NASKAH PUBLIKASI Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Pengadaan Barang Dan Jasa Berdasarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Dan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 ( Studi Kasus Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali ).

(1)

NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGADAAN BARANG DAN JASA BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54

TAHUN 2010 DAN KEPPRES NOMOR 80 TAHUN 2003

( STUDI KASUS PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI )

Disusun dan Diajukan untuk Melangkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

DWI CAHYANTO PRASETYO NIM : C100 070 176

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013


(2)

ii HALAMAN PERSETUJUAN

Naskah Publikasi Skripsi ini telah disetujui oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Hukum


(3)

Nama NIM

Fakultas/ Jurusan Jenis

Judul

SURAT PERI{YATAAhI PT]BLIKASI KARYA ILMIAH

B ismill a h irr o h ma nirro h im

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya

DWI CAT{YANTO PRASETYO

c

100 070 176

HUKUM / ILMU HUKUM SKRIPSI

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAI{ PERIANNIAN PENGADAAN BARANG DAN JASA BERDASARKAN PERPRES 54 TAHUN 2O1O DAN KEPPRES 80 TAHUN

2OO3

(STUDI

KASUS

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI).

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:

l.

Memberikan hak bebas royalti kepada perusahaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya" demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2.

Memberikan hak menyimpan, mengalihmediakarl mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendishibusikanny4 serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakan UMS, tanpa perlu minta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/

pencipta-3.

Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas planggaftLnhak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagai semestinya.

lll Surakarta 14 Maret 2013


(4)

iv ABSTRAK

Dwi Cahyanto Prasetyo, Nim : C100070176. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian pengadaan barang dan jasa Berdasarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Dan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 di Pemerintah Daerah Boyolali. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian pengadaan barang dan jasa di Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali serta bagaimana cara mengatasinya

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yuridis empiris, yaitu metode pendekatan yang menekankan pada teori-teori hukum dan aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dimana anggarannya bersumber baik dari APBN maupun APBD telah berpedoman pada Keppres No. 80 tahun 2003 dan Perpres No. 54 tahun 2010 yang telah beberapa kali diubah dan yang terakhir Perpres No. 70 tahun 2012, hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang lebih efisien, terbuka dan kompetitif yang dimaksudkan agar ketersediaan barang dan jasa lebih terjangkau dan berkualitas sehingga terjadi pelayanan publik yang semakin meningkat. Pengadaan barang dan jasa berdasarkan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku dilakukan dengan cara swakelola dan melalui penyedia barang dan jasa dengan proses lelang.Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Boyolali: tidak atau kurang dipahaminya subtansi atau isi dari perjanjian, sehingga akan berakibat tidak diketahuinya hak dan kewajibanya sebagaimana tertuang dalam perjanjian. Hal ini akan berdampak pada kualitas/mutu pelaksanaan pekerjaan, kurang tercapai tepat mutu, waktu dan sasaran; kurang diberikannya kesempatan atau waktu yang cukup untuk mempelajari isi dari perjanjian pekerjaan; Penyedia barang tidak mempunyai kemampuan untuk mengkaji isi perjanjian dari segi hukum. cara mengatasi Hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut: memberikan waktu yang cukup untuk mempelajari isi yang tertuang dalam perjanjian, sehingga akan mengetahui hak dan kewajiban yang harus dilakukan; setiap perjanjian untuk dikonsultasikan kepada ahli hukum sehingga kualitas dapat tercapai dengan baik; Melakukan upaya-upaya sosialisasi berbagai peraturan perundang undangan melalui asosiasi jasa kontruksi di kabupaten Boyolali, dan mengefektifkan lembaga Pembina Jasa Konstruksi dalam melakukan pembinaan, dengan melakukan pembinaan secara rutin, berkala dan berkesinambungan.


(5)

v ABSTRACT

Dwi Cahyanto Prasetyo, Nim : C100070176. Faculty of Law, Muhammadiyah University Surakarta. The Objective of this study is to investigate the implementation of the goods and services procurement contract based on Perpres No. 54 Tahun 2010 and Keppres No. 80 Tahun 2003 in regional government of Boyolali, to determine the obstacles faced by Boyolali District Government in the implementation of the procurement of goods and servicesthe agreement and how to overcome them.

In this research, the writer using juridical empiric method, it is an approaching method based on the law theories and rules of law related to the research’s problem.

Based on the results of research and data analysis above, it can be concluded that the procurement of goods and services in which the budget comes from both the APBN and APBD that has been guided by theKeppres No. 80 Tahun 2003 and Perpres No. 54 Tahun 2010 have been revised several times and the last Perpres No. 70 tahun 2012, these are intended to make the goods and services procurement more efficient, open and competitive so that the theavailability of goods and services become more affordable and qualified, so that there will be an increasing in public services. The procurement of goods and services under the provisions of policies legislation conducted by self-managed and providers of goods and services through the bidding process. The Obstacles encountered in the implementation of agreements of goods and services in Boyolali regency: the lack of understanding or do not comprehend the substance of the agreement, which will result in not knowing their rights and responsibilities as stated in the agreement. This will have an impact on the works quality, lack of right quality, time and target achievement; theless opportunities or the time given to learn the work contents; The Goods supplier does not have the ability to examine the contents of the agreement in terms of the law. The way to overcome these obstacles is as follows: providing time to learn the contents outlined in the agreement, which will determine the rights and obligations that must be done; consulting any agreement to legal experts so that the quality can be well achieved; socializing various laws through theBoyolali construction services association and making more routine and effective guiding institutions, periodically and continuously.


(6)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa merupakan perjanjian yang kompleks karena mengatur banyak aspek baik secara legal maupun teknis tentang proses pengadaan barang dan jasa, yang membutuhkan kajian lebih lanjut guna ditemukannya format kontrak perjanjian pengadaan barang dan jasa yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan mampu memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para pihak yang membuatnya. Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa sering dibuat dalam bentuk kontrak standar, dimana suatu kontrak telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh salah satu pihak dan pihak yang lainnya hanya dihadapkan pada pilihan untuk menerima atau menolak perjanjian tersebut. Perjanjian baku atau standar lahir sebagai bentuk dari perkembangan dan tuntutan dunia usaha. Kontrak standar telah banyak diterapkan dalam dunia usaha seperti perbankan, lembaga pembiayaan konsumen, dan berbagai bentuk usaha lainya. Kontrak standar atau baku dipandang lebih efisien dari sisi waktu dan biaya.1 Secara formal di Indonesia aturan hukum mengenai perjanjian baku atau standar belum diatur dengan jelas, sehingga perlu mendapatkan kajian lebih lanjut. Hukum pada dasarnya adalah untuk perlindungan kepentingan manusia. Dalam setiap hubungan hukum, termasuk perjanjian harus ada keseimbangan antara para pihak supaya tidak terjadi konflik kepentingan. Namun dalam realitasnya tidak selalu demikian. Selalu terdapat kemungkinan salah satu pihak mempunyai posisi yang lebih kuat

1

Munir Fuady, 2003. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung : PT Citra Aditya Bakti, Hal. 10.


(7)

2

baik dari sisi ekonomis maupun dari penguasaan teknologi atau suatu penemuan yang spesifik. Dalam kondisi ini salah satu pihak lebih mempunyai peluang untuk lebih diuntungkan dalam suatu perjanjian. Seringkali pihak penyusun menentukan syarat-syarat yang cukup memberatkan apalagi kontrak tersebut disajikan dalam bentuk kontrak standard, karena ketentuan-ketentuan dalam perjanjian dapat dipakai untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian pada pihaknya. Dalam hal demikian salah satu pihak hanya punya pilihan untuk menerima atau menolak perjanjian tersebut. Dalam konteks inilah praktek perjanjian pengadaan barang dan jasa menurut penulis perlu dicermati lebih lanjut dari sisi aspek hukumnya. Karena pengadaan barang dan jasa selama ini hanya dipandang seakan-akan sekedar memenuhi persyaratan dalam suatu pelaksanaan proyek pengadaan, padahal perjanjian tersebut merupakan dasar pelaksanaan kegiatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik menyusun Skripsi dengan judul: TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGADAAN BARANG DAN JASA BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN 2010 DAN KEPPRES NOMOR 80 TAHUN 2003 (STUDI KASUS PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI)

B. Rumusanmasalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian pengadaan barang dan jasa

Berdasarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Dan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 di Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali ?


(8)

3

2. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian

pengadaan barang dan jasa di Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali serta bagaimana cara mengatasinya ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan sesuai dengan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian pengadaan barang dan jasa

Berdasarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Dan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 di Pemerintah Daerah Boyolali.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan

perjanjian pengadaan barang dan jasa di Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali serta bagaimana cara mengatasinya.

D. Metode Penelitian

Pendekatan Penelitian ini bersifat deskriptif, karena dalam penelitian penulis memberikan gambaran secara umum serta menyeluruh tentang obyek yang diteliti. “Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan dan gejala-gejala lainnya.2

2


(9)

4

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa Berdasarkan

Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Dan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 di Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali.

Pengadaan barang/jasa publik di Pemerintah Kabupaten Boyolali yang anggarannya dibebankan pada APBD maupun APBN, menurut Bapak Mardani, Kasubag Perencanaan dan Pelaporan, Dinas Pekerjaan umum dan

Energi Sumber Daya Mineral, Pemkab Boyolali dilaksanakan dengan

berpedoman pada Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Terakhir diterbitkanya Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan dirubah melalui Perpres 70 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Perpres 54 Tahun 2010.3

Dalam pelaksanaannya pelaksana utama adalah Unit Pelayanan Pengadaan/ULP Kab Boyolali, namun karena keterbatasan Personil dalam ULP maka dibuatlah ketentuan untuk Pengadaan dengan nilai di atas 200 juta pengadaannya melalui ULP atau Pokja ULP dan untuk pengadaan di bawah 200 juta dilakukan se0cara mandiri oleh SKPD masing-masing namun masih dalam pengawasan ULP.

3

Mardani, Kasubag Perencanaan dan Pelaporan, Dinas Pekerjaan umum dan Energi Sumber Daya Mineral,Pemkab Boyolali, Wawancara Pribadi, Boyolali, 7 januari 2013 Pukul 10:10 WIB.


(10)

5

Tujuan diterbitkanya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah, adalah untuk mewujudkan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang efisien, terbuka dan kompetitif agar ketersediaan Barang/Jasa yang terjangkau dan berkualitas, sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik.

Cara pengadaan barang/jasa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 ada 2 (dua) yaitu : Pengadaan dengan cara swakelola dan dengan cara melalui Penyedia Barang dan Jasa atau lelang.

1. Pengadaan dengan cara swakelola.

Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa secara Swakelola pada Pemerintah Kabupaten Boyolali, dilakukan oleh instansi pemerintah sebagai penanggung jawab anggaran maupun sebagai pengguna anggaran. Adapun pekerjaan yang dilaksanakan dengan swakelola oleh pemerintah Kabupaten Boyolali telah memenuhi kriteria sebagai berikut : pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia serta sesuai dengan tugas pokok K/L/D/I; pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi langsung masyarakat setempat; pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa; pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar; penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan; pekerjaan


(11)

6

untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa; pekerjaan survei, pemprosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu; pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan; pekerjaan Industri Kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri; penelitian dan pengembangan dalam negeri dan/atau; pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan industri almatsus dalam negeri.

Pelaksanaan swakelola di Pemerintah Kabupaten Boyolali lebih banyak untuk pekerjaan yang sifatnya rutin seperti penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan, dan pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia serta sesuai dengan tugas pokok K/L/D/I. sebagai contoh Dinas Pekerjaan Umum dan Energi Sumber Daya Manusia mengerjakan pekerjaan konstruksi seperti Pemeliharaan Rutin jalan dan jembatan di seluruh kabupaten Boyolali. Pekerjaan ini sifatnya rutin, seara tupoksi sesuai dan mempunyai SDM sesuai bidangnya hal ini sekaligus akan dapat meningkatkan kualitas SDM yang dimilikinya. Dengan pelaksanaan swakelola disini tidak ada perjanjian atau kontrak, kecuali yang didalamnya ada pengadaan barang maka pengadaannya melalui penyedia barang dan jasa, sehingga diperlukan Perjanjian atau kontrak antara Pemerintah pelaksana swakelola dengan Penyedia Barang/Jasa.


(12)

7

Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 26 Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010.

2. Pengadaan dengan cara melalui Penyedia Barang dan Jasa atau lelang. Pengadaan dengan cara melalui penyedia barang dan jasa yang ada di Pemerintah Kabupaten Boyolali dilakukan oleh suatu lembaga pemerintah yaitu Unit Layanan Pengadaan (ULP). Adapun pelaksanaannya melalui proses perencanaan pemilihan Penyedia Barang/Jasa, pemilihan sistem pengadaan, penetapan metode penilaian kualifikasi, penyusunan jadwal pemilihan Penyedia Barang/Jasa, penyusunan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa dan penetapan HPS. Contoh : Pengadaan barang/jasa dengan cara di umumkan melalui media masa dan papan pengumuman dan Pengadaan barang/jasa secara elektronik (LPSE).

Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 33 Peraturan Presiden 54 tahun 2010.

Melalui pendekatan jenis barang/jasa yang diadakan, Metode Pemilihan penyedia barang/jasa berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010, dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu : Metode Penyedia Barang / Jasa lainya ; metode Penyedia pekerjaan Konstruksi dan metode Penyedia Jasa Konsultansi. Masing masing metode dibagi menjadi beberapa metode dengan pendekatan jumlah/pagu anggaran yang akan di tenderkan atau dilelangkan kepada pihak kedua/rekanan dengan rincian sebagai berikut:

a. Penyedia Barang / Jasa Lainya meliputi : Pelelangan Umum,


(13)

8 Langsung, Kontes/Sayembara

b. Pekerjaan Konstruksi meliputi : Pelelangan Umum, Pelelangan

Terbatas, Pemilihan Langsung, Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung

c. Jasa Konsultansi meliputi : Seleksi Umum, Seleksi Sederhana,

Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung, Sayembara

Pengadaan barang dan jasa dikatagorikan menjadi 2 (dua) yaitu Non Konsultansi dan Konsultansi.

Dari metode tersebut akan diadakan proses lelang dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Panitia Pengadaan Barang dan jasa melalui Pokja ULP Kabupaten Boyolali. Secara garis besar tahapan masing-masing metode terangkum dalam Jadwal pengadaan sebagai berikut : Pengumuman, pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan, Pemberian Penjelasan, Pemasukan dokumen penawaran, Pembukaan dokumen penawaran, Evaluasi penawaran, Pengumuman pemenang, Masa sanggah, Penerbitan SPPBJ

Bila proses pemilihan penyedia barang dan jasa selesai dilaksanakan oleh ULP/Pejabat Pengadaan sebagaimana tersebut diatas maka proses berikutnya adalah pelaksanaan kontrak atau perjanjian antara pemerintah atau sering disebut pihak pertama dalam hal ini di wakili oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk dan atas nama Pemerintah kabupaten Boyolali dengan Pihak kedua yaitu Penyedia Barang dan Jasa

Proses pelaksanaan kontrak atau perjanjian ini menjadi tugas dan kewenangan dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), meliputi : Penunjukan Penyedia Barang dan Jasa; Penandatanganan Kontrak/Perjanjian; Pelaksanaan


(14)

9

Kontrak/Perjanjian; Perubahan Kontrak/Perjanjian; Pembayaran Prestasi Kerja; Penerapan Keadaan Kahar (bila terjadi); Pemutusan Perjanjian; Penyelesaian perselisihan; Serah terima pekerjaan.

.

B. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian

pengadaan barang dan jasa di Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali serta bagaimana cara mengatasinya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah Penulis laksanakan dengan meneliti di Pemerintah Kabupaten Boyolali, penulis akan menyajikan mengenai hambatan-hambatan dalam pelaksanaan perjanjian pengadaan barang/jasa di Pemkab Kabupaten Boyolali, yakni sebagai berikut :

a. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian :

Pelaksanaan perjanjian antara kedua belah pihak masih banyak dijumpai seperti:

1. Seringnya penyedia barang atau jasa menunda pekerjaan walaupun Perjanjian kontrak telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan penyedia barang atau jasa telah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) hal ini berakibat pada keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan. Menurut pejabat pembuat komitmen (PPK) hal ini disebabkan keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Penyedia jasa baik secara kuantitas maupun kualitas. Sehingga substansi atau isi dari perjanjian tidak dipahami atau tidak dimengerti oleh pihak penyedia jasa. dan salah satu dampak dari penundaan pekerjaan ini adalah menumpuknya pekerjaan di


(15)

10

akhir kontrak, dengan demikian kualitas hasil pekerjaan kurang diperhatikan, asal mengejar target waktu dan menghindari denda.

2. Rekanan dalam pelaksanaan tidak mengacu pada Time

schedule/jadwal pelaksanaan yang telah disepakati dalam perjanjian kontrak, hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan diantaranya gambar atau Rencana Anggaran sering tidak sesuai dengan kondisi dilapangan atau sulit diaplikasikan di lapangan sehingga akan terjadi perubahan yang akhirnya akan berdampak pada keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

3. Disamping itu Penyedia Barang/jasa dalam pelaksanaannya,

menempatkan pelaksana dilapangan/pengawas tidak sesuai dengan bidangnya baik latar belakang pendidikan maupun pengalaman kerja sehingga menyebabkan kesulitan didalam menjabarkan gambar ke realisasi lapangan, hal ini akan berdampak pada keterlambatan penyelesaian pekerjaan

4. Pada pekerjaan rigid pavemen untuk pengecoran yang dilakukan

mendekati akhir waktu pelaksanaan biasanya masa pemeliharaanya kurang diperhatikan sehingga lapis permukaan cepat mengelupas karena beton belum umur sudah dilewati oleh kendaraan

5. Penyedia barang/jasa sering tidak meminta ijin secara resmi

kepada PPKom atau Pejabat Pembuat Komitmen apabila akan memulai pekerjaan pasang, mengecor, pembersihan dan lain-lain. Sesuai perjanjian yang telah disepakati atau aturan sebelum melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut harus mendapatkan ijin


(16)

11

dari Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.

b. Upaya-upaya untuk mengatasi

1. Mengefektifkan pengawasan kepada penyedia barang dan jasa

untuk memperhatikan, mempelajari isi dari perjanjian, jadwal waktu, serta memberikan syarat kepada rekanan agar dalam menempatkan orang dalam mengawasi pekerjaan adalah orang-orang yang mempunyai keahlian dibidangnya, seperti pegawasan gedung memiliki keahlian dibidang gedung, arsitektur, pada pekerjaan jalan dan jembatan memiliki bidang usaha bidang sipil.

2. Menegur dan membina pada rekanan untuk senantiasa

memperhatikan ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan sesuai apa yang dipersyaratkan dalam kontrak perjanjian sehingga kualitas hasil pekerjaan akan terjamin.

3. Mencermati dengan seksama antara gambar dan kenyataan

dilapangan dengan memanfaatkan kunjungan kelapangan di dalam proses awal lelang yaitu setelah diadakan aanwijzing /pemberian penjelasan kepada calon penyedia barang/jasa. Dengan demikian dapat mensinkronkan antara gambar dan spek teknis yang dipersyaratkan dengan kondisi riil dilapangan. Hal ini akan dapat menghindari perubahan gambar atau spek secara signifikan.

4. Mengawasi dengan ketat dan melarang keras untuk tidak

mensubkontrakkan pekerjaan, bila tetap dilakukan maka diberikan sanksi yang keras yaitu pemutusan kerja dan Badan usaha Jasa Konstruksinya di masukkan dalam daftar hitam/black list.


(17)

12

5. Melakukan upaya-upaya sosialisasi berbagai peraturan perundang

undangan melalui asosiasi jasa kontruksi di kabupaten Boyolali, dan mengefektifkan lembaga Pembina Jasa Konstruksi dalam melakukan pembinaan, dengan melakukan pembinaan secara rutin, berkala dan berkesinambungan


(18)

13

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Pemerintah Daerah Kabupaten

Boyolali dimana anggarannya bersumber baik dari APBN maupun APBD telah berpedoman pada Keppres No. 80 tahun 2003 dan Perpres No. 54 tahun 2010 yang telah beberapa kali diubah dan yang terakhir Perpres No. 70 tahun 2012, hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang lebih efisien, terbuka dan kompetitif yang dimaksudkan agar ketersediaan barang dan jasa lebih terjangkau dan berkualitas sehingga terjadi pelayanan publik yang semakin meningkat. Pengadaan barang dan jasa berdasarkan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku dilakukan dengan cara swakelola dan melalui penyedia barang dan jasa dengan proses lelang.

2. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian

pengadaan barang dan jasadi Kabupaten Boyolali :

a. tidak atau kurang dipahaminya subtansi atau isi dari perjanjian, sehingga akan berakibat tidak diketahuinya hak dan kewajibanya sebagaimana tertuang dalam perjanjian. Hal ini akan berdampak pada kualitas/mutu pelaksanaan pekerjaan, kurang tercapai tepat mutu, waktu dan sasaran. b. kurang diberikannya kesempatan atau waktu yang cukup untuk

mempelajari isi dari perjanjian pekerjaan.

c. Penyedia barang tidak mempunyai kemampuan untuk mengkaji isi perjanjian dari segi hukum.


(19)

14

3. Cara mengatasi Hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut :

a. memberikan waktu yang cukup untuk mempelajari isi yang tertuang dalam perjanjian, sehingga akan mengetahui hak dan kewajiban yang harus dilakukan.

b. setiap perjanjian untuk dikonsultasikan kepada ahli hukum sehingga kualitas dapat tercapai dengan baik.

c. Melakukan upaya-upaya sosialisasi berbagai peraturan perundang

undangan melalui asosiasi jasa kontruksi di kabupaten Boyolali, dan mengefektifkan lembaga Pembina Jasa Konstruksi dalam melakukan pembinaan, dengan melakukan pembinaan secara rutin, berkala dan berkesinambungan

B. Saran

Dari kesimpulan yang ada dan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi bahan pemikiran guna memberikan saran bagi permasalahan yang dihadapi yaitu :

1. Diadakan sosialisasi peraturan tentang pengadaan barang dan jasa secara

intensif dan berkala kepada penyedia jasa melalui pembinaan badan penyelenggara ijin usaha jasa konstruksi.

2. Mengikutsertakan personil untuk mengikuti Bimbingan Teknis pengadaan

barang dan jasa atau mengundang LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah) untuk memberikan bimbingan teknis kepada para Aparatur pemerintah dan penyedia barang/jasa yang berkompeten di bidang pengadaan barang dan jasa.


(20)

15

DAFTAR PUSTAKA Buku

Fuady, Munir. 2003. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum

Bisnis), PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.

Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan barang dan jasa pemerintah.


(1)

10

akhir kontrak, dengan demikian kualitas hasil pekerjaan kurang diperhatikan, asal mengejar target waktu dan menghindari denda. 2. Rekanan dalam pelaksanaan tidak mengacu pada Time

schedule/jadwal pelaksanaan yang telah disepakati dalam perjanjian kontrak, hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan diantaranya gambar atau Rencana Anggaran sering tidak sesuai dengan kondisi dilapangan atau sulit diaplikasikan di lapangan sehingga akan terjadi perubahan yang akhirnya akan berdampak pada keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

3. Disamping itu Penyedia Barang/jasa dalam pelaksanaannya, menempatkan pelaksana dilapangan/pengawas tidak sesuai dengan bidangnya baik latar belakang pendidikan maupun pengalaman kerja sehingga menyebabkan kesulitan didalam menjabarkan gambar ke realisasi lapangan, hal ini akan berdampak pada keterlambatan penyelesaian pekerjaan

4. Pada pekerjaan rigid pavemen untuk pengecoran yang dilakukan mendekati akhir waktu pelaksanaan biasanya masa pemeliharaanya kurang diperhatikan sehingga lapis permukaan cepat mengelupas karena beton belum umur sudah dilewati oleh kendaraan

5. Penyedia barang/jasa sering tidak meminta ijin secara resmi kepada PPKom atau Pejabat Pembuat Komitmen apabila akan memulai pekerjaan pasang, mengecor, pembersihan dan lain-lain. Sesuai perjanjian yang telah disepakati atau aturan sebelum melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut harus mendapatkan ijin


(2)

11

dari Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. b. Upaya-upaya untuk mengatasi

1. Mengefektifkan pengawasan kepada penyedia barang dan jasa untuk memperhatikan, mempelajari isi dari perjanjian, jadwal waktu, serta memberikan syarat kepada rekanan agar dalam menempatkan orang dalam mengawasi pekerjaan adalah orang-orang yang mempunyai keahlian dibidangnya, seperti pegawasan gedung memiliki keahlian dibidang gedung, arsitektur, pada pekerjaan jalan dan jembatan memiliki bidang usaha bidang sipil. 2. Menegur dan membina pada rekanan untuk senantiasa

memperhatikan ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan sesuai apa yang dipersyaratkan dalam kontrak perjanjian sehingga kualitas hasil pekerjaan akan terjamin.

3. Mencermati dengan seksama antara gambar dan kenyataan dilapangan dengan memanfaatkan kunjungan kelapangan di dalam proses awal lelang yaitu setelah diadakan aanwijzing /pemberian penjelasan kepada calon penyedia barang/jasa. Dengan demikian dapat mensinkronkan antara gambar dan spek teknis yang dipersyaratkan dengan kondisi riil dilapangan. Hal ini akan dapat menghindari perubahan gambar atau spek secara signifikan.

4. Mengawasi dengan ketat dan melarang keras untuk tidak mensubkontrakkan pekerjaan, bila tetap dilakukan maka diberikan sanksi yang keras yaitu pemutusan kerja dan Badan usaha Jasa Konstruksinya di masukkan dalam daftar hitam/black list.


(3)

12

5. Melakukan upaya-upaya sosialisasi berbagai peraturan perundang undangan melalui asosiasi jasa kontruksi di kabupaten Boyolali, dan mengefektifkan lembaga Pembina Jasa Konstruksi dalam melakukan pembinaan, dengan melakukan pembinaan secara rutin, berkala dan berkesinambungan


(4)

13

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dimana anggarannya bersumber baik dari APBN maupun APBD telah berpedoman pada Keppres No. 80 tahun 2003 dan Perpres No. 54 tahun 2010 yang telah beberapa kali diubah dan yang terakhir Perpres No. 70 tahun 2012, hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang lebih efisien, terbuka dan kompetitif yang dimaksudkan agar ketersediaan barang dan jasa lebih terjangkau dan berkualitas sehingga terjadi pelayanan publik yang semakin meningkat. Pengadaan barang dan jasa berdasarkan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku dilakukan dengan cara swakelola dan melalui penyedia barang dan jasa dengan proses lelang.

2. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Boyolali :

a. tidak atau kurang dipahaminya subtansi atau isi dari perjanjian, sehingga akan berakibat tidak diketahuinya hak dan kewajibanya sebagaimana tertuang dalam perjanjian. Hal ini akan berdampak pada kualitas/mutu pelaksanaan pekerjaan, kurang tercapai tepat mutu, waktu dan sasaran. b. kurang diberikannya kesempatan atau waktu yang cukup untuk

mempelajari isi dari perjanjian pekerjaan.

c. Penyedia barang tidak mempunyai kemampuan untuk mengkaji isi perjanjian dari segi hukum.


(5)

14

3. Cara mengatasi Hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut :

a. memberikan waktu yang cukup untuk mempelajari isi yang tertuang dalam perjanjian, sehingga akan mengetahui hak dan kewajiban yang harus dilakukan.

b. setiap perjanjian untuk dikonsultasikan kepada ahli hukum sehingga kualitas dapat tercapai dengan baik.

c. Melakukan upaya-upaya sosialisasi berbagai peraturan perundang undangan melalui asosiasi jasa kontruksi di kabupaten Boyolali, dan mengefektifkan lembaga Pembina Jasa Konstruksi dalam melakukan pembinaan, dengan melakukan pembinaan secara rutin, berkala dan berkesinambungan

B. Saran

Dari kesimpulan yang ada dan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi bahan pemikiran guna memberikan saran bagi permasalahan yang dihadapi yaitu :

1. Diadakan sosialisasi peraturan tentang pengadaan barang dan jasa secara intensif dan berkala kepada penyedia jasa melalui pembinaan badan penyelenggara ijin usaha jasa konstruksi.

2. Mengikutsertakan personil untuk mengikuti Bimbingan Teknis pengadaan barang dan jasa atau mengundang LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah) untuk memberikan bimbingan teknis kepada para Aparatur pemerintah dan penyedia barang/jasa yang berkompeten di bidang pengadaan barang dan jasa.


(6)

15

DAFTAR PUSTAKA Buku

Fuady, Munir. 2003. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.

Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan barang dan jasa pemerintah.