PENDAHULUAN Upaya Mengatasi Miskonsepsi Siswa Melalui Metode Pembelajaran Delikan (Dengar, Lihat, Kerjakan) Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap Smp Muhammadiyah 2 Surakarta.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di dalam suatu kegiatan pembelajaran sering kali terdapat berbagai
macam hambatan yang membuat kegiatan belajar mengajar menjadi
terganggu. Salah satu hambatan yang terjadi dalam proses pembelajaran
adalah konsep-konsep yang disampaikan oleh guru tidak dapat diterima oleh
peserta didik dengan baik atau sering disebut miskonsepsi. Miskonsepsi yang
dialami setiap siswa dalam satu kelas bisa berlainan satu dengan yang lain
dengan penyebab yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, sangat penting
bagi guru untuk mengenali miskonsepsi dan penyebabnya yang terjadi pada
siswa.
Menurut pandangan konstruktivisme, siswa mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri (Syaiful Sagala, 2006 : 88). Proses
konstruksi tersebut diperoleh melalui interaksi dengan benda, kejadian dan
lingkungan. Pada saat siswa berinteraksi dengan lingkungan belajarnya, siswa
mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalamannya. Oleh karena itu,
ketika proses konstruksi pengetahuan terjadi pada siswa, sangat besar
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses mengkonstruksi karena
secara alami siswa belum terbiasa mengkonstruksi pengetahuan sendiri secara

tepat. Apalagi jika tidak didampingi sumber informasi yang jelas dan akurat.

1

2

Aspek-aspek yang dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi
diantaranya adalah siswa itu sendiri, guru, dan metode pembelajaran yang
digunakan guru di kelas. Namun demikian, berdasarkan teori konstruktivisme
yang disampaikan di atas, aspek paling dominan yang menimbulkan
terjadinya miskonsepsi paling banyak disebabkan oleh siswa itu sendiri sebab
secara alami seseorang mengalami proses pembentukan pemahamannya
sendiri. Banyak siswa yang memiliki konsep awal atau prakonsepsi tentang
suatu konsep sebelum siswa tersebut mengikuti pembelajaran di sekolah.
Konsep awal tersebut diperoleh siswa dari pengalaman sehari-hari dan
informasi dari lingkungan sekitar siswa. Konsep awal itulah yang
mempengaruhi pemahaman siswa dan menyebabkan terjadi miskonsepsi.
Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Pada
umumnya siswa belajar melaui visual (apa yang dilihat atau diamati), auditori
(apa yang dapat didengar) atau kinestetik ( apa yang dapat digerakkan). Setiap

siswa memerlukan perlakuan yang berbeda sesuai dengan gaya belajarnya.
Maka tugas utama seorang guru adalah menyelenggarakan pembelajaran yang
baik dan berkualitas. Hal yang perlu dilakukan seorang guru adalah
mengenali dan memahami gaya belajar seluruh siswa yang diampunya dan
menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Metode pembelajaran sangat menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman
siswa terhadap materi atau konsep yang disampaikan oleh guru. Di samping
itu, metode pembelajaran yang tepat dan menarik akan membuat suasana
belajar mengajar menjadi nyaman sehingga memungkinkan setiap peserta

3

didik untuk mendapatkan sebuah situasi yang menjadikan mereka dapat
menerima materi dan konsep tersebut dengan benar.
Salah satu metode pembelajaran yang bisa diterapkan untuk mengatasi
miskonsepsi siswa adalah metode pembelajaran delikan (dengar, lihat,
kerjakan). Metode pembelajaran delikan menekankan kegiatan belajar siswa,
dimulai dari kegiatan mendengar, disusul dengan kegiatan melihat, dan
diakhiri dengan kegiatan mengerjakan. Tiga hal tersebut ada dalam satu
kesatuan yang tidak terpisahkan satu sama lain. Dalam metode ini, tugas guru

adalah

memberi

stimulasi

auditif

(pendengaran),

stimulasi

visual

(penglihatan), dan stimulasi motorik (pekerjaan) (Nana Sudjana, 1989 : 97).
Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut pembelajaran akan berlangsung
efektif dan efisien sehingga meminimalkan kemungkinan terjadinya
miskonsepsi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas terdapat
masalah yang berkaitan dengan mutu pendidikan matematika. Adapun
masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1.

Masih sering terjadinya miskonsepsi siswa di dalam kegiatan belajar
mengajar yang mengakibatkan pembelajaran menjadi tidak efektif.

2.

Ketepatan guru dalam memilih pendekatan dan metode pembelajaran
dalam menyampaikan suatu pokok bahasan yang mempengaruhi
miskonsepsi yang terjadi pada siswa.

4

C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hal-hal sebagai berikut.
1.


Pembelajaran menggunaan metode pembelajaran delikan.

2.

Miskonsepsi dalam proses pembelajaran dikhususkan pada kemampuan
siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa
lain, kemauan siswa dalam mengerjakan soal di depan kelas dan
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal sesuai dengan konsep yang
telah dipelajari.

3.

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas VIII A SMP Muhmmadiyah
2 Surakarta pada kompetensi kubus dan balok.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
mencoba

merumuskan


masalah

“Apakah

miskonsepsi

siswa

dalam

pembelajaran matematika dapat diatasi dengan metode pembelajaran
delikan?”

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
mengatasi miskonsepsi siswa dalam pembelajaran matematika melalui
penerapan metode pembelajaran delikan.

5


F. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berharap hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat konseptual terutama pada pembelajaran matematika. Di
samping itu dengan penelitian tersebut dapat meningkatkan mutu dari proses
pembelajaran matematika.
1.

Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat
sebagai salah satu alternatif bagi guru mata pelajaran matematika untuk
mengatasi miskonsepsi siswa dalam pembelajaran matematika melalui
penerapan metode pembelajaran delikan. Selain itu, penelitian ini
diharapkan akan menjadi referensi ilmiah untuk meneliti bidang studi
yang lain serta sebagai acuan penelitian berikutnya yang sejenis.

2.

Manfaat Praktis
Bagi


penulis,

dengan

penelitian

ini

penulis

memiliki

pengetahuan yang luas, ketrampilan dan pengalaman langsung dalam
menerapkan metode pembelajaran delikan.
Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternatif
dalam pembelajaran matematika untuk mengatasi miskonsepsi siswa,
memperbaiki dan meningkatkan kinerja serta profesionalitasnya sebagai
guru.
Bagi siswa, penelitian ini diharapkan akan memberi pengalaman

langsung dalam proses penerimaan materi ajar sehingga meminimalkan

6

terjadinya miskonsepsi dan pada akhirnya dapat membantu siswa untuk
mencapai hasil belajar yang optimal dalam pembelajaran matematika.

G. Definisi Operasional Istilah
Untuk menghindari kesalahan persepsi dari penelitian yang berjudul
“Upaya Mengatasi Miskonsepsi Siswa Melalui Metode Pembelajaran Delikan
Pada Siswa kelas VIII Semester Genap SMP Muhammadiyah 2 Surakarta ”,
maka penulis merasa perlu menyertakan definisi operasional istilah.
1.

Miskonsepsi Siswa
Novak (Suparno, 2005) menyatakan bahwa miskonsepsi
merupakan suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan
yang tidak dapat diterima. Sementara itu, Brown (Suparno, 2005)
menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan penjelasan yang salah dan
suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang diterima

para ahli. Feldshine (Suparno, 2005) menemukan miskonsepsi sebagai
suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa miskonsepsi siswa adalah suatu interpretasi konsep-konsep dalam
suatu pernyataan yang salah dan suatu gagasan yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah yang diterima para ahli yang terjadi pada siswa di
dalam proses pembelajaran.

7

2.

Metode Pembelajaran delikan
Metode pembelajaran delikan (dengar, lihat, kerjakan) adalah
metode pembelajaran yang menekankan kegiatan belajar siswa, dimulai
dari kegiatan mendengar, disusul dengan kegiatan melihat, dan diakhiri
dengan kegiatan mengerjakan. Tiga hal tersebut ada dalam satu kesatuan
yang tidak terpisahkan satu sama lain. Dalam metode ini, tugas guru
adalah memberi stimulasi auditif (pendengaran), stimulasi visual
(penglihatan), dan stimulasi motorik (pekerjaan) (Nana Sudjana, 1989 :

97).

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatan Kreativitas Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII Semester Genap Upaya Peningkatan Kreativitas Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII SMP

0 6 9

PENDAHULUAN Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Surakarta Tahun 2014/2015.

0 4 5

PENDAHULUAN Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Melalui Metode Inquiry Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013 Smp Muhammadiyah 5 Surakarta.

0 1 9

PENDAHULUAN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE BERPIKIR BERPASANGAN (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Surakarta).

0 0 6

PENDAHULUAN Penerapan Metode Snowball Drilling Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika (PTK di Kelas VIII Semester Genap SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012).

0 0 6

UPAYA MENGATASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DELIKAN (DENGAR, LIHAT, KERJAKAN) Upaya Mengatasi Miskonsepsi Siswa Melalui Metode Pembelajaran Delikan (Dengar, Lihat, Kerjakan) Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap Smp Muhammadiyah 2 Surak

0 0 16

UPAYA MENGATASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DELIKAN (DENGAR, LIHAT, KERJAKAN) Upaya Mengatasi Miskonsepsi Siswa Melalui Metode Pembelajaran Delikan (Dengar, Lihat, Kerjakan) Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap Smp Muhammadiyah 2 Surak

0 2 13

PENDAHULUAN Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Core (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) (PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas VIIB Semester Genap SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun 2011/2

0 0 8

PROFIL MISKONSEPSI SISWA KELAS VIII SMP N 8 SURAKARTA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014 PADA MATERI TEKANAN.

0 0 16

PENGARUH METODE DELIKAN (DENGAR, LIHAT, KERJAKAN) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS PESERTA DIDIK DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP - Raden Intan Repository

0 2 88