EFEK AKUT DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP NILAI SATURASI OKSIGEN PADA Efek Akut Deep Breathing Exercise Terhadap Nilai Saturasi Oksigen Pada Lansia.

EFEK AKUT DEEP BREATHING EXERCISE
TERHADAP NILAI SATURASI OKSIGEN PADA
LANSIA

Disusun Oleh
PRI HADI SANTOSO
NIM :J120121019

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan guna melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk
menyelesaikan program sarjana strata I Fisioterapi

PROGRAM STUDI SARJANA STRATA I FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ABSTRAK
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI, Mei 2014
32 Halaman
PRI HADI SANTOSO
EFEK AKUT DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP NILAI SATURASI
OKSIGEN PADA LANSIA
(Dibimbing Oleh: Isnaini Herawati, SST. Ft, M.Sc dan Wahyuni, SSt.Ft, M.Kes)
Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di Indonesia membawa dampak pada
peningkatan Usia Harapan Hidup dan jumlah penduduk lanjut usia yang berumur lebih dari
60 tahun. Peningkatan jumlah lansia diikuti dengan peningkatan masalah kesehatan yang
berkorelasi dengan penurunan sistem tubuh dan proses penuaan. Pada lansia terjadi atrofi otot
pernapasan, penurunan elastisitas recoil paru, , kekakuan trakea dan jalan napas pusat,
compliance paru, pembesaran duktus alveolar dan kecepatan pernapasan yang cenderung
berubah pada lansia mengakibatkan pengaruh pada nilai saturasi oksigen. Latihan deep
breathing menyebabkan peregangan alveolus dan merangsang pengeluaran surfaktan yang
disekresikan oleh sel-sel alveolus tipe II, mengakibatkan tegangan permukaan alveolus dapat
diturunkan memberikan keuntungan untuk meningkatkan compliance paru dan menurunkan
resiko paru menciut sehingga paru tidak mudah kolaps. Deep breathing juga akan
mengakibatkan meningkatnya aktifitas beta adrenergik saluran pernafasan yang
menyebabkan terjadinya dilatasi bronkus dan menghambat sekresi mukus, sehingga paru
dapat memasukkan dan mengeluarkan udara dengan lebih baik. Terjadinya dilatasi pada

bronkus dan masuknya jumlah oksigen yang banyak tersebut akan berikatan dengan
hemoglobin sebagai oksiohemoglobin (HbSO2).
Rancangan penelitian ini adalah pra experimental dengan pre dan post design Tempat
penelitian di posyandu lansia ngugi waras desa benowo karanganyar, jumlah, subyek
penelitian 30 orang lansia, usia 65 tahun. Saturasi oksigen diukur dengan pulse oxymetry.
Hasil penelitian diperoleh bahwa adanya pengaruh deep breathing terhadap meningkatnya
saturasi oksigen pad lansia. Pada tes statistic dipereh bahwa data berdistribusi tidak normal
sehingga menggunakan wilcoxon dan di peroleh bahwa ( 0.001 or p < 0.005). Upaya
mewujudkan lansia memiliki kualitas hidup yang baik dibutuhkan pengetahuan terkait
kondisi lansia fisoterapi berperan dalam tindakan preventif pada kesehatan lansia sehingga
berperan meningkatkan kualitas hidup lansia dan kemandirian lansia.
Kata kunci: deep breathing, lansia, dan saturasi oksigen.

ABSTRACT
STUDY PROGRAM S1 PHYSIOTHERAPHY
FACULTY OF HEALTH
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA
THESIS, May 2014
32 Pages
PRI HADI SANTOSO

ACUTE EFFECTS ON THE VALUE OF DEEP BREATHING EXERCISE OXYGEN
IN ELDERLY SATURATION

(Supervised By: Isnaini Herath, SST. Ft, M.Sc and Wahyu, SSt.Ft, Kes)
The success of health development in Indonesia has increasing of life expectancy and the
number of people aged over 60 years. The increasing number of population and life
expectation of the elderly will result health problem correlated with decrease of immune and
aging process. Elderly who suffer respiratory muscle atrophy, decreased of lung recoil
elasticity, trachea stiffness and central airway stiffness, decrease of pulmonary compliance,
alveolar duct enlargement and change of respiratory rate results in the effect on oxygen
saturation values. Deep breathing exercises affect alveolar stretch and stimulate surfactant
release which secreted by alveolar type II cell and than deacrease tension in alveolar suface.
The benefits of deep breathing is improve lung compliance and decrease the risk of lung
shrunk and avoid lung collapse. Deep breathing increased beta- adrenergic activity of the
respiratory tract and affect bronchi dilatation, inhibits the secretion of mucus, and exhale
better. Bronchi dilatation and amounth of oxygen entry will bind with haemoglobin as
oksihaemoglobin ( HbSO2 ) .
Method of the study was pra experimental with one group pre and post design. This study
was conducted in posyandu elderly ngugi waras benowo village karanganyar. Elderly
participated in this study with average of age was 65 years old. The oxygen saturation of

elderly was measured with pulse oximetry. Results of the study were known that there was a
effect deep breathing exercise to increase oxygen saturation in elderly.in statistical test The
data obtained were up normally distributed , statistical tests using the Wilcoxon ( 0.001 or p <
0.005) Efforts to achieve quality of life in elderly requires knowledges about elderly
condition. Physiotherapy contribute prenventive in elderly health condition that affect to
increase quality of life and the independen level in elderly.
Keywords : deep breathing, elderly, and oxygen saturation

Pendahuluan
Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di Indonesia membawa
dampak pada peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) dan jumlah penduduk
lanjut usia (lansia) yang berumur lebih dari 60 tahun. Peningkatan jumlah lansia
diikuti dengan peningkatan masalah kesehatan yang berkorelasi dengan
penurunan sistem tubuh dan proses penuaan (Sugeng dkk, 2013). Tahun 2013
penyakit kardiorespirasi maupun kardiovaskular merupakan penyebab utama dari
morbiditas dan mortalitas pada laki-laki maupun wanita usia ≥ 65 (American
heart assosciation, 2013).
Pada lansia terjadi artofi otot pernapasan, penurunan elastisitas recoil paru,
peningkatan ukuran, kekakuan trakea dan jalan napas pusat, compliance paru
serta pembesaran duktus alveolar yang mangakibatkan semakin besar gradien

tekanan transmural yang harus dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan
pengembangan paru yang normal agar tidak terjadi pertukaran gas yang lambat
dan mengganggu proses pengiriman oksigen jaringan (Stanley & Beare, 2007).
Deep breathing memberikan keuntungan untuk meningkatkan compliance paru
dan menurunkan paru menciut sehingga paru tidak mudah kolaps.
Kecepatan

pernapasan

yang

cenderung

berubah

pada

lansaia

mengakibatkan pengaruh pada nilai saturasi oksigen. Pernapasan pada lansia

cenderung meningkat. Dalam penelitian Bernardi et al pada tahun 1998, diperoleh
bahwa nilai saturasi oksigen lebih rendah pada saat bernapas spontan
dibandingkan Deep breathing.

Saturasi oksigen adalah ukuran seberapa banyak prosentase oksigen yang
mampu dibawa oleh hemoglobin. Deep breathing adalah suatu keadaan inspirasi
dan ekspirasi pernafasan dengan frekuensi pernafasan menjadi 6-10 kali permenit
sehingga terjadi peningkatan yang mengakibatkan regangan kardiopulmonari
(Izzo, 2008). Pada saat latihan deep breathing dilakukan akan menyebabkan
terjadinya peregangan alveolus. Peregangan alveolus ini akan merangsang
pengeluaran surfaktan yang disekresikan oleh sel-sel alveolus tipe II yang
mengakibatkan tegangan permukaan alveolus dapat diturunkan (Sherwood, 2001).
Deep breathing mengakibatkan paru-paru akan lebih banyak menerima oksigen,
jumlah oksigen yang masuk ke paru mempengaruhi kerja tubuh atau jaringan
(Lueckenotte, 1998). Sehingga dapat mempengaruhi nilai saturasi oksigen.
Bahkan dalam penelitian disebutkan bahwa deeep breathing selama 2-5 menit
terjadi peningkatan signifikan terhadap kemampuan fungsi paru sesaat setelah
diberikan (Sivakumaar, 2011). Deep breathing dapat merubah mekanisme
pernapasan yang cenderung berubah karena proses penuaan pada lansia.
Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek akut
deep breathing exercise terhadap nilai saturasi oksigen pada lanjut usia.

Landasan Teori
Pada lansia mengalami artrofi otot-otot pernapasan, penurunan elastisitas
recoil paru serta bembesaran duktus hal ini mengakibatkan meningkatnya
gradien tekakan transmural yang harus di bentuk selama inspirasi untuk
menghasilkan pengembangan paru yang yang normal agar pertukaran gas dan
oksigenasi ke jaringan tidak terganggu (Stanley & Beare, 2007). Akibat adanya
kondisi tersebut pada sebagian lanisa terjadi penurunan konsentrasi oksigenasi
pada darah periver yang berada di bawah normal yakni < 95%.
Pada saat pemberian deep breathing exercise dilakukan akan menyebabkan
terjadinya peregangan alveolus. Peregangan alveolus ini akan merangsang
pengeluaran surfaktan yang disekresikan oleh sel-sel alveolus tipe II yang
mengakibatkan tegangan permukaan alveolus dapat diturunkan. Dengan
menurunkan tegangan permukaan alveolus, memberikan keuntungan untuk
meningkatkan compliance paru dan menurunkan resiko paru menciut sehingga
paru tidak mudah kolaps (Sherwood, 2001). Deep breathing exercise juga akan
mengakibatkan meningkatnya aktifitas beta adrenergik saluran pernafasan yang
menyebabkan terjadinya dilatasi bronkus dan menghambat sekresi mukus,

sehingga paru dapat memasukkan dan mengeluarkan udara dengan lebih baik.
Terjadinya dilatasi pada bronkus dan masuknya jumlah oksigen yang banyak
tersebut akan berikatan dengan hemoglibin sebagai oksiohemoglobin (HbSO2)
(Lueckenotte,1998).

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode pra eksperimental dengan
menggunakan rancangan pre-test dan post-test design.
Hasil dan Pembahasan
Potter & Perry (2005) lansia dimulai antara usia 65 tahun dan 75 tahun.
Stanley & Beare (2007) menyatakan bahwa pada lansia terjadi atrofi otot
pernapasan, penurunan elastisitas recoil paru, peningkatan ukuran, kekakuan
trakea dan jalan napas pusat, compliance paru serta pembesaran duktus alveolar
yang mengakibatkan semakin besar gradien tekanan transmural yang harus
dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal
agar tidak terjadi pertukaran gas yang lambat dan mengganggu proses pengiriman
oksigen jaringan.
Kecepatan pernapasan yang cenderung berubah pada lansia mengakibatkan
pengaruh pada nilai saturasi oksigen. Pernapasan pada lansia cenderung

meningkat. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Bernardi
et al pada tahun 1998, diperoleh bahwa nilai saturasi oksigen lebih rendah pada
saat bernapas spontan dibandingkan Deep breathing.
Saturasi oksigen (SaO2) adalah ukuran seberapa banyak prosentasi oksigen
yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Saturasi O2 normal adalah 96 % hingga 98
% sesuai dengan PaO2 yang berkadar sekitar 80 mmHg hingga 100 mmHg (Price
& Wilson, 2006).

Deep breathing merupakan pernapasan dengan tehnik bernapas secara
perlahan dan dalam, menggunakan otot bantu napas, sehingga memungkinkan
abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh, dengan demikian
jumlah udara yang masuk ke dalam paru-parupun akan menjadi lebih banyak
(Smeltzer, et al, 2008). Tujuan deep breathing exercise yaitu: a) untuk mencapai
ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi kerja pernapasan; b)
meningkatkan inflasi alveolar agar maksimal, relaksasi otot dan menghilangkan
ansietas; c) mencegah pola aktifitas otot pernapasan yang tidak berguna,
melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang terperangkap serta
mengurangi kerja bernafas (Smeltzer et al, 2008).
Deep breathing exercise juga akan mengakibatkan meningkatnya aktifitas
beta adrenergik saluran pernafasan yang menyebabkan terjadinya dilatasi

bronkus dan menghambat sekresi mukus, sehingga paru dapat memasukkan dan
mengeluarkan udara dengan lebih baik. Terjadinya dilatasi pada bronkus dan
masuknya jumlah oksigen yang banyak tersebut akan berikatan dengan
hemoglibin sebagai oksiohemoglobin (HbSO2) (Lueckenotte,1998).
Penelitian yang dilakukan selama 1 hari ini mengukur jumlah saturasi
oksigen sebelum dan sesudah pemberian deep breathing exercise, latihan
diberikan selama 3 menit dengan deep breathing 6 kali permenit. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sivakumaar (2011)
menyatakan bahwa

yang

deeep breathing selama 2-5 menit memiliki efek akut

terhadap peningkatan yang signifikan pada kemampuan fungsi paru sesaat

setelah diberikan sehingga dapat mempengaruhi nilai saturasi oksigen. Penelitian
yang dilakukan Sivakumar (2011) ini juga menerangkan bahwa deep breathing
exercise akan merangsang pengeluran surfaktan yang di sekresikan oleh sel-sel
alveolus tipe II . Keluarnya surfaktan tersebut akan mengakibatkan tegangan

permukan pada alveolus dapat diturunkan (Sherwood, 2001). Menurut Bilo et al
(2012) sebagian besar perbaikan oksigenasi darah hilang dalam waktu 5 menit
setelah pemulihan pola pernapasan spontan, dan tidak ada perbedaan
dibandingkan dengan awal setelah 30 menit .
Dafatar Pustaka
Anette Giesler Lueckenotte. 1998. Pengkajian Gerontologi edisi 2. Jakarta. EGC.
BKKBN, Keluarga Berencana Dan Hubungan Dengan Kehidupan Sosial Ekonomi
Dan Budaya, Pusdiklat BKKBN, Jakarta, 1998.
Depkes RI. 1999. Pedoman Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan.
Depsos. 2012. Perkembangan Lanjut Usia di Indonesia. (On Line). From
Kementerian Sosial Republik Indonesia. URL:
http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=16984.
Diakses 29 Agustus 2013
Diana Lyrawati & Ni Luh Made Agustini Leonita. 2012. Sistem Pernafasan:
Assasement, patofisiologi dan Terapi Gangguan Pernafasan. Buku ajar PSFFKUB Universitas Brawijaya. Malang.
Enright PL, Kronmal RA, Manolio TA, et al. 1994. Respiratory muscle strength in
the elderly. Am J Respir Crit Care Med, 149:430-8.
Estenne M, Yernault JC, De Troyer A. 2005. Rib cage and diaphragm-abdomen
compliance in humans: effects of age and posture. J Appl Physiol
1985;59:1842–8.
Gillooly M, & Lamb D. 1993. Airspace size in lungs of lifelong non-smokers: effect
of age and sex. Thorax, 48:39-43.

Grzegorz Bilo, Miriam Revera, Maurizio Bussotti, et al. 2012. Effects of Slow Deep
Breathing at High Altitude on Oxygen Saturation, Pulmonary and Systemic
Hemodynamics.
PLoS
ONE
7(11):
e49074.
doi:10.1371/journal.pone.0049074.
Gulshan Sharma & James Goodwin. 2006. Effect of aging on respiratory system
physiology and immunology. 1Division of Allergy, Pulmonary, Immunology,
Critical Care, and Sleep (APICS), Department of Internal Medicine,
University of Texas Medical Branch, Galveston, TX, USA; 2Division of
Geriatrics, Department of Medicine, University of Texas Medical Branch,
Galveston, TX, USA.
Izzo, Joseph L,. Sica, Domenic,. & Black, Hendry R. 2008. Hypertension Primer:
The essentials of High Blood Pressure Basic Science, Population Science, and
Clinical Management, Edisi ke-4. Philadelphia. USA. Lippincott Williams &
Wilkins. Hal 138.
Jean & Paul Janssens, MD. 2005. Aging of the Respiratory System: Impact on
Pulmonary Function Tests and Adaptation to Exertion. Outpatient Section of
the Division of Pulmonary Diseases, Geneva University Hospital, 1211
Geneva 14, Switzerland.
Knudson RJ, Lebowitz MD, Holberg, CJ, et al. 1983. Changes in the normal maximal
expiratory flow-volume curve with growth and aging. Am Rev Respir Dis,127:
725 - 34.
Kozier B., Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
Lauralee Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta:
EGC
Luciano Bernardi, Giammario Spadacini, Jerzy Bellwon, Ramiz Hajric, Helmut
Roskamm, & Axel W Frey. 1998. Effect of breathing rate on oxygen
saturation and exercise performance in chronic heart failure. Department of
Internal Medicine, IRCCS S Matteo, University of Pavia, Pavia, 27100, Italy.
Maria Widijanti Sugeng, Merryana Adriani, & Bambang Wirjatmadi. 2013.
Hubungan serum seng dengan jumlah CD4 pada lansia di Panti Jompo. Jurnal
Gizi Indonesia. Vol. 2, No. 1, Desember 2014: 1-5.
Mubarak, dan Wahid Iqbal. 2006. Buku Ajar Kepatuhan Dasar Manusia Teori Dan
Aplikasi dalam Praktek. Jakarta. EGC
Older Americans and Cardiovascular Disiase :Statistic Fact Sheet. 2013. Update di
akses www.ahajournals.org. Diakses 6 Februari 2014

Potter, P. A., & Perry, A. G. 2002. Buku Ajar Fundamental : konsep, proses, dan
praktik. Jakarta : EGC
Potter, P. A., & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses & Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC
Price, S.A. & Wilson, L.M. 2006. Pathophysiology: clinical concepts of disease
process. 6 edition, Elsevier Science. Jakarta : EGC
Restina Yeni. 2006. Efektifitas Relaksasi Progresif Terhadap Peningkatan Kualitas
Tidur Lansia di Panti Whera Pengayoman: UNDIP, Semarang.
Sivakumar G., Krishnamoorthi Prabhu, Rekha Baliga, M. Kirtina Pai & S.
Manjunatha. 2011. Acute Efects of Deep Breathing for a Short Duration (2-10
Minutes) on Pulmonary Functions in Healthy Young Volunteers. Department
of Physiology, Kasturba Medical College, Manipal Manipal University,
Manipal Udupi – 576104, Karnataka
Smeltzer & Suzanne. 2008. Buku Ajar Keperwatan Medika bedah Brunner dan
Sudarth, edisi 8 volume 2. Jakarta. EGC
Stanley M & Beare. P. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Stanley M dan Beare P. G. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta:
EGC
Toa. L & Kendall. K. 2013. Sinopsis Organ System Pulmonologi. Tangerang
Selatan: Karisma.
Tolep K, Higgins N, Muza S, et al. 1995. Comparison of diaphragm strength between
healthy adult elderly and young men. Am J Respir Crit Care Med, 152:67782.
Westerdahl, E., Linmark, B., Ericksson, T., Friberg, O., Hedenstierna, G. & Tenling,
A. 2005. Deep breathing exercises reduce atelectasis and improve pulmonary
function after coronary artery bypass surgery.
http://chestjournal.chestpubs.org/content/12 8/5/3482.full.html. diperoleh 12
Pebruari 2014.
Workman & Ignatavicius. 2006. Medical Surgical Nursing Critical Thinking for
Collaborative Care, Vol.5. Fifth edition. Elsevier Saunders.
Xu X, Laird N, & Dockery DW, et al. 1995. Age, period, and cohort effects on
pulmonary function in a 24-year longitudinal study. Am J Epid

Dokumen yang terkait

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP INSOMNIA PADA WANITA MENOPAUSE Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Insomnia Pada Wanita Menopause.

2 3 17

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP INSOMNIA PADA WANITA MENOPAUSE Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Insomnia Pada Wanita Menopause.

0 7 17

PENDAHULUAN Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Insomnia Pada Wanita Menopause.

0 2 6

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP NYERI HAID PRIMER PADA MAHASISWI S1 FISIOTERAPI UNIVERSITAS Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Nyeri Haid Primer Pada Mahasiswi S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

7 22 13

EFEK AKUT DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP NILAI SATURASI OKSIGEN PADA Efek Akut Deep Breathing Exercise Terhadap Nilai Saturasi Oksigen Pada Lansia.

0 4 14

PENDAHULUAN Efek Akut Deep Breathing Exercise Terhadap Nilai Saturasi Oksigen Pada Lansia.

0 1 5

Daftar Pustaka Efek Akut Deep Breathing Exercise Terhadap Nilai Saturasi Oksigen Pada Lansia.

0 2 4

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA PENDERITA ASMA BRONKHIAL Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Nilai Arus Puncak Ekspirasi Pada Penderita Asma Bronkhial.

0 1 13

PENDAHULUAN Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Nilai Arus Puncak Ekspirasi Pada Penderita Asma Bronkhial.

0 2 5

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA PENDERITA Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Nilai Arus Puncak Ekspirasi Pada Penderita Asma Bronkhial.

0 1 10