PENDAHULUAN Pengelolaan Pembelajaran Berbasis E-Learning Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Di Smp Negeri 5 Yogyakarta.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat beberapa
tahun terakhir menjadi perhatian berbagai pihak. Arus informasi begitu cepat
berubah sehingga menuntut kita untuk bersikap aktif dalam menghadapi
perubahan tersebut. Wujud nyata perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi adalah internet. Hampir semua aspek kehidupan tidak luput dari
jangkauan internet, baik instansi pemerintah maupun swasta. Semua aspek
kehidupan sudah menggunakan internet untuk mendukung kelancaran perolehan
informasi yang serba cepat.
Persaingan yang makin tinggi pada masa mendatang menuntut peningkatan
kemampuan penguasaan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
untuk menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan.
Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK) sudah menjadi bagian yang sulit
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Keberadaan TIK memudahkan semua
proses kehidupan menjadi lebih cepat, lebih efisien, dan lebih akurat. Demikian
pula pemanfaatan TIK di dunia pendidikan, yaitu dalam proses belajar-mengajar
baik jarak jauh (distance learning). Aplikasi e-learning bukan merupakan hal
baru lagi di dunia pendidikan. Proses belajar-mengajar tidak lagi mengenal

keterbatasan ruang dan waktu. TIK memungkinkan terjadinya knowlegde sharing
1

2

melalui e-book dan e-library. Pemanfaatan kemajuan TIK akan semakin
mendekatkan sumber informasi kepada guru dan peserta didik sehingga mereka
memperoleh kemudahan mengakses informasi dari berbagai sumber, khususnya
yang

berkaitan

dengan

materi

paling

mutakhir


di

bidang

pendidikan/pembelajaran. Oleh karena itu, kemajuan TIK diharapkan dapat
membantu para pengembang pembelajaran (instructional developers) dan guru
untuk menyusun dan menyajikan materi pelajaran yang lebih berkualitas dan
variatif dalam rangka menunjang usaha peningkatan mutu pendidikan nasional.
Berdasarkan Renstra Depdiknas tahun 2010-2014, Pemerintah berusaha
mengoptimalkan penggunaan TIK yang tercermin dalam salah satu arah kebijakan
pembangunan pendidikan nasional yaitu Penerapan TIK untuk e-Pembelajaran
dan

e-Administrasi. Pendayagunaan TIK diyakini dapat menunjang upaya

peningkatan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, dan
daya saing pendidikan, serta tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik
pendidikan. Sedangkan arah kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu dan daya saing pendidikan adalah pendidikan bertaraf
internasional. Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa
pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya
satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan
menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Karakteristik pendidikan

3

bertaraf internasional adalah proses dan lulusan pendidikan minimal setara
dengan sekolah dan perguruan tinggi di negara-negara maju.
Pasal 5 ayat 2 Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) pada Jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa proses pembelajaran kelas SBI
menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan
komunikasi, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan kontekstual. Pada pasal 6
ayat 2 menyebutkan bahwa seluruh pendidik mampu memfasilitasi pembelajaran
berbasis TIK. Pasal 10 ayat 2 mengamanatkan bahwa setiap ruang kelas SBI
dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK, serta Pasal 10 ayat 3
mengamanatkan bahwa SBI memiliki perpustakaan yang dilengkapi dengan
sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran ke seluruh dunia
(e-library). Permendiknas tersebut menjadi pedoman bahwa pemanfaatan TIK

dalam proses pembelajaran kelas SBI memang wajib. Oleh karena itu,
penggunaan TIK harus maksimal agar mampu meningkatkan mutu proses
pembelajaran kelas SBI.
Mulai tahun 2006 Depdiknas berkomitmen untuk menerapkan TIK secara
massal, baik untuk keperluan e-pembelajaran maupun e-administrasi. Penerapan
TIK secara besar-besaran tersebut ditandai dengan dioperasikannya Jejaring
Pendidikan Nasional (Jardiknas) untuk mensosialisasikan berbagai kebijakan
terbaru Depdiknas ataupun modul-modul pembelajaran. Jardiknas merupakan

4

intranet/Wide Area Network (WAN) yang menghubungkan antara simpul
pendidikan di seluruh Indonesia/Nasional yang terdiri dari 4 zona jaringan,
meliputi: Zona Kantor Dinas/Insitusi: Transaksi data online Sistem Informasi
Manajemen Pendidikan, Zona Perguruan Tinggi (INHERENT): Riset dan
Pengembangan IPTEKS, Zona Sekolah (SchoolNet): Akses Informasi dan ELearning Sekolah, Zona Personal (Guru dan Siswa): Akses Informasi dan ELearning Personal.
Visi Jardiknas adalah mencerdaskan bangsa, sedangkan misinya adalah
mengintegrasikan sistem pendidikan nasional ke dalam sistem pembelajaran dan
administrasi abad 21 yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(digital). Adapun tujuan Jardiknas adalah

a. Melayani e-Administrasi di lingkungan Depdiknas Pusat dan satker-satker
terkait di dalam (daerah) maupun di luar negeri.
b. Melayani e-Pembelajaran di jenjang pendidikan dasar dan menengah
maupun pendidikan tinggi.
Pada tahun 2008, Jardiknas telah menghubungkan kantor Depdiknas pusat
di Jakarta dengan lebih dari 15.000 sekolah, 82 Pergurun Tinggi Negeri (PTN),
133 Perguruan Tinggi Swasta (PTS), 37 Unit Pendidikan Belajar Jarak Jauh
(UPBJJ) Universitas Terbuka, 34 Dinas Pendidikan Provinsi, 461 Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, 31 Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP),
2 Pusat Pengembangan Pendidikan Nonformal Dan Informal (PPPNFI), 7 Balai

5

Pengembangan Pendidikan Nonformal Dan Informal (BPPNFI), 16 Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), 60 Sanggar Kegiatan Belajar (SKB),
17 Balai/Kantor Bahasa, dan 17 Kantor/Balai Teknologi Informasi dan
Komunikasi

Pendidikan


(BTKP)

(http://jardiknas.depdiknas.go.id/index.php/tentang-kami).
Depdiknas

melalui

Pusat

Teknologi

Informasi

dan

Komunikasi

Pendidikan (Pustekkom) mencanangkan program schoolnet yaitu internet gratis
yang diberikan ke beberapa sekolah di Indonesia untuk mewujudkan epembelajaran. Jumlah sekolah yang telah terkoneksi internet hingga 31 Januari
2010 mencapai 25.580 sekolah, baik SD, SMP dan SMA sederajat di seluruh

wilayah

Indonesia. Berdasarkan peta schoolnet

Pustekkom

Kementrian

Pendidikan Nasional tahun 2009, diketahui bahwa jumlah sekolah penerima
schoolnet di Yogyakarta mencapai 379 sekolah, terdiri dari 63 SMA, 50 SMK, 11
MA, 40 SMP, 14 MTs, 198 SD, dan 3 MI.
Adapun penerapan e-administrasi di Yogyakarta sudah diwujudkan
dengan adanya Blue Print Jogja Cyber Province yang diatur dalam Peraturan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 42 Tahun 2006. Jogja Cyber
Province

merupakan

bentuk


implementasi

Electronic

Government

(e-

Government) yang dikembangkan guna mendorong pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi seluas-luasnya bagi masyarakat dan pemerintah dalam
rangka meningkatkan interaksi satu dengan yang lainnya. Jogja Cyber Province

6

adalah model provinsi yang melakukan transformasi layanan berorientasi
pelanggan (masyarakat) berbasis pada proses bisnis, informasi, dan pengetahuan
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai akselerator
pembangunan wilayah propinsi yang berdaya saing, nyaman, mandiri, efisien, dan
efektif. (http://www.pendidikan-diy.go.id/)

Langkah awal untuk mewujudkan Jogja Cyber Province adalah
implementasi Digital Government Services (DGS) atau pelayanan kepada
masyarakat didukung oleh teknologi yang menyediakan data dan informasi yang
bersifat digital. Pengembangan DGS adalah inisiatif yang dikembangkan guna
mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang seluas-luasnya
bagi masyarakat dan Pemerintah dalam rangka meningkatkan interaksi satu
dengan yang lainnya, sehingga diharapkan dapat mengakselerasi upaya
peningkatan taraf hidup dan daya saing Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Implementasi DGS pada bidang pendidikan di Daerah Istimewa
Yogyakarta berupa “DIY Learning Gateway” atau “Gerbang Pembelajaran”.
Dinas Pendidikan Propinsi DIY memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk
mendapat kesempatan menikmati pendidikan yang baik (khususnya tingkat dasar,
menengah dan pendidikan luar sekolah), memberikan fasilitas bagi para guru
untuk mengembangkan profesinya serta memberikan fasilitas kepada semua insan
pendidikan (orang tua/wali murid, dewan pendidikan, praktisi, dan sebagainya)
untuk berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan di DIY. Jogja

7

Learning Gateway yang diberi nama "jogjabelajar.org" adalah portal belajar


bagi masyarakat pendidikan di DIY. Keberadaan portal ini dapat dijadikan
sebagai sarana belajar online tanpa mengenal batas, ruang, dan waktu. Para
pendidik mulai dari SD, SMP, SMA, dan, SMK serta Pendidikan non Formal
(Luar Sekolah) dipersilakan memberikan kontribusi dalam memperkaya materi
pembelajaran dan memperluas perannya tidak hanya di sekolahnya sendiri tetapi
ke seluruh sekolah di DIY secara virtual. Peserta didik SD, SMP, SMA, dan SMK
serta pendidikan-pendidikan non formal (luar sekolah) dipersilakan untuk
memanfaatkan layanan ini sebagai media pembelajaran baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Masyarakat umum dapat memberikan saran, komentar, dan
memanfaatkan

layanan

ini

secara

maksimal.


(http://www.jogjabelajar.org/mod/resource/view.php?id=74 )
Banyaknya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di bidang
pendidikan di wilayah Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar mendorong
penulis untuk mengkaji lebih detail penggunaan TIK dalam pembelajaran
khususnya e-learning. E-learning merupakan singkatan dari Electronic Learning,
yaitu cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media
elektronik

khususnya

internet

sebagai

sistem

pembelajaran.

E-learning

memungkinkan siswa mengakses materi kapan pun dan dimana pun tanpa terikat
batas ruang dan waktu. Guru pun tetap dapat memantau kemajuan belajar para

8

siswanya.

Adanya

e-learning

diharapkan

mampu

meningkatkan

mutu

pembelajaran di suatu sekolah melalui berbagai variasi metode pembelajaran.
Meskipun e-learning memungkinkan siswa memperoleh materi secara
mandiri, bukan berarti menggantikan peran guru sepenuhnya, karena essensi dari
proses pembelajaran bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik siswa. Maka
dari itu, keberadaan guru tetap dibutuhkan untuk mendidik siswa tentang nilainilai kehidupan. Kombinasi antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran
melalui e-learning perlu dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu proses
pembelajaran. Namun, belum semua sekolah menerapkan e-learning untuk proses
pembelajaran.

Sekolah-sekolah

tertentu

menggunakan

e-learning

karena

menyadari manfaat e-learning dapat mendukung program unggulan sekolahnya.
Beberapa sekolah di Yogyakarta memiliki program unggulan yaitu kelas
akselerasi (percepatan) dan kelas Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang
membutuhkan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi.
. Pembelajaran yang dilaksanakan kelas SBI berpusat pada siswa, efektif,
efisien, kontekstual, dan menyenangkan dengan memanfaatkan TIK dengan
bahasa pengantar bahasa Inggris untuk mata pelajaran matematika, IPA dan IPS.
Dengan demikian, proses pembelajaran kelas SBI sangat membutuhkan elearning. SMP Negeri 5 Yogyakarta sebagai salah satu sekolah yang

menyelenggarakan kelas SBI berusaha mengelola e-learning yang dimiliki secara

9

maksimal untuk mendukung kelancaran dan peningkatan mutu proses
pembelajaran kelas SBI.
Gambaran jelas tentang program RSBI yang dilaksanakan di SMP Negeri
5 Yogyakarta dapat dilihat pada stuktur organisasi sekolah berikut ini.
STRUKTUR ORGANISASI
SMP NEGERI 5 YOGYAKARTA
KOMITE
SEKOLAH

KEPALA SEKOLAH

KONSULTAN
MUTU

WAKA SEKOLAH
URS. TATA USAHA

URS. AKADEMIK




URS. KESISWAAN

URS. HUMAS

Unit Penunjang

Reguler
Akselera
si
RSBI

GURU MP

URS. SARANA







WALI KELAS


SISWA
Garis
komando
Garis
Gambar 1: Struktur organisasi sekolah

Kepala Lab.
Elektonika
Kepala Lab.
Bahasa
Kepala Lab. IT.
GURU BK

LITBANG/M
M

10

Dari struktur organisasi SMP Negeri 5 Yogyakarta diatas dapat diketahui bahwa
program kelas RSBI berada dibawah naungan wakil kepala sekolah urusan akademik
bersama dengan program reguler dan akselerasi. Tiap program memiliki unit layanan
khusus yang dipimpin oleh ketua jurusan, misalnya jurusan RSBI dan jurusan
akselerasi. Hal ini bertujuan untuk memudahkan administrasi peserta didik tiap
program. Pada struktur diatas menggunakan nama SBI karena SMP Negeri 5
Yogyakarta masih berstatus SBI yang belum semua kelas dilaksanakan berdasarkan
standar internasional. Dasar pengembangan program RSBI di SMP Negeri 5
Yogyakarta

adalah

Surat

Keputusan

Direktorat

Pembinaan

SMP

Nomor

543/C3/KEP/2007 tertanggal 14 Maret 2007, yang menetapkan SMP Negeri 5
Yogyakarta sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Kelas RSBI sudah
dilaksanakan sejak tahun pelajaran 2007/2008, dengan 48 peserta didik yang dibagi
menjadi 2 kelas. Pada tahun pelajaran 2008/2009, kelas rintisan RSBI SMP Negeri 5
Yogyakarta akan menerima 120 peserta didik yang dibagi menjadi 4 rombongan
belajar. Hingga saat ini jumlah peserta didik RSBI secara keseluruhan mencapai 247
peserta didik yang terbagi menjadi 10 kelas. Kelas VII RSBI terdiri dari 5 rombongan
belajar, Kelas VIII RSBI terdiri dari 3 rombongan belajar, dan kelas IX RSBI terdiri
dari 2 rombongan belajar. Adapun jumlah tenaga pendidik untuk kelas RSBI adalah
49 orang. (http://smpn5yogyakarta.sch.id/site.php).
Hasil observasi peneliti di SMP Negeri 5 Yogyakarta mengungkapkan
bahwa

e-learning dapat menunjang peningkatan mutu proses pembelajaran di

11

suatu sekolah apabila didukung dengan infrastruktur yang memadai. Namun
kenyataan yang ada, kecepatan akses internet di lingkungan SMP Negeri 5
Yogyakarta masih lambat sehingga menghambat peserta didik RSBI dalam
memanfaatkan e-learning. Antusiasme dan keterlibatan pengguna e-learning juga
faktor penting untuk keberadaan e-learning.

E-learning di SMP Negeri 5

Yogyakarta ditujukan untuk semua peserta didik, baik program reguler, akselerasi
maupun RSBI. Tetapi belum semua peserta didik menggunakan fasilitas elearning tersebut. Sebuah fasilitas akan sia-sia apabila penggunanya tidak

memiliki kesadaran untuk memanfaatkan, baik dari pihak pendidik maupun
peserta didik. Begitu pula pendidik dan peserta didik pada kelas RSBI di SMP
Negeri 5 Yogyakarta. Hal ini terjadi karena penggunaan e-learning menuntut
kemampuan mengoperasikan komputer dan internet. Tidak dapat dipungkiri
bahwa kemampuan pendidik maupun peserta didik kelas RSBI di SMP Negeri 5
Yogyakarta berbeda satu sama lain dalam hal penguasaan teknologi komunikasi
dan informasi. Selain itu, paradigma pendidik kelas RSBI di SMP Negeri 5
Yogyakarta tentang pembelajaran klasikal menuju pembelajaran digital masih
sulit diubah meskipun e-learning bersifat pendukung proses pembelajaran bukan
menggantikan peran pendidik di kelas.
E-learning diupayakan untuk menyajikan materi pembelajaran secara

menarik, dilengkapi dengan penugasan atau soal-soal untuk mengukur
kemampuan pemahaman peserta didik kelas RSBI di SMP Negei 5 Yogyakarta

12

tentang konsep-konsep mata pelajaran yang telah diajarkan oleh pendidik. Maka,
peran pendidik kelas RSBI adalah mendesain isi e-learning sebaik mungkin agar
peserta didik kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta memahami materi secara
mandiri dan memahami bagaimana cara mengerjakan soal-soal tersebut dengan
memberikan instruksi yang jelas. Namun belum semua pendidik kelas RSBI di
SMP Negeri 5 Yogyakarta mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk
membuat isi e-learning secara menarik, mereka lebih mengandalkan pengelola elearning untuk memperbaharui isi e-learning. Sedangkan pendidik menyerahkan

bahan mentahya saja, mengingat beban mengajar mereka cukup bervariasi antar
satu pendidik dengan pendidik yang lain. Selain itu, masih ada perbedaan
pendapat antar pendidik tentang konsep penyajian materi di e-learning. Sebagian
pendidik berpendapat bahwa e-learning disajikan berdasarkan kelompok mata
pelajaran, sebagian pendidik yang lain berpendapat bahwa e-learning sebaiknya
disajikan berdasarkan kelompok kelas.
Pencapaian mutu proses pembelajaran yang baik memerlukan e-learning
yang berkualitas. Adapun kualitas e-learning dapat dilihat dari beberapa aspek
pendukung diantaranya kebijakan sekolah yang mengatur pemanfaatan e-learning
dalam proses pembelajaran, pemahaman dan penguasaan pendidik, pemahaman
dan penguasaan peserta didik, serta kesiapan infrastuktur pendukung e-learning
meliputi sofware, hardware dan brainware.

13

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan

pembatasan masalah di atas yang disesuaikan dengan

ruang

lingkup permasalahan yang akan diteliti. Maka fokus dalam penelitian ini
adalah: bagaimana pengelolaan e-learning di kelas SBI SMP 5 Yogyakarta ?
Fokus tersebut dapat dirumuskan menjadi sub fokus sebagai berikut:
1. Bagaimana kebijakan sekolah yang mengatur pemanfaatan e-learning untuk
kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta?
2. Bagaimana pemahaman dan penguasaan guru RSBI dalam memanfaatkan elearning di SMP Negeri 5 Yogyakarta?

3. Bagaimana pemahaman dan penguasaan siswa RSBI dalam memanfaatkan elearning di SMP Negeri 5 Yogyakarta?

4. Bagaimana kesiapan infrastruktur e-learning untuk pemanfaatan e-learning di
kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta?
5. Bagaimana penyelenggaraan e-learning pada proses pembelajaran kelas RSBI
di SMP Negeri 5 Yogyakarta?
6. Bagaimana

dampak

e-learning

terhadap

peningkatan

mutu

proses

pembelajaran siswa RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
1. Kebijakan sekolah yang mengatur pemanfaatan e-learning untuk kelas
RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta.
2. Pemahaman dan penguasaan guru SBI dalam memanfaatkan e-learning di
SMP Negeri 5 Yogyakarta.
3. Pemahaman dan penguasaan siswa SBI dalam memanfaatkan e-learning di
SMP Negeri 5 Yogyakarta.
4. Kesiapan infrastruktur e-learning untuk pemanfaatan e-learning di kelas
RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta.

14

5. Penyelenggaraan e-learning pada proses pembelajaran kelas RSBI di SMP
Negeri 5 Yogyakarta.
6. Dampak e-learning terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran siswa
RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat teoritis
Memberikan wawasan tentang penyelenggaraan e-learning sebagai salah satu
media pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran di
Sekolah Bertaraf Internasional.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
kepala

sekolah,

guru,

pengelola

e-learning

dan

siswa

dalam

penyelenggaraan e-learning untuk proses pembelajaran kelas RSBI agar
mutu pembelajaran dapat ditingkatkan.
b. Peneliti Selanjutnya
Memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait tentang pengelolaan elearning , sehingga dapat menjadi acuan untuk perbaikan pengelolaan e-

learning bagi kelas RSBI di masa mendatang.

15

Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF PENGELOLAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ( Studi Pelaksanaan Rintisan SBI SMA Negeri 1 Boyolali).

0 1 11

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MIPA BILINGUALBAGI SISWA DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Pengelolaan Pembelajaran MIPA Bilingual bagi siswa di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Situs di SMP Negeri 2 Purwokerto).

0 1 19

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Pengelolaan Pembelajaran Berbasis E-Learning Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Di Smp Negeri 5 Yogyakarta.

0 0 16

METODE PENELITIAN Pengelolaan Pembelajaran Berbasis E-Learning Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Di Smp Negeri 5 Yogyakarta.

0 2 17

DAFTAR PUSTAKA Pengelolaan Pembelajaran Berbasis E-Learning Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Di Smp Negeri 5 Yogyakarta.

0 2 4

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Pengelolaan Pembelajaran Berbasis E-Learning Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Di Smp Negeri 5 Yogyakarta.

0 0 16

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) Pengelolaan Pembelajaran IPS Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Studi Situs di SMP Negeri 4 Surakarta).

0 0 18

PENDAHULUAN Pengelolaan Pembelajaran IPS Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Studi Situs di SMP Negeri 4 Surakarta).

0 1 15

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) Pengelolaan Pembelajaran IPS Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Studi Situs di SMP Negeri 4 Surakarta).

0 0 22

PEMANFAATAN E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN MUTU PROSES PEMBELAJARAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 YOGYAKARTA.

0 15 211