HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP DOKTER.

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

TANPA RESEP DOKTER

SKRIPSI

Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran

oleh :

HASNAL LAILY YARZA NO.BP. 1010312091

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG 2014


(2)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN LEVEL OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE TOWARDS THE USE OF ANTIBIOTICS WITHOUT

DOCTORS PRESCRIPTIONS BY: HASNAL LAILY YARZA

Antibiotics are medicine while use to infection disease. The high incidence of infectious diseases are resulting in higher use of antibiotics. Now many antibiotics are used without doctors prescription, whereas antibiotics must be used with doctors prescription and bought in drug strore. Use antibiotics without doctors prescription will be impact resistence. Because of that, the researchers has purpose to know the correlation between the level of knowledge, attitude as well as health insurance towards the use of antibiotics without doctors prescriptions in Kampung Seberang Pebayan RW IV Kelurahan Batang Arau Padang Selatan.

This research is conducted using cross sectional analytic study method with 152 people taken as a sample by using simple random sampling. The data analysis was based on univariate and bivariate analysis equipped with chi-square.

The result of the study shows that the use of antibiotics without doctors prescriptions is 52% and the use in accordance with the doctors prescriptions is 48%, the respondents' level of knowledge in both categories of antibiotics are 64.5% 35.5% good category and 35.5% less good category, the respondents' attitude towards the use of antibiotics without doctors prescriptions are 73.3% positive category and 26.3% negative category, used antibiotics by the people is 36.2% amoxicillin, 11.2% ampicillin, 2.6% tetracycline and 2.0% others, the reasons towards the use of antibiotics without doctors prescriptions are 45.4% willingly and 5.9% for shop owner suggestions, health insurance test results are 47.4% of the respondents have health insurance and 52.6% do not have health insurance.

Statistical test has been conducted by "Chi-Square". It shows that there is a significant correlation between attitude toward the use of antibiotics without doctors prescriptions (p ˂ 0.05), it shows that there is no significant correlation between the level of knowledge and the ownership of health insurance toward the use of antibiotics without doctors prescriptions (p ˂ 0.05).

Keywords : Knowledge Level, Attitude, Health Insurance and Antibiotics without doctors presription


(3)

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP DOKTER

OLEH : HASNAL LAILY YARZA

Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk penyakit infeksi. Tingginya insiden penyakit infeksi mengakibatkan tinggi pula penggunaan antibiotik. Namun sekarang ini banyak antibiotik digunakan tanpa resep dokter, padahal antibiotik seharusnya digunakan dengan resep dokter dan dibeli di apotik. Penggunaan antibiotik tanpa resep dokter ini akan menimbulkan resistensi. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat dengan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter di Kampung Seberang Pebayan RW IV Kelurahan Batang Arau Padang Selatan.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian cross sectional study analytic dengan sampel 152 orang yang diambil secara simple random sampling. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan chi square.

Dari penelitian diperoleh data distribusi frekuensi penggunaan antibiotik tanpa resep dokter ada sebesar 52% dan menggunakan sesuai dengan resep dokter 48%, tingkat pengetahuan responden terhadap antibiotik berada dalam kategori baik sebesar 64,5% dan kategori kurang baik 35,5%, sikap responden terhadap penggunaan antibiotik tanpa resep dokter kategori positif sebesar 73,3% dan negatif sebesar 26,3, antibiotik yang biasa digunakan oleh masyarakat yaitu amoxicilin 36,2%, ampicilin 11,2% tetraciyline 2,6% dan 2,0% lain-lain, alasan menggunnakan antibiotik tanpa resep dokter 45,4% karena keinginan sendiri dan 5,9% karena saran pemilik warung 5,9%, asuransi kesehatan terdapat 47,4% responden memiliki asuransi kesehatan dan 52,6% tidak memiliki asuransi kesehatan.

Hasil uji statistik chi square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter (p < 0,05), tetapi tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan kepemilikan asuransi kesehatan dengan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter (p > 0,05).

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Sikap, Asuransi Kesehatan dan Antibiotik tanpa resep dokter


(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemakaian antibiotik pada saat ini sangat tinggi, hal ini disebabkan penyakit infeksi masih mendominasi. Penyakit infeksi sekarang pembunuh terbesar di dunia anak-anak dan dewasa muda. Penyakit ini mencapai lebih dari 13 juta kematian per tahun di negara berkembang (WHO, 1999). Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak. Menurut Riskesdas tahun 2007 terdapat 28,1% penyakit infeksi di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Peresepan antibiotik di Indonesia yang cukup tinggi dan kurang bijak akan meningkatkan kejadian resistensi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Khusus untuk kawasan Asia Tenggara, penggunaan antibiotik sangat tinggi bahkan lebih dari 80% di banyak provinsi di Indonesia. Beberapa fakta di negara berkembang menunjukan 40% anak-anak yang terkena diare akut, selain mendapatkan oralit juga antibiotik yang tidak semestinya diberikan. Pada penyakit pneumonia sekitar 50-70% yang secara tepat diterapi dengan antibiotik dan 60% penderita ISPA mengkonsumsi antibiotik dengan tidak tepat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Antibiotik merupakan golongan obat keras yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter dan diperoleh di apotek. Jika dalam menggunakan antibiotik tidak memperhatikan dosis, pemakaian dan peringatan maka dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi tubuh (Permenkes RI, 2000). Center for Disease Control and Prevention in USA menyebutkan bahwa sekitar 50 juta peresapan antibiotik yang tidak diperlukan dari 150 juta peresepan setiap


(5)

tahun. Menurut penelitian, 92% masyarakat Indonesia tidak menggunakan antibiotik secara tepat (Eka, 2011).

Penelitian pada tahun 2002 di Rumah Sakit Dr Kariadi juga menghadapi masalah resistensi antibiotik. Menurut hasil penelitian semua isolate dari darah memiliki tingkat multiresistensi tinggi terhadap antibiotik dan 45-56% penggunaan antibiotik irasional. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antiobiotik digunakan secara tidak tepat untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak membutuhkan antibiotik. Di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30-80% tidak berdasarkan indikasi (Hadi, 2011). Penggunaan antibiotik akan mengguntungkan dan memberikan efek bila diresepkan dan dikonsumsi sesuai dengan aturan. Namun, sekarang ini antibiotik telah digunakan secara bebas dan luas oleh masyarakat tanpa mengetahui dampak dari pemakaian tanpa aturan. Penggunaan tanpa aturan mengakibatkan keefektifan dari antibiotik akan berkurang (Center for Disease Control and Prevention, 2008).

Dalam upaya mencari pengobatan, Supriadi (2004) mendapatkan penduduk akan melakukan pengobatan sendiri 62,65% di perkotaan dan 61,88% di pedesaan. Sisanya mencari penggobatan ke puskesmas, para medis, dokter praktik, rumah sakit, balai pengobatan, balai pengobatan tradisional dan lain-lain. Prevalensi pengobatan sendiri di Indonesia pada tahun 2004 sebesar 24,1.% dan di Provinsi DIY pada tahun 2005 sebesar 87,73.%. (Susi, 2008). Menurut hasil penelitian Supriyani (2008) di Pesisir Selatan bahwa dalam jangka waktu 1 tahun persentase tindakan pengobatan sendiri yang menggunakan antibiotik mencapai 72,19%.


(6)

Beberapa variabel yang berpengaruh terhadap penggobatan sendiri adalah pendidikan, pekerjaan, persepsi sakit, pengetahuan tentang penggobatan sendiri, biaya obat, sikap terhadap pengobatan sendiri dan nasihat orang lain (referensi) (Supardi, 2002).

Berhubung karena pemakaian antibiotik tanpa resep dokter yang dipakai secara luas oleh masyarakat dapat menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan, mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui penggunaan antibiotik secara bebas oleh masyarakat tersebut, berdasarkan sosioekonomi suatu kampung.

Pemilihan Kampung Seberang Pebayan RW IV Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan sebagai tempat penelitian karena pelayanan kesehatan cukup jauh dan berdasarkan survei awal penulis tempat ini banyak terdapat warung-warung yang menjual antibiotik secara bebas.

Kampung Seberang Pebayan RW IV Kelurahan Batang Arau merupakan salah satu bagian wilayah dari Kecamatan Padang Selatan, kota Padang. Penelitian mengenai penggunaan anibiotik tanpa resep dokter belum pernah dilakukan di daerah ini. Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan terhadap 17 warung didaerah tersebut, menunjukkan bahwa 14 warung menjual antibiotik dan banyak masyarakat yang membeli antibiotik diwarung tersebut. Pemilik warung beranggapan antibiotik boleh di jual bebas dan dibeli tanpa resep dokter. Antibiotik dianggap sama dengan obat-obatan yang dikomersilkan dimedia,sehingga antibiotik dianggap sebagai obat bebas yang bisa dikonsumsi sesukanya. Kemudian ditanyakan kepada pemilik warung mengenai apakah pemilik warung mengetahui dampak atau akibat


(7)

penggunaan antibiotik tanpa resep dokter. Pemilik warung menjawab mereka tidak mengetahui dampak penggunaan antibiotik yang sembarangan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dibuat rumusan :

1. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi penggunaan antibiotik tanpa resep dokter?

2. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter?

3. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi sikap masyarakat tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter?

4. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi antibiotik yang biasa digunakan masyarakat tanpa resep dokter?

5. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi alasan masyarakat menggunakan antibiotik tanpa resep dokter?

6. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi kepemilikan asuransi kesehatan? 7. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan

antibiotik tanpa resep dokter?

8. Apakah ada hubungan antara sikap dengan penggunaan antibiotik tanpa resep?

9. Apakah ada hubungan antara asuransi kesehatan dengan penggunaan antibiotik tanpa resep?


(8)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan asuransi dengan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter di Kampung Seberang Pebayan RW IV Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap masyarakat tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi antibiotik yang biasa digunakan masyarakat tanpa resep dokter

5. Untuk mengetahui distribusi frekuensi alasan masyarakat menggunakan antibiotik tanpa resep dokter

6. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepemilikan asuransi kesehatan

7. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

8. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

9. Untuk mengetahui hubungan antara asuransi kesehatan dengan


(9)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan

Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lain yang berkaitan dengan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

2. Bagi terapan

Memberikan informasi tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter oleh masyarakat.


(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemakaian antibiotik pada saat ini sangat tinggi, hal ini disebabkan penyakit infeksi masih mendominasi. Penyakit infeksi sekarang pembunuh terbesar di dunia anak-anak dan dewasa muda. Penyakit ini mencapai lebih dari 13 juta kematian per tahun di negara berkembang (WHO, 1999). Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak. Menurut Riskesdas tahun 2007 terdapat 28,1% penyakit infeksi di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Peresepan antibiotik di Indonesia yang cukup tinggi dan kurang bijak akan meningkatkan kejadian resistensi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Khusus untuk kawasan Asia Tenggara, penggunaan antibiotik sangat tinggi bahkan lebih dari 80% di banyak provinsi di Indonesia. Beberapa fakta di negara berkembang menunjukan 40% anak-anak yang terkena diare akut, selain mendapatkan oralit juga antibiotik yang tidak semestinya diberikan. Pada penyakit pneumonia sekitar 50-70% yang secara tepat diterapi dengan antibiotik dan 60% penderita ISPA mengkonsumsi antibiotik dengan tidak tepat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Antibiotik merupakan golongan obat keras yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter dan diperoleh di apotek. Jika dalam menggunakan antibiotik tidak memperhatikan dosis, pemakaian dan peringatan maka dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi tubuh (Permenkes RI, 2000). Center for Disease Control and Prevention in USA menyebutkan bahwa sekitar 50 juta peresapan antibiotik yang tidak diperlukan dari 150 juta peresepan setiap


(2)

tahun. Menurut penelitian, 92% masyarakat Indonesia tidak menggunakan antibiotik secara tepat (Eka, 2011).

Penelitian pada tahun 2002 di Rumah Sakit Dr Kariadi juga menghadapi masalah resistensi antibiotik. Menurut hasil penelitian semua isolate dari darah memiliki tingkat multiresistensi tinggi terhadap antibiotik dan 45-56% penggunaan antibiotik irasional. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antiobiotik digunakan secara tidak tepat untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak membutuhkan antibiotik. Di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30-80% tidak berdasarkan indikasi (Hadi, 2011). Penggunaan antibiotik akan mengguntungkan dan memberikan efek bila diresepkan dan dikonsumsi sesuai dengan aturan. Namun, sekarang ini antibiotik telah digunakan secara bebas dan luas oleh masyarakat tanpa mengetahui dampak dari pemakaian tanpa aturan. Penggunaan tanpa aturan mengakibatkan keefektifan dari antibiotik akan berkurang (Center for Disease Control and Prevention, 2008).

Dalam upaya mencari pengobatan, Supriadi (2004) mendapatkan penduduk akan melakukan pengobatan sendiri 62,65% di perkotaan dan 61,88% di pedesaan. Sisanya mencari penggobatan ke puskesmas, para medis, dokter praktik, rumah sakit, balai pengobatan, balai pengobatan tradisional dan lain-lain. Prevalensi pengobatan sendiri di Indonesia pada tahun 2004 sebesar 24,1.% dan di Provinsi DIY pada tahun 2005 sebesar 87,73.%. (Susi, 2008). Menurut hasil penelitian Supriyani (2008) di Pesisir Selatan bahwa dalam jangka waktu 1 tahun persentase tindakan pengobatan sendiri yang menggunakan antibiotik mencapai 72,19%.


(3)

Beberapa variabel yang berpengaruh terhadap penggobatan sendiri adalah pendidikan, pekerjaan, persepsi sakit, pengetahuan tentang penggobatan sendiri, biaya obat, sikap terhadap pengobatan sendiri dan nasihat orang lain (referensi) (Supardi, 2002).

Berhubung karena pemakaian antibiotik tanpa resep dokter yang dipakai secara luas oleh masyarakat dapat menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan, mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui penggunaan antibiotik secara bebas oleh masyarakat tersebut, berdasarkan sosioekonomi suatu kampung.

Pemilihan Kampung Seberang Pebayan RW IV Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan sebagai tempat penelitian karena pelayanan kesehatan cukup jauh dan berdasarkan survei awal penulis tempat ini banyak terdapat warung-warung yang menjual antibiotik secara bebas.

Kampung Seberang Pebayan RW IV Kelurahan Batang Arau merupakan salah satu bagian wilayah dari Kecamatan Padang Selatan, kota Padang. Penelitian mengenai penggunaan anibiotik tanpa resep dokter belum pernah dilakukan di daerah ini. Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan terhadap 17 warung didaerah tersebut, menunjukkan bahwa 14 warung menjual antibiotik dan banyak masyarakat yang membeli antibiotik diwarung tersebut. Pemilik warung beranggapan antibiotik boleh di jual bebas dan dibeli tanpa resep dokter. Antibiotik dianggap sama dengan obat-obatan yang dikomersilkan dimedia,sehingga antibiotik dianggap sebagai obat bebas yang bisa dikonsumsi sesukanya. Kemudian ditanyakan kepada pemilik warung mengenai apakah pemilik warung mengetahui dampak atau akibat


(4)

penggunaan antibiotik tanpa resep dokter. Pemilik warung menjawab mereka tidak mengetahui dampak penggunaan antibiotik yang sembarangan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dibuat rumusan :

1. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi penggunaan antibiotik tanpa resep dokter?

2. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter?

3. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi sikap masyarakat tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter?

4. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi antibiotik yang biasa digunakan masyarakat tanpa resep dokter?

5. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi alasan masyarakat menggunakan antibiotik tanpa resep dokter?

6. Bagaimana gambaran distribusi frekuensi kepemilikan asuransi kesehatan? 7. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan

antibiotik tanpa resep dokter?

8. Apakah ada hubungan antara sikap dengan penggunaan antibiotik tanpa resep?

9. Apakah ada hubungan antara asuransi kesehatan dengan penggunaan antibiotik tanpa resep?


(5)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan asuransi dengan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter di Kampung Seberang Pebayan RW IV Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap masyarakat tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi antibiotik yang biasa digunakan masyarakat tanpa resep dokter

5. Untuk mengetahui distribusi frekuensi alasan masyarakat menggunakan antibiotik tanpa resep dokter

6. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepemilikan asuransi kesehatan 7. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

8. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

9. Untuk mengetahui hubungan antara asuransi kesehatan dengan


(6)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan

Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lain yang berkaitan dengan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter

2. Bagi terapan

Memberikan informasi tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter oleh masyarakat.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI ANTIBIOTIK DANPENGGUNAANANTIBIOTIK TANPA RESEP Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Mengenai Antibiotik Dan Penggunaanantibiotik Tanpa Resep Dokter Pada Pelajar Kelas X, XI, XII Di SMK Negeri 2 Surakarta.

1 5 16

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI ANTIBIOTIK DAN PENGGUNAANANTIBIOTIK TANPA RESEP Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Mengenai Antibiotik Dan Penggunaanantibiotik Tanpa Resep Dokter Pada Pelajar Kelas X, XI, XII Di SMK Negeri 2 Surakarta.

0 4 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Mengenai Antibiotik Dan Penggunaanantibiotik Tanpa Resep Dokter Pada Pelajar Kelas X, XI, XII Di SMK Negeri 2 Surakarta.

1 3 5

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Mengenai Antibiotik Dan Penggunaanantibiotik Tanpa Resep Dokter Pada Pelajar Kelas X, XI, XII Di SMK Negeri 2 Surakarta.

0 3 4

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT KERAS TANPA Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Dan Tingkat Pendidikan Dengan Penggunaan Obat Keras Tanpa Resep Di Masyarakat Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoh

0 1 10

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG IRASIONAL PADA RESEP DOKTER DARI APOTEK-APOTEK DI KOTA SURAKARTA.

0 5 25

Survei Harga Obat Tanpa Resep & dengan Resep Dokter

0 0 2

Studi Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter di Beberapa Apotek Kecamatan Rungkut Surabaya - Ubaya Repository

0 2 2

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter

0 0 6

Hubungan Pengetahuan tentang Antibiotik dengan Frekuensi Penggunaan Antibiotik tanpa Resep Dokter pada Mahasiswa Non Medis Universitas Sebelas Maret The Relationship between Knowledge about Antibiotics with Usage Frequency of Non-prescription Antibiotics

0 3 13