Permendikbud Tahun2016 Nomor009

SALINAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2016
TENTANG
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

:a. bahwa dengan berlakunya Peraturan Presiden Nomor 29
Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dan perubahan organisasi di lingkungan
Kementerian

Pendidikan


dan

Kebudayaan,

maka

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 35
Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja di
lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sudah tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga harus
dicabut;
b.

bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan sistem
akuntabilitas

kinerja

di


lingkungan

Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan perlu menetapkan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

-2-

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tentang Sistem
Akuntabilitas

Kinerja


Di

Lingkungan

Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan;

Mengingat

:1. Undang-Undang

Nomor

Perbendaharaan

Negara

1


Tahun

(Lembaran

2004

Tentang

Negara

republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4614);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah;
5.

Peraturan Presiden Nomor 7

Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara;
4. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 Tentang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
5. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri
Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019 sebagaimana
diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 79/P Tahun
2015 tentang Penggantian Beberapa Menteri Negara
Kabinet Kerja Periode Tahun 2014 - 2019;
6. Peraturan

Menteri


Negara

Pendayagunaan

Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11
Tahun

2015

Tentang

Organisasi

dan


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

Tata

Kerja

-3-

8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Pedoman

Evaluasi

Atas

Implementasi

Sistem


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan

: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG

SISTEM

LINGKUNGAN

AKUNTABILITAS

KEMENTERIAN

KINERJA

PENDIDIKAN


DI
DAN

KEBUDAYAAN.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan
pertanggungjawaban

atau

untuk

menjawab

dan

menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan

hukum/pimpinan kolektif satu organisasi kepada pihak
yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
keterangan atau pertanggungjawaban.
2. Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan/kegagalan
kegiatan

yang

telah

pelaksanaan
diamanatkan

program
para

dan


pemangku

kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi
secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah
ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah
yang disusun secara periodik.
3. Sistem akuntabilitas kinerja adalah rangkaian sistematik
dari

berbagai

komponen,

alat

dan

prosedur

yang

dirancang untuk mencapai tujuan manajemen kinerja
yaitu perencanaan, perjanjian kinerja dan pengukuran,
pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran,
dan laporan kinerja pada instansi pemerintah dalam
rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja.

-4-

4. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang
hendak

atau

telah

dicapai

sehubungan

dengan

penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas
terukur.
5. Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang akan
dicapai

dari

program

dan

kegiatan

yang

telah

direncanakan atau sasaran yang akan dicapai.
6. Indikator kinerja program adalah ukuran atas hasil dari
suatu program yang merupakan pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi suatu kementerian negara/ lembaga dan
pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh satuan kerja.
7. Indikator kinerja kegiatan adalah ukuran atas keluaran
dari suatu kegiatan yang terkait secara logis dengan
Indikator kinerja program.
8. Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi
pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi
instansi pemerintah yang mengidentifikasikan tingkat
keberhasilan

dan

kegagalan

pelaksanaan

kegiatan-

kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang
ditetapkan.
9. Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan
terpadu untuk mendapatkan hasil, yang dilaksanakan
oleh unit kerja guna mencapai sasaran tertentu.
10. Sasaran strategis adalah

hasil yang akan dicapai oleh

instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik,
terukur, dan tepat waktu.
11. Tujuan strategis adalah sesuatu yang akan dicapai atau
dihasilkan pada jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5
(lima) tahunan.
12. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disebut UPT
adalah

unit

organisasi

di

lingkungan

Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan yang memiliki dan mengelola
sendiri sumber daya berupa sumber daya manusia, sarana
dan prasarana yang ada di lingkungannya.
13. Kementerian
Kebudayaan.

adalah

Kementerian

Pendidikan

dan

-5-

14. Menteri

adalah

menteri

yang

menangani

urusan

pemerintahan di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Pasal 2
(1) Kementerian

menyelenggarakan

Sistem

akuntabilitas

kinerja secara berjenjang.
(2) Penyelenggaraan Sistem akuntabilitas kinerja secara
berjenjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kementerian;
b. unit kerja eselon I;
c. unit kerja eselon II; dan
d. UPT.

Pasal 3
Sistem akuntabilitas kinerja meliputi:
a. rencana strategis;
b. perjanjian kinerja;
c. pengukuran kinerja;
d. pengelolaan data kinerja;
e. pelaporan kinerja; dan
f. reviu dan evaluasi kinerja.

Pasal 4
(1) Rencana strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a merupakan dokumen perencanaan yang berisi
target yang ingin dicapai dalam kurun waktu 1 (satu)
sampai

5

(lima)

tahun

secara

sistematis

dan

berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi,
peluang, dan kendala yang ada.
(2) Rencana strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi landasan penyelenggaraan Sistem akuntabilitas
kinerja dan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
rencana kerja dan anggaran serta perjanjian kinerja.
(3) Rencana strategis di lingkungan Kementerian ditetapkan
untuk masa 5 (lima) tahun.
(4) Rencana strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk:

-6-

a. kementerian ditetapkan oleh Menteri;
b. unit kerja eselon I ditetapkan oleh pemimpin unit kerja
eselon I dengan mengacu pada rencana strategis
Kementerian;
c. unit kerja eselon II ditetapkan oleh pemimpin unit
kerja eselon II dengan mengacu pada rencana strategis
eselon I; dan
d. UPT ditetapkan oleh pemimpin UPT dengan mengacu
pada rencana strategis eselon I.

Pasal 5
(1) Rencana strategis sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
huruf a memuat:
a. visi dan misi;
b. tujuan strategis;
c. sasaran strategis;
d. indikator kinerja;
e. target kinerja; dan
f.

rencana anggaran.

(2) Indikator kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, terdiri atas:
a. Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) digunakan
pada tingkat kementerian;
b. Indikator kinerja program digunakan pada tingkat unit
kerja eselon I; dan
c. Indikator kinerja kegiatan digunakan pada tingkat unit
kerja eselon II dan UPT.

Pasal 6
(1) Perjanjian Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b merupakan lembar/dokumen yang berisikan
penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi
kepada pemimpin instansi yang lebih rendah untuk
melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan
indikator kinerja.

-7-

(2) Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk :
a. Kementerian memuat sasaran strategis, indikator
kinerja, target kinerja dan anggaran;
b. unit kerja eselon I memuat sasaran strategis, indikator
kinerja, target kinerja dan anggaran;
c. unit kerja eselon II dan UPT memuat sasaran strategis,
indikator kinerja, target kinerja dan anggaran.
(3) Perjanjian kinerja disusun paling lambat satu bulan
setelah dokumen pelaksanaan anggaran disahkan.
(4) Perjanjian kinerja dapat disesuaikan apabila terjadi:
a. pergantian atau mutasi pejabat; dan
b. perubahan program, prioritas, kegiatan, dan alokasi
anggaran yang mempengaruhi pencapaian tujuan dan
sasaran.
(5) Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuat sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam

Lampiran

I

yang

merupakan

bagian

tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 7
(1) Sekretaris Jenderal menyusun perjanjian kinerja pada
tingkat kementerian.
(2) Pimpinan unit kerja eselon I menyusun perjanjian kinerja
tingkat unit kerja eselon I yang ditandatangani oleh
Pimpinan unit kerja eselon I dengan Menteri.
(3) Pimpinan unit kerja eselon II menyusun perjanjian kinerja
pada tingkat unit kerja eselon II yang ditandatangani oleh
pimpinan unit kerja eselon II dan pimpinan unit kerja
eselon I yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Direktorat
Jenderal/Sekretaris

Inspektorat

Jenderal/Sekretaris

Badan/Kepala Biro Umum.
(4) Pimpinan UPT menyusun perjanjian kinerja tingkat UPT
dan ditandatangani oleh pimpinan UPT dan pimpinan unit
kerja eselon I yang dikoordinasikan oleh Sekretaris
Direktorat
Umum.

Jenderal/Sekretaris

Badan/Kepala

Biro

-8-

(5) Perjanjian kinerja unit kerja eselon I, unit kerja eselon II
dan UPT yang telah ditandatangani, disampaikan kepada
Sekretaris Jenderal.

Pasal 8
(1)

Kementerian, unit kerja eselon I, unit kerja eselon II, dan
UPT melakukan pengukuran kinerja sesuai target yang
ditetapkan dalam perjanjian kinerja secara periodik.

(2)

Pengukuran

kinerja

dilakukan

dengan

cara

membandingkan realisasi kinerja dengan target kinerja
yang dicantumkan dalam lembar / dokumen Perjanjian
Kinerja dalam rangka pelaksanaan APBN tahun berjalan.
(3)

Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 9
(1) Kementerian, unit kerja eselon I, unit kerja eselon II, dan
UPT melakukan pengelolaan data kinerja dengan cara
mencatat, mengolah, dan melaporkan data kinerja.
(2) Pengelolaan data kinerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. penetapan data dasar (baseline data);
b. penyediaan

instrumen

perolehan

data

berupa

pencatatan dan registrasi;
c. penatausahaan dan penyimpanan data; dan
d. pengkompilasian dan perangkuman.

Pasal 10
(1) Kementerian, unit kerja eselon I, unit kerja eselon II, dan
UPT wajib menyusun laporan kinerja tahunan.
(2) Penyusunan

laporan

kinerja

tahunan

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim penyusun
laporan kinerja pada:

-9-

a. tingkat Kementerian ditetapkan oleh Menteri;
b. tingkat Unit kerja eselon I ditetapkan oleh pemimpin
unit kerja eselon I;
c. tingkat Unit kerja eselon II ditetapkan oleh pemimpin
unit kerja eselon II; dan
d. tingkat UPT ditetapkan oleh pemimpin UPT.

Pasal 11
(1) Laporan

kinerja

berisi

ikhtisar

pencapaian

sasaran

sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja.
(2) Ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menyajikan informasi tentang :
a. pencapaian tujuan dan sasaran organisasi;
b. realisasi pencapaian indikator kinerja;
c. analisis pencapaian kinerja yang memuat hambatan
dan

permasalahan

yang

dihadapi

serta

langkah

antisipasi ke depan yang dilakukan; dan
d. pembandingan capaian indikator kinerja tahun berjalan
dengan target rencana strategis.

Pasal 12
(1)

Menteri menyampaikan laporan kinerja kementerian
kepada

Menteri

Pembangunan

Keuangan,

Nasional/Kepala

Menteri

Perencanaan

Badan

Perencanaan

Pembangunan Nasional, dan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi paling lambat
2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
(2)

Pimpinan unit kerja eselon I menyampaikan laporan
kinerja kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal
dengan tembusan kepada Biro Keuangan paling lambat
minggu kedua bulan Februari tahun anggaran berjalan.

(3)

Pimpinan satuan kerja eselon II dan UPT menyampaikan
laporan kinerja kepada pimpinan unit kerja eselon I dan
Kepala Biro Keuangan Sekretariat Jenderal paling lambat
minggu keempat bulan Januari tahun anggaran berjalan.

-10-

Pasal 13
(1)

Inspektorat Jenderal melakukan reviu atas laporan
kinerja Kementerian dan unit kerja eselon I.

(2)

Hasil reviu atas laporan kinerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri dan Menteri
Pendayagunaan

Aparatur

Negara

dan

Reformasi

Birokrasi.

Pasal 14
(1)

Evaluasi atas implementasi Sistem akuntabilitas kinerja
merupakan

penilaian

pemerintah

dalam

atas

fakta

objektif

instansi

mengimplementasikan

Sistem

akuntabilitas kinerja.
(2)

Evaluasi atas implementasi Sistem akuntabilitas kinerja
bertujuan:
a. memperoleh informasi tentang implementasi Sistem
akuntabilitas kinerja;
b. menilai akuntabilitas kinerja unit kerja di lingkungan
Kementerian;
c. memberikan saran perbaikan untuk peningkatan
kinerja dan penguatan akuntabilitas unit kerja di
lingkungan Kementerian; dan
d. memantau tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi
periode sebelumnya.

(3)

Evaluasi atas implementasi Sistem akuntabilitas kinerja
dilaksanakan dengan mengacu pada pedoman evaluasi
Sistem

akuntabilitas

Sekretaris

Jenderal

kinerja

yang

ditetapkan

setelah

berkoordinasi

oleh

dengan

Inspektur Jenderal.

Pasal 15
(1) Inspektorat Jenderal bersama Biro Keuangan melakukan
evaluasi atas implementasi Sistem akuntabilitas kinerja
unit kerja eselon I Kementerian.

-11-

(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Menteri dan Menteri Pendayagunaan
Aparatur

Negara

dan

Reformasi

Birokrasi

dengan

tembusan pimpinan unit kerja eselon I.

Pasal 16
(1) Biro Keuangan melakukan evaluasi atas implementasi
Sistem akuntabilitas kinerja unit kerja eselon II dan UPT
di lingkungan Kementerian.
(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada unit kerja eselon II dan UPT tersebut
dengan tembusan pimpinan unit kerja eselon I.

Pasal 17
Menteri dapat memberikan penghargaan kepada unit kerja
dalam

rangka

meningkatkan

implementasi

Sistem

akuntabilitas kinerja Kementerian.

Pasal 18
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

-12-

Pasal 19
Peraturan Menteri ini berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar

setiap

orang

mengetahuinya,

memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam berita negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Maret 2016

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

ANIES BASWEDAN

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 21 Maret 2016

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 426
Salinan sesuai dengan aslinya,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

TTD.

Aris Soviyani
NIP 196112071986031001