”UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT MELALUI REHABILITASI SOSIAL” (Studi pada Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Pasuruan Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Timur).

”UPAYA PENINGKATAN KESEJ AHTERAAN SOSIAL
PENYANDANG CACAT MELALUI REHABILITASI SOSIAL”
(Studi pada Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di
Pasuruan Dinas Sosial Pemerintah Provinsi J awa Timur)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Oleh :
MEIDINAR RAGIL PAWENING
NPM : 0941010033

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMUADMINISTRASI NEGARA
SURABAYA
2013


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

HALAMAN PERSETUJ UAN MENGIKUTI UJ IAN SKRIPSI

”UPAYA PENINGKATAN KESEJ AHTERAAN SOSIAL PENYANDANG
CACAT MELALUI REHABILITASI SOSIAL”
(Studi pada Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Pasuruan
Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Timur)

Disusun Oleh :

Meidinar Ragil Pawening
NPM. 0941010033

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing

Dra. Sri Wibawani, Msi

NIP. 196704061994032001

Mengetahui,
DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi
NIP. 195507181983022001

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

”UPAYA PENINGKATAN KESEJ AHTERAAN SOSIAL PENYANDANG
CACAT MELALUI REHABILITASI SOSIAL”
(Studi pada Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Pasuruan
Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Timur)
Disusun Oleh :

Meidinar Ragil Pawening
NPM. 0941010033


Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ” Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 18 J uni 2013
Pembimbing

Dra. Sri Wibawani, Msi
NIP. 196704061994032001

Tim Penguji :
1.

Dr. Lukman Arif, M.Si
NIP. 196411021994031001
2.

Dra. Sri Wibawani, Msi
NIP. 196704061994032001
3.


Tukiman, S.Sos, M.Si
NIP. 196103231989031001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Univer sitas Pembangunan Nasional
“Veteran” J awa Timur

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 195507181983022001
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

”UPAYA PENINGKATAN KESEJ AHTERAAN SOSIAL PENYANDANG
CACAT MELALUI REHABILITASI SOSIAL”
(Studi pada Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Pasuruan
Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Timur)
Nama Mahasiswa


:

Meidinar Ragil Pawening

NPM

:

0941010033

J urusan

:

Ilmu Administrasi Negara

Fakultas

:


Ilmu Sosial Ilmu Politik

Menyatakan bahwa proposal ini telah direvisi dan disahkan
Pada Tanggal 25 J uni 2013

Mengetahui / Menyetujui :
Dosen Penguji I

Dosen Penguji II

Dosen Penguji III

Dr. Lukman Arif, M.Si
NIP. 196411021994031001

Dra. Sri Wibawani, Msi
NIP. 196704061994032001

Tukiman, S.Sos, M.Si
NIP. 196103231989031001


iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, berkat, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul ”Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat
Melalui Rehabilitasi Sosial” (Studi Pada Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi
Sosial Cacat Tubuh Di Pasuruan Dinas Sosial Pemerintah Provinsi J awa
Timur).
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum
Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. Sri
Wibawani, M.Si sebagai dosen pembimbing. Tidak lupa juga penulis
mengucapkan


terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam

pelaksanaan penyusunan skripsi ini diantaranya :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. DR. Lukman Arif, M.Si, Kepala Program Studi Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh Bangil Pasuruan.
4. Orang tua saya yang memberikan doa dan kasih sayang selalu.
5. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir
kata semoga dengan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
khususnya bagi penulis dan bagi fakultas pada umumnya serta para pembaca.


Surabaya,

Juni 2013

Penulis

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...........................................................................................

i

Lembar Persetujuan ...................................................................................

ii


Lembar Pengesahan ...................................................................................

iii

Lembar Revisi ...........................................................................................

iv

Kata Pengantar...........................................................................................

v

Daftar Isi....................................................................................................

vii

Daftar Gambar ...........................................................................................

x


Daftar Tabel...............................................................................................

xi

Abstraksi ...................................................................................................

xii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................

1

B. Perumusan Masalah ................................................................

10

C. Tujuan Penelitian ....................................................................

10

D. Manfaat Penelitian ..................................................................

11

BAB II. KAJ IAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu .................................................................

12

B. Landasan Teori .........................................................................

16

1. Pembangunan Masyarakat ....................................................

16

a. Pengertian Pembangunan ..............................................

16

b. Tujuan Pembangunan ....................................................

17

c. Nilai Filosofis Pembangunan .........................................

17

d. Perencanaan Pembangunan............................................

18

e. Pembangunan Sosial......................................................

20

2. Kesejahteraan Sosial ............................................................

21

a. Pengertian Kesejahteraan ...............................................

21

b. Pengertian Kesejahteraan Sosial .....................................

22

c. Karakteristik Kesejahteraan............................................

25

3. Kebijakan Publik ..................................................................

25

a. Pengertian Kebijakan Publik .........................................

25

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

b. Sifat Kebijakan Publik ...................................................

27

c. Manfaat Kebijakan Publik .............................................

28

d. Tujuan Kebijakan Publik ...............................................

29

e. Faktor Kebijakan Publik ................................................

29

4. Kebijakan Sosial ..................................................................

30

a. Pengertian Kebijakan Sosial ..........................................

30

b. Tujuan Kebijakan Sosial ................................................

32

5. Rehabilitasi Sosial ................................................................

34

a. Pengertian rehabilitasi ...................................................

34

b. Pengertian rehabilitasi Sosial .........................................

34

6. Pemberdayaan ......................................................................

35

a. Pengertian Pemberdayaan..............................................

35

b. Tujuan Pemberdayaan ...................................................

40

c. Dimensi Pemberdayaan .................................................

42

d. Indikator Pemberdayaan ................................................

43

e. Strategi Pemberdayaan ..................................................

46

f.

Upaya Pemberdayaan ....................................................

47

7. Penyandang Cacat ................................................................

49

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997

52

9. PP No.43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat...............................

53

C. Kerangka Berfikir .....................................................................

55

BAB III. Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian.....................................................................

56

B. Definisi Operasional dan Fokus Penelitian ...........................

57

C. Lokasi Penelitian ..................................................................

60

D. Sumber dan Jenis Data .........................................................

60

E. Informan dan Teknik Penarikan Informan ............................

61

F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................

63

G. Teknik Analisis Data ............................................................

64

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV. Hasil danPembahasan
A. Gambaran Umum lokasi Penelitian ......................................

67

1. Standarisasi Umum Panti .................................................

67

2. Visi, Misi dan Motto ........................................................

69

3. Tujuan dan Sasaran ..........................................................

69

4. Proses Pelayanan .............................................................

70

5. Sumber Daya Manusia .....................................................

76

6. Kerjasama........................................................................

83

7. Keberhasilan yang dicapai ...............................................

83

8. Pembiayaan .....................................................................

84

9. Bagan susunan organisasi UPT ........................................

86

B. Hasil Penelitian ....................................................................

87

1. Bimbingan Sosial.............................................................

87

2. Bimbingan Ketrampilan ...................................................

106

C. Pembahasan .........................................................................

116

1. Bimbingan Sosial.............................................................

118

2. Bimbingan Ketrampilan ...................................................

125

BAB V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan ..........................................................................

135

B. Saran ....................................................................................

137

Daftar Pustaka

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
MEIDINAR
RAGIL
PAWENING,
UPAYA
PENINGKATAN
KESEJ AHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT MELALUI
REHABILITASI SOSIAL (STUDI PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS
REHABILITASI SOSIAL CACAT TUBUH di PASURUAN DINAS SOSIAL
PEMERINTAH PROVINSI J AWA TIMUR).
Kecacatan menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan atau gangguan
yang mempengaruhi keleluasaan aktivitas fisik, kepercayaan dan harga diri,
hubungan antar manusia maupun dengan lingkungannya yang menimbulkan
permasalahan sosial antara lain adalah ketidak berfungsian sosial, yaitu
penyandang cacat kurang mampu melaksanakan peran-peran sosialnya secara
wajar dan hal ini yang semakin meyakini pandangan masyarakat untuk
meremehkan kemampuan penyandang cacat dengan kekurangan fisiknya. Upaya
untuk mensejahterakan penyandang cacat dengan cara melaksanakan program
rehabilitasi sosial melalui tahap bimbingan sosial dan ketrampilan di Unit
Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Pasuruan. Tujuan penelitian
ini adalah mendeskripsikan, menganalisis dan menginterpretasikan tentang upaya
peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat melalui rehabilitasi sosial
(studi pada dinas sosial pemerintah provinsi jawa timur unit pelaksana teknis
rehabilitasi sosial cacat tubuh di pasuruan).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Fokus penelitian adalah
bimbingan sosial dan bimbingan ketrampilan. Dengan sasaran kajian yaitu
bimbingan sosial perorangan, bimbingan sosial kelompok, bimbingan sosial
kemasyarakatan, ketrampilan menjahit, elektronika, servis handphone dan
sablon/percetakan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara.
Analisa data dalam Penelitian ini dengan menggunakan model interaktif.
Dari hasil penelitian dan pembahasan menghasilkan kesimpulan yaitu upaya
peningkatan kesejahteraan melalui bimbingan sosial perorangan, kelompok,
masyarakat dan bimbingan ketrampilan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana
Teknis Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Pasuruan mampu memberikan
peningkatan kesejahteraan batiniah, lahiriah dan sosial sehingga penyandang cacat
mendapatkan perlakuan yang sama dalam hak dan kewajiban dengan tidak ada
rasa kasihan sebagai perlakuan khusus dalam lingkungan sosial sehingga
mencapai peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat tubuh.
Kata Kunci : kesejahteraan sosial, rehabilitasi sosial & penyandang cacat.

xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan bahwa dibentuknya Pemerintah
Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi (Pasal 4 UUD 1945). Maka tujuan pembangunan nasional
adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata,
material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Segenap bangsa Indonesia yang dimaksud dalam pembukaan UUD
adalah seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan usia, golongan, suku,
agama, tempat tinggal, dan sebagainya termasuk tidak membedakan status
sosial, ekonomi, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, golongan/pangkat,
maupun keadaan fisik dan mental yaitu penyandang cacat atau bukan. Jadi,
pembangunan harus dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk
penyandang cacat tubuh.
Dalam

kehidupan

bermasyarakat

dan

bernegara

semua

aparat

pemerintah, masyarakat atau semua manusia diharapkan menjunjung tinggi
asas persatuan dan kesatuan bangsa, diantaranya dengan cara memberikan
kesempatan kepada seluruh masyarakat Indonesia tanpa melakukan perbedaan
tetapi tetap proporsional berkeadilan. Pada kenyataannya, masih terdapat

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

perbedaan seperti, agama, suku/ras dan lainnya yang dijadikan alasan
timbulnya konflik sehingga untuk menjunjung rasa persatuan dan kesatuan
yang menuju keadilan dan kemakmuran bersama. Munculnya diskriminasi
dalam masalah sosial yang sering tidak bisa dielakkan diantaranya
kemampuan fisik yang berbeda antara masyarakat dengan keadaan fisik
sempurna dibandingkan masyarakat penyandang cacat tubuh.
Perbedaan kesempatan maupun perlakuan terhadap penyandang cacat
tubuh dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat akan menimbulkan
perbedaan kehidupan sosial maupun ekonomi pada kehidupan penyandang
cacat tubuh yang pada akhirnya akan mengarah pada masalah sosial yaitu
kemiskinan.
Selain masalah sosial seperti kemiskinan, diskriminasi yang dihadapi
oleh para masyarakat atau manusia yang mempunyai kekurangan secara fisik
atau mental yang bisa disebut cacat yang secara kuantitas cenderung
meningkat yang menjadi dasar pertimbangan terbitnya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat. Dimana
disebutkan dalam klausul menimbang poin a. “bahwa dalam pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, penyandang
cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan,
hak, kewajiban dan peran yang sama”.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1997 dalam pasal 1, yang
dimaksud dengan penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan
rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya.
Kecacatan menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan atau
gangguan yang mempengaruhi keleluasaan aktivitas fisik, kepercayaan dan
harga diri, hubungan antar manusia maupun dengan lingkungannya. Dampak
dari kecacatan tersebut menimbulkan permasalahan sosial antara lain adalah
ketidak berfungsian sosial, yaitu penyandang cacat kurang mampu
melaksanakan peran-peran sosialnya secara wajar dan hal ini yang semakin
meyakini pandangan masyarakat untuk meremehkan kemampuan penyandang
cacat dengan kekurangan fisiknya.
Kesenjangan-kesenjangan yang diperoleh penyandang cacat dapat kita
lihat pada kesenjangan dalam hal pendidikan dan kesempatan kerja. Hal ini
telah banyak terjadi sehingga banyak media yang memberitakan tentang
perlakuan yang diskriminatif antara penyandang cacat dengan bukan
penyandang cacat. Diantaranya artikel yang ditulis oleh Novian, salah satu
mahasiswa Fisip Unair Surabaya tentang diskriminasi masyarakat penyandang
cacat bahwa :
para penyedia lapangan pekerjaan kebanyakan enggan untuk
menerima seorang penyandang cacat sebagai karyawan. Mereka
berasumsi bahwa seorang penyandang cacat tidak akan mampu
melakukan pekerjaan seefektif seperti karyawan lain yang bukan
penyandang cacat. Sehingga bagi para penyedia lapangan kerja,
mempekerjakan para penyandang cacat sama artinya dengan
mendorong perusahaan dalam jurang kebangkrutan karena harus
menyediakan beberapa alat bantu bagi kemudahan para penyandang
cacat dalam melakukan aktifitasnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Kenyataan yang terjadi seperti yang ditulis oleh media tersebut diatas
sangatlah bertentangan dengan Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1997 pasal
5 yang menyebutkan bahwa setiap penyandang cacat mempunyai hak dan
kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Demikian juga tentang kewajiban penyandang cacat seperti yang tercantum
dalam pasal 7, (1) Setiap penyandang cacat mempunyai kewajiban yang sama
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (2) Kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis
dan derajat kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya.
Bila kenyataan yang telah ditulis oleh media tersebut adalah sangat jelas
bahwa pemerintah dan masyarakat tidak memberikan kesamaan kesempatan
kepada penyandang cacat sedangkan pasal 9 dalam Undang-Undang tentang
penyandang cacat menyebutkan bahwa setiap penyandang cacat mempunyai
kesamaan kesempatan dalam segala aspek penghidupan dan kehidupan.
Asumsi bahwa seorang penyandang cacat tidak akan mampu
mengerjakan pekerjaan seefektif karyawan lain yang bukan penyandang cacat,
tidaklah selalu benar. Menurut salah satu pengamat bernama Momo, yang
mengatakan bahwa :
tidak sedikit hasil kerja para penyandang cacat yang tidak kalah
bahkan banyak juga yang lebih baik dari hasil serupa dari mereka
yang normal. Diperkirakan dalam beberapa hal seperti ketekunan,
kesabaran, kesungguhan justru tenaga kerja penyandang cacat berada
di atas rata-rata prestasi mereka yang bukan penyandang cacat. Dapat
dilihat betapa besar potensi para penyandang cacat yang tidak pernah
diaktualisasikan, hanya disebabkan oleh kecilnya kesediaan
masyarakat memberi kesempatan untuk menunjukkan bahwa para
penyandang cacat dapat melakukan tugas walaupun dengan berbagai
kesulitan yang ada.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Terbitnya Undang-Undang tentang penyandang cacat yang pada tahun
tersebut (1997) diantaranya karena pertimbangan poin b. yaitu bahwa
penyandang cacat secara kuantitas cenderung meningkat dan oleh karena itu,
perlu semakin diupayakan peningkatan kesejahteraan sosial bagi penyandang
cacat.
Dalam rangka implementasi Undang-Undang tentang penyandang cacat
maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat,
sebagai penjabaran dari Undang-Undang tentang penyandang cacat pasal 8
yang menyatakan bahwa pemerintah dan atau masyarakat berkewajiban
mengupayakan terwujudnya hak-hak penyandang cacat. Serta pasal 16 yang
menyatakan bahwa pemerintah dan atau masyarakat menyelenggarakan upaya:
1.Rehabilitasi; 2.Bantuan Sosial; 3.Pemeliharaan Taraf Kesejahteraan Sosial.
Berdasarkan data tahun 2011, menurut Siswadi, Ketua Umum Persatuan
Penyandang Cacat Indonesia, jumlah penyandang cacat di Indonesia
berdasarkan data Depkes RI mencapai 3,11% dari populasi penduduk atau
sekitar 6,7 juta jiwa. Sementara bila mengacu pada standar yang diterapkan
Organisasi Kesehatan Dunia PBB dengan persyaratan lebih ketat, jumlah
penyandang cacat di Indonesia mencapai 10 juta jiwa (tribunnews.com, 23
Maret 2013).
Menurut ILO, prinsip untuk mengatasi diskriminasi yang terjadi pada
penyandang cacat ini adalah hak, kesempatan dan perlakuan yang adil dalam
semua siklus kehidupan dan pekerjaan untuk semua orang tanpa memandang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

kecacatan mereka. Semua orang bebas mengembangkan kemampuan pribadi
mereka dan melakukan pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip, asumsi dan
prasangka tentang kecacatan mereka. Ini bukan berarti semua orang punya
kemampuan yang sama atau harus diperlakukan dengan cara yang sama, tapi
perilaku, aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang berbeda perlu secara adil
dipertimbangkan, dinilai dan didukung, tanpa memandang status kecacatan
mereka diperlukannya upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial bagi penyandang cacat.
Data Depkes tahun 2011 diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah penyandang cacat setiap tahun. Pada tahun 2010 sekitar 5,3 juta jiwa
pada tahun 2011 sekitar 6,7 juta jiwa. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi
pemerintah maupun masyarakat agar diskriminasi terhadap penyandang cacat
bisa diperkecil seperti yang diharapkan oleh PP Nomor 43 tahun 1998 yang
dalam penjelasan menyatakan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial
penyandang cacat yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi
kesamaan

kesempatan,

rehabilitasi,

pemberian

bantuan

sosial,

dan

pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh dan menjadi
tanggung jawab bersama Pemerintah, masyarakat, keluarga, dan penyandang
cacat sendiri.
Berdasarkan rekapitulasi data orang dengan kecacatan Provinsi Jawa
Timur oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 sejumlah
70.329 penyandang cacat dari 41. 513 laki-laki dan 28.816 perempuan dengan
kecacatan tubuh dewasa dan anak-anak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Dari data tersebut diatas bahwa penyandang cacat merupakan bagian
dari masyarakat Indonesia yang mempunyai kedudukan, hak, kewajiban dan
peran yang sama dengan yang bukan penyandang cacat. Untuk mewujudkan
itu pasal 8 Undang-Undang tentang penyandang cacat mengamanatkan kepada
Pemerintah dan/atau masyarakat berkewajiban mengupayakan terwujudnya
hak-hak penyandang cacat. Lebih lanjut pasal 3 PP tentang upaya peningkatan
kesejahteraan sosial penyandang cacat mengamanatkan bahwa upaya
peningkatan kesejahteraan sosial penyandang

cacat

bertujuan untuk

mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan penyandang cacat. Maka dapat
dinyatakan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat
adalah bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Masalah penanganan atau upaya peningkatan kesejahteraan sosial
penyandang cacat bukan hanya menjadi masalah nasional tetapi juga menjadi
kewajiban dari Pemerintah Daerah dimana dalam Undang-Undang RI Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menyatakan :
Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai
dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan,
diarahkan
untuk
mempercepat
terwujudnya
kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan, pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berpedoman pada Undang-Undang tentang pemerintahan daerah
tersebut diatas serta pembagian kewenangan antara pemerintah dan
kewenangan provinsi sebagai daerah otonom bila dikaitkan dengan bidang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

sosial khusunya penanganan masalah sosial serta upaya peningkatan
kesejahteraan sosial yang didalamnya terdapat penyandang cacat maka
pemerintah provinsi mempunyai kewenangan sesuai PP Nomor 25 Tahun
2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai
daerah otonom dalam pasal 3 poin 11 yaitu bidang sosial memberikan
kewenangan dalam bentuk mendukung upaya pengembangan pelayanan
sosial.
Berdasarkan peraturan gubernur nomor 119 tahun 2008 bahwa UPT
Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Pasuruan dibawah kendali Dinas Sosial
Provinsi Jawa Timur mempunyai tugas pokok dan fungsi memberikan
pelayanan dan rehabilitasi sosial, mental, fisik serta ketrampilan terhadap
penyandang cacat tubuh yang berada di wilayah Jawa Timur, dengan kapasitas
tampung 90 klien per-tahun. Tugas pokok UPT Rehabilitasi Sosial Cacat
Tubuh di Pasuruan tersebut diatas adalah sebagai pelaksanaan tugas
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam upaya peningkatan kesejahteraan
sosial penyandang cacat di Jawa Timur.
Secara lengkap pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998
menyatakan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat
dilaksanakan melalui : a.kesamaan kesempatan; b.rehabilitasi; c.bantuan
sosial; d.pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
Rehabilitasi didefinisikan sebagai ”satu program holistik dan terpadu
atas intervensi-intervensi medis, fisik, psikososial, dan vokasional yang
memberdayakan seorang (individu penyandang cacat) untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

meraih

9

pencapaian pribadi, kebermaknaan sosial, dan interaksi efektif yang
fungsional dengan dunia” (Banja,1990:615). Menurut Soewito dalam (Sri
Widati, 1984:5) menyatakan bahwa Rehabilitasi penderita cacat merupakan
segala daya upaya, baik dalam bidang kesehatan, sosial, kejiwaan, pendidikan,
ekonomi, maupun bidang lain yang dikoordinir menjadi continous process,
dan yang bertujuan untuk memulihkan tenaga penderita cacat baik jasmaniah
maupun rohaniah, untuk menduduki kembali tempat di masyarakat sebagai
anggota penuh yang swasembada, produktif dan berguna bagi masyarakat dan
Negara.
Keadaan kesejahteraan penyandang cacat tubuh yang awalnya kurang
percaya diri, kurang memiliki keberanian untuk maju karena kekurangan
fisiknya, tidak mempunyai ketrampilan apapun, makan sehari hanya dua kali
dan itupun tidak selalu memenuhi gizi 4 sehat 5 sempurna, pakaian yang
kurang layak karena rata-rata tergolong orang yang kurang mampu.
Dengan adanya UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh yang dibangun
tahun 1986 diatas areal seluas 30.080 m2. Diharapkan penyandang cacat tubuh
yang terlantar dan tidak mempunyai ketrampilan apapun, dapat mempunyai
ketrampilan, kemampuan, dan keahlian untuk bekerja dengan layak dan dapat
diterima di masyarakat tanpa diskriminasi, terpenuhinya gizi seimbang 4 sehat
5 sempurna demi tercapainya tujuan umum untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial.
Hal ini sesuai isi visi UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Pasuruan
yaitu memberikan kontribusi dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

penyandang cacat tubuh melalui rehabilitasi sosial, untuk membangun tekad
mandiri melalui wujud usaha bersama pemerintah dan masyarakat menuju
Jawa Timur makmur dan berakhlak bagi semua lapisan masyarakat.
Menurut Midgley (1995:14) Kondisi kesejahteraan sosial diciptakan atas
kompromi tiga elemen. Pertama, sejauh mana masalah-masalah sosial ini
diatur, kedua sejauh mana kebutuhan-kebutuhan dipenuhi, ketiga sejauh mana
kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup dapat disediakan.
Uraian dalam latar belakang tersebut diatas mendasari penulis untuk
memilih judul penelitian “upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang
cacat melalui rehabilitasi sosial” (studi pada unit pelaksana teknis rehabilitasi
sosial cacat tubuh di pasuruan dinas sosial pemerintah provinsi jawa timur).
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui sebuah penelitian.
Perumusan masalah penelitian ini adalah : “Bagaimana upaya peningkatan
kesejahteraan sosial penyandang cacat melalui rehabilitasi sosial” (studi pada
unit pelaksana teknis rehabilitasi sosial cacat tubuh di pasuruan dinas sosial
pemerintah provinsi jawa timur).
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai
dalam

penelitian.

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mendeskripsikan,

menganalisis dan menginterpretasikan tentang : “upaya peningkatan
kesejahteraan sosial penyandang cacat melalui rehabilitasi sosial” (studi pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

unit pelaksana teknis rehabilitasi sosial cacat tubuh di pasuruan dinas sosial
pemerintah provinsi jawa timur).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan tentang apa dan bagaimana “upaya peningkatan
kesejahteraan sosial penyandang cacat melalui rehabilitasi sosial” (studi
pada unit pelaksana teknis rehabilitasi sosial cacat tubuh di pasuruan dinas
sosial pemerintah provinsi jawa timur).
2. Bagi Universitas
Menambah rasa kerja sama antara Universitas dan Instansi dalam kegiatan
ilmiah, menambah arsip perpustakaan guna kepentingan dalam penelitian
dan menambah wawasan baru bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik.
3. Bagi Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
pertimbangan mengenai masalah yang ada di Dinas Sosial Provinsi Jawa
Timur yang berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan sosial
penyandang cacat melalui rehabilitasi sosial (studi pada unit pelaksana
teknis rehabilitasi sosial cacat tubuh di pasuruan dinas sosial pemerintah
provinsi jawa timur).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan
penelitian ini, yaitu :
1. Dina Pranasari, Jurnal Ilmu Manajemen, REVITALISASI, Vol. 1, Nomor
1,

Juni

2012,

STRATEGI

PENGENTASAN

PENYANDANG

MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS) KHUSUSNYA
PENYANDANG CACAT DI WILAYAH KABUPATEN KEDIRI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana kondisi PMKS
khususnya penyandang cacat di Kabupaten Kediri; (2) Faktor internal dan
factor eksternal apa saja yang dapat mempengaruhi pengentasan PMKS
khususnya penyandang cacat di Kabupaten Kediri; dan (4) Strategi apa
yang lebih tepat diterapkan untuk pengentasan PMKS khususnya
penyandang cacat di Kabupaten Kediri. Teknik analisis yang digunakan
adalah SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunitiesdan Threats) yaitu
dengan mengidentifikasi faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan
kelemahan serta faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman.
Hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut : Berdasarkan faktor
internal daneksternal dapat disusun strategi sebagai berikut : (a)
Meningkatkan motivasi diri sumber daya manusia di Dinas Sosial dan
12

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dengan mengirimkan
SDM tersebut dalam pelatihan-pelatihan; (b) Meningkatkan aksesbilitas
terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) khususnya
PenyandangCacat, agar pendataan dan penanganannya lebih tepat sasaran
dan efisien; (c)Mengintensifkan pelatihan ketrampilan dan belajar kerja
bagi penyandang cacat potensial sehingga dapat diterima di dunia kerja
atau dapat mendirikan usaha mandiri; (d)Menggali dan mendayagunakan
seluruh potensi sumber daya kesejahteraan sosial yang ada seperti
pengusaha dan donatur untuk menampung

Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) khususnya Penyandang Cacat; (e) Membina
dan mengembangkan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat sebagai
mitra kerja pemerintah daerah dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
Penelitian ini dengan penelitian tersebut diatas membahas obyek yang
sama yaitu penyandang cacat, dengan tempat yang berbeda yaitu Kediri
dan Pasuruan, menggunakan metode yang sama yaitu kualitatif, fokus
yang dituju oleh penelitian diatas lebih menekankan pada strategi
pengentasan sedangkan penelitian ini mengarah pada bimbingan sosial dan
ketrampilan.
2. Dyota Puspitasari Dan Ilham Nur Alfian, Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental Vol. 1, No 02 Juni 2012, MAKNA HIDUP
PENYANDANG

CACAT

FISIK

POSTNATAL

KARENA

KECELAKAAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna hidup
penyandang cacat fisik postnatal setelah mengalami kecelakaan. Penelitian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

ini dilakukan pada tiga orang subyek yang menjadi penyandang cacat fisik
postnatal disebabkan karena kecelakaan hingga diamputasi dan kehilangan
salah satu anggota tubuhnya. Informasi mengenai subyek diungkap dengan
menggunakan metode wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan
data yang utama. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini
adalah analisis tematik dengan melakukan koding terhadap hasil transkrip
wawancara yang telah diverbatim, catatan lapangan dan beberapa
dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teori makna hidup dari Victor
Frankl. Makna hidup dianggap sesuatu yang berharga dan bersifat obyektif
pada manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subyek
menemukan makna hidupnya dalam menghadapi peristiwa kecelakaan
yang menimpanya. Ketiga subyek menganggap peristiwa yang terjadi
adalah murni kecelakaannya itu kecelakaan kerja pada subyek satu dan
dua serta murni kecelakaan lalu lintas pada subyek ketiga. Peristiwa
kecelakaan tersebut juga dianggap sebagai musibah diluar kendali manusia
yang diberikan cobaan dan pembelajaran dari Allah SWT. Hal tersebut
memberikan dampak pada subyek yaitu dapat menerima kondisinya
dengan pasrah dan menerima dengan apa adanya. Subyek menjadi lebih
sabar dalam bertindak dan terjalin hubungan yang lebih harmonis dengan
lingkungan dan keluarga.
Penelitian ini dengan penelitian tersebut diatas membahas obyek yang
sama yaitu penyandang cacat, metode yang sama yaitu kualitatif, fokus
yang dituju oleh penelitian diatas lebih menekankan pada makna hidup

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

seorang penyandang cacat sedangkan penelitian ini mengarah pada
bimbingan sosial dan ketrampilan.
3. Denia Martini Machdan Dan Nurul Hartini, Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental Vol. 1, No 02 Juni 2012, HUBUNGAN ANTARA
PENERIMAAN

DIRI

DENGAN

KECEMASAN

MENGHADAPI

DUNIA KERJA PADA TUNADAKSA DI UPT REHABILITASI
SOSIAL CACAT TUBUH PASURUAN. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan negative antara penerimaan diri dengan kecemasan
menghadapi dunia kerja pada tunadaksa. Berdasarkan penelitian, secara
internal individu tunadaksa memiliki penerimaan diri yang rendah dan
kecemasan yang tinggi dikarenakan kecacatan pada dirinya. Secara
eksternal, individu tunadaksa mendapatkan diskriminasi dari masyarakat
dan memiliki kesempatan kerja yang terbatas. Penelitian dilakukan pada
klien di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh Pasuruan yang berusia
antara 21-35 tahun dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 40 orang
yang terdiri dari 24 berjenis kelamin laki-laki dan 16 orang perempuan.
Alat pengumpulan data berupa kuesioner penerimaan diri yang terdiri dari
32 butir dan kuesioner kecemasan menghadapi dunia kerja terdiri dari 45
butir. Uji reliabilitas pada skala penerimaan diri sebesar 0,788 dan skala
kecemasan sebesar 0,901. Analisis data dilakukan dengan teknik statistic
korelasi Product Moment, dengan bantuan SPSS versi 16. Berdasarkan
hasil analisa data penelitian diperoleh nilai korelasi antara penerimaan diri
dengan kecemasan sebesar -0,475 dengan p sebesar 0,001. Hal ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

menunjukkan bahwa terdapat korelasi negative dan signifikan antara
penerimaan diri dengan kecemasan menghadapi dunia kerja pada tuna
daksa. Artinya, semakin tinggi penerimaan diri, maka kecemasan
menghadapi dunia kerja semakin rendah.
Penelitian ini dengan penelitian tersebut diatas membahas obyek yang
sama yaitu penyandang cacat, dengan tempat yang sama yaitu Pasuruan,
penelitian diatas menggunakan metode yang berbeda dengan penelitian ini
yaitu kuantitatif, fokus yang dituju oleh penelitian diatas lebih
menekankan pada hubungan negatif penerimaan diri dengan kecemasan
penyandang cacat sedangkan penelitian ini mengarah pada bimbingan
sosial dan ketrampilan.
B. Landasan Teori
1. Pembangunan Masyarakat
a. Pengertian Pembangunan
Pembangunan adalah proses perubahan yang dilakukan secara
sengaja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang
bersangkutan. Phillips Roupp (1953 ; 16) : Pembangunan adalah
perubahan dari sesuatu yang kurang berarti kepada sesuatu yang lebih
berarti. Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaja, AR (1980: 1) :
Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa
akhir. Sondang P. Siagian (1983: 2-3) : Pembangunan adalah suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

pemerintah. Dari beberapa pengertian tentang pembangunan diatas
dapat disimpulkan bahwa pembangunan mengandung unsur-unsur :
1. Usaha atau proses.
2. Peningkatan, kemajuan, atau perubahan ke arah kemajuan.
3. Berkesinambungan.
4. Dilakukan secara sadar atau sengaja.
5. Terencana.
6. Untuk tujuan pembinaan bangsa.
7. Dilakukan secara bertahap.
b. Tujuan Pembangunan
Tujuan pembangunan, di negara mana pun, pasti bertujuan untuk
kebaikan masyarakatnya. Meskipun istilah tujuan pembangunan yang
digunakan cukup bervariasi, tetapi hakikatnya hampir sama, yakni
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan tujuan itu sendiri
lebih memberikan arti kepada arah yang hendak dicapai. Tidak ada
satu pun tujuan yang benar-benar merupakan tujuan akhir dalam arti
sesungguhnya. Artinya, setelah tujuan tersebut dicapai, maka
berhentilah pembangunan itu.
Bagi negara indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam
GBHN, tujuan pembangunan nasionalnya mengandung unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata
material dan spiritual berdasarkan Pancasila;

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2. Didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat;
3. Dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib
dan dinamis;
4. Dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat,
tertib, dan damai.
c. Nilai-nilai Filosofis dalam Pembangunan
Secara filosofis, satu hal yang perlu kita perhatikan dalam
pembangunan adalah keberadaan manusia Indonesia di tengah-tengah
kemajuan teknologi dalam kaitannya dengan pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya, yang merupakan hakikat pembangunan nasional.
Kemajuan teknologi sebagai salah satu indikator yang sering di
gunakan untuk mengatakan kemajuan pembangunan, tanpa di
kendalikan secara baik justru akan dapat mempengaruhi diri manusia
itu sendiri. Kegunaan teknologi tersebutlah nantinya yang akan
didasarkan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
berkebutuhan. Sebagaimana yang di kemukakan oleh beberapa ahli
akhir-akhir ini bahwa teknologi memang sudah banyak yang keluar
dari tujuannya semula. Seperti misalnya Jozef

Banka (1983: 75)

mengatakan: “Teknologi itu sendiri sudah mempengaruhi bidang
kemanusian yang paling asasi, yaitu kepribadiannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

d. Perencanaan Pembangunan
1. Pengertian dan Fungsi
Beberapa definisi dapat dikemukakan, antara lain:
Dr. J.W. Schoorl (1980: 294): perencanaan pada umumnya di
pandang sebagai suatu metode untuk menggariskan tujuan-tujuan
dan cara-cara untuk mencapainya.
Pariata Westra (1980: M. 17): perencanaan berarti penggambaran
dimuka hal-hal yang harus dikerjakan dan cara bagaimana
mengerjakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan.
Dengan lengkap Prof. Bintoro Tjokroamidjojo (1984: 12)
menyusun pengertian perencanaan sebagai berikut :
a. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu
proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Oleh karena itu pada hakikatnya terdapat pada tiap jenis usaha
manusia.
b. Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan
sebaik-baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber
yang ada supaya lebih efektif dan efisien.
c. Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau
yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

d. Albert Waterson menyebutkan perencanaan pembangunan
adalah melihat kedepan dengan mengambil pilihan berbagai
alternatif dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan
tersebut dengan terus mengikuti agar pelaksanaannya tidak
menyimpang dari tujuan.
e. Perencanaan

pembangunan

adalah

suatu

pengarahan

penggunaan sumber-sumber pembangunan (termasuk sumbersumber ekonomi) yang terbatas adanya, untuk mencapai
tujuan-tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara
lebih efisien dan efektif.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
pasti mengandung unsur-unsur sebagai berikut.
a) Aktivitas yang dipikirkan.
b) Berorientasi ke masa depan.
c) Mempunyai tujuan tertentu.
d) Merupakan pilihan alternatif.
e. Pembangunan Sosial
Pembangunan
meningkatkan

sosial

kualitas

adalah

kehidupan

strategi
manusia

yang

bertujuan

secara

paripurna.

Pembangunan sosial lebih berorientasi pada prinsip keadilan sosial
ketimbang pertumbuhan ekonomi. Beberapa sektor yang menjadi pusat
perhatian

pendekatan

ini

mencakup

pendidikan,

kesehatan,

ketenagakerjaan, jaminan sosial dan pengentasan kemiskinan. Secara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

sempit, pembangunan sosial dapat didefinisikan sebagai pembangunan
kesejahteraan sosial. Ia berorientasi pada peningkatan keberfungsian
sosial (social fungtioning) kelompok-kelompok tidak beruntung
(disadvantage groups) atau Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial
(PPKS), yang meliputi fakir miskin, anak terlantar, anak jalanan,
pekerja anak, keluarga rentan, wanita rawan sosial ekonomi, dan
komunitas adat lokal.
Tiga dimensi pembangunan sosial :
1. Dimensi Kemiskinan.
Tipologi kemiskinan dapat dikategorikan pada empat kategori,
yakni kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan kultural
dan kemiskinan struktural.
2. Dimensi Ketenagakerjaan.
3. Dimensi Integrasi Sosial
2. Kesejahteraan Sosial
a. Pengertian Kesejahteraan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesejahteraan adalah
hal atau keadaan sejahtera; keamanan, keselamatan, ketentraman; jiwa,
kesehatan jiwa, sosial; keadaan sejahtera. Sedangkan menurut Kamus
Besar Ilmu Pengetahuan, Kesejahteraan umum adalah (1) penataan
kebaikan publik yang diperlukan suatu lembaga umum supaya
individu-individu didalamnya mencapai kebahagiaan jasmani dan
rohani. (2) keadaan sosial yang menjamin kehidupan setiap pribadi dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

dengan

mudah

dapat

mengembangkan

bakat-bakatnya

hingga

mencapai kesempurnaan rohani, jasmani dan kesempurnaan moral
sendiri.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, baik kita suka
atau tidak, hampir semua yang kita lakukan dalam kehidupan kita
berkaitan dengan orang lain (Jones,2009). Kondisi sejahtera (wellbeing) biasanya menunjuk pada istilah kesejahteraan sosial sebagai
kondisi terpenuhinya kebutuhan material dan non material. Menurut
Midgley (2000: XI) mendefinisikan kesejateraan sosial sebagai “..a
condition or state of human well being.” Kondisi sejahtera terjadi
manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan
dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan
dapat terpenuhi; serta manakala manusia memperoleh perlindungan
dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya. Agar dapat
memahami lebih dalam apa yang dimaksud dengan kesejahteraan
sosial berikut definisi kesejahteraan sosial menurut para ahli.
b. Pengertian Kesejahteraan Sosial
Menurut definisinya kesejahteraan sosial dibagi menjadi tiga
kelompok

yaitu

kesejahteraan

sosial

sebagai

suatu

keadaan,

kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan atau pelayanan dan
kesejahteraan sosial sebagai ilmu (Suud, 2006). Menurut Suharto
(2006: 3) kesejahteraan sosial juga termasuk sebagai suatu proses atau
usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

sosial,

masyarakat

maupun

badan-badan

pemerintah

untuk

meningkatkan kualitas melalui pemberian pelayanan sosial dan
tunjangan sosial. Kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan adalah
sebagai berikut dibawah ini.
Konsep kesejahteraan sosial yang dituangkan dalam UndangUndang Nomor 6 tahun 1974 berbunyi : “Kesejahteraan sosial adalah
suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa keselarasan, kesusilaan dan
ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga
negara

mengadakan

usaha

pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan

jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi
serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.”
Menurut Suparlan dalam Suud (2006: 5), kesejahteraan sosial,
menandakan keadaan sejahterah pada umumnya, yang meliputi
keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosial dan bukan hanya perbaikan
dan pemberantasan keburukan sosial tertentu saja; jadi merupakan
suatu keadaan dan kegiatan.
Menurut Segel dan Bruzy (1998:8), “Kesejahteraan sosial adalah
kondisi sejahtera dari suatu ma