this file 4302 8259 1 SM

Momoh Halimah dan Ade Rohayati
.

UTILIZATION OF NATURAL MEDIA ABOUT LEARNING TO IMPROVE
THE QUALITY OF EDUCATION IPS (SOCIAL SCIENCE)
by: Momoh Halimah and Ade Rohayati (UPI Kampus Tasikmalaya)
momohh52@yahoo.com

ABSTRACT
On the basis of observations of teaching and learning activities, students lack the
motivation to learn particular subjects IPS Education is known of the acquisition
value UPI Kampus Tasikmalaya students who score an average of only B, with the
level of activity of students in the learning process on those subjects only 10- 13 out
of 40 students, or only about 30% of students are active. This study was conducted
to determine how the Learning Cooperative learning model can improve motivation
to learn in the course. The method used a class act. The object of research is the
regular students the second student of 2015/2016, which numbered 40 people. The
data source of this research is the result of field observations and the results of
student activity observation faculty and students in the learning model Cooperative
Learning. The study is divided into three cycles, the first two cycles are
environmental observation activity around the object of research. While the last

cycle for the consolidation of the research results achieved in the previous two
cycles. Each cycle has a stage of implementation of activities consisting of planning,
implementation, observation and reflection. The results showed that the application
of the model increased the motivation of student learning in social studies learning
in particular subjects Education IPS with satisfactory results. It is seen from the
increased levels of student activity. This liveliness indicates the motivation level of
students in lectures.
.
Key words: Learning Cooperative learning models, learning motivation

PEMANFAATAN MEDIA ALAM SEKITAR UNTUK
KUALITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN IPS

MENINGKATKAN

Abstrak
Atas dasar pengamatan kegiatan proses belajar mengajar, mahasiswa kurang memiliki motivasi
belajar khususnya mata kuliah Pendidikan IPS yang diketahui dari perolehan nilai mahasiswa UPI
Kampus Tasikmalaya yang mempunyai nilai rata-rata hanya B, dengan tingkat keaktifan mahasiswa
dalam proses belajar mengajar pada matakuliah tersebut hanya 10-13 orang dari 40 siswa, atau hanya

berkisar 30 % saja siswa yang aktif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana model
pembelajaran Cooperative Learning mampu meningkatkan motivasi belajar dalam mata kuliah tersebut.
Metode yang digunakan tindakan kelas. Objek penelitian adalah mahasiswa reguler semester genap
2015/2016, yang berjumlah 40 orang. Sumber data penelitian ini adalah hasil observasi lapangan
mahasiswa dan hasil observasi aktivitas dosen dan mahasiswa dalam model pembelajaran Cooperative
Learning. Penelitian terbagi menjadi tiga siklus, dua siklus pertama terdapat kegiatan observasi
lingkungan sekitar oleh objek penelitian. Sedangkan siklus terakhir untuk pemantapan terhadap hasil
penelitian yang dicapai dalam dua siklus sebelumnya. Masing-masing siklus mempunyai tahapan
pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan model berhasil meningkatkan motivasi belajar mahasiswa
dalam pembelajaran IPS khususnya matakuliah Pendidikan IPS dengan hasil yang memuaskan. Ini
dilihat dari tingkat keaktifan siswa yang meningkat. Keaktifan ini menunjukkan tingkat motivasi
mahasiswa dalam perkuliahan.
Kata kunci: model pembelajaran Cooperative Learning, motivasi belajar

A. Pendahuluan
Dari hasil identifikasi kegiatan
belajar mengajar dan nilai matakuliah
Pendidikan IPS memperlihatkan bahwa
siswa kurang mampu mengembangkan

192
Pendidikn Ilmu Sosial

kemampuan berfikir. Mata kuliah
Pendidikan IPS selalu menuntut
mahasiswa untuk memahami dan
menghafal sehingga menimbulkan
rendahnya motivasi siswa. Di samping

UPI Kampus Tasikmalaya

itu pula kegiatan belajar mengajar
pendidikan IPS kurang menyentuh
lingkungan sosial. Menurut Jerome
Bruner dalam Ayi Olim (2006), tujuan
pendidikan
harus
merupakan
pengembangan
pemikiran

dan
kurikulum hendaknya diarahkan pada
pengembangan kemampuan untuk
memecahkan permasalahan melalui
kerja sama sesama mahasiswa.
Masalah dapat ditelusuri menurut
Koester dan Hadisaputro dalam Abdul
Madjid (2006) dengan cara:
Memperkirakan
sebab-sebab
terjadinya masalah tersebut.
Sistem pembelajaran Pendidikan
IPS perlu melakukan perbaikan untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan,
dengan penelitian tindakan kelas
(PTK) diharapkan mampu meningkatkan mutu belajar dari mahasiswa
dengan cara mendorong keinginan
belajar. Metode yang dipakai dalam

penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK). Penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar dapat memperbaiki dan
atau meningkatkan pembelajaran di
kelas secara profesional (Suryanto,
1997). Menurut Rochiati Wiraatmadja
(2006) pengertian PTK adalah
bagaimana sekelompok dosen dapat
mengorganisasikan kondisi praktek
pembelajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri. Jadi pada
program
PTK
dosen
dapat
mencobakan suatu gagasan perbaikan
dalam praktek pembelajaran dosen,

dan melihat pengaruh nyata dari upaya
itu diperlukan suatu media.
Sedangkan istilah media seperti
yang diungkapkan oleh Hamidjoyo
(Latuharu, 1998: 11) bahwa media
adalah semua bentuk perantara yang
digunakan manusia untuk menyampaikan pesan, menyebarkan ide, pendapat,
atau gagasan sehingga apa yang
disampaikan itu bisa sampai kepada
Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)

penerima. Menurut R. Ibrahim dan
Nana Syaodih S (1993: 78) mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan media adalah segala sesuatu
yang
dapat
digunakan
untuk
menyalurkan pesan atau isi pelajaran,
merangsang

pikiran,
perhatian,
kemampuan mahasiswa sehingga dapat
mendorong proses belajar mengajar
Lingkungan dalam artian yang sangat
luas, dapat dimanfaatkan sebagai
bahan dan sumber belajar di dalam
pendidikan IPS. Oleh karena muatan
lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial bahkan lingkungan budaya
merupakan bagian integral dari konten
dan sumber belajar pendidikan IPS.
Hal tersebut seperti ditegaskan
Sumaatmadja (1980: 16) bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah bagianbagian yang digali dari kehidupan
praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh
sebab itu pengajaran IPS yang
melupakan masyarakat sebagai sumber
objeknya, merupakan suatu bidang
pengetahuan yang tidak berpijak pada

kenyataan, IPS yang tidak bersumber
pada kenyataan tidak mungkin
mencapai sasaran dan tujuannya, dan
tidak akan memenuhi tuntutan
kemasyarakatannya. Di bagian lain,
Sumaatmadja (1980: 19) mengemukakan pula bahwa masyarakat
selain menjadi sumber dan materi IPS,
juga
menjadi
laboratoriumnya.
Pengetahuan, konsep, dan teori-teori
IPS yang telah diperoleh murid di
dalam kelas, selain dapat dicocokkan
di masyarakat, dapat pula diterapkan.
Masyarakat merupakan tempat yang
nyata untuk mencobakan segala
pengetahuan
IPS
yang
telah

dipelajarinya.
Pada penelitian ini digunakan
model pembelajaran Cooperative
Learning.
Cooperative
Learning
adalah suatu sistem yang memberi
kesempatan untuk bekerja sama
dengan sesama dalam tugas-tugas
terstruktur (Lie, 2002: 12). Menurut
193

Hilda Karli dan Marghareta Sri (2002),
“pembelajaran
Kooperatif
atau
Cooperative Learning adalah suatu
sikap/perilaku bersama dalam bekerja
membantu antara sesama dalam
struktur kerja sama yang teratur dalam

kelompok, yang terdiri dari dua orang
atau lebih dengan keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
setiap individu dalam kelompok itu
sendiri”.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas dengan
model pembelajaran Cooperative
Learning dengan model diskusi,
diskusi interaktif dengan sistem
kancing dan diskusi dengan sistem
kartu (varian sistem kancing).
Adapun
tahapan
kegiatan
pelaksanaan penelitian pada setiap
siklus dapat dilihat pada gambar
berikut.
Perencanaan
Refleksi


SIKLUS 1

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS 2

Pengamatan

SIKLUS 3
194
Pendidikn Ilmu Sosial

Pelaksanaan

Momoh Halimah dan Ade Rohayati
.
Gambar 1. Tahapan alur kegiatan dalam
penelitian

Siklus
pertama
berlangsung
selama satu minggu dengan alokasi
waktu 4 jam pelajaran dengan materi
demografi di lingkungan sekitar
kampus. Dari latar belakang masalah
di atas kemudian dilakukan perencanaan dari sistem pembelajaran yang
akan diterapkan. Sistem pembelajaran
yang akan dilaksanakan adalah diskusi
dari hasil observasi lapangan yang
dibagi berdasarkan kelompok. Peneliti
akan membuat sebuah tugas yaitu
membuat demografi dari lingkungan
sekitar kampus. Pada langkah kedua
adalah melakukan pengamatan oleh
observer dan peneliti. Selain itu juga
disertai dengan pengawasan agar
sistem
pembelajaran
ini
tetap
terkendali sesuai dengan skenario yang
telah direncanakan. Langkah ketiga
adalah melakukan refleksi. Pada tahap
ini
adalah
evaluasi
terhadap
pelaksanaan kegiatan yang telah
diimplementasikan. Dari hasil evaluasi
yang berdasarkan instrumen kita dapat
merekomendasikan langkah apa yang
tepat untuk siklus kedua.
Siklus kedua ini berlangsung
dalam dua jam pelajaran dengan materi
demografi untuk observasi lingkungan
masyarakat sekitar mahasiswa. Pada
langkah pertama dari siklus kedua
adalah membuat perencanaan dari hasil
rekomendasi siklus pertama dengan
modifikasi sistem belajar dengan
diskusi sistem kancing. Tahap kedua
melakukan implementasi dimana pada
kegiatan di dalam kelas terdapat
modifikasi diskusi, pada siklus ini para
siswa diberikan sejumlah kancing (biji
jagung). Penilaian pada siklus kedua
berdasarkan kuantitas jagung dari
masing-masing mahasiswa, sehingga
sistem ini menjadi stimulan untuk
keaktifan mahasiswa dalm kegiatan
belajar mengajar, sehingga hasil

UPI Kampus Tasikmalaya

akhirnya dapat meningkatkan kualitas
belajar mengajar pada umumnya. Dari
hasil refleksi dapat diketahui bahwa
secara prosentase penilaian telah
terjadi peningkatan dari siklus pertama.
Tetapi hasil yang didapatkan perlu
diuji coba atau perlunya satu tahapan
pemantapan
untuk
mengetahui
validitas hasil siklus kedua ini.
Berdasarkan hasil refleksi dari
siklus 1I dapat dirumuskan strategi
selanjutnya pada pembelajaran pada
siklus III. Siklus III ini berlangsung
selama dua jam pelajaran dengan sub
materi yang berbeda dengan siklus
sebelumnya. Materi siklus ketiga ini
adalah
dinamika
kependudukan.
Sedangkan dari hasil refleksi siklus
kedua didapatkan rekomendasi model
belajar mengajar dengan metode
diskusi kancing sistem kartu. Untuk itu
kelas tetap dibagi dalam beberapa
kelompok.
Diharapkan
dengan
kelompok tersebut dapat memacu
motivasi sehingga akan nampak pada
penilaian per individunya. sedangkan
materi yang didiskusikan merupakan
hasil kegiatan belajar mengajar dalam
kelas.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Uraian
Siklus I
Siklus II

Siklus III

Mahasiswa aktif

44 %

72,7 %

86,4 %

Kegiatan belajar
mengajar

59,1 %

85,23 %

96,4 %

Apabila dilihat dari tabel di atas
terlihat bahwa kegiatan belajar
mengajar secara keseluruhan telah
meningkat dari 59,1 % pada siklus
pertama menjadi 85,23 % pada siklus
kedua, dan menjadi 96,4 % pada siklus
ketiga. Peningkatan dari siklus pertama
ke siklus kedua tersebut dikarenakan
adanya catatan pengamatan observer
terhadap kegiatan belajar mengajar
pada siklus pertama yaitu perlunya
penataan waktu yang lebih efisien dan
terstruktur
berdasarkan
rencana
Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)

kegiatan yang akan dilakukan, sehingga hasil siklus pertama kurang optimal.
Dari hasil perbaikan peneliti pada
kegiatan belajar mengajar di siklus
kedua dan ketiga terbukti mampu
meningkatkan prosentase penilaian
kegiatan belajar mengajar pada
umumnya.
Pada uraian keaktifan mahasiswa
ketika siklus pertama hanya 44%. Ini
terjadi karena sistem belajar mengajar
yang diterapkan hanya diskusi kelompok saja. Para mahasiswa tidak ada
suatu stimulus untuk peningkatan
keaktifan mahasiswa ketika di dalam
kelas. Tetapi dari hasil refleksi siklus
pertama ini dibuat suatu modivikasi
sistem belajar mengajar dengan diskusi
sistem kancing. Hasil dari penerapan
ini cukup menarik, karena mampu
mendongkrak keaktifan mahasiswa
menjadi 72,7 %. Peningkatan yang
cukup signifikan ini dikarenakan
adanya
stimulus
yang
mampu
membangkitkan
motivasi
belajar
mahasiswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Pada pengamatan observer
di dalam kelas, terlihat keaktifan para
mahasiswa untuk berlomba menghabiskan kancing (biji jagung) masingmasing. Sedangkan pada siklus ketiga
terlihat bahwa terdapat konsistensi
hasil prosentase keaktifan mahasiswa.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar Pendidikan IPS
mahasiswa meningkat. Tetapi tentunya
tetap diperlukan langkah-langkah pada
kegiatan belajar mengajar berikutnya
yang harus tetap consent dan commit
terhadap apa yang telah dicapai.
Sehingga untuk kedepannya tetap
selalu diperlukan tahapan evaluasi
sistem pembelajaran. Dari evaluasi
dapat dicobakan pembelajaran yang
variatif untuk meningkatkan motivasi
belajar mahasiswa harus berkelanjutan.
Juga diperlukan pemberian motivasi
dari dosen, terutama pada kegiatan
awal dan kegiatan inti. Dari
pengamatan lapangan diketahui bahwa
195

Momoh Halimah dan Ade Rohayati
.

pada pelaksanaan kegiatan inti,
mahasiswa masih banyak kendala
karena kurang pengetahuan mahasiswa
dan kurangnya informasi dari dosen
karena alokasi waktu pada kegiatan
awal masih kurang.
C. Simpulan
Pemanfaatan media alam dalam
pembelajaran IPS dengan metode
Cooperative
Learning
mampu
meningkatkan
kegiatan
belajar
mengajar. Hal ini dapat dilihat dari
hasil prosentase pada siklus I=59,1%
meningkat menjadi 96,4% pada siklus
III;
Metode Cooperative Learning juga
mampu meningkatkan motivasi belajar
mahasiswa pada pembelajaran IPS
terutama Pendidikan IPS. Hal ini dapat
dilihat dari keaktifan murid dalam
kegiatan belajar mengajar, dari 44 %
pada siklus I meningkat menjadi 86,4
% pada siklus III;
Dari metodologi pengajaran dan
model
belajar
mengajar
yang
digunakan
peneliti,
membuat
mahasiswa reguler PGSD UPI Kampus
Tasikmalaya semester semester genap
2015/2016 mampu mengidentifikasi
permasalahan
penduduk
secara
kualitatif di sekitar lingkungan
kampus.
Pemanfaatan media alam sekitar
sebaiknya diterapkan pada rencana
pembelajaran
IPS.
Orientasi
pembelajaran
hendaknya
untuk
meningkatkan motivasi dan minat
mahasiswa terhadap mata pelajaran
Pendidikan IPS, sehingga diperlukan
beberapa
uji
coba
metode
pembelajaran. Sehingga dari berbagai
metode pembelajaran dapat diketahui
metode yang paling sesuai untuk
meningkatkan
motivasi
belajar
mahasiswa
dan
mengoptimalkan
kegiatan belajar dan mengajar.
196
Pendidikn Ilmu Sosial

Untuk kegiatan awal (yang
mencakup
pengelolaan
kelas,
apersepsi, motivasi dan tanya jawab)
dan kegiatan Inti (yang mencakup
penjelasan materi pelajaran, interview,
diskusi dan presentasi hasil) diperlukan
pengaturan waktu
yang
cukup
sehingga hasil dari kegiatan belajar
mengajar lebih optimal.
Model pembelajaran yang variatif
untuk meningkatkan motivasi belajar
mahasiswa harus berkelanjutan.
D. Daftar Rujukan
Arikunto, Suharsimi. (September
2006). Peneltian Tindakan Kelas.
Makalah disajikan dalam pada
Pelatihan
dan
Lokakarya
Peningkatan Kemampuan tenaga
Pendidik
dalam
Melakukan
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Bandung : Kerja sama DIKNAS
dengan
Lembaga
Penelitian
Universitas Pendidikan Indonesia.
Hanafiah, Omy Firliany. 2006.
Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Round Table
Dalam
Upaya
Meningkatkan
Kemampuan
Berfikir
Kritis.
Program Pendidikan Ekononomi
dan Koperasi Jurusan Pendidikan
Ekonomi Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas
Pendidikan Indonesia.
Harefa, Andrias. (2005). Menjadi
Manusia Pembelajar. Jakarta : PT.
KOMPAS Media Nusantara.
Istianti, Tuti. (2002). Peningkatan
Pembelajaran pendidikan IPS di
Sekolah Dasar Melalui Pemanfaatan
Lingkungan
Sekitar
Sebagai
Sumber Belajar. Jakarta: PT.
KOMPAS Media Nusantara.
Majid, Abdul. (2006). Perencanaan
Pembelajaran. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.

UPI Kampus Tasikmalaya

Olim, Ayi. (September 2006). Inovasi
Pembelajaran.Makalah
disajikan
dalam
pada
Pelatihan
dan
Lokakarya Peningkatan Kemampuan tenaga Pendidik dalam
Melakukan Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: Kerja sama
DIKNAS
dengan
Lembaga
Penelitian Universitas Pendidikan
Indonesia.
Sukartini, SP. (2006). Dosen Sebagai
Profesi. Makalah disajikan dalam
pada Pelatihan dan Lokakarya
Peningkatan Kemampuan tenaga
Pendidik
dalam
Melakukan
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Bandung: Kerja sama DIKNAS
dengan
Lembaga
Penelitian
Universitas Pendidikan Indonesia

Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)

Wiriatmadja, Rochiati. (2006). Metode
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Biodata singkat:

Penulis dosen tetap di UPI Kampus
Tasikmalaya

197