NOVEL BLAKANIS KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO: Sebuah Analisis Struktural

NOVEL BLAKANIS

KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO:

Sebuah Analisis Struktural

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh:

DAMANG TRI HAPSORO

C0204014

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 NOVEL BLAKANIS

commit to user

KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO: Sebuah Analisis Struktural

Disusun oleh:

DAMANG TRI HAPSORO C0204014

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Drs. Wiranta, M.S. NIP 195806131986011001

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. NIP 196206101989031001

NOVEL BLAKANIS

commit to user

KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO: Sebuah Analisis Struktural

Disusun oleh DAMANG TRI HAPSORO C0204014

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal................................

Jabatan

Nama

Tanda Tangan Ketua

Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag.

Asep Yudha Wirajaya, SS.

……………...

NIP 132300849

Penguji I

Drs. Wiranta, M.S.

……………...

NIP 195806131986011001

Penguji II

Prof. Dr. Bani Sudardi, M. Hum.

……………...

NIP 196409181989031001

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A. NIP 195303141985061001

PERNYATAAN

commit to user

Nama : Damang Tri Hapsoro NIM : C0204014

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul, “Novel Blakanis Karya Arswendo Atmowiloto: Sebuah Analisis Struktural” adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 10 Maret 2010 Yang membuat pernyataan,

Damang Tri Hapsoro

commit to user

MOTTO

Apabila kita terus menunggu waktu yang tepat “ untuk memulai”, mungkin kita tidak akan pernah memulainya. (N. N.)

Yang paling berat dalam hidup ini bukanlah “bekerja”, melainkan “bila tak ada yang dikerjakan”. (N. N.)

Jadikanlah “kekurangan kita” sebagai motivasi agar kita bisa lebih baik; bukan untuk dimaklumi!

(Damang T. H.)

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Ø Ibu dan Bapak tercinta atas kerja kerasnya serta kasih sayang yang tiada batas.

Ø Kakak-kakakku yang telah memberikan penulis pelajaran hidup. Ø Tasya dan Alvin. Ø Exel (Rest In Peace).

KATA PENGANTAR

commit to user

Puji syukur kepada Yesus Kristus atas segala rencana-Nya yang indah karena penulis memperoleh kekuatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Novel Blakanis Karya Arswendo Atmowiloto: Sebuah Analisis Struktural”. Proses penyusunan skripsi ini tidak luput dari kesulitan dan hambatan. Namun, berkat bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak dengan disertai usaha keras, akhirnya penulis dapat menyelesaikannya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Drs. Sudarno, M.A., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan menyelesaikan skripsi.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

3. Drs. Wiranta, M.S., sebagai pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran dan perhatian senantiasa memberikan bimbingan dan semangat demi terwujudnya skripsi ini. Sekaligus sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan kemudahan dan membimbing dari awal perkuliahan sampai terselesaikannya studi di Jurusan Sastra Indonesia.

4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Jurusan Sastra Indonesia, yang telah memberikan ilmu dan wawasan yang sangat berguna bagi penulis.

5. Staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa dan staf UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret, terima kasih atas pelayanannya.

6. Ayah, ibu, dan keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang,

commit to user

kesempatan bagi penulis untuk membuat kalian bangga.

7. Para sahabat pencari Tuhan: Siti, Pakdhe, Bento, Tommy, Bay, C-Pot, Aya’, Joker, Andri Glepung, Arivin, dan Dedi Chomsky. Para sahabat penulis yang lain: Mas Yudi, Mas Agus, Mas Alfan, Mas Cilik, Mas Waluyo. Terima kasih untuk semuanya.

8. Teman-teman Sasindo Angkatan 2004, Sasindo Angkatan 2003 dan 2002, dan keluarga besar Komunitas Musik dan Film (KMF) Fakultas Sastra dan Seni Rupa atas semua dukungan dan masukan yang telah diberikan kepada penulis.

9. Anak-anak Sekre 4-2 dan Scene 13; Kaka, Romhanks, Aldi, Mlekedit, Ciut, Yoga, Gatot, Mlekenji, Kentung dan semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih telah memberikan warna dan keceriaan bagi penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan segala kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan karya ini.

Surakarta, 10 Maret 2010

Penulis

DAFTAR ISI

commit to user

2. Hubungan Latar dengan Alur ............................................... 111

3. Hubungan Karakter dengan Latar ........................................ 112

4. Hubungan Tema, Alur, Karakter, dan Latar ........................ 112 BAB V PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................... 114

B. Saran........................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

117

LAMPIRAN ...............................................................................................

118

commit to user

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1 : Skema Kerangka Pikir Analisis Struktural Sastra

31

commit to user

ABSTRAK

Damang Tri Hapsoro. C0204014. 2010. Novel Blakanis karya Arswendo Atmowiloto: Sebuah Analisis Struktural. Skripsi. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana fakta cerita dalam novel Blakanis yang terdiri atas alur, tokoh, dan latar?, (2) bagaimana tema dalam novel Blakanis?, (3) bagaimana sarana sastra dalam novel Blakanis yang terdiri atas judul, sudut pandang, gaya, dan tone?, (4) bagaimana hubungan antarunsur yang terdapat dalam novel Blakanis?

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan fakta cerita dalam novel Blakanis yang terdiri atas alur, tokoh, dan latar, (2) mengungkapkan tema dalam novel Blakanis, (3) mendeskripsikan sarana sastra dalam novel Blakanis yang terdiri atas judul, sudut pandang, gaya, dan tone, (4) mendeskripsikan hubungan antarunsur yang terdapat dalam novel Blakanis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan struktural. Objek dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu objek material berupa novel Blakanis dan objek formal berupa unsur-unsur struktural yang terdapat dalam novel Blakanis meliputi fakta cerita, tema, sarana sastra. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Blakanis karya Arswendo Atmowiloto dengan tebal 283 halaman, diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada Juni 2008, sebagai cetakan pertama. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka. Teknik analisis data dengan memanfaatkan teori struktural Robert Stanton. Teknik penarikan simpulan menggunakan teknik induktif.

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, fakta cerita yang terdiri atas alur, tokoh, dan latar. Alur dalam novel Blakanis menggunakan teknik kilas balik (flashback), secara umum yang tampak adalah alur maju, tetapi dalam cerita terdapat sisipan-sisipan cerita yang sudah lebih dulu berlangsung dari alur yang sedang berjalan. Dalam novel Blakanis terdapat beberapa karakter bawahan yang kehadirannya sering muncul dan juga terdapat karakter bawahan yang hanya sekali muncul dalam cerita. Namun hanya terdapat satu karakter sentral yang menjadi pusat dari cerita, yaitu Ki Blaka atau Wakiman. Latar tempat antara lain kampung atau permukiman Blakan, sungai Blakan, pendapa pertemuan, tenda putih (Puskesmas Blakan), tahanan dan di depan kantor polisi. Latar waktu meliputi pagi, siang, sore, senja, dan malam. Terdapat juga latar waktu yang berupa kata yang merujuk pada waktu seperti jam dan tahun Latar sosial yang terdapat dalam novel Blakanis adalah kehidupan sosial para pengikut Ki Blaka atau blakanis. Latar suasana (atmosfer) meliputi suasana senang, marah, sedih, gelisah, tegang dan kekecewaan. Kedua, tema dalam novel Blakanis adalah sebuah sebuah perjuangan dari sebuah sikap kejujuran yang sangat sederhana. Amanat dalam novel Blakanis adalah segala perbuatan sebaiknya dilandasi dengan sikap jujur, karena mempunyai konsekuensi membawa ketenangan batin atau jiwa. Ketiga, sarana sastra yang meliputi judul, sudut pandang, serta gaya dan tone. Judul dalam novel Blakanis bermakna orang-

commit to user

pelaku sikap blaka itu sendiri. Sudut pandang dalam novel Blakanis adalah sudut pandang orang pertama-sampingan dan sudut pandang orang ketiga-tak terbatas. Gaya bahasa yang terdapat dalam novel Blakanis antara lain simile, hiperbola, dan personifikasi. Tone yang muncul dalam novel Blakanis ini adalah ironi. Keempat, unsur-unsur dalam fakta cerita yaitu alur, tokoh, dan latar saling berhubungan dan unsur-unsur tersebut memperkuat keberadaan tema.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan strukturasi pengalaman manusia. Sastra merupakan suatu bentuk dari hasil karya cipta seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Atar Semi, 1993:8).

Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan “model-model” kehidupan sebagaimana yang diidealkan oleh pengarang sekaligus menunjukan sosoknya sebagai karya seni yang berunsur estetik dominan, oleh karena itu karya fiksi merupakan sebuah cerita, dan karenanya terkandung juga didalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca di samping juga adanya tujuan estetik. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik (Wellek dan Warren, 1995:276).

Ada tiga bentuk karya sastra, yaitu puisi, prosa dan drama. Novel, merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa. Novel adalah sebuah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur-unsur tersebut akan membangun novel secara totalitas dan bersifat artistik.

commit to user

tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa secara tersusun dan mengandung alur dan tema cerita, jumlah tokoh lebih dari satu, latar dan suasana cerita yang beragam pula serta adat budaya yang unik, dan yang melatarbelakangi cerita dalam novel tersebut. Namun, jalan ceritanya dapat menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata dan lebih dalam lagi novel mempunyai tugas mendidik pengalaman batin pembaca atau pengalaman manusia. Oleh karena itu, novel harus tetap merupakan cerita yang menarik yang mempunyai bangunan struktur yang koheren dan tetap mempunyai tujuan estetik. Dengan adanya unsur- unsur estetik, baik unsur bahasa maupun unsur makna, dunia fiksi lebih banyak memuat berbagai kemungkinan dibandingkan dengan yang ada di dunia nyata. Semakin tinggi nilai estetik sebuah karya fiksi, secara otomatis akan mempengaruhi pikiran dan perasaan pembaca.

Blakanis adalah sebuah novel karya Arswendo Atmowiloto yang diterbitkan oleh penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta pada tahun 2008. Novel inilah yang akan menjadi obyek penelitian. Arswendo Atmowiloto terlahir di Solo, 26 November 1948, dengan nama lahir Sarwendo. Arswendo dikenal sebagai penulis dan wartawan yang aktif di berbagai majalah dan surat kabar. Pada tahun 1990, ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid Monitor, ia 'dipenjarakan' karena satu jajak pendapat yang dianggap menghina kaum tertentu. Selama dalam tahanan, Arswendo menghasilkan tujuh buah novel, puluhan artikel, tiga naskah skenario dan sejumlah cerita bersambung. Sebagian dikirimkannya ke berbagai surat kabar dengan menggunakan alamat dan identitas

commit to user

puisi. Karya pertamanya adalah sebuah cerpen yang berjudul Sleko (1971). Kemudian muncul karya-karya yang lainnya seperti; Ito (1973), Lawan Jadi Kawan (1973), Bayiku yang Pertama: Sandiwara Komedi dalam 3 Babak (1974), Sang Pangeran (1975), Sang Pemahat (1976), Dua Ibu (1981), Menghitung Hari (1993), Oskep (1994), Projo & Brojo (1994), Khotbah di Penjara (1994), Surkumur, Mudukur dan Plekenyun (1995), Kisah Para Ratib (1996), Darah Nelayan (2001), Keluarga Cemara 1, Keluarga Cemara 2 dan, Keluarga Cemara

3 (2001), Dusun Tantangan (2002), Senopati Pamungkas 1 & 2 (1986/2003), Fotobiografi Djoenaedi Joesoef: Senyum, Sederhana, Sukses (2005), Kau Memanggilku Malaikat (2007), dan Dewi Kawi (2008). Arswendo Atmowiloto kembali mengeluarkan novel terbarunya, yaitu Horeluya yang terbit April 2008 dan Blakanis yang diterbitkan Juni 2008. Selain masih aktif menulis Arswendo memiliki sebuah rumah produksi sinetron PT. Atmochademas Persada yang telah membuat sejumlah sinetron. Sinetronnya Keluarga Cemara memperoleh Panasonic Award 2000 sebagai acara anak-anak favorit. Tiga kali ia menerima Piala Vidya untuk Sang Pemahat (1976) dan Menghitung Hari (1993).

Novel Blakanis menceritakan seseorang yang mengedepankan kejujuran dan menjadikannya sebagai dasar serta ideologi dalam menjalani kehidupannya. Tokoh utama dalam novel ini bernama Ki Blaka. Lelaki agak tua dengan daun telinga kecil dan lubang hidung yang besar. Ki Blaka adalah seorang yang nyaris tanpa prestasi, Ki Blaka ingin jujur dalam segala hal dan untuk segala hal. Banyak kesaksian lain ketika para pengikutnya mencoba hidup dengan jujur, dengan apa

commit to user

Blaka. Dalam buku itu, Arswendo mengungkapkan bahwa kejujuran untuk menyampaikan segala sesuatu dengan terbuka, apa adanya, tidak selamanya membawa kebaikan. Ada orang yang tidak menyukai orang lain jujur, apalagi kejujuran tersebut dapat mengungkap kebohongan orang lain.

Secara struktural, novel Blakanis memiliki unsur-unsur yang cukup kuat. Unsur-unsur tersebut seperti alur, tokoh, latar, tema dan amanat, gaya penulisan serta unsur-unsur lain yang menunjang di dalam karya sastra. Alur dalam novel Blakanis cukup menarik. Semua plot atau alur cerita sudah diceritakan dalam bab pertama, bahkan akhir cerita atau puncak cerita sudah dapat diketahui oleh pembaca pada bab pertama ini. Namun keutuhan cerita tersebut belum terlihat jelas karena dalam bab pertama hanya terdapat beberapa penggalan kisah dari tokoh-tokoh sentral yang dinarasikan oleh tokoh bawahan dalam novel Blakanis ini. Selain memiliki alur yang menarik, pengarang juga mampu menghidupkan karakter dari para tokoh melalui tema yang diangkat oleh pengarang. Selain alur dan penokohan, gaya penulisan Arswendo dikenal ringan dan mengalir. Bahasa deskripsi yang tidak rumit dan dialog yang bermakna lugas membuat pembaca tidak perlu berpikir terlalu dalam.

Terlepas dari uraian tersebut, penulis mengangkat novel Blakanis sebagai objek penelitian, karena penulis ingin mencoba menjelaskan struktur novel tersebut. Alasan lain yang mendorong novel Blakanis dijadikan sebagai objek kajian dalam penelitian ini adalah karena novel Blakanis sebagai sebuah karya fiksi tersusun atas semua unsur yang saling berhubungan dan menentukan,

commit to user

artistik. Unsur-unsur struktural yang membuat novel Blakanis ini menjadi menarik untuk dibaca dan diteliti adalah sebagai berikut.

Pertama, penyampaian cerita dalam novel Blakanis ini bersifat naratif. Setiap bab dalam novel Blakanis ini adalah sebuah narasi dari beberapa tokoh berbeda. Keterjalinan cerita tidak akan terlihat apabila pembaca belum menyelesaikan cerita dari bab pertama sampai bab terakhir. Setiap bab dalam novel Blakanis ini mempunyai cerita yang utuh dan berdiri sendiri pada setiap babnya. Sebagai contoh, pada bab pertama adalah sebuah narasi yang di ungkapkan oleh salah seorang tokoh yang bernama Mareto. Mareto menyajikan cerita tentang awal mula kampung Blaka dan tentunya pribadi seorang Ki Blaka serta pengalamannya bersama Ki Blaka sampai dengan klimaks cerita yaitu tertangkapnya dan meninggalnya Ki Blaka. Hal yang sama dapat ditemukan pada bab-bab berikutnya hanya saja penyampaian cerita dilakukan oleh tokoh yang berbeda dan dengan pokok bahasan yang berbeda pula. Oleh karena itu, pembaca menjadi penasaran dan bertanya-tanya apabila belum menyelesaikan akhir cerita, karena setiap bab dari novel ini memiliki korelasi dengan bab lain. Unsur yang memberikan keterjalinan atau korelasi antara bab yang satu dengan bab yang lain adalah kehadiran tokoh utama dan beberapa tokoh-tokoh bawahan dalam penceritaannya. Selain hal-hal tersebut, unsur-unsur lain yang mendukung keterjalinan adalah alur atau plot dan latar cerita. Alur atau plot dalam novel Blakanis cukup dinamis, sehingga terdapat beberapa penggalan cerita yang sudah diceritakan pada bab sebelumnya berkaitan dengan bab-bab selanjutnya atau bab

commit to user

keingintahuan kepada pembaca. Kedua, salah satu unsur pembangun dalam novel Blakanis, yaitu karakterisasi tokoh utama dalam novel ini sangat kuat. Karakterisasi tokoh utama yang ditonjolkan bukanlah sifat kejujuran, melainkan sifat sederhana dan blaka dalam segala manifestasinya. Pengarang ingin mencoba memberikan pesan-pesan moral melalui novel Blakanis ini. Pengarang ingin menyajikan sebuah situasi yang meliputi kesederhanaan, kejujuran dan yang paling penting adalah sifat blaka (apa adanya). Situasi itu disajikan pengarang disaat mayoritas orang sedang mengalami demoralisasi moral atau krisis moral. Berawal dari situasi ini pengarang berusaha membangun tokoh utama dalam novel Blakanis ini agar benar-benar mampu membawa pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Ketiga, novel Blakanis mengangkat tema yang mampu menjadikan perenungan bagi kita. Tema kejujuran sangat cocok dengan situasi yang terjadi di dalam masyarakat kita yang sedang mengalami keterpurukkan moral. Secara tidak langsung, novel Blakanis ini memberikan pelajaran hidup dan motivasi kepada para pembaca dengan memberikan dan menyuguhkan filosofi-filosofi tentang kejujuran. Alasan lain yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian terhadap novel Blakanis karena novel tersebut belum pernah diteliti sebelumnya. Penulis sudah melakukan survey di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini akan dianalisis dengan pendekatan struktural. Karena pendekatan struktural lebih terfokus pada struktur dan sarana yang terdapat di dalam teks. Analisis dari segi struktural lebih bersifat

commit to user

memandang karya sastra sebagai teks mandiri, jalinan antar unsur tersebut akan membentuk makna yang utuh pada sebuah teks (Suwardi Endraswara, 2003: 53). Analisis struktural dilakukan untuk membongkar secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan anasir- anasir karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh (Teeuw, 1988:135).

Dari uraian tersebut, maka akan dilaksanakan penelitian yang berjudul: “Blakanis” karya Arswendo Atmowiloto: Analisis Struktural. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup analisis alur, karakter, latar, tema serta sarana sastra.Untuk meneliti novel ini, penulis memanfaatkan teori struktural Robert Stanton. Buku yang digunakan adalah Teori Fiksi Robert Stanton tahun 2007, terjemahan dari Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad.

Alasan yang mendasari penulis menggunakan teori Stanton, yaitu dalam teori Stanton tidak ada pemisahan unsur-unsur karya sastra. Sebuah karya sastra tersusun atas berbagai macam unsur. Semua unsur yang menyusun karya sastra tersebut memiliki posisi yang sama. Tidak ada unsur yang dianggap berada dalam karya sastra ataupun yang berada di luar karya sastra.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut dimaksudkan agar penelitian menjadi lebih fokus dan terarah, sehingga dapat mencapai sasaran yang diinginkan. Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut.

commit to user

meliputi alur ( tahapan alur, hubungan kausalitas dan plausibilitas, konflik internal dan konflik eksternal, dan konflik utama dan klimaks), karakter (sikap tokoh dan motivasi dalam diri tokoh), dan latar (latar tempat, latar waktu, dan latar sosial);

2. tema (meliputi tema bawahan dan tema sentral) dan amanat novel Blakanis ;

3. sarana sastra dalam novel Blakanis. Sarana sastra dibatasi pada judul, sudut pandang, serta gaya dan tone;

4. hubungan antarunsur dalam novel Blakanis.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah fakta cerita yang terdapat dalam novel Blakanis?

2. Bagaimanakah tema dan amanat novel Blakanis?

3. Bagaimanakah gambaran sarana sastra dalam novel Blakanis?

4. Bagaimanakah hubungan antarunsur dalam novel Blakanis?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk memberikan interpretasi terhadap novel Blakanis karya Arswendo Atmowiloto dengan menggunakan pendekatan teori struktural Robert Stanton. Selain itu, tujuan

commit to user

dilakukan. Adapun tujuan penelitian ini adalah.

1. Mendeskripsikan fakta cerita, yang meliputi alur, karakter, dan latar yang terdapat dalam novel Blakanis.

2. Mendeskripsikan tema dan amanat dalam novel Blakanis.

3. Mendeskripsikan sarana sastra yang digunakan oleh pengarang dalam novel Blakanis yang meliputi judul, sudut pandang, serta gaya dan Tone .

4. Mendeskripsikan hubungan antarunsur dalam novel Blakanis.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam menerapkan teori struktural Robert Stanton. Unsur-unsur struktural meliputi, fakta cerita, sarana sastra, dan tema. Hasil dari penelitian ini diharapkan pula dapat membantu memberikan pemahaman terhadap struktur pembangun karya sastra, terutama novel. Pemahaman terhadap struktur novel tersebut diharapkan dapat dijadikan pijakan bagi penelitian selanjutnya, tentunya dengan kajian yang berbeda, sehingga penelitian terhadap karya sastra, khususnya novel dapat lebih berkembang.

commit to user

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan dapat membantu peneliti lain dalam memperkaya wawasan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah contoh sekaligus sebagai cermin kepada masyarakat umum. Penelitian ini diharapkan juga mampu memberikan pemahaman tentang nilai-nilai yang terkandung dalam novel Blakanis, seperti sikap jujur dan apa adanya yang dilakukan oleh tokoh utama. Sikap ini perlu dilakukan mengingat banyaknya kasus manipulasi yang sering terjadi, baik dalam diri sendiri maupun terhadap orang lain.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penyajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab pertama Pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang menyangkut atau membicarakan alasan mengapa penulis mengambil judul tersebut; pembatasan masalah yang dalam penelitian ini merupakan unsur penting agar penelitian tidak menyimpang dari topik; rumusan masalah yang dimaksudkan agar penelitian lebih terperinci dan terfokus; tujuan penelitian yang berfungsi untuk menjawab rumusan masalah yang sudah ada; manfaat penelitian yang memberikan penjelasan tentang apa saja yang dapat diambil dari penelitian ini baik secara teoretis maupun secara praktis; dan sitematika penulisan yang dalam hal ini diperlukan untuk memudahkan dalam proses analisis setiap masalah, sehingga penelitian ini lebih bersifat sistematis dan teratur.

commit to user

secara mendalam mengenai struktur karya sastra terutama fakta cerita dan tema serta hubungan antarunsur yang membangun sebuah karya sastra, sehingga dapat dicapai tujuan dari pendekatan struktural tersebut, yakni membongkar dan memaparkan secermat, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang menghasilkan makna menyeluruh.

Bab ketiga Metode Penelitian, berisi metode penelitian yang merupakan cara kerja dari penelitian; pendekatan yang digunakan dalam penelitian; objek penelitian yang merupakan kajian utama dalam penelitian; sumber data yang menjelaskan asal dari data-data penelitian; teknik pengumpulan data yaitu teknik- teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data; dan teknik pengolahan data yang berisi reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap penarikan simpulan.

Bab keempat Analisis Data, berisi analisis terhadap novel Blakanis yang menjadi objek penelitian dengan menerapkan teori Robert Stanton. Penelitian dilakukan pada fakta cerita yang terdiri atas alur, karakter, dan latar, kemudian dilanjutkan dengan analisis tema dan hubungan antarunsur.

Bab kelima Penutup, berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian yang tentunya sesuai dengan analisis data yang telah dilakukan. Dengan adanya simpulan, akan dapat dijawab semua masalah yang ada dalam penelitian.

commit to user

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sebelum penelitian ini, penulis menemukan beberapa artikel melalui internet yang membahas tentang novel Blakanis. Artikel tersebut ditulis oleh Adiwirasta dan diakses oleh penulis pada tanggal 31 Maret 2010. Adiwirasta menyebutkan bahwa novel Blakanis tidak memiliki ketegangan-ketegangan seperti dalam novel-novel pop pada umumnya. Novel Blakanis tidak memberi kita hiburan. Novel ini berupaya untuk membuat kita merenungkan kejujuran terhadap diri kita sendiri.

Pada bagian awal, buku ini sangat enak dibaca. Penuturannya seperti seorang sastrawan sedeng yang meracau tidak karuan tapi terarah. Penggunaan tata bahasanya yang seenaknya, menjadikan buku ini bukan buku yang pantas untuk ditelaah secara ilmiah oleh peneliti sastra karena tidak ada nilai lebih. Tetapi secara pemaknaan, buku ini sangat penuh dengan ajaran tentang kejujuran. Arswendo ingin mengetuk para pemimpin negara ini untuk hidup blaka alias terbuka dan jujur, sehingga kedamaian di bumi bisa tercipta dan terjaga hingga akhir hayat. Novel Blakanis ini juga mengajarkan kepada kita untuk mampu bersabar terhadap rangsangan. Penuturan yang diambil oleh Arswendo terhadap tokoh utama, Ki Blaka, seperti penuturan Yesus Kristus di Injil. Penuturan terbagi-bagi ke dalam beberapa bagian, dan masing-masing

commit to user

kehidupan Ki Blaka yang meledak di atas helikopter. Terdapat juga artikel lain yang berhubungan dengan novel Blakanis. Artikel tersebut ditulis oleh Hervin Saputra dan diakses penulis pada 28 Maret 2010. Artikel tersebut menyebutkan ketidakjujuran di dalam kehidupan masyarakat dikaitkan dengan novel Blakanis. Menurut Hervin Saputra, Arswendo Atmowiloto berusaha menghadirkan kegiatan untuk memburu jawaban atas pengertian kejujuran dalam novel Blakanis. Di dalam novel Blakanis Arswendo mengajak pembaca menjalani “filsafat kejujuran”, Arswendo menempatkan Ki Blaka sebagai tokoh sentral. Adegan penangkapan Ki Blaka menjadi kunci dari keseluruhan plot novel ini. Peristiwa ini dapat dikatakan sebagai klimaks yang ditempatkan di tengah-tengah cerita, bukan di awal atau di akhir. Lewat klimaks ini Arswendo membuka satu per satu makna yang hendak disampaikan dari keseluruhan cerita. Dia mencoba memundurkan waktu untuk melihat apa saja yang terjadi di Kampung Blakan sebelum akhirnya tempat itu sepi karena penghuninya membubarkan diri.

Arswendo tidak buru-buru memberikan jawaban mengapa Ki Blaka ditangkap dan apa yang terjadi selanjutnya dengan Kampung Blaka. Dengan membuka pintu makna satu per satu, pembaca diajak mengikuti kisah seraya menikmati dialog-dialog tentang filsafat kejujuran. Dialog-dialog yang menukik ke hakikat kejujuran itu berseliweran dalam setiap peristiwa. Meski sebagian besar gagasan tentang kejujuran itu bersumber dari Ki Blaka, novel ini tidak menempatkan Ki Blaka sebagai juru kisah. Pembaca justru diajak berkenalan dengan Ki Blaka lewat pengalaman pengikut dan orang-orang yang

commit to user

Blaka. Novel ini menggunakan pengakuan (testimoni) sejumlah tokoh di dalamnya untuk memerinci profil tokoh utama serta gagasan keseluruhan. Dengan cara ini Ki Blaka, sebagai seorang blaka, tidak dibiarkan memperkenalkan diri lewat mulut sendiri. Sebab, upaya menjelaskan diri sendiri rawan tercemar dengan kehendak melebih-lebihkan diri. Dan ini selalu ditentang oleh Ki Blaka. Dengan cara ini Arswendo membiarkan pembaca menyerap definisi sosok Ki Blaka dari testimoni pengikutnya yang mendefinisikan jati diri Ki Blaka. Arswendo tidak hanya menghadirkan Ki Blaka sebagai seorang jujur yang lugu di hadapan tokoh-tokoh yang menjadi juru bicara kisah, bahkan melugukan Ki Blaka di hadapan pembaca. Novel ini bisa disebut sebagai reaksi atas kenyataan zaman yang hadir di hadapan pengarangnya. Korupsi, budaya ketidakjujuran yang saling bertegangan dengan idaman akan kejujuran, adalah realitas Indonesia. Sebagai sebuah karya sastra, Blakanis adalah distorsi atas realitas sedemikian rupa sehingga realitas itu terasa sebagai imajinasi.

Dengan menangkap pandangan dunia pengarang, diharapkan mendapat pemahaman terhadap arti sebuah karya sastra sebagai usaha manusia memecahkan persoalan-persoalan kehidupan sosial yang nyata, dapat dimengerti secara mendalam. Berdasarkan pengamatan terhadap penelitian- penelitian terdahulu tersebut maka penulis kemudian berusaha melengkapi penelitian-penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang lebih lanjut. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi analisis dalam penelitian-penelitian

commit to user

penerapan teori model Robert Stanton. Selain itu, penelitian ini juga mengambil objek penelitian baru yang dirasa akan lebih efektif dalam hal penerapan teori struktural model Robert Stanton. Karena, di dalam novel Blakanis yang menjadi objek dalam penelitian ini, si pengarang terlihat lebih ekspresif dalam mengungkapkan unsur-unsur pembangunnya, seperti dalam hal alur, latar, penokohan, penentuan sudut pandang, dan pemakaian gaya bahasa..

2. Landasan Teori

Teori merupakan bagian yang terpenting dalam suatu penelitian teori merupakan suatu alat atau pisau yang digunakan untuk menganalisis sebuah objek penelitian. Peran teori sangat penting dan spesifik. Setelah melihat objek yang akan diteliti oleh penulis dan memperhitungkannya secara mendalam (baik dari segi kerelevansiannya ataupun dari segi-segi yang lainnya), maka peneliti menjatuhkan pilihannya pada teori fiksi struktural Robert Stanton. Adapun maksud dari teori fiksi adalah menyajikan pengalaman kemanusiaan melalui dimensi-dimensi fakta cerita, sarana-sarana sastra dan tema serta amanat untuk dapat di pahami dan di nikmati (Stanton, 2007:13).

Robert Stanton (2007:97), menyatakan bahwa untuk menganalisis novel sebaiknya dilihat terlebih dahulu prinsip kepaduan sebuah novel. Kepaduan di sini berarti seluruh aspek dari karya sastra harus berkontribusi penuh pada maksud utama atau tema. Dengan demikian, pendekatan struktural memandang karya sastra sebagai suatu kesatuan yang utuh, terdiri dari unsur- unsur atau elemen-elemen yang memiliki suatu keterkaitan, dapat membentuk

commit to user

sebuah cerita. Sehingga dinamakan ‘struktur faktual’ cerita. Robert Stanton menyatakan bahwa struktur karya sastra meliputi 3 kategori, yaitu: fakta cerita, sarana sastra, dan tema. Tidak semua konsep Robert Stanton akan diaplikasikan dalam penelitian ini, tetapi hanya beberapa konsep yang di anggap relevan saja.

Unsur fakta cerita meliputi alur, karakter (tokoh), dan latar. Unsur dalam sarana-sarana sastra meliputi judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, ironi. Sedangkan pada tema itu meliputi tema minor dan tema mayor. Alur dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan ‘struktur faktual’ atau ‘tingkatan faktual’ cerita (Stanton, 2007:22)

a. Fakta-fakta Cerita

Fakta dalam sebuah cerita meliputi alur, karakter, dan latar. Gabungan ketiga unsur ini sangat menonjol dan terdapat diseluruh bagian cerita (Stanton, 2007:12). Fakta cerita sering disebut sebagai struktur faktual atau tahapan faktual. Penyebutan demikian karena unsur fiksi tersebut secara faktual dapat dibayangkan atau memiliki koherensi dengan pengalaman.

1) Alur

Alur merupakan unsur penting dalam sebuah karya sastra. Alur merupakan keseluruhan peristiwa-peristiwa dalam cerita. Peristiwa- peristiwa tersebut dihubungkan secara sebab akibat (kausalitas), peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain, dan

commit to user

Alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan dapat dikatakan bahwa alur lebih penting dari unsur fiksi yang lain. Hal ini dikarenakan alur menentukan daya tarik tersendiri bagi penikmatnya.

Alur dapat berarti kejelasan cerita, kesederhanaan alur dapat berarti kemudahan cerita untuk dimengerti. Sebaliknya, alur sebuah karya fiksi yang kompleks, ruwet, dan sulit dikenali hubungan kausalitas antar peristiwa-peristiwanya menyebabkan cerita lebih sulit untuk dipahami (Nurgiyantoro, 2005:110).

Stanton (2007:28) menyatakan bahwa alur dalam cerita fiksi merupakan tulang punggung cerita. Alur harus memiliki bagian awal, tengah, dan akhir. Selain itu, alur harus bersifat plausible (masuk akal) dan logis.

Sebuah cerita dikatakan masuk akal jika karakter-karakter dan dunianya dapat dibayangkan serta peristiwa-peristiwanya layak terjadi. Masuk akal juga berarti tindakan-tindakan karakter sesuai dengan kepribadian atau wataknya serta bertindak sesuai dengan apa yang memang harus dilakukannya (Stanton, 2007:24-25).

Sebuah cerita dikatakan berkadar plausibilitas jika memiliki kebenaran untuk dirinya sendiri. Artinya, sesuai dengan tuntutan cerita dan ia tidak bersifat meragukan. Plausibilitas cerita tidak berarti bahwa cerita merupakan peniruan realitas belaka, melainkan lebih disebabkan ia memiliki koherensi pengalaman kehidupan (Nurgiyantoro, 2005:132).

commit to user

yang satu dengan yang lain, antara peristiwa yang diceritakan terlebih dahulu dengan yang diceritakan kemudian, terdapat hubungan dan sifat saling terkait. Keterkaitan antar peristiwa yang dikisahkan akan mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita yang ditampilkan. Sebaliknya, alur sebuah karya fiksi yang ruwet dan sulit dikenali hubungan kausalitas antar peristiwanya menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami.

Stanton membagi alur menjadi dua bagian, yaitu konflik dan klimaks. Konflik dalam sebuah karya fiksi terdiri atas dua macam, yaitu konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal adalah konflik yang muncul sebagai akibat dari adanya dua keinginan dalam diri sebuah karakter, sedangkan konflik eksternal adalah konflik antarkarakter atau antara karakter dengan lingkungannya.

Konflik dan klimaks merupakan hal yang amat penting dalam struktur alur, keduanya merupakan unsur utama alur dalam karya fiksi. Konflik demi konflik, baik berupa konflik internal maupun konflik eksternal inilah jika telah mencapai titik puncak menyebabkan terjadinya klimaks (Nurgiyantoro, 2005:126).

Dalam sebuah cerita ditemukan banyak konflik. Akan tetapi, hanya ada satu konflik utama yang menjadi inti struktur cerita dan mampu membuat alur dapat berkembang. Konflik utama tersebut biasa disebut dengan konflik sentral. Konflik sentral adalah puncak dari cerita, atau merupakan inti cerita. Konflik dalam cerita akan menuju satu titik pusat, yaitu klimaks cerita. Klimaks merupakan titik pertemuan antara dua

commit to user

dengan bagaimana oposisi tersebut terselesaikan (Stanton, 2007:32).

Berdasarkan uraian-uraian di atas alur merupakan urutan kejadian atau peristiwa yang mempunyai hubungan kausalitas (sebab-akibat), peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain, dan apabila dihilangkan dapat merusak jalan cerita. Peristiwa tersebut disusun dan direka, serta bersifat plausible (masuk akal) dan logis. Dengan kata lain, karakter-karakter dan dunianya dapat dibayangkan serta peristiwa-peristiwanya layak terjadi. Masuk akal juga berarti tindakan- tindakan karakter sesuai dengan kepribadian atau wataknya serta bertindak sesuai dengan apa yang memang harus dilakukannya. Hal tersebut bertujuan agar mempermudah pemahaman pembaca dan lebih memberikan daya tarik bagi pembaca.

2) Karakter

Karakter mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah cerita. Karakter menciptakan tindakan-tindakan tertentu yang mendukung jalannya cerita. Kehadiran karakter membuat cerita menjadi seolah tampak lebih hidup.

Seperti halnya alur, karakter juga merupakan unsur penting dalam karya fiksi. Karakter cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2007:167).

commit to user

personifikasinya dapat mengesankan pembaca seolah-olah peristiwa yang diceritakan bukan peristiwa imajinatif, melainkan peristiwa faktual (Nurgiyantoro, 2007:169).

Karakter dapat berarti ‘pelaku’ dan dapat pula berarti ‘perwatakan’, keterkaitan antara seorang tokoh dengan perwatakan yang dimiliki, memang merupakan suatu kesatuan yang utuh, dapat dikatakan bahwa seorang tokoh dalam cerita diciptakan bersama dengan perwatakan yang dimilikinya.

Karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu individu yang muncul dalam cerita. Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut (Stanton, 2007:33).

Sebagian besar karakter-karakter karya fiksi adalah karakter- karakter rekaan. Meski sebuah karakter merupakan rekaan atau imajinasi pengarang, dan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita, tetapi karakter juga berperan menyampaikan ide, motif, alur, dan tema. David Daiches menyatakan karakter pelaku dalam cerita fiksi dapat muncul dari sejumlah peristiwa dan bagaimana reaksi tokoh tersebut pada peristiwa yang dihadapi, yang terangkai dalam peristiwa menjadi alur (dalam Fanani, 2000:87). Analisis gambaran karakter pada dasarnya adalah analisis ciri-ciri fisik, mental, perasaan, dan bermacam-macam keterangan lain tentang karakter yang bersangkutan.

commit to user

dapat ditemukan satu karakter utama, yakni karakter yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Biasanya, peristiwa- peristiwa tersebut dapat mengubah diri sang karakter ataupun pada sikap pembaca terhadap diri karakter tersebut. Karakter ini biasa disebut dengan karakter sentral atau karakter utama.

Dalam kaitannya dengan peristiwa yang dialami oleh karakter, segala sesuatu yang menjadi dasar atau landasan bagi karakter dalam mengerjakan sesuatu disebut motivasi. Sikap karakter terhadap karakter atau tindakan karakter lain disebut motivasi khusus, sedangkan segala sesuatu yang mengatur karakter mulai dari awal penceritaan disebut motivasi dasar (Stanton, 2007:34)

3) Latar

Berhadapan dengan sebuah karya fiksi pada hakikatnya berhadapan dengan sebuah dunia, dunia dalam kemungkinan, sebuah dunia yang sudah dilengkapi dengan karakter penghuni dan permasalahan. Namun tentu saja hal itu kurang lengkap sebab karakter dengan berbagai pengalaman kehidupannya itu memerlukan ruang lingkup tempat dan waktu, sebagaimana halnya kehidupan manusia di dunia nyata. Dengan kata lain, fiksi sebagai sebuah dunia di samping membutuhkan karakter, cerita dan alur, juga perlu latar (Nurgiyantoro, 2005:216).

Menurut Stanton, yang dimaksud dengan latar cerita adalah lingkungan peristiwa, dunia cerita tempat terjadinya peristiwa. Salah satu

commit to user

bagian lain dapat berupa waktu (hari, minggu, bulan), iklim, atau periode sejarah (Stanton, 2007:35).

Latar sama dengan setting. Dalam karya sastra, latar merupakan suatu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya. Walaupun latar dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita, keberadaan latar pada hakikatnya tidak hanya sekedar menyatakan di mana, kapan, dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan juga dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis.

Fungsi latar dalam cerita antara lain untuk memberikan informasi situasi sosial budaya yang terdapat dalam cerita. Latar akan dapat memberikan pijakan cerita secara nyata bagi penggambaran suasana berlangsungnya peristiwa-peristiwa yang ada dalam alur cerita.

Latar biasanya hadir dalam bentuk deskripsi. Kadang-kadang karakter dapat secara langsung mempengaruhi karakter-karakternya dan memperjelas tema. Dalam banyak cerita, latar dapat menggugah nada emosi di sekeliling karakter. Akan tetapi, latar terkadang juga tidak berkaitan langsung dengan karakter utama, hanya sebatas menggambarkan lingkungan sosialnya. Di dalam beberapa cerita, latar menggambarkan warna perasaan atau suasana hati yang menyelubungi sebuah karakter. Penggambaran warna perasaan itu disebut suasana (Stanton, 1965:19). Suasana mencerminkan perasaan para karakter dan merupakan bagian dari

commit to user

ke dalam fakta cerita, sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan diimajinasikan pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Latar dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1. Latar Waktu Latar waktu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu latar waktu parsial dan latar waktu berdasarkan sejarah. Latar waktu yang bersifat parsial dibedakan juga menjadi dua jenis, meliputi kata-kata yang langsung merujuk pada waktu dan kalimat yang diasosiasikan pada waktu.

2. Latar Tempat Penggunaan latar tempat dapat diketahui dari nama-nama tempat terjadinya peristiwa yang ada di dalam sebuah cerita.

3. Latar Sosial Berfungsi untuk memberikan informasi tentang berbagai situasi sosial dan budaya yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat tertentu, meliputi berbagai masalah hidup, kebiasaan hidup, adat istiadat, keyakinan, juga pandangan hidup.

4. Atmosfer (suasana) Latar dapat menggugah nada emosi di sekeliling karakter. Nada emosi tersebut tercermin dalam lingkungannya. Atmosfer tersebut dapat juga merupakan cermin yang merefleksikan suasana jiwa sang karakter atau sebagai salah satu bagian dunia yang berada di luar diri sang karakter (Stanton, 2007:36).

commit to user

dunia berlangsung. Manusia hidup karena menghirup udara atmosfer. Atmosfer dalam cerita merupakan “udara yang dihirup pembaca sewaktu memasuki dunia rekaan”. Ia berupa deskripsi kondisi latar yang mampu menciptakan suasana tertentu, misalnya suasana ceria, romantis, sedih, muram, maut, misteri, dan sebagainya (Nurgiyantoro, 2005:243).

Atmosfer itu sendiri dapat ditimbulkan dengan deskripsi detil-detil, irama tindakan, tingkat kejelasan dan kemasuk-akalan berbagai peristiwa, kualitas dialog, dan bahasa yang dipergunakan (Nurgiyantoro, 2005:245).

Jadi, berdasarkan uraian-uraian di atas, latar merupakan gambaran tentang tempat, waktu, keadaan sosial dan deskripsi-deskripsi suasana- suasana lain yang diciptakan pengarang untuk menghidupkan cerita.

b. Tema

Tema adalah ide pusat atau ide pokok. Tema merupakan nilai yang terkandung dalam sebuah peristiwa. Tema tidak hadir secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan pembacaan yang cermat dengan memperhatikan dan memahami fakta-fakta ceritanya terlebih dahulu. Tema merupakan sebuah cerita yang berkaitan dengan makna pengalaman hidup yang secara langsung dialami oleh manusia. Sebuah tema dapat ditafsirkan berdasarkan pada fakta- fakta yang terdapat dalam sebuah cerita (Stanton, 2007:8).

Untuk menentukan sebuah tema cerita adalah dengan melihat konflik utama, karena di antara konflik utama dengan tema selalu berhubungan erat. Tema juga dapat diperoleh dengan cara memberikan pemahaman kembali pada

commit to user

pengalaman dan tingkah laku suatu karakter yang memberikan sinyal tentang hal-hal yang umum dirasakan oleh karakter, seperti sifat-sifat umum manusia.

Berdasarkan pengertian tema dan cara menentukan tema dalam sebuah karya fiksi, maka dapat disimpulkan bahwa tema mampu memberikan koherensi dan kepaduan makna pada sebuah cerita (Stanton, 2007:8). Tema dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk, yakni sebagai berikut.

1. Tema Sentral Tema sentral adalah makna pokok yang menjadi dasar atau gagasan dari cerita secara keseluruhan. Tema sentral dapat disimpulkan dari beberapa tema bawahan. Pada dasarnya, tema bawahan tersebut membangun keberadaan tema sentral, karena antartema bawahan terdapat keterkaitan yang pada akhirnya membangun tema sentral.

2. Tema Bawahan Tema bawahan adalah makna sampingan atau makna tambahan yang mendukung makna pokok dalam sebuah cerita. Tema bawahan dianalisis berdasarkan masalah-masalah yang muncul dalam suatu peristiwa. Masalah tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan antara masalah satu dengan masalah yang lain.

c. Sarana Sastra

Sarana-sarana sastra merupakan teknik yang digunakan pengarang untuk memilih dan menyusun detil-detil cerita menjadi pola yang bermakna.

commit to user

melihat fakta sebagaimana yang dilihat oleh pengarang, menafsirkan makna fakta sebagaimana yang ditafsirkan oleh pengarang, dan merasakan pengalaman seperti yang dirasakan oleh pengarang (Nurgiyantoro, 2005:22).

Keberadaan sarana sastra adalah untuk mendukung fakta cerita dan tema. Berbagai detil cerita yang diungkap melalui sarana sastra dapat menguatkan apa yang telah ada dalam fakta cerita. Detil-detil cerita tersebut pada akhirnya juga akan mengemban tema.

1) Judul

Judul dalam sebuah karya sastra merupakan suatu petunjuk tentang apa yang ada di dalam karya sastra itu sendiri. Judul mengisyaratkan makna cerita yang ditulis oleh pengarang secara keseluruhan. Selain itu, judul juga memberikan sugesti kepada pembaca untuk memikirkan tentang apa yang ditulis oleh pengarang dalam karyanya tersebut.