NASKAH PUBLIKASI Efektifitas Pelatihan Harga Diri Dengan Metode Instruksi Diri Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada Siswa Bbrsbd Surakarta.

“EFEKTIFITAS PELATIHAN HARGA DIRI DENGAN METODE
INTSRUKSI DIRI UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN
DIRI PADA SISWA BBRSBD SURAKARTA”

NASKAH PUBLIKASI
Minat Utama Bidang Klinis

Disusun Oleh :
Dian Ulfa Suryaningrum, S. Psi
T 100 100 150

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

“EFEKTIFITAS PELATIHAN HARGA DIRI DENGAN METODE
INTSRUKSI DIRI UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN
DIRI PADA SISWA BBRSBD SURAKARTA”

NASKAH PUBLIKASI

Minat Utama Bidang Klinis

Disusun Oleh :
Dian Ulfa Suryaningrum, S. Psi
T 100 100 150

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

HALAMAN PERNYATAAN

Saya Menyatakan Dengan Sungguh-Sungguh Bahwa Thesis Yang Telah Saya Susun
Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Profesi Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta Merupakan Hasil Tulis Karya Saya Sendiri.
Adapun Bagian-Bagian Tertentu Dalam Penulisan Thesis Yang Saya Kutip Dari Hasil
Karya Oranglain Sudah Saya Tuliskan Sumbernya Secara Jelas.
Yang Menyatakan


Dian Ulfa Suryaningrum, S. Psi

ABSTRAK
EFEKTIFITAS PELATIHAN HARGA DIRI DENGAN METODE INSTRUKSI DIRI
UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA BBRSBD
SURAKARTA
Dian Ulfa Suryaningrum, Dr. Lisnawati Ruhaena, Wisnu Sri Hertinjung
Magister Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email : Dianulfasuryaningrum@gmail.com
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas pelatihan harga diri dengan metode instruksi
diri pada penyandang cacat di BBRSBD Surakarta tahun 2015 dan untuk mengetahui tingkat
harga diri pada penyandang cacat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Subjek
penelitian ini adalah 24 kalayan, 12 kalayan di kelompok eksperimen dan 12 kalayan di
kelompok kontrol. Karakteristik subjek diantaranya: 1) siswa yang memiliki skor
kepercayaan diri rendah dan sedang, 2) berumur 14-40 tahun, 3) pendidikan minimal SD.
Kelompok eksperimen mendapat perlakuan berupa pelatihan harga diri dengan metode
instruksi diri. Sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan. Desain yang
digunakan adalah quasi experimental design dengan bentuk desain nonequivalent control group
design. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala
kepercayaan diri. Hasil Wilcoxon Signed-Rank Test menunjukkan bahwa pelatihan harga diri

dengan metode instruksi diri efektif meningkatkan kepercayaan diri kalayan (p=0,002) dan
kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan tidak mengalami peningkatan kepercayaan
diri. Hasil Mann Whitney U menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kontrol dimana kelompok eksperimen meningkat kepercayaan dirinya
daripada kelompok kontrol (p=0,000). Kesimpulannya adalah bahwa pelatihan harga diri
dengan metode instruksi diri efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri pada kelayan
BBRSBD Surakarta.
Kata kunci : pelatihan harga diri dengan metode instruksi diri, kepercayaan diri.

ABSTRACT
EFFECTIVENESS OF SELF-ESTEEM WORKSHOP WITH INSTRUCTIONS FOR
INCREASING SELF CONFIDENCE IN STUDENT BBRSBD SURAKARTA
Dian Ulfa Suryaningrum, Dr. Lisnawati Ruhaena, Wisnu Sri Hertinjung
Master of Professional Psychology University of Muhammadiyah Surakarta
Email: Dianulfasuryaningrum@gmail.com
This study aims to look at the effectiveness of self-esteem training with instruction methods
themselves on disability in Surakarta BBRSBD 2015 and to determine the level of self-esteem
in disabled people before and after treatment. The subjects were 24 kalayan, 12 kalayan in
the experimental group and 12 in the control group kalayan. Characteristics of the subjects
are: 1) students who score low and medium confidence, 2) aged 14-40 years, 3) minimal

elementary education. The experimental group received treatment in the form of self-esteem
training with self-instruction methods. While the control group did not receive treatment. The
design was quasi-experimental design with design form nonequivalent control group design.
Collecting data in this study was conducted using a scale of confidence. Results Wilcoxon
Signed-Rank Test showed that the self-esteem training to become effective instruction method
improves confidence kalayan (p = 0.002) and a control group that was not subjected to the
treatment does not increase confidence. Mann Whitney U results show that there are
differences between the experimental and control groups in which the experimental group
increased confidence than the control group (p = 0.000). The conclusion is that the selfesteem training to become effective instructional methods to increase confidence in kelayan
BBRSBD Surakarta.

Keywords: self-esteem training to methods of instruction, confidence.

masih belum mampu melakukan hubungan

PENDAHULUAN

interpersonal dengan baik, individu masih
Permasalahan


penyandang

penyandang

saja

merasakan

rendah

diri,

mudah

cacat / cacat tubuh yang ada di BBRSBD

tersinggung, agresif, pesimistis, labil dan

antara lain Pertama adalah permasalahan


cenderung memilih tinggal di rumah tanpa

pribadi, meliputi permasalahan jasmani

melakukan kegiatan apapun meskipun

yaitu

dapat

pihak Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina

untuk

Daksa tersebut memberikan bimbingan

melakukan aktifitas sehari-hari (Activity of

berupa pelatihan kerja bagi penyandang


Daily

mempengaruhi

cacat fisik seperti menjahit, membuat

keindahan bentuk sehingga berhubungan

hiasan manik-manik atau bunga, membuat

dengan aspek psikologis. Kedua yakni

keset, dan tata boga.

kecacatan

mengakibatkan

seseorang


gangguan

Living),

serta

fisik

permasalahan psikologis yang dihadapi
oleh

penyandang cacat

banyak

sekali

BBRSBD

satunya


(2010)

di

tempat

yang

sama,

adalah

memperlihatkan tingkat kecemasan sosial

diri.

para penyandang cacat. Kecemasan sosial

Penyandang cacat menjadi rendah diri,


dapat memperlihatkan indikasi rendahnya

tidak percaya diri, memiliki rasa minder,

haga diri atau harga diri seseorang,

frustasi, hingga depresi.

sebagaimana diungkapkan oleh Heatherton

permasalahan

salah

di

Pengamatan dari Eunike pada tahun

penyesuaian


Penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh

Irani

(1999)

di

Besar

terhadap 100 orang remaja penyandang

Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. Dr.

cacat di Balai Besar Rehabilitasi Sosial

Soeharso

Bina

Surakarta

Balai

& Wyland (2003). Data hasil amatan

(BBRSBD)

Daksa

memperlihatkan

50%

menyatakan bahwa beberapa penyandang

penyandang

cacat fisik di pusat rehabilitasi tersebut

kecemasan sosial sedang hingga tinggi.

cacat

memiliki

tingkat

Pandangan

steorotip

masyarakat

Tempat yang digunakan Suryaningrum

terhadap penyandang cacat tubuh, individu

(2013) untuk melakukan TNA dengan

diangggap tidak beruntung, kehidupannya

memberikan angket pada siswa adalah

terhambat terganggu dan akan hancur.

ruang Vokasional Handycraft. TNA yang

Pandangan masyarakat semacam ini dapat

dilakukan

berpengaruh pada konsep diri, kemauan

tanggal 22 Maret 2013 menunjukkan

dan motivasi. Pandangan yang kurang

bahwa sebagian besar siswa BBRSBD

menguntungkan ini akan mengakibatkan

mengalami kepercayaan diri yang rendah.

Suryaningrum

(2013)

pada

timbulnya perasaan tidak mampu, putus

Langkah pertama yang dilakukan

asa, tidak berharga, tidak percaya diri

oleh Suryaningrum (2013) saat melakukan

sendiri, merasa rendah diri, cemas dan

Training

khawatir yang justru akan menghambat

melakukan

penyandang cacat tubuh untuk melakukan

Pelatihan. Suryaningrum (2013) Menggali

hubungan interpersonal.

informasi langsung dari sasaran melalui

Hasil
(TNA)

Training

Need

Asessment

yang dilakukan Suryaningrum

Need

Assesment

Identifikasi

adalah

Kebutuhan

diskusi kelompok dengan subjek serta
memberikan

angket

pada

subjek.

(2013) saat melaksanakan praktek kerja

Suryaningrum (2013) juga melakukan

profesi di Balai Besar Rehabilitasi Sosial

interview pada psikolog dan binsos yang

Tuna Daksa menggunakan angket terbuka

ada di BBRSBD Surakarta. Selain diskusi

(angket

halaman

kelompok dan inteview Suryaningrum

lampiran). Angket diberikan Suryaningrum

(2013) juga melakukan observasi pada

(2013) kepada siswa ketika siswa telah

subjek BBRSBD. Hasil dari identifikasi

menyelesaikan pelajaran dan kegiatan di

kebutuhan pelatihan menunjukkan subjek

Vokasional handycraft. Siswa diberikan

mengalami

angket satu demi satu setiap siswanya.

tentang kepercayaan diri yang dimiliki. 29

tercantum

pada

permasalahan

psikologi

subjek

yang

mengikuti

yang

disalahkan dan diejek orang lain. Selain

dilakukan oleh Suryaningrum (2013) :

itu, individu yang takut untuk melakukan

Hasil TNA menunjukkan dari 29 subjek

komunikasi cenderung Suryaningrumggap

maka 90.6 % mengalami tidak percaya

tidak menarik oleh orang lain, kurang

diri, 87,5 % merasa tidak bahagia, 78,1 %

kredibel, dan sangat jarang menduduki

khawatir terhadap diri dan masa depan, 75

jabatan pemimpin. Di sekolah, individu

% sulit bergaul, 68,7 % tertekan, 68,7 %

cenderung malas, karena itu cenderung

mudah pesimis, 65,6% mudah putus asa,

gagal secara akademik (Rakhmat, 1985).

62,5 % kurang motivasi / belajar, 59,3%

Menurut Adler (dalam Lautser, 1978)

sulit konsentrasi, 59,3 % mudah marah,

individu

56,2 % mudah frustasi, 53,1 % merasa

menunjukkan adanya perasaan inferior.

sendiri sendiri/ditinggalkan.

Perasaa ini antara lain ditunjukkan dengan

Langkah

yang

yang

kurang

percaya

diri

dilakukan

rasa malu, kebingungan, kebutuhan untuk

adalah analisis kebutuhan pelatihan, hadil

pamer meningkat dan keinginan-keinginan

identifikasi

yang kuat untuk dipuji.

bahwa

kedua

TNA

permasalah

subjek

dapat

ketidak

Menurut Rosen dan Reier (1996)

percayaan pada diri mereka. Kepercayaan

ketidakpuasan pada bentuk tubuh adalah

diri yang timbul pada subjek adalah karena

keterpakuan pikiran akan penilaian yang

subjek merasa memiliki kecacatan dan

negative terhadap tampilan fisik dan

tidak sempurna dibanding dengan orang

perasaan malu dengan keadaan fisiknya

normal yang lainnya. Individu yang kurang

ketika

percaya diri akan takut untuk melakukan

Individu ini akan merasa kurang percaya

komunikasi.

diri dan timbul rasa cemas ketika individu

menghindari

mengalami

dilihat

Individu
situasi

cenderung

komunikasi

dan

cenderung menutup diri karena takut

berada

di

lingkungan

sosial.

tersebut mengalami komflik batik dan
tekanan perasaan.

Langkah

ketiga

Suryaningrum

(2013) adalah memberikan angket terbuka
kepada subjek. Hasil dari pemberian

7. Merasa tidak berdaya
8. Menunjukkan jangkauan perasaan dan
emosi yang sempit.

angket terbuka menunjukkan dari 29

Analisis

kebutuhan

pelatihan

subjek yang mengisi angket ada 14 subjek

menunjukkan bahwa subjek membutuhkan

mengalami perasaan yang tidak berdaya,

pelatihan

10 subjek merasa mudah frustasi, 8 subjek

kepercayaan diri subjek. Pelatihan untuk

merasa sering dihina, 5 subjek merasa

meningkatkan

dikucilkan,

selalu

digunakan Suryaningrum (2013) adalah

dilarang, 3 subjek merasa tidak seperti

pelatihan harga diri untuk meningkatkan

orang lainnya. Angket terbuka dilakukan

kepercayaan diri. Maka Suryaningrum

untuk

(2013) menyusun program pelatihan yang

3

subjek

memperkuat

dilakukan

oleh

merasa

hasil

TNA

Suryaningrum

yang
(2013).

yang

mampu

meningkatkan

kepercayaan

diri

yang

akan dilakukan.

Alasan-alasan yang dikemukakan oleh

Permasalahan

psikologis

yang

subjek termasuk dalam ciri-ciri harga diri

dihadapi

yang rendah seperti yang dikemukakan

kepercayaan

oleh Clemes dan Bean (2001) :

Kepercayaan

1. Menghindari situasi

dimiliki

2. Merendahkan bakat dirinya

penilaian diri yang rendah pada diri subjek

3. Merasa tidak ada seorangpun yang

masing-masing. Harga diri yang rendah

menghargainya
4. Menyalahkan

yang
oranglain

atas

kelemahannya sendiri

penyandang
diri
diri

subjek

dimiliki

cacat
yang

yang

rendah

dikarenakan

subjek

adalah
rendah.
yang
adanya

mempengaruhi

kemampuan dalam hal sosialisasi dan
interaksi dengan lingkungan sekitar atau

5. Mudah dipengaruhi oleh orang lain

dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini

6. Bersikap defensif dan mudah frustasi

sejalan dengan pendapat Soetjiningsih

(1995) yang menjelaskan bahwa remaja

dengan

yang

(penelitian dari Uenike 2010).

mengalami

cacat

tubuh

lebih

orang

lain

Selain

cenderung hidup dalam lingkungannya

yang

karena

normal.”

berkurangnya

sendiri, dengan sikap-sikap yang negatif,

kemampuan produktif dalam kiprah di

penuh

masyarakat,

prasangka

Diungkapkan

oleh

dan

rendah

Hurlock

diri.

(1996) :

semakin

interpretasi
memberi

masyarakat

peluang

bagi

“bahaya fisik adalah ancaman dan bahaya

berkembangnya

yang paling penting dan yang paling

Lebih lanjut, individu penyandang cacat

umum

fisik bisa menjadi lebih sensitif terhadap

pada

masa

dewasa

awal

perasaan

rendah

diri.

dikarenakan bentuk fisik dan penampilan

kritik

yang kurang menarik akan mempersulit

kompetisi dan bahkan bisa pula hiperkritik

penyesuaian pribadi dengan kehidupan

dengan memproyeksikan kelemahannya

sosial. Keadaan ini mengakibatkan pada

pada

individu

lingkungan

penyandang

cacat,

perasaan

dan

cenderung

orang

lain

menghindari

serta

atas

menyalahkan

kegagalan

yang

rendah diri merupakan gejala yang paling

dimilikinya.

banyak dialami”.

memberikan peluang lebih besar atas

Kecacatan yang individu

miliki

kegagalan

Situasi

yang

ini

dialami,

semakin

dan

pada

merupakan salah satu sumber rendahnya

gilirannya akan semakin menurukan harga

harga diri para penyandang cacat tersebut.

diri.

Salah satu ungkapan dari penyandang

Memiliki harga diri yang tinggi

cacat tersebut adalah “saya mencoba untuk

secara umum memberikan keuntungan

tidak terlalu menyesali hal ini, tapi

bagi individu, meskipun terdapat juga

kadang-kadang memang kecacatan saya

catatan mengenai efek buruk dari memiliki

membuat saya minder bila berhadapan

harga diri secara berlebihan menurut
Baumister (1998). Orang dengan self-

eesteem yang tinggi diduga bahwa akan

untuk dilihat secara negative. Heatherton

bahagia dan sehat secara psikologis,

dan Wyland (2003) mengemukakan bahwa

sedangkan orang yang memiliki self-

terdapat hubungan yang substansial antara

eesteem rendah akan mengalami tekanan

depresi,

secara psikologis atau bahkan depresi.

keterasingan dengan harga diri.

Memilliki self-eesteem yang tinggi akan

rasa

malu,

kesepian

dan

Mengutip Leary dan Mac Donald,

membuat orang melihat dirinya sendiri dan

Mruk

apa yang terjadi di dalam kehidupannya

“Orang dengan trait self-eesteem yang

secara lebih positif. Individu merasa puas

lebih rendah cenderung untuk mengalami

dengan dirinya sendiri dan apa yang terjadi

secara virtual setiap emosi aversif lebih

di

sering daripada orang harga diri yang lebih

dalam

kehidupannya

secara lebih

(2006)

mengungkapkan

positif. Individu merasa puas dengan

tinggi.

Trait

dirinya

secara

negative

sendiri,

mampu

untuk

self-eesteem
dengan

bahwa

berkolerasi
skor

dalam

menyesuaikan diri secara efeltif dengan

pengukuran atas kecemasan, kesedihan

tantangan dan umpan balik negative dan

dan depresi, perasaan bermusuhan dan

hidup dalam lingkungan sosial dimana

kemarahan, kecemasan sosial, rasa malu

individu percaya orang lain menghormati

dan rasa bersalah, dan kesepian

dan menghargai individu. Orang-orang

Ubaydillah

(2006)

mengatakan

seperti ini tampaknya memiliki kehidupan

harga diri adalah sejauh mana individu

yang lebih produktif dan lebih bahagia.

mempunyai

Sedangkan orang dengan self-eesteem

dirinya, memiliki perasaan bahwa dirinya

yang

diri

bernilai dan berharga, meyakini sesuatu

pandang

yang bernilai, bermartabat dan berharga

negative, sehingga apapun yang ada dan

dalam diri individu tersebut. Perasaan

terjadi di sekitar individu juga cenderung

gembira

rendah

individu

cenderung

sendiri

dari

melihat

sudut

perasaan

yang

didapat

positif

adalah

terhadap

akibat

penghargaan terhadap diri, penting dalam

pre post test dan pelatihan pada subjek.

menunmbuhkan rasa percaya diri menurut

pretest dan

Mappiare (1982).

Suryaningrum

posttest yang digunakan
(2013)

adalah

dengan

Harga diri yang tinggi ditandai

memberikan skala harga diri pada setiap

dengan kepercayaan diri yang tinggi, rasa

siswa (skala harga diri terlampir pada

puas, memiliki tujuan yang jelas, selalu

halaman

berpikir positif, mampu untuk berinteraksi

Pelatihan yang dilakukan pada tanggal 7

sosial, Problem solving yang tinggi, serta

April 2013 mendapatkan hasil : bahwa

mampu menghargai diri sendiri (Robson,

yang mengalami kenaikan kepercayaan

1988; Maria, 2007). Harga diri

yang

diri adalah sebanyak 17 subjek, yang tetap

rendah ditandai dengan rasa takut, cemas,

13 subjek dan yang mengalami penurunan

depresi, dan tidak percaya diri (Robson,

ada 2 subjek.

lampiran.

Prepost

test

dan

Dari hasil score paired samples

1988; Maria, 2007).
Berdasarkan paparan di atas maka

statistics

menunjukkan

bahwa

mean

dapat disimpulkan bahwa perasaan rendah

pretest = 21,68 dan mean posttest = 34,04.

diri para penyandang cacat di Balai Besar

Hal ini menunjukkan ada selisih mean

Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

dapat

antara pretest dan posttest. Pretest <

mempengaruhi

yang

posttest, maka terdapat perubahan setelah

kepercayaan diri

dimiliki. Semakin rendahnya harga diri

psikoedukasi.

yang dimiliki para penyandang cacat maka

pengembangan

semakin rendah pula kepercayaan diri

penyandang cacat dapat meningkatkan

yang dimiliki oleh penyandang cacat

kepercayaan diri subjek penyandang cacat

tersebut.

dari

di BBRSBD Surakarta pada tahun 2013

penelitian yang telah dilakukan oleh

vokasional handycraft. Jenjang waktu

Suryaningrum (2013) dengan memberikan

2tahun maka Suryaningrum (2013) ingin

Hal

tersebut

terbukti

Artinya
harga

pelatihan
diri

pada

meneliti efektifitas pelatihan harga diri

&

Pear,

20013),

kepada subjek siswa yang berbeda.

keyakinan

negatif,

yaitu

identifikasi

memformulasikan

Tidak percaya diri yang dimiliki

positif self statement, melakukan instruksi

oleh penyandang cacat jika tidak ditangani

diri untuk mengarahkan perilaku dan

dengan baik pada orang yang mengalami

melakukan

kecacatan

berhasil

dapat

mengakibatkannya

self

reinforcement

mengatasi

situasi.

ketika
Desain

kehilangan tujuan hidupnya, merasa jauh

penelitian

dengan teman-temannya, dan kehilangan

penelitian ini adalah single case study A-B

kesehatan fisik secara menyeluruh. Hal ini

design. Subyek penelitian yang dilakukan

dapat

oleh Wikan adalah remaja yang berusia 13

menimbulkan

kecemasan,

serta

ketegangan,

digunakan

di

dalam

dalam

tahun yang memiliki ciri-ciri seseorang

menghadapi hari esok bahkan sampai

dengan harga diri yang rendah. Hasil

mengalami

penelitian menunjukkan bahwa intervensi

depresi

frustasi

yang

menurut

Hartanti

(2002).

menggunakan metode instruksi diri dapat
Berdasarkan uraian peneliti, dapat

disimpulkan

bahwasanya

untuk

meningkatkan harga diri (harga diri)
dibutuhkan suatu intervensi. Intervensi ini
mengacu pada jurnal penelitian yang
berjudul “ Meningkatkan Harga diri
melalui Metode Instruksi diri” (Larasati,
2012). Metode yang digunakan adalah
menggunakan metode instruksi diri dengan
menggunakan empat tahap utama yang
dikemukakan oleh Meichenbaum (Martin

meningkatkan harga diri pada subjek.

Tabel 1. Meningkatkan Harga diri

aplikasi

melalui Metode Instruksi diri

merestrukturisasi sistem kognisi, namun

WIKAN PUTRI LARASATI
FAKULTAS PSIKOLOGI –
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS INDONESIA
Judul
Meningkatkan Harga diri
Penelitian melalui Metode Instruksi Diri
Subjek
Remaja berusia 13 tahun
1. Identifikasi keyakinan
negatif.
2. Memformulasikan positive
self statement
3. Melakukan instruksi diri
Metode
untuk mengarahkan
perilaku
4. Melakukan self
reinforcement ketika
berhasil mengatasi situasi.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa intervensi
menggunakan metode
Hasil
instruksi diri dapat
meningkatkan harga diri pada
subjek.

lebih

teori

terpusat

ini

pada

adalah

proses

perubahan

pola

verbalisasinya. Menurut Meinchenbaum,
diri (self-statement) akan

pernyataan

mempengaruhi tingkah laku seseorang,
sebagaimana pernyataan yang diberikan
oleh orang lain. Syarat awal dari intervensi
ini adalah, individu harus mengenali cara
individu berpikir, merasa dan bertindak,
serta bagaimana akibatnya terhadap orang
lain.
Hasil-hasil penelitian membuktikan
bahwa metode instruksi

diri efektif

meningkatkan harga diri siswa. McGuire
Teknik instruksi diri pada awalnya
dikembangkan oleh Meichenbaum, (dalam
Corey, 1996). Menurut Meinchenbaum,
terapi instruksi

diri merupakan

bentuk

dasar dari restrukturisasi kognitif yang
memfokuskan pada perubahan verbalisasi
diri.

Dalam

dilakukan,

penelitian
pedoman

yang

akan

teknik instruksi

diri diadaptasi dari Cormier (2003) karena
penjabaran tahap-tahap pengaplikasiannya
lebih

spesifik

dan

terstruktur.

Dasar

dan

McGuire

(dalam

1998), menyatakan bahwa
seseorang

memperhatikan

Lange

dkk,

semakin
karakteristik

positif pada dirinya dan bukan pada
karakteristik negatif, maka semakin tinggi
tingkat harga diri yang dimilikinya. Hal ini
didukung pula oleh penjelasan Teaster
(2004) bahwa pernyataan positif (positive
self-statement) dapat meningkatkan harga
diri.

Richard

dkk,

(1998)

juga

mengujicobakan teknik instruksi diri pada

memiliki

24 sampel yang memiliki harga diri yang

diberikan

rendah.

hasilnya dari 72 orang, 80%nya ingin

KemuSuryaningrum

diinstruksikan

untuk

menulis

individu
hal-hal

anak,

kemuSuryaningrum

terapi instruksi

melakukan

perubahan

diri yang

dalam

cara

positif mengenai diri individu sendiri dan

mendidik anaknya dan kebanyakan orang

kemuSuryaningrum diinstruksikan untuk

tua juga ingin merubah diri individu

membacanya dua kali setiap hari dalam

sendiri. Penelitian lain juga dilakukan oleh

periode

Larasati (2012) yang melakukan intervensi

selama

tiga

minggu.

Hasilnya, harga diri pada 24 sampel yang

individual

mendapat instruksi untuk membaca hal-hal

memiliki harga

positif mengenai dirinya meningkat secara

dengan menggunakan

signifikan, sedangkan sampel yang tidak

diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mendapat

intervensi

instruksi harga

dirinya

cenderung menurun. Penelitian serupa
dilakukan

Lange

dkk,

(1998)

terhadap

subjek

yang

diri rendah
metode instruksi

metode instruksi

diri dapat

meningkatkan harga diri pada subjek.
Maka,

salah

satu

cara

yang

mengungkapkan bahwa teknik instruksi

digunakan peneliti untuk mengatasi rasa

pada self-

tidak percaya diri pada siswa di BBRSBD

regard, harga diri dan kepercayaan diri

adalah dengan menggunakan pelatihan

individu. Selain itu, Plunkett dkk, (2004)

harga diri dengan metode instruksi diri

melakukan penelitian pada orang tua yang

untuk meningkatkan rasa percaya diri.

diri berpengaruh

signifikan

METODE PENELITIAN

proses

untuk

membuat

A. Identifikasi Variabel Penelitian

menjadi pribadi yang lebih mandiri,

Variable Tergantung : Kepercayaan Diri

lebih

Variabel Bebas

motivasi untuk maju, perasaan minder

:Pelatihan harga diri

semangat,

lebih

individu

memiliki

hilang, pemikiran negative terhadap

dengan metode instruksi diri

teman dan lingkungan dapat diubah
B. Definisi Operasional Variabel

kearah

yang

positif.

Peningkatan

Penelitian

harga diri dapat dilakukan dengan

1. Kepercayaan Diri

berbagai metode intervensi, salah

Menurut

Lauster

(2002)

kepercayaan diri merupakan suatu

satunya

melalui

intervensi

dalam

bentuk kelompok atau pelatihan.

sikap atau keyakinan atas kemampuan
C. Subjek Penelitian

diri sendiri sehingga dalam tindakantindakannya

tidak

terlalu

Subjek penelitian ini adalah siswa

cemas,

handycraft

merasa bebas untuk melakukan hal-hal

vokasional

yang sesuai keinginan dan tanggung

Surakarta. Teknik sampel yang digunakan

jawab atas perbuatannya, sopan dalam

Kriteria subjek penelitian dalam penelitian

berinteraksi

lain,

ini adalah orang dengan kecacatan yang

memiliki dorongan prestasi serta dapat

berjenis kelamin laki-laki dan perempuan,

mengenali kelebihan dan kekurangan

berusia antara 14 - 22 tahun, pendidikan

diri sendiri.

minimal

dengan

orang

2. Pelatihan harga diri dengan metode

Pelatihan harga diri dengan
metode instruksi diri

adalah suatu

Dasar,

berada

di

BBRSBD Surakarta dengan jumlah 24
subjek.

instruksi diri

Sekolah

BBRSBD

diri dengan metode instruksi diri ”

D. Rancangan Eksperimen
Rancangan yang digunakan dalam

sedangkan

kelompok

kontrol

tanpa

penelitian ini adalah quasi experimental

dberikan

design dengan bentuk desain posttest only

perlakuan pada kelompok eksperimen

control

berlangsung selama 1 minggu.

group

design.

Dalam

model

perlakuan.

Masa

pemberian

Setelah

rancangan ini, kelompok ekspermen dan

masa

kelompok

dengan

diberikan posttest untuk mengukur kondisi

keduanya

kepercayaan diri pada partisipan kelompok

Selanjutnya

eksperimen pasca terapi dan kelompok

prosedur
dapat

kontrol
random,

dianggap

dibentuk
sehingga
setara.

perlakuan

selesai,

selanjutnya

kelompok eksperimen diberikan perlakuan.

kontrol

Setelah perlakuan telah diberikan dalam

mengetahui tingkat efektivitas terapi pada

jangka waktu tertentu, maka setelah itu

kelompok

dilakukan pengukuran variabel terikat pada

follow up 1 minggu pasca perlakuan.

tanpa

perlakuan.

eksperimen,

Untuk

terdapat

masa

kedua kelompok tersebut, dan hasilnya
dibandingkan perbedaannya.

E. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan

Tabel 3. Rancangan Eksperimen

R
R

GRUP

Perlaku
an

Postt
est

EKSPERIME
N
KONTROL

X

Y2

-

Y2

penelitian

ini

akan

dilaksanakan dalam beberapa tahapan,
yaitu :
1. Tahap Persiapan
a. Penentuan partisipan

Pretest diberikan pada kelompok

Penentuan

partisipan

eksperimen dan kontrol. Setelah pretest

diawali

selesai diberikan, kelompok eksperimen

pendekatan

dalam

menerima

penyandang cacat di BBRSBD

perlakuan yang berupa “Pelatihan harga

Surakarta. Pendekatan dilakukan

penelitian

ini

akan

dengan

melakukan

kepada

para

sejak bulan September 2013,

yaitu

kemudian peneliti mengajukan

kelompok eksperimen.

permohonan

kesediaan

penanggung

jawab

BBRSBD

Surakarta

melakukan

kepada

siswa

di

berkaitan dengan orang

kontrol

dan

b. Alat ukur
Skala Kepercayaan Diri

untuk

penelitian

kelompok

Peneliti

mengadaptasi

yang

skala kepercayaan diri dalam

yang

penelitian ini adalah skala

memiliki kepercayaan diri rendah

kepercayaan

akibat

yang

(1978), yang pernah digunakan

dimiliki. Di BBRSBD Surakarta.

oleh Dian Mustika Sari dalam

Setelah

dicapai

penelitiannya

informal

antara

dari

penanggung
BBRSBD

kecacatan

kesepakatan
peneliti

jawab

siswa

Surakarta,

diri

Lauster

pada

dan

kepercayaan diri remaja putri

di

yang overweight pada tahun

peneliti

2006.

kemudian mengajukan ijin survei
penelitian dengan prosedur secara
formal

melalui

yang

alternatif jawaban STS (Sangat

peneliti

Tidak Setuju, TS (Tidak Setuju), S

yaitu

(Setuju) dan SS (Sangat Setuju).

mengetahui

Cara pemberian skor adalah subjek

kondisi kepercayaan diri pada

diminta memilih pernyataan yang

subjek

paling

terkait.

Selanjutnya,

melakukan
bertujuan

instansi

Pernyataan disusun dengan

skrining
untuk

BBRSBD.

Setelah

sesuai

atau

paling

mengetahui hasil kepercayaan diri

menggambarkan dirinya dengan

subjek

memberikan tanda silang (X) di

kemudian

peneliti

membagi menjadi dua kelompok

bawah

pilihan

jawaban

dari

pernyataan yang dimaksud. Nilai

tepat digunakan karena metode

untuk kategori favorable, bergerak

instruksi diri ini memiliki focus

dari 1 menuju 4 dan sebaliknya

terhadap dua hal, yaitu untuk

untuk

mengganti

kategori

pernyataan

unfavorable.

pemikiran

negatif

terhadap diri sendiri menjadi
pemikiran yang positif serta
bertujuan untuk mengarahkan

c. Modul
1) Pelatihan

perilaku.

Program

intervensi

Modul pelatihan harga diri

menggunakan metode instruksi

dengan metode instruksi diri di

diri yang akan diberikan kepada

adaptasi dari modul Harga diri

subjek mengacu pada empat

Dengan Metode Instruksi diri

tahap yaitu :

yang

a) Identifikasi keyakinan diri

dikembangkan

oleh

Meichebaum (dalam Martin &
Pear, 2003) dan telah divalidasi
serta

telah

digunakan

oleh

Wikan Putri Larasat (2012).
Dalam

menggunakan

peneliti

meminta

saudari

ijin

Wikan

modul
pada
untuk

menggunakan modul harga diri
agar

dapat

digunakan

oleh

yang negatif
b) Pembelajaran positif self-talk
untuk melawan negative self
statement
c) Pembelajaran teknik instruksi
diri

untuk

melakukan

langkah-langkah

perilaku

yang akan dilakukan
self

d) Menentukan

peneliti (Lampiran persetujuan

reinforcement

ada

berhasil mengatasi situasi.

di

halaman

Lampiran).

Metode instruksi diri menjadi

apabila

2)

Uji Coba Modul (try out)

(dalam Martin & Pear, 2003) dan

Pengujian modul pelatihan

telah

harga diri dengan metode

digunakan

instruksi diri

Larasat

professional

melalui

3) Proses

dilakukan

divalidasi
oleh

serta

telah

Wikan

Putri

(2012).

menggunakan

Dalam

modul

peneliti

judgment yang terdiri dari

meminta ijin pada saudari Wikan

psikolog sekaligus dosen

untuk menggunakan modul harga

UMS dan psikolog. Modul

diri agar dapat digunakan oleh

diuji

terlebih

peneliti (persetujuan dari Wikan

dahulu kepada 10 orang

ada di halaman lampiran). Metode

dengan kecacatan rentang

instruksi

usia

tahun.

digunakan karena metode instruksi

Penilaian modul meliputi

diri ini memiliki fokus terhadap

evaluasi

umum

dua hal, yaitu untuk mengganti

tentang manfaat, kejelasan

pemikiran negative terhadap diri

tujuan, sistematika dan alur,

sendiri menjadi pemikiran yang

alokasi penggunaan waktu

positif

dan kualifikasi fasilitator.

mengarahkan perilaku.

cobakan

14



40

secara

Penyusunan

diri

serta

menjadi

bertujuan

tepat

untuk

Modul
d. Seleksi Pelaksana Penelitian

Pelatihan
Modul pelatihan harga diri
dengan metode instruksi diri

di

Kualifikasi

penelitian meliputi:

adaptasi dari modul Harga diri

1) Fasilitator

Dengan Metode Instruksi diri yang

2) Observer

dikembangkan oleh Meichebaum

bagi

pelaksana

e. Tahap Pelaksanaan Intervensi
1) Asesmen

f. Pengukuran

Pretest

dan

Posttest

Asesmen

dilakukan

1

Pengukuran

pertama

minggu sebelum dilakukan

(pretest)

untuk

kelompok

intervensi kemudian diberi

eksperimen dilakukan sebelum

skala yang bertujuan untuk

intervensi menggunakan skala

mengetahui

kebutuhan

harga diri dan pengukuran kedua

partisipan yang berkaitan

(posttest) menggunakan skala

dengan intervensi.

yang sama dilaksanakan setelah
intervensi selesai. Adapun untuk

2) Pelaksanaan
Jadwal intervensi disusun

kelompok

kontrol

tetap

berdasarkan

dilakukan

pengukuran

yang

telah

waktu

disepakati

Kesiswaan

yang
dari

BBRSBD

sama (pretest
meskipun

dan

tanpa

posttest),
perlakuan

Surakarta, dan disesuaikan

intervensi. Sedangkan follow up

dengan jadwal fasilitator.

dilakukan 1 minggu setelah

Intervensi

dilaksanakan

pelaksanaan intevensi selesai.

selama 3 hari dengan waktu

Pada sesi follow up partisipan

365 menit.

kembali

diberikan

kepercayaan diri.

skala

pelaksanaan

HASIL

Hasil analisis dari Baseline-Pretest

terdapat

untuk

melihat

peningkatan

harga

diri

(pretest).

1) Hasil Analisis dari Baseline-Pretest

dilakukan

pelatihan

apakah

kepercayaan

2) Hasil Analisis Pretest-Posttest
Hasil

analisis

dilakukan

dari

untuk

pretest-posttest
melihat

apakah

diriyang signifikan pada kelompok

terdapat kenaikan tingkat kepercayaan

eksperimen

saat

diri yang signifikan pada kelompok

pengambilan data awal (baseline) dan

eksperimen antara sebelum (pretest)

sebelum pelaksanaan pelatihan harga

dan sesudah (posttest) diberi perlakuan

diri (pretest). Hasil analisis tersebut

berupa pelatihan harga diri. Hasil

dapat dilihat pada tabel :

pengujian tersebut dapat dilihat pada

Tabel Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank
Test pada Baseline-Pretest
Kelompok Eksperimen
BASELINEPRETEST
Z
-.236
Asymp.
.814
Sig. (2tailed)

tabel sebagai berikut :

antara

pada

Tabel Hasil Uji Wilcoxon Signed
Rank Test pada Pretest-Posttest
Kelompok Eksperimen
PRETESTPOSTTEST
Z
-3.061
Asymp.
.002
Sig. (2tailed)

Hasil uji statistik menghasilkan nilai z
hitung sebesar -0,236 dan probabilitas

Hasil uji statistik menghasilkan nilai z

(p) signifikansi 0,814 (uji dua sisi).

hitung sebesar -3,061 dan probabilitas

Oleh karena probabilitas (p) lebih besar

(p) signifikansi 0,002 (uji dua sisi).

dari � = 0,05, maka dapat disimpulkan

Oleh karena probabilitas (p) lebih kecil

bahwa tidak terdapat kenaikan tingkat
kepercayaan

diri

pada

kelompok

dari � = 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat peningkatan tingkat

eksperimen antara saat pengambilan

kepercayaan

diri

pada

kelompok

data awal (baseline) dan sebelum

eksperimen antara sebelum (pretest)

Tabel Hasil Uji Wilcoxon Signed
Rank Test pada Posttest-Follow up
Kelompok Eksperimen
POSTTESTFOLLOWUP
Z
-3.063
Asymp. .002 PAKAI
Sig. (2- 1-TAILED
tailed)

dan sesudah (posttest) diberi pelatihan
harga diri. Hal ini berarti, pelatihan
harga diri efektif dalam meningkatkan
kepercayaan diri.
3) Hasil Analisis Posttest-Follow up
Hasil analisis dari Posttest-Follow up

Hasil uji statistik menghasilkan nilai z
dilakukan

untuk

melihat

apakah
hitung sebesar -3,063 dan probabilitas

terdapat peningkatan kepercayaan diri
(p) signifikansi 0,002 (uji dua sisi).
yang

signifikan

pada

kelompok
Oleh karena probabilitas (p) lebih kecil

eksperimen antara sesudah (posttest)
diberi perlakuan berupa pelatihan harga

dari � = 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa
diri

dan

setelah

dua

terdapat

peningkatan

minggu
kepercayaan

diri

pada

kelompok

pelaksanaan pelatihan (follow up). Hasil
eksperimen antara sesudah (posttest)
analisis tersebut dapat dilihat pada tabel
diberi perlakuan berupa pelatihan harga
sebagai berikut :
diri

dan

setelah

dua

minggu

pelaksanaan pelatihan (follow up). Yang
signifikan yang dikatakan signifikan
lebih kecil dari α = 0,05

serta tujuan hidup dan kepercayaan diri

PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah

yang rendah. Hasil pemikiran itu dapat

pelatihan

baik ataupun buruk, tergantung pada

harga diri dengan metode instruksi diri

seberapa baik keterampilan berpikir

untuk meningkatkan kepercayaan diri

orang

pada

kelengkapan

untuk

melihat

subjek

efektivitas

BBRSBD

Surakarta.

itu

dan

tergantung

pada

informasi

yang

Pelatihan harga diri dengan metode

dimilikinya. Sebagian besar perilaku

instruksi

dapat

manusia dan keterampilan kognitifnya

meningkatkan kepercayaan diri pada

dipelajari melalui pengamatan terhadap

subjek BBRSBD Surakarta.

model.

diri

terbukti

Teori

kognitif

sosial

Manusia memiliki bakat alami

memandang

dasar yang dapat dikembangkan dengan

konsekuensi

membentuk respon-respon baru melalui

proses kognitif. Melalui pengalaman,

belajar.

pengaruh

orang menyadari konsekuensi positif

pengalaman dan pengaruh fisiologis

dan negatif dari tindakannya. Dengan

tidak dapat dipisahkan dengan mudah.

diketahuinya

Seperti yang dialami subjek bahwa

dimiliki oleh subjek maka peneliti

subjek

melakukan pelatihan harga diri dengan

Sering

memiliki

kali

kecacatan

dan

belajar
respon

melalui

sebagai

permasalahan

instruksi

suatu

yang

seringnya subjek merasa diasingkan dan

metode

tidak diterima keluarga serta teman-

meningkatkan kepercayaan diri subjek,

temannya membuat subjek menjadi

dimana

individu yang memiliki pemikiran-

fasilitator yang menjadi model positif

pemikiran

negative

selama

ini.

untuk perubahan pemikiran negative

Pemikiran

tersebut

menyebabkan

serta perilaku negative yang dimiliki

subjek menjadi tidak memiliki cita-cita

subjek. Proses belajar akan terjadi jika

dalam

diri

pelatihan

untuk

ini

ada

seseorang mengamati seorang model

menggunakan analisis Mann Whitney U

yang menampilkan suatu perilaku dan

dengan

mendapatkan imbalan atau hukuman

Berdasarkan

karena

Melalui

disebutkan dan dijelaskan di atas, dapat

pengamatan ini, orang tersebut akan

dilihat bahwa skor kepercayaan diri

mengembangkan

harapan-harapan

pada kelompok eksperimen mengalami

tentang apa yang akan terjadi jika ia

kenaikan pada saat post-test. Kenaikan

melakukan perilaku yang sama dengan

skor kepercayaan diri tidak terjadi pada

sang model. Harapan-harapan ini akan

kelompok kontrol, justru kelompok

memengaruhi proses belajar perilaku

kontrol mengalami penurunan. Mean

dan jenis perilaku berikutnya yang akan

atau rata-rata skor kepercayaan diri

muncul.

sebelum dan setelah perlakuan pada

perilaku

Pengujian
dengan

tersebut.

hipotesis

menguji

kepercayaan

diri

dilakukan

perbedaan
pada

skor

kelompok

eksperimen dan kontrol antara kondisi

hasil

data-data

minggu setelah perlakuan (follow up).
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menguji perbedaan antara pretest dan

berikut.

yang

telah

kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dapat dilihat pada grafik berikut
:
Tabel Hasil Analisis Mann-Whitney U

sebelum perlakuan (pretest), sesaat
setelah perlakuan (posttest), dan dua

seperti

MannWhitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig.
(2-tailed)
Exact
Sig.
[2*(1-tailed
Sig.)]

GAINSCORE
7.000
85.000
-3.756
.000
.000

posttest serta skor gainscore antara
kelompok eksperimen dan kelompok

Berdasarkan tabel di atas, diketahui

kontrol masing-masing pada kondisi

bahwa besar nilai Wilcoxon = 85,000

pretest

dengan nilai z hitung -3,756 dan

dan

posttest

dengan

probabilitas (p)= 0,000 (uji dua sisi)

pelatihan harga diri dan kelompok

atau 0,000 (uji satu sisi). Karena

kontrol yang tidak diberikan pelatihan

probabilitas (p)= 0,000 lebih kecil dari

harga diri. Hal ini menunjukkan bahwa

α = 0,05, maka diketahui bahwa ada

pelatihan

perbedaan

meningkatkan kepercayaan diri.

yang

signifikan

antara

harga diri

efektif untuk

kelompok eksperimen yang diberikan
termasuk dalam kategori kepercayaan

KESIMPULAN
Kesimpulannya adalah. penelitian

diri

yang

rendah

dan

posttest

skor

ini telah membuktikan bahwa pelatihan

mengikuti

harga diri dengan metode instruksi diri

termasuk dalam kategori kepercayaan

efektif

diri yang tinggi.

untuk

meningkatkan

kepercayaan diri pada subjek BBRSBD

Pelatihan

adalah

saat

harga

diri

113,2

untuk

Surakarta. Dari data yang didapatkan

meningkatkan kepercayaan diri yang

oleh peneliti terlihat perbedaan yang

telah diikuti oleh subjek dapat membuat

signifikan

kelompok

yang

subjek menjadi pribadi yang lebih

mendapat perlakuan pelatihan

harga

mandiri, lebih semangat, lebih memiliki

diri dengan kelompok yang tidak

motivasi untuk maju, perasaan minder

mendapat perlakuan pelatihan harga

hilang,

diri.

teman dan lingkungan dapat diubah

antara

Taraf kepercayaan diri pada subjek

pemikiran

negatif

terhadap

oleh subjek menjadi positif, subjek

mengalami

mampu menerapkan pelatihan yang

peningkatan setelah mengikuti pelatihan

diberikan pada subjek sehingga subjek

harga diri. Taraf kepercayaan diri yang

menjadi memiliki kepercayaan diri

dimiliki subjek saat mengikuti pretest

yang lebih baik dari sebelum mengikuti

adalah dengan skor rata-rata 70,33

pelatihan.

BBRSBD

Surakarta

menghambat proses belajar mengajar

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang

di kelas ataupun proses bersosialisasi

diperoleh, maka dapat dikemukakan

subjek dengan teman baru serta

beberapa saran sebagai berikut :

teman baru.
3. Bagi

1. Bagi Subjek
Subjek

diharapkan

dapat

Praktisi

Subjek

di

Yang

Menangani

BBRSBD

Prof.

Dr.

menerapkan hasil atau ilmu yang

Soeharso Surakarta

peneliti berikan saat pelatihan harga

Bagi praktisi yang menangani subjek

diri

meningkatkan

di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

dengan

Surakarta

untuk

kepercayaan

diri

cara

diharapkan

berpikir lebih positif, mudah bergaul,

menggunakan

dan menerima diri dengan kondisi

memanfaatkan pelatihan harga diri in

fisik yang mereka miliki saat ini.

sebagai program yang tepat untuk

2. Bagi pihak BBRSBD Prof. Dr.

meningkatkan

dan

dapat

kepercayaan

dapat

diri

subjek.

Soeharso Surakarta
Pihak BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

dapar

Peneliti selanjutnya diharapkan saat

pelatihan

pelatihan dapat menentukan tempat

harga diri untuk tiap tahun awal

yang nyaman untuk subjek dan

subjek

sehingga

waktu yang tepat. Pelatihan bisa

kepercayaan diri subjek yang masuk

dilaksanakan pada pagi hari, karena

bisa

menjadi

saat pagi hari subjek masih dalam

kepercayaan diri yang lebih baik.

keadaan segar dan jangan diakhiri

Kepercayaan diri yang baik yang

sore hari karena subjek akan merasa

dimiliki

lelah sehingga menyulitkan materi

Surakarta

diharapkan

memberikan

baru

program

masuk

ditingkatkan

subjek

akan

tidak

untuk

diterima

subjek.

Peneliti

lebih mudah dan lebih cepat terbuka.

selanjutnya diharapakan dapat lebih

Dalam

pembuatan

alat

mengembangkan pelatihan menjadi

sebaiknya

lebih baik lagi. Peneliti selanjutnya

yang mudah dimengerti dan jumlah

bisa menambahkan game atau ice

itemnya tidak banyak.

menggunakan

ukur
bahasa

breaking dengan tujuan agar subjek

DAFTAR PUSTAKA
Baumister, R. F. (1998). The self. In D. T.
gillbert, S. T. Fiske and G.
(indzeyl eds.) The Handbook of
Social Psychology : vol. 1 9 (4th
edn), (Hal. 680-740). Boston : Mc
Grow – Hill.
Clemes,
H.,
Bean,
R.
(2001).
Membangkitkan harga diri anak
petunjuk praktis bagi orangtua
dan guru. Alih bahasa :
Adwinyata, A. Jakarta : Mitra
utama.
Eunike. A C. (2010). Hubungan antara
keluarga dan pusat kendali
eksternal dengan kecemasan
sosial pada remaja difabel dibalai
besar rehabilitasi sosial bina
daksa
prof.
Dr.
soeharso
Surakarta. Skripsi. Surakarta :
Universtias Negeri Surakarta
Fakultas Kedokteran Program
Studi Psikologi.
Hartanti. (2002). Peran sense of ffumor
dan sukungan sosial pada tingkat
depresi penderita dewasa pasca
stroke. Surabaya : Fakultas
psikologi universitas Surabaya.
Heatherton, T F, Wyland, Carrie. (2003).
Assessing Self-Esteem. Dalam
Lopez, Shane J, Snyder, C. D.
(ed).
Positive
Psychological
Assesment : A handbook of
models
and
measures.

Washington D. C. American
Psychological Assocition.
Irani, S. A. (1999). Kemampuan hubungan
interpersonal
ditinjau
dari
penerimaan diri pada remaja
cacat tubuh. Skripsi. Semarang :
fakultas psikologi universitas
katolik soegijapranoto.
Laird, D. (1985). Approaches to training
and development. Second edition.
Massaehusetts : Addision Wesley
publishing company.
Lange, et al. (1998). The effect of positive
self-instruction: A controlled
trial. Cognitive therapy and
research, Vol 22, No 3, 1998, pp.
225-236.
Larasati, W. (2012). Meingkatkan selfesteem melalui metode self
instruction. Thesis. Depok :
Fakultas psikologi program studi
psokologi profesi peminatan
psikologi pendidikan universitas
Indonesia.
Lauster, P. (1978). The personality test.
London : Pan books.
----------

(1997).
Tes
kepribadian
(terjemahan Cecilia, G. Sumekto).
Yogyakarta : Kanisius.

---------- (2002). Tes kepribadian. Jakarta :
Bumi aksara
Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja.
Surabaya : Penerbit Usaha
Nasional.

Rakhmat,
J.
(1996).
Teori-teori
komunikasi. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Robson,
P.J.
(1988).
Self-EsteemPsychiatric view. Brithis Journal
of Psychiatry. Available from :
www.bjp.rcpsych.org/cgi/reprint/
153/1/6.pdf.
(Accessed
7
Desember 2012).
Rosen, R ((1996). Client Laws of Control,
ProblemPerception, andInterview
Behavior. Journal of Counseling
Psychology (3).
Hurlock, E. B. (1991). Developmental
psychology
:
psikologi
perkembangan. Edisi kelima. Jilid
2. Alih bahasa : Isti widayanti dan
soedjarwo. Jakarta : Erlangga.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang
anak. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC.
Ubaydillah, AN. (2006). http://www.epsikologi.com/remaja/101106.htm

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kepercayaan Diri Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 5 18

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kepercayaan Diri Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 19

TESIS Efektifitas Pelatihan Harga Diri Dengan Metode Instruksi Diri Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada Siswa Bbrsbd Surakarta.

0 1 20

BAB 1 PENDAHULUAN Efektifitas Pelatihan Harga Diri Dengan Metode Instruksi Diri Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada Siswa Bbrsbd Surakarta.

0 3 15

DAFTAR PUSTAKA Efektifitas Pelatihan Harga Diri Dengan Metode Instruksi Diri Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada Siswa Bbrsbd Surakarta.

1 2 8

HUBUNGAN HARGA DIRI DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI Hubungan Harga Diri Dan Interaksi Teman Sebaya Dengan Kepercayaan Diri Remaja Awal.

0 1 17

PELATIHAN KORI UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PANTI ASUHAN Pelatihan Kori Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada Remaja Panti Asuhan.

0 0 18

PELATIHAN BERPIKIR OPTIMIS UNTUK MENINGKATKAN HARGA DIRI PADA REMAJA Pelatihan Berpikir Optimis Untuk Meningkatkan Harga Diri Pada Remaja Di Panti Asuhan.

1 10 20

NASKAH PUBLIKASI PELATIHAN BERPIKIR OPTIMIS UNTUK Pelatihan Berpikir Optimis Untuk Meningkatkan Harga Diri Pada Remaja Di Panti Asuhan.

0 3 13

NASKAH PUBLIKASI GAMBARAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI PADA KLIEN DENGAN AMPUTASI Gambaran Konsep Diri : Harga Diri Pada Klien Dengan Amputasi di Wilayah Karesidenan Surakarta.

0 0 17