Feminisme liberal dalam sikap dan pandangan wanita Jawa dalam novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

Setianingsih, Damar. 2015. Feminisme Liberal dalam Sikap dan Pandangan Wanita Jawa
dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto. Skripsi S1. Program Studi Sastra
Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji pemikiran feminisme liberal novel Canting karya Arswendo
Atmowiloto. Feminisme liberal adalah suatu pandangan tentang perempuan dalam upaya
mendapatkan kesetaraan (sameness) untuk mendapatkan kesempatan berpendidikan,
kesempatan kerja, kebebasan individual dengan mempertimbangkan perbedaan tugas di
antara keduanya, dan menentang diskriminasi seks. Tujuan dari penelitian ini adalah (i)
mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto,
dan (ii) mendeskripsikan feminisme liberal dalam novel Canting karya Arswendo
Atmowiloto. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif dan

pendekatan feminisme. Sedangkan, metode pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan tiga teknik, yaitu teknik studi pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Dan
untuk menganalisis data-data yang telah terkumpul digunakan metode analisis isi.
Hasil penelitian ini adalah (1) deskripsi tokoh dan penokohan dalam novel Canting
karya Arswendo Atmowiloto. (2) Hasil penelitian berikutnya menunjukkan pemikiran
feminisme liberal yang terdapat dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto.
Dalam novel Canting terdapat tiga tokoh utama, yaitu Bu Bei, Pak Bei, dan Ni.
Ketiga tokoh utama tersebut merupakan tokoh yang sering muncul dan menentukan
perkembangan plot secara keseluruhan. Dan terdapat enam tokoh tambahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini, yaitu Wahyu Dewabrata, Wening Dewamurti, Mijin, Mbok
Tuwuh, Himawan, dan Wagimi.
Feminisme liberal yang terdapat dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto,
yaitu (i) kesempatan dalam pendidikaan, (ii) kesempatan dalam dunia kerja, (iii) kebebasan
individual, dan (iv) menentang diskriminasi seks.
Dalam konteks pemikiran feminisme liberal terdapat dua generasi perempuan yang
berbeda dan bertolak belakang. Generasi pertama adalah generasi Bu Bei yang
menggambarkan kehidupan wanita Jawa pada zaman yang kental akan diskriminasi gender,
yaitu zaman sebelum feminisme liberal mulai berjalan. Dan generasi kedua adalah generasi
Ni yang menggambarkan zaman feminisme liberal telah berjalan meskipun sangat lamban,
menggambarkan perempuan telah mencapai kesetaraan hak dengan laki-laki (sameness) dan

diskriminasi gender sudah tidak ada. Generasi Ni telah mencapai kesetaraan dalam hal
kebebasan berpendapat, kesempatan mendapatkan pendidikan, kesempatan kerja, dan tidak
mengalami diskriminasi seks. Novel Canting menggambarkan konstruksi pemikiran
feminisme liberal dalam sikap dan pandangan hidup wanita Jawa.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

Setianingsih, Damar. 2015. Liberal Feminism in Attitude and Point of View of Javanese
Woman in Canting Novel by Arswendo Atmowiloto. Undergraduate Thesis. Study
Program of Indonesian Literary, Indonesia Literature Course, Sanata Dharma
University.


The research analyzed the thought of liberal feminism in Canting novel by Arswendo
Atmowiloto. Liberal feminism is point a view about woman in order to get equality
(sameness), opportunity to get education, chance to get better job, individual freedom
considering the task distinction between them, and facing toward sex discrimination. The
aims of the research were (i) to describe character and characterization in Canting novel by
Arswendo Atmowiloto, and (ii) to describe the liberal feminism in Canting novel by
Arswendo Atmowiloto. The approach that used in this research were objective approach and
feminism approach. The method of collecting the data in this research used three techniques,
namely literature study technique, simak technique, and noted technique. And the content
analysis was used to analyze the collected data.
The results of thesis are (1) the character and characterization in Canting novel by
Arswendo Atmowiloto, and (2) the next result was showing the thought of liberal feminism
in Canting novel by Arswendo Atmowiloto.
There are three main characters in this novel, namely Bu Bei, Pak Bei, and Ni. Those
three main characters always appear and establish in the whole plot development. There are
six peripheral characters which will be discussed in this research, namely Wahyu Dewabrata,
Wening Dewamurti, Mijin, Mbok Tuwuh, Himawan, and Wagimi.
The liberal feminism which were in Canting novel by Arswendo Atmowiloto were (i)
opportunity in education, (ii) opportunity in work-place, (iii) individual freedom, (iv)

opposite to sex discrimination.
In the liberal feminism context, there were two generations in which they were
different and contradictory each other. The first generation was Bu Bei generation which
reflected life of Javanese women with strong gender discrimination, in era before liberal
feminism emerged. And the second generation was Ni generation which reflected era of
liberal feminism that had been emerged slowly, describing that women had achieved equal
rights with men (sameness) and there was no gender discrimination. Ni generation had
achieved equality in term freedom of giving opinion, opportunity to get education,
employment, and no sex discrimination. Thought of liberal feminism in attitude and point of
view of javanese women were reflected in Canting novel.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
FEMINISME LIBERAL DALAM SIKAP DAN PANDANGAN WANITA JAWA

DALAM NOVEL CANTING KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO

Skripsi
Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Damar Setianingsih
104114010

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
FEMINISME LIBERAL DALAM SIKAP DAN PANDANGAN WANITA JAWA
DALAM NOVEL CANTING KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO

Skripsi
Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Damar Setianingsih
104114010

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2015
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan perlindunganNya atas terselesaikannya skripsi yang berjudul “Feminisme Liberal
dalam Sikap dan Pandangan Wanita Jawa dalam Novel Canting karya Arswendo
Atmowiloto”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana Sastra Indonesia.
Skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu, di antaranya:
1. S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan
mendampingi, mengarahkan, dan memberikan bimbingan kepada penulis,
sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan
memberikan kritik serta masukan yang membangun kepada penulis.
3. Dosen-dosen Prodi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma yang telah
mendampingi penulis selama menempuh masa studi, Prof. Dr. I. Praptomo
Baryadi, M.Hum., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., Drs. Hery Antono, M.Hum., Dra.
Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum., Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Drs. FX. Santoso,
M.Hum. dan segenap dosen mata kuliah tertentu yang tidak bisa penulis sebutkan
satu per satu.
4. Segenap staf dan karyawan Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

5. Maryono, S.E. dan Sudarsih, orang tua penulis yang tidak ada henti-hentinya
memberikan semangat dan dukungan secara moral maupun material, serta Vivi
Rachmawati, M.Hum., kakak penulis yang telah memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
6. Semua teman Prodi Sastra Indonesia angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan
satu per satu, khususnya Suyanti, Radit, Jeje, Anton, Meika, dan Diska terima
kasih telah menjadi teman bertukar pikiran.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

Setianingsih, Damar. 2015. Feminisme Liberal dalam Sikap dan Pandangan Wanita Jawa
dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto. Skripsi S1. Program Studi Sastra
Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji pemikiran feminisme liberal novel Canting karya Arswendo
Atmowiloto. Feminisme liberal adalah suatu pandangan tentang perempuan dalam upaya
mendapatkan kesetaraan (sameness) untuk mendapatkan kesempatan berpendidikan,
kesempatan kerja, kebebasan individual dengan mempertimbangkan perbedaan tugas di
antara keduanya, dan menentang diskriminasi seks. Tujuan dari penelitian ini adalah (i)
mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto,
dan (ii) mendeskripsikan feminisme liberal dalam novel Canting karya Arswendo
Atmowiloto. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif dan
pendekatan feminisme. Sedangkan, metode pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan tiga teknik, yaitu teknik studi pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Dan
untuk menganalisis data-data yang telah terkumpul digunakan metode analisis isi.
Hasil penelitian ini adalah (1) deskripsi tokoh dan penokohan dalam novel Canting
karya Arswendo Atmowiloto. (2) Hasil penelitian berikutnya menunjukkan pemikiran
feminisme liberal yang terdapat dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto.
Dalam novel Canting terdapat tiga tokoh utama, yaitu Bu Bei, Pak Bei, dan Ni.
Ketiga tokoh utama tersebut merupakan tokoh yang sering muncul dan menentukan
perkembangan plot secara keseluruhan. Dan terdapat enam tokoh tambahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini, yaitu Wahyu Dewabrata, Wening Dewamurti, Mijin, Mbok
Tuwuh, Himawan, dan Wagimi.
Feminisme liberal yang terdapat dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto,
yaitu (i) kesempatan dalam pendidikaan, (ii) kesempatan dalam dunia kerja, (iii) kebebasan
individual, dan (iv) menentang diskriminasi seks.
Dalam konteks pemikiran feminisme liberal terdapat dua generasi perempuan yang
berbeda dan bertolak belakang. Generasi pertama adalah generasi Bu Bei yang
menggambarkan kehidupan wanita Jawa pada zaman yang kental akan diskriminasi gender,
yaitu zaman sebelum feminisme liberal mulai berjalan. Dan generasi kedua adalah generasi
Ni yang menggambarkan zaman feminisme liberal telah berjalan meskipun sangat lamban,
menggambarkan perempuan telah mencapai kesetaraan hak dengan laki-laki (sameness) dan
diskriminasi gender sudah tidak ada. Generasi Ni telah mencapai kesetaraan dalam hal
kebebasan berpendapat, kesempatan mendapatkan pendidikan, kesempatan kerja, dan tidak
mengalami diskriminasi seks. Novel Canting menggambarkan konstruksi pemikiran
feminisme liberal dalam sikap dan pandangan hidup wanita Jawa.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

Setianingsih, Damar. 2015. Liberal Feminism in Attitude and Point of View of Javanese
Woman in Canting Novel by Arswendo Atmowiloto. Undergraduate Thesis. Study
Program of Indonesian Literary, Indonesia Literature Course, Sanata Dharma
University.

The research analyzed the thought of liberal feminism in Canting novel by Arswendo
Atmowiloto. Liberal feminism is point a view about woman in order to get equality
(sameness), opportunity to get education, chance to get better job, individual freedom
considering the task distinction between them, and facing toward sex discrimination. The
aims of the research were (i) to describe character and characterization in Canting novel by
Arswendo Atmowiloto, and (ii) to describe the liberal feminism in Canting novel by
Arswendo Atmowiloto. The approach that used in this research were objective approach and
feminism approach. The method of collecting the data in this research used three techniques,
namely literature study technique, simak technique, and noted technique. And the content
analysis was used to analyze the collected data.
The results of thesis are (1) the character and characterization in Canting novel by
Arswendo Atmowiloto, and (2) the next result was showing the thought of liberal feminism
in Canting novel by Arswendo Atmowiloto.
There are three main characters in this novel, namely Bu Bei, Pak Bei, and Ni. Those
three main characters always appear and establish in the whole plot development. There are
six peripheral characters which will be discussed in this research, namely Wahyu Dewabrata,
Wening Dewamurti, Mijin, Mbok Tuwuh, Himawan, and Wagimi.
The liberal feminism which were in Canting novel by Arswendo Atmowiloto were (i)
opportunity in education, (ii) opportunity in work-place, (iii) individual freedom, (iv)
opposite to sex discrimination.
In the liberal feminism context, there were two generations in which they were
different and contradictory each other. The first generation was Bu Bei generation which
reflected life of Javanese women with strong gender discrimination, in era before liberal
feminism emerged. And the second generation was Ni generation which reflected era of
liberal feminism that had been emerged slowly, describing that women had achieved equal
rights with men (sameness) and there was no gender discrimination. Ni generation had
achieved equality in term freedom of giving opinion, opportunity to get education,
employment, and no sex discrimination. Thought of liberal feminism in attitude and point of
view of javanese women were reflected in Canting novel.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................4
1.5 Tinjauan Pustaka ..........................................................................................5
1.6 Landasan Teori .............................................................................................7
1.6.1 Tokoh dan Penokohan .......................................................................7
1.6.1.1 Tokoh .......................................................................................7
1.6.1.2 Penokohan ................................................................................9
1.6.2 Feminisme ......................................................................................14
1.6.3 Feminisme Liberal .........................................................................15
1.7 Metode dan Teknik Penelitian ....................................................................17
1.7.1 Pendekatan ...................................................................................17
1.7.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .......................................18
1.7.3 Metode dan Teknik Analisis Data ...............................................19
1.7.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ......................20
1.8 Sistematika Penyajian .................................................................................20

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL CANTING .................22
2.1 Tokoh Utama ..............................................................................................22
2.1.1 Bu Bei ..........................................................................................23
2.1.2 Pak Bei .........................................................................................33
2.1.3 Ni .................................................................................................43
2.2 Tokoh Tambahan ........................................................................................52
2.2.1 Wahyu Dewabrata .......................................................................53
2.2.2 Mijin ............................................................................................57
2.2.3 Himawan ......................................................................................61
2.2.4 Wening Dewamurti ......................................................................66
2.2.5 Mbok Tuwuh ...............................................................................69
2.2.6 Genduk Wagimi ...........................................................................73
2.3 Rangkuman ..................................................................................................76
BAB III KONSTRUKSI PEMIKIRAN FEMINISME LIBERAL WANITA
JAWA DALAM NOVEL CANTING .....................................................................80
3.1 Kesempatan dalam Pendidikan ...................................................................80
3.2 Kesempatan dalam Dunia Kerja .................................................................84
3.3 Kebebasan Individual .................................................................................88
3.4 Menentang Diskriminasi Seks ....................................................................91
3.5 Rangkuman .................................................................................................96
BAB IV PENUTUP ................................................................................................100
4.1 Kesimpulan ...............................................................................................100
4.2 Saran .........................................................................................................106
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................107

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skripsi ini akan meneliti tentang pemikiran feminisme liberal dalam novel
Canting karya Arswendo Atmowiloto. Novel Canting karya Arswendo
Atmowiloto ini sangat menarik karena menggunakan latar budaya Jawa yang
kental. Selain itu, novel karya Arswendo Atmowiloto ini mengandung pesan
moral. Novel ini mengisahkan tentang kehidupan keluarga priayi yang sarat akan
nilai-nilai budaya Jawanya dan penuh dengan konflik-konflik yang menarik.
Selain itu, novel ini mengisahkan dua tokoh perempuan yang berbeda karakter
dengan latar budaya yang sama, yaitu budaya Jawa sehingga memunculkan
konflik yang menarik.
Secara etimologis, feminis berasal dari kata femme (woman), berarti
perempuan (tunggal) yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum
perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. Tujuan feminis adalah keseimbangan,
interelasi gender. Dalam pengertian yang paling luas, feminis adalah gerakan
kaum

wanita

untuk

menolak

segala

sesuatu

yang

dimarginalisasikan,

disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang
politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya. Dalam pengertian
yang lebih sempit, yaitu dalam sastra, feminis dikaitkan dengan proses produksi
maupun resepsi. Emansipasi wanita dengan demikian merupakan salah satu aspek
dalam kaitannya dengan persamaan hak. Dalam ilmu sosial kontemporer lebih
dikenal sebagai gerakan kesetaraan gender (Ratna, 2012: 184).
1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

Mackinnon menyatakan bahwa feminisme liberal melihat perbedaan lakilaki dengan perempuan sebagai konstruk sosio-ekonomis dan budaya ketimbang
sebagai hasil dari suatu biologi abadi. Feminisme liberal menekankan perlunya
kesetaraan kesempatan bagi perempuan di semua bidang, yang di dalam
demokrasi liberal barat diyakini dapat tercapai di dalam struktur besar dalam
kerangka kerja ekonomi dan hukum (Barker, 2005: 235).
Arswendo Atmowiloto terlahir dengan nama lahir Sarwendo. Nama
Arswendo Atmowiloto berasal dari Sarwendo yang diubah menjadi Arswendo
karena dianggap kurang kormesial. Atmowiloto yang menjadi nama belakang
Arswendo adalah nama ayahnya. Arswendo Atmowiloto dikenal sebagai seorang
penulis dan wartawan yang lahir pada tanggal 26 November 1948 di Solo, Jawa
Tengah. Karya-karya yang telah dihasilkan Arswendo antara lain berupa naskah
drama, cerpen, novel, dan puisi. Berikut beberapa karyanya: Sleko (1971), Dua
Ibu (1981), Serangan Fajar (1982), Pesta Jangkrik (2001), dan lain-lain. Sampai
saat ini Arswendo masih aktif menulis dan juga memiliki sebuah rumah produksi.
Novel Canting karya Arswendo Atmowiloto, yang terbit pada tahun 1986,
mengisahkan tentang tradisi Jawa yang dijaga secara turun- temurun oleh Kraton
Kesunanan Surakarta. Novel ini menceritakan hubungan kekeluargaan dan
keterkaitannya dengan materialisme yang dimiliki oleh keluarga Kraton
Kesunanan Surakarta yang hidup sebagai kaum priayi. Dalam novel ini
diungkapkan kehidupan keluarga Jawa yang mengalami banyak konflik dalam
memahami dan mengamalkan nilai-nilai budaya Jawa. Konflik tersebut dialami
oleh tokoh perempuan yang juga sangat kuat dipengaruhi oleh konstruksi sosio-

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

ekonomis di Jawa. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan kajian
feminisme liberal.
Objek kajian penelitian ini adalah novel Canting karya Arswendo
Atmowiloto. Alasan dalam pemilihan topik penelitian Feminisme Liberal dalam
Sikap dan Pandangan Wanita Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo
Atmowiloto karena novel tersebut mengkonstruksikan pemikiran tentang
feminisme liberal yang terlihat dari keinginan, sikap, dan pandangan perempuan
yang bebas secara utuh. Untuk melihat konstruksi pemikiran feminisme liberal,
peneliti menggunakan analisis tokoh dan penokohan. Dari analisis tokoh dan
penokohan dalam novel Canting akan terlihat sikap dan pandangan yang
menggambarkan pemikiran feminisme liberal.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.
1.2.1

Bagaimana gambaran tokoh dan penokohan dalam novel Canting
karya Arswendo Atmowiloto?

1.2.2

Bagaimana konstruksi pemikiran feminisme liberal dalam novel
Canting karya Arswendo Atmowiloto?

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengkaji novel Canting karya
Arswendo Atmowiloto menggunakan teori feminisme liberal. Secara khusus,
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.1

Mendeskripsikan dan mengungkapkan gambaran tokoh dan
penokohan dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto. Hal
ini akan dibahas pada bab II.

1.3.2

Mendeskripsikan
feminisme

liberal

dan

mengungkapkan

dalam

novel

konstruksi

Canting

karya

pemikiran
Arswendo

Atmowiloto. Hal ini akan dibahas pada bab III.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan menghasilkan uraian dan penjelasan tentang tokoh dan
penokohan, serta kajian feminisme liberal dalam novel Canting karya Arswendo
Atmowiloto. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini menjadi contoh penerapan kajian struktural, khususnya pada
tokoh dan penokohan, serta kajian feminisme liberal untuk memahami perempuan
dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang karya sastra
dan pemahaman tentang novel Canting karya Arswendo Atmowiloto. Selain itu,
melalui penelitian ini diharapkan pengetahuan pembaca mengenai feminis akan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

lebih luas sehingga ilmu yang dirasa bermanfaat bagi pembaca dapat
diaplikasikan dalam kehidupan.

1.5 Tinjauan Pustaka
Wiyatmi (2012: 182), dalam bukunya yang berjudul Kritik Sastra Feminis:
Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia, mendalami novel Canting karya
Arswendo dengan memahami fenomena keterlibatan perempuan sebagai pelaku
bisnis. Judul penelitian yang menggunakan objek penelitian novel Canting adalah
Perempuan sebagai Pelaku Bisnis dalam Novel Canting Karya Arswendo
Atmowiloto. Dalam novel Canting yang terbit pertama kali pada tahun 1986 ini
digambarkan

bagaimana

para

perempuan

memiliki

kemampuan

untuk

menjalankan kegiatan perekonomian.
Dengan menggambarkan para perempuan yang terjun ke dunia usaha,
Canting ingin menggambarkan para perempuan yang dapat berperan di dua area
yang berbeda, di rumah sebagai makhluk domestik dan di luar rumah sebagai
pengusaha. Ketika di rumah peran domestiknya adalah mengurus rumah tangga,
melayani suami, melahirkan dan mendidik anak-anaknya, sedangkan di luar
rumah mereka memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menjalankan perannya
sebagai penguasaha. Dalam novel tersebut digambarkan tokoh Bu Bei dan
Wening yang berhasil menjalankan kedua peran gendernya (Wiyatmi, 2012: 182).
Sulistyaningsih (1998), dalam skripsinya Citra Wanita Jawa Tokoh Utama
Ni dan Bu Bei dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto: Suatu Tinjauan
Sosiologis, penelitian ini mengkaji citra wanita Jawa tokoh Ni dan Bu Bei dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

novel Canting karya Arswendo Atmowiloto. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan sosiologis yang bertolak dari asumsi bahwa karya
sastra merupakan gejala sosial.
Hasil kajian ditemukan bahwa citra wanita Jawa tokoh Ni dan citra wanita
Jawa tokoh Bu Bei berbeda. Tokoh Ni merupakan cerminan wanita Jawa yang
ingin melepaskan kejawaannya dengan bersikap aeng atau aneh, sedangkan Bu
Bei hidup di zaman pra-kemerdekaan di dalam lingkungan priyayi, Bu Bei lebih
mencerminkan wanita Jawa yang memiliki sikap nrima atau pasrah akan keadaan
yang harus diterimanya.
Sidang (2013), dalam skripsinya yang berjudul Citra Perempuan Jawa
dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto, mendeskripsikan unsur
intrinsik dan citra perempuan Jawa yang digambarkan dalam novel Canting karya
Arswendo Atmowiloto. Unsur struktur novel Canting membentuk totalitas makna
yang mencakup tema, alur, setting (latar tempat, latar waktu, dan latar suasana),
tokoh, sudut pandang, dan amanat. Citra perempuan Jawa yang terdapat dalam
novel Canting adalah pekerja keras, pasrah, bertanggung jawab, dan pantang
menyerah. Para perempuan yang mampu berperan dua sisi kehidupan, yaitu
sebagai makhluk domestik dan di luar rumah sebagai pengusaha. Dalam novel ini
telah ditunjukkan bahwa kaum perempuan juga memiliki kemampuan untuk
mandiri secara ekonomi dan membantu keperluan rumah tangga.
Penelitian yang menggunakan objek novel Canting karya Arswendo
Atmowiloto ini memiliki perbedaan dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Penelitian dengan judul Feminisme Liberal dalam Sikap dan Pandangan Wanita

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto ini mengkaji novel
Canting dengan kajian feminisme liberal. Penelitian ini akan mendeskripsikan
salah satu unsur intrinsik dan konstruksi feminisme liberal yang digambarkan
novel Canting. Unsur intrinsik yang dianalisis adalah tokoh dan penokohan yang
digambarkan dalam novel Canting. Novel Canting yang menggunakan latar waktu
tahun 1940-an menggambarkan konstruksi pemikiran feminisme liberal dalam
sikap dan pandangan wanita Jawa. Dengan demikian, kebaruan penelitian ini
adalah feminisme liberal yang terdapat dalam novel Canting karya Arswendo
Atmowiloto.

1.6 Landasan Teori
1.6.1

Tokoh dan Penokohan

1.6.1.1 Tokoh
Menurut Abrams, tokoh cerita adalah orang-orang yang tampil dalam
karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral
dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa
yang dilakukan dalam tindakannya (Nurgiyantoro, 2005: 165).
Stanton menunjukkan tokoh (character) sebagai pelaku-pelaku cerita yang
ditampilkan. Istilah tokoh menunjukkan kepada orangnya, dalam hal ini berperan
sebagai pelaku cerita. Penggunaan istilah karakter (character) dalam berbagai
literature bahasa Inggris menyerap pada dua pengertian yang berbeda, yaitu
sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, ketertarikan,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

keinginan, emosi, dan prinsisp moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut
(Nurgiyantoro, 2005: 165).
Terma ‗karakter‘ biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama,
karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita. Konteks
kedua, karakter merujuk pada pencampuran dari berbagai kepentingan, keinginan,
emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut. Dalam sebagian besar
cerita dapat ditemukan satu ‗karakter utama‘, yaitu karakter yang terkait dengan
semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita (Stanton, 2007: 33).
Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam
fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan gambaran
dari orang-orang yang hidup di alam nyata. Tokoh dalam fiksi biasanya dibedakan
menjadi beberapa jenis. Menurut Sayuti, tokoh dibedakan sesuai dengan
keterlibatan dalam cerita. Tokoh dibedakan menjadi tokoh utama (sentral) dan
tokoh tambahan (periferal). Disebut tokoh sentral apabila memenuhi tiga syarat,
yaitu (1) paling terlibat dengan makna atau tema, (2) paling banyak berhubungan
dengan tokoh lain, (3) paling banyak memerlukan waktu penceritaan (Wiyatmi,
2006: 30-31).
Berdasarkan wataknya, tokoh dibedakan menjadi tokoh sederhana dan
tokoh kompleks. Tokoh sederhana adalah tokoh yang kurang mewakili keutuhan
personalitas manusia dan hanya ditonjolkan satu sisi karakter. Sementara tokoh
kompleks, sebaliknya lebih menggambarkan keutuhan personalitas manusia yang
memiliki sisi baik baik dan buruk secara dinamis (Wiyatmi, 2006: 31).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

Menurut Panuti-Sudjiman, tokoh cerita adalah individu rekaan yang
mengalami peristiwa cerita. Berdasarkan menampilkannya, tokoh dibedakan
menjadi tokoh datar atau tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh
bulat atau tokoh kompleks (complex atau round character). Berdasarkan peranan
atau pentingnya atau fungsinya, tokoh di dalam rekaan dibedakan menjadi tokoh
sentral atau tokoh utama (central character, main character) dan tokoh bawahan
atau tokoh tambahan (peripheral character) (Sugihastuti, 2010: 50-52).

1.6.1.2 Penokohan
Sugihastuti (2010: 50-51), penokohan adalah penyajian watak, penciptaan
citra, atau pelukisan gambaran tentang seseorang yang ditampilkan sebagai tokoh
cerita. Penciptaan citra dalam penokohan, meliputi fisik, sosial, dan psikologi
tokoh dalam suatu cerita. Ada beberapa metode penokohan yang masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangannya. Pertama, menurut Hudson, metode
analitik atau metode langsung. Pengarang melalui narator memaparkan sifat-sifat,
hasrat, pikiran, dan perasaan tokoh, kadang-kadang disertai komentar tentang
watak tersebut.
Kedua, metode tidak langsung yang disebut juga metode ragaan atau
metode dramatik. Watak tokoh dapat disimpulkan pembaca dari pikiran, cakapan,
dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang melalui narator. Selain itu, watak juga
dapat disimpulkan dari penampilan fisik tokoh, dari gambaran lingkungannya,
serta dari pendapat dan cakapan tokoh-tokoh yang lain tentang tokoh utama.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

Ketiga, menurut Kenney, metode kontekstual. Dengan metode ini, watak
tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang digunakan narator di dalam mengacu
kepada tokoh cerita. Ketiga metode tersebut dapat dipakai secara bersama-sama
dalam menganalisis penokohan sebuah novel.
Menurut Nurgiyantoro (2005: 194-195) dalam bukunya Teori Pengkajian
Fiksi, teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya sastra dapat dibagi menjadi dua
cara atau teknik, yaitu pelukisan secara langsung (teknik ekspositori) dan teknik
pelukisan secara tidak langsung (teknik dramatik). Berikut adalah uraian singkat
tentang kedua teknik pelukisan tokoh.

1.6.1.2.1 Teknik Ekspositori
Teknik ekspositori dapat juga disebut sebagai teknik analitis. Pelukisan
tokoh menggunakan teknik ini dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian,
atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita dihadirkan begitu saja dan langsung
disertai dengan deskripsi kediriannya yang mungkin berupa sikap, sifat, watak,
tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya.
Deskripsi kedirian tokoh yang dilakukan secara langsung oleh pengarang
akan berwujud penuturan yang bersifat deskriptif pula. Artinya, deskripsi kedirian
tokoh tidak akan berwujud penuturan yang bersifat dialog, walaupun bukan
merupakan suatu pantangan atau pelanggaran jika dalam dialog tercermin watak
para tokoh yang terlibat.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

1.6.1.2.2 Teknik Dramatik
Teknik dramatik atau pelukisan tokoh cerita yang dilakukan secara tidak
langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan
sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk
menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik
secara verbal melalui kata-kata maupaun nonverbal melalui tidakan atau tingkah
laku dan juga melalui peristiwa yang terjadi.
Sifat kedirian tokoh tidak dideskripsikan secara jelas dan lengkap, kedirian
tokoh akan muncul atau dihadirkan secara sepotong-sepotong dan tidak sekaligus.
Sifat kedirian tokoh akan menjadi lengkap, apabila setelah pembaca
menyelesaikan sebagaian besar cerita, setelah menyelesaikannya, atau bahkan
setelah mengulang membaca.
Wujud penggambaran teknik dramatik atau penampilan tokoh secara
dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik. Dalam sebuah karya fiksi,
biasanya pengarang mempergunakan berbagai teknik itu secara bergantian dan
saling mengisi, walaupun ada perbedaan frekuensi penggunaan masing-masing
teknik. Berikut uraian dan penjelasan tentang berbagai teknik yang dimaksudkan,
yaitu
a.

Teknik Cakapan
Percakapan yang dilakukan oleh tokoh cerita biasanya dimaksudkan untuk

menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Tidak semua percakapan
mencerminkan kedirian tokoh atau tidak mudah untuk menafsirkannya. Namun,
percakapan yang baik, efektif, lebih fungsional adalah percakapan yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

menunjukkan perkembangan plot sekaligus mencerminkan sifat kedirian tokoh
pelakunya.
b. Teknik Tingkah Laku
Teknik tingkah laku menyaran pada tindakan yang bersifat nonverbal,
khususnya fisik. Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah
laku dapat dipandang untuk menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat, dan sikap yang
mencerminkan sifat-sifat kediriannya.
c.

Teknik Pikiran atau Perasaan
Bagaimana keadaan dan jalan pikiran serta perasaan, apa yang melintas di

dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang (sering) dipikiran dan dirasakan oleh
tokoh dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kedirian juga. Perbuatan
dan kata-kata merupakan perwujudan konkret tingkah laku dan perasaan. Teknik
pikiran dan perasaan dapat ditemukan dalam teknik cakapan dan tingkah laku.
Artinya, penuturan itu sekaligus menggambarkan pikiran dan perasaan tokoh.
d. Teknik Arus Kesadaran
Menurut Abrams, arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang
berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, di mana
tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran,
perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak. Aliran kesadaran berusaha
menangkap dan mengungkapkan proses kehidupan batin yang memang hanya
terjadi di batin ataupun baik yang berada di ambang kesadaran maupun
ketaksadaran termasuk kehidupan di bawah sadar.
e.

Teknik Reaksi Tokoh

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu
kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap-tingkah-laku orang lain, dan
sebagainyayang berupa ―rangsangan‖ dari luar diri tokoh yang bersangkutan.
Bagaimana reaksi tokoh terhadap hal-hal tersebut dapat dipandang sebagai suatu
bentuk penampilan yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya.

f. Teknik Reaksi Tokoh Lain
Reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh
lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannya yang berupa
pandanagan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain. Singkatnya, penilaian
kedirian tokoh (utama) cerita oleh tokoh-tokoh cerita lainnya dalam sebuah karya.
g.

Teknik Pelukisan Latar
Pelukisan suasana latar dapat lebih mengintensifkan sifat kedirian tokoh

seperti yang telah diungkapkan dengan berbagai teknik yang lain. Keadaan latar
tertentu dapat menimbulkan kesan tertentu di pihak pembaca. Pelukisan keadaan
latar sekitar tokoh secara tepat akan mampu mendukung teknik penokohan secara
kuat meskipun latar itu sendiri sebenarnya merupakan sesuatu yang berada di luar
kedirian tokoh. Suasana latar sering juga kurang ada hubungannya dengan
penokohan, paling tidak hubungan langsung.
h. Teknik Pelukisan Fisik
Keadaan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya
atau paling tidak pengarang sengaja mencari dan memperhubungkan adanya
keterkaitan itu. Pelukisan keadaan fisik tokoh dalam kaitannya dengan penokohan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

kadang-kadang terasa penting. Keadaan fisik tokoh perlu dilukiskan, terutama jika
tokoh cerita memiliki bentuk fisik khas, sehingga pembaca dapat menggambarkan
secara imajinatif.

1.6.2 Feminisme
Budianta mengartikan feminisme sebagai sebuah kritik ideologis terhadap
cara pandang yang mengabaikan permasalahan ketimpangan dan ketidakadilan
dalam pemberian peran dan identitas sosial berdasarkan perbedaan jenis kelamin
(Sofia, 2009: 13).
Moeliono, dkk (1993: 241) menyatakan bahwa feminisme adalah gerakan
kaum perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum
perempuan dan laki-laki (Sugihastuti, 2010: 61).
Wiyatmi (2012: xv), mendefinisikan feminisme sebagai aliran pemikiran
dan gerakan sosial yang menginginkan adanya penghargaan terhadap kaum
feminin (perempuan) dan kesetaraan gender.
Gamble (2010: ix) menyatakan bahwa feminisme adalah sebuah
kepercayaan

bahwa—perempuan

semata-mata

karena

mereka

adalah

perempuan—diperlakukan tidak adil dalam masyarakat yang dibentuk untuk
memprioritaskan cara pandang laki-laki serta kepentingannya.
Feminisme didefinisikan sebagai usaha untuk menghadapi manifestasi
sistem patriarkal. Menurut Chris Weedons, sistem pratiarkal (dalam buku
Feminist Practice and Postructuralist Theory tahun 1987) sebagai berikut:
―Istilah ‗pratiarkal‘ mengacu pada hubungan kekuatan di mana kepentingan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

perempuan dianggap lebih rendah daripada laki-laki. Hubungan kekuatan ini
memiliki banyak bentuk; mulai dari penggolongan pekerjaan menurut jenis
kelamin dan pemberdayaan dalam organisasi sosial, hingga norma femininitas
yang diinternalisasikan dalam kehidupan kita. Kekuatan patriakal bertumpu pada
makna sosial yang berdasar pada jenis kelamin‖ (Gamble, 2010: 3-4).
Rosemarie Putnam Tong (2006), mengemukakan bahwa feminisme
bukanlah sebuah pemikiran yang tunggal, melainkan memiliki berbagai ragam
yang kemunculan dan perkembangannya sering kali saling mendukung,
mengoreksi,

dan

menyangkal

pemikiran

feminisme

sebelumnya.

Tong

mengemukakan adanya delapan ragam pemikiran feminisme, yaitu feminisme
liberal, feminisme radikal, feminisme marxis dan sosialis, feminisme psikoanalisis
dan

gender,

feminisme

eksistensial,

feminisme

posmodern,

feminisme

multikultural dan global, dan ekofeminisme (Wiyatmi, 2012: 16).

1.6.3 Feminisme Liberal
Tong mengemukakan bahwa perkembangan feminisme liberal sejalan
dengan pemberantasan praktek perbudakan, hak-hak kaum perempuan mulai
diperhatiakan, jam kerja dan gaji kaum perempuan mulai diperbaiki dan diberi
kesempatan ikut dalam pendidikan dan diberi hak pilih, sesuatu yang selama ini
hanya dinikmati oleh kaum laki-laki. Tujuan dari feminisme liberal adalah
menentang diskriminasi seks dan berjuang mencapai kesetaraan hak-hak
perempuan di segala bidang kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan personal
(Wiyatmi, 2012: 16-18).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

Menurut Barker dalam bukunya yang berjudul Cultural Studies: Teori &
Praktik, feminisme liberal melihat perbedaan laki-laki dengan perempuan sebagai
kontruk sosio-ekonomis dan budaya ketimbang sebagai hasil dari suatu biologi
abadi. Mereka menekankan perlunya kesetaraan kesempatan bagi perempuan di
semua bidang, yang di dalam demokrasi liberal barat diyakini dapat tercapai di
dalam struktur besar dalam kerangka kerja ekonomi dan hukum (Barker, 2005:
235)
Menurut Fakih, feminisme liberal adalah feminisme yang memandang
adanya korelasi positif antara partisipasi dalam produksi dan status perempuan.
Feminisme liberal memandang manusia dilahirkan sama dan mempunyai hak
yang sama meskipun mengakui adanya perbedaan tugas antara laki-laki dan
perempuan. Bagi feminisme liberal manusia adalah otonom dan dipimpin oleh
akal (reason). Dengan akal, manusia mampu memahami prinsip-prinsip moralitas
dan kebebasan individu (Sofia, 2009: 14).
Dalam buku Filsafat Berperspektif Feminis, feminisme liberal memiliki
dasar pemikiran sebagai berikut: ―Manusia adalah otonom dan dipimpin oleh akal
(reason). Dengan akal manusia mampu untuk memahami prinsip-prinsip
moralitas, kebebasan individu, dan dijamin hak-hak individunya. Dan isu feminis
liberal, yaitu akses pendidikan, kebijakan negara yang bias gender, hak sipil, dan
hak politik‖. Feminisme liberal berupaya untuk menekankan persamaan
perempuan dan laki-laki (sameness). Namun, feminisme liberal hanya berupaya
untuk mendukung kesetaraan perempuan berkulit putih dan dari kelas menengah
(Arivia, 2003: 12).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

Berdasarkan gagasan di atas, feminisme liberal adalah suatu pandangan
tentang perempuan dalam upaya mendapatkan kesetaraan (sameness) untuk
mendapatkan kesempatan berpendidikan, kesempatan kerja, kebebasan individual
dengan mempertimbangkan perbedaan tugas di antara keduanya, dan menentang
diskriminasi seks. Hal ini akan diterapkan dalam penelitian ini.

1.7

Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data,

(ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut ini adalah uraian
dari masing-masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang Feminisme Liberal
dalam Sikap dan Pandangan Wanita Jawa dalam Novel Canting Karya Arswendo
Atowiloto adalah pendekatan objektif dan pendekatan feminisme.
Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang bertumpu pada karya
sastra. Pendekatan objektif memusatkan perhatian pada unsur-unsur yang dikenal
dengan analisis intrinsik. Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur intrinsik karya
akan dieksploitasi semaksimal mungkin (Ratna, 2012: 72-74). Jadi, pendekatan
objektif dalam fiksi novel Canting karya Arswendo Atmowiloto akan mencari dan
meneliti unsur-unsur tokoh dan penokohannya.
Wolf membagi pendekatan feminisme menjadi dua hal, yaitu feminisme
korban (victim feminism) dan feminisme kekuasaan (power feminisme).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

Feminisme korban melihat perempuan dalam peran seksual yang murni dan
mistis, dipandu oleh naluri untuk mengasuh dan memelihara, serta menekankan
kejahatan-kejahatan yang terjadi atas perempuan sebagai jalan untuk menuntut
hak-hak perempuan. Sedangkan feminisme kekuasaan, menganggap perempuan
sebagai manusia biasa yang seksual, individual, tidak lebih baik dan tidak lebih
buruk dibandingkan dengan laki-laki yang menjadi mitranya dan mengklaim hakhaknya atas dasar logika yang sederhana, yaitu perempuan memang memiliki hak
(Sofia, 2009: 17). Dalam penelitian ini, pendekatan feminisme kekuasaan lebih
sesuai untuk menganalisis permasalahan perempuan dalam novel Canting karya
Arswendo Atmowiloto.

1.7.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode pengumpulan data melalui studi pustaka.
Metode ini dipakai untuk mendapatkan data pada novel Canting, buku-buku
referensi, artikel, dan sumber lain yang berkaitan dengan objek.
Data diperoleh dari sumber tertulis, yaitu novel Canting karya Arswendo
Atmowiloto. Berikut sumber data yang digunakan dalam penelitian ini.
Judul Novel

: Canting

Pengarang

: Arswendo Atmowiloto

Tahun Terbit

: Cetakan keempat, Juli 2013

Penerbit

: PT Gramedia Pustaka Utama

Tebal Buku

: 376 halaman

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik
simak dan teknik catat. Teknik simak untuk meyimak bacaan bagian yang dipilih
sebagai bahan penelitian. Dalam teknik ini menyimak bagian wacana naratif
(paragraf) dan dialog percakapan antar tokoh yang membuktikan objek kajian
dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto. Sedangkan teknik catat adalah
teknik yang digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap mendukung dalam
memecahkan masalah.

1.7.3 Metode dan Teknik Analisis Data
Pada tahap analisis data, penulis menggunakan metode analisis isi untuk
menganalisis data-data yang telah dikumpulkan. Metode isi terdiri atas dua
macam yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung
dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah isi yang terkandung
sebagai akibat komunikasi yang terjadi. Isi laten adalah isi yang dimaksudkan
penulis, sedangkan isi komunikasi adalah isi yang terwujud dalam hubungan
naskah dengan konsumen (pembaca). Analisis terhadap isi laten akan
menghasilkan arti, sedangkan analisis terhadap isi komunikasi akan menghasilkan
makna (Ratna, 2012: 48-49).
Ratna (2012: 49) menyebutkan dasar pelaksanaan metode analisis isi
adalah penafsiran. Metode analisis isi yang dilakukan terhadap novel Canting
karya Arswendo Atmowiloto untuk meneliti isi pesan novel secara tepat dan
menafsirkannya secara jelas, sehingga dapat mendukung penelitian ini.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.7.4

20

Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil

analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan
metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan
fakta-fakta yang ditemukan kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2012: 53).
Metode deskriptif analisis dirasa tepat oleh penulis dalam menguraikan hasil
penelitian tentang tokoh dan penokohan, serta kajian feminisme liberal dalam
novel Canting karya Arswendo Atmowiloto dan memberikan pemahaman
secukupnya.

1.8 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian penelitian bahasa ini disusun dalam empat bab. Bab
I pendahuluan, bab pendahuluan berisi (i) latar belakang masalah, (ii) rumusan
masalah, (iii) tujuan penelitian, (iv) manfaat penelitian, (v) landasan teori, (vi)
metode penelitian, dan (vii) sistematika penyajian.
Latar belakang dalam penelitian ini menguraikan alasan penulis
melakukan penelitian terhadap novel Canting karya Arswendo Atmowiloto
dengan teori kajian feminis liberal. Rumusan masalah menjelaskan beberapa
permasalahan

yang ditemukan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian

mendeskripsikan tujuan diadakan penelitian bahasa ini. Manfaat penelitian
memaparkan manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini. Landasan teori
berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan