan pembukuan dan untuk
menghitung, membayar, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang
terutang.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa perhitungan Pajak Pertambahan
Nilai memerlukan perangkat yang dapat menjamin bahwa perhitungan Pajak
Pertambahan Nilai yang ada telah dilakukan perhitungan dengan baik dan
tepat. Perangkat tersebut adalah suatu bukti pemungutan Pajak Pertambahan
Nilai, yaitu Faktur Pajak.

Universitas Kristen Maranatha

Bab I : Pendahuluan

8

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dapat diperoleh dari transaksitransaksi penjualan dan pembelian yang tercatat dalam Faktur Pajak dan
laporan dari penjualan. Salah satu kegunaan Faktur Pajak adalah sebagai bukti
baik bagi Pengusaha Kena Pajak atau penjual maupun bagi pembeli bahwa
kedua belah pihak telah melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana mestinya, terutama pada
pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dan pada
waktu ada pemeriksaan oleh petugas pajak. Oleh karena itu, pembuatan Faktur
Pajak yang benar dan baik secara formal maupun material akan mendukung
penghitungan Pajak Pertambahan Nilai. Dengan adanya Faktur Pajak,
diharapkan

para

pemakainya

dapat

menggunakannya

sebagai

dasar

penghitungan Pajak Pertambahan Nilai. Berdasarkan pemikiran di atas, maka
penulis merumuskan hipotesa sebagai berikut:
“Bahwa terdapat peranan Faktur Pajak yang signifikan sebagai dasar
penghitungan Pajak Pertambahan Nilai terutang.”

1.5

Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mencari kerangka referensi dan
landasan teori baik dalam buku, peraturan-peraturan, majalah, maupun
jurnal-jurnal ilmiah yang relevan dengan ide penelitian termasuk dari

Universitas Kristen Maranatha

Bab I : Pendahuluan

9

media internet yang kemudian menjadi dasar kriteria dalam membahas
masalah yang ditemukan dalam penelitian lapangan.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data empiris yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknikteknik sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
objek penelitian untuk mendapatkan informasi yang penting dan
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung kepada
pihak-pihak yang

berkompeten

dari

perusahaan,

guna

memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
c. Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang
berkaitan dalam penyusunan skripsi ini.
d. Kuesioner, yaitu dengan memberikan seperangkat pertanyaan tertulis
yang sudah dirumuskan sebelumnya oleh penulis, sehingga diperoleh
data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

1.6

Lokasi dan Lamanya Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT. Kidung Agung Jaya Perkasa yang berlokasi
di Jalan Gn. Krakatau Nomor 197F, Medan mulai dari bulan Maret 2006
sampai dengan bulan Mei 2006.

Universitas Kristen Maranatha

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan terhadap PT.
Kidung Agung Jaya Perkasa, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. PT. Kidung Agung Jaya Perkasa yang dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak yang bergerak di bidang usaha perdagangan, maka atas
penyerahan Barang Kena Pajak harus membuat Faktur Pajak. Pembuatan
Faktur Pajak (FP) Standar atas penyerahan Barang Kena Pajak untuk masa
pajak Desember 2005 dikenakan Pajak Keluaran (PK) sebesar Rp
17.389.673,00 untuk Faktur Pajak Standar kepada pihak lain yang bukan
pemungut Pajak Pertambahan Nilai. Dalam masa pajak ini tidak ada
transaksi untuk retur penjualan, jadi tidak terdapat Pajak Pertambahan
Nilai yang dapat mengurangi Pajak Keluaran PT. Kidung Agung Jaya
Perkasa, sedangkan total Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah
sebesar Rp 15.463.645,00. Dari jumlah Pajak Keluaran dan Pajak
Masukan dalam masa pajak ini maka perusahaan harus melaporkan PPN
Kurang Bayar dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan
Nilai Desember 2005 sebesar Rp 1.926.028,00 dan PT. Kidung Agung
Jaya Perkasa juga akan menyetor Pajak Pertambahan Nilai terutang
dengan membuat Surat Setoran Pajak (SSP) pada tanggal 9 Januari 2006
ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

84

Universitas Kristen Maranatha

85

Bab V : Kesimpulan dan Saran

2. Dengan diberlakukannya Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan pajak,
maka Faktur Pajak ini sangat berperan sebagai dasar penghitungan Pajak
Pertambahan Nilai terutang.

5.1

Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mencoba
memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan bagi pihak manajemen perusahaan, yaitu :
1. Perusahaan atau Wajib Pajak sebaiknya meningkatkan pengetahuan
mengenai

peraturan-peraturan

perpajakan,

khususnya

mengenai

pembuatan faktur pajak untuk menghindari keterlambatan pelaporan setiap
bulannya dan kesalahan pengisian faktur pajak sehingga dapat
memperlancar kegiatan atau jalannya perusahaan.
2. Pembuatan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai diharapkan lebih teliti
agar tidak sering melakukan pembetulan terutama jumlah Pajak Keluaran
dan Pajak Masukan serta nomor seri faktur yang sering terjadi salah ketik.
Pembetulan yang terlalu sering akan menimbulkan kecurigaan dan dapat
dilakukan pemeriksaan oleh fiskus.
3. Penyetoran atau pembayaran Pajak Pertambahan Nilai terutang, PT.
Kidung Agung Jaya Perkasa diharapkan tidak terlambat atau tidak lebih
dari 15 (lima belas) hari setelah masa pajak berakhir, karena dengan
keterlambatan tersebut akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan.

Universitas Kristen Maranatha

86

Bab V : Kesimpulan dan Saran

4. Pelaporan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai diharapkan tidak terlambat
karena akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp
50.000,00. Keterlambatan ini terjadi karena kelalaian Wajib Pajak dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan.
5. Perusahaan perlu untuk mengikuti terus perkembangan peraturan
perpajakan di Indonesia yang terus menerus diperbaiki agar dapat
memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar.

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Brotodiharjo, R.S., Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco, Bandung, 1991.
Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-128/PJ./2004 Tentang Faktur
Pajak Sederhana.
Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-312/PJ./2001 Tentang
Dokumen-Dokumen Tertentu yang Diperlakukan Sebagai Faktur Pajak
Standar.
Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-433/PJ./2002 Tentang Faktur
Pajak Standar.
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi 2001, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2002.
Sukardji, Untung., Pajak Pertambahan Nilai, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta,1999.
Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ.52/1995 Tentang Faktur
Pajak Gabungan.
Undang-Undang Pajak Tahun 2000, Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Waluyo, Perpajakan Indonesia : Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2002.

87

Universitas Kristen Maranatha