SPIRITUALITAS PELAYANAN IBU TERESA DARI KALKUTA SEBAGAI TELADAN BAGI KATEKIS DALAM MEWUJUDKAN SEMANGAT PELAYANAN BAGI KAUM MISKIN SKRIPSI
SPIRITUALITAS PELAYANAN IBU TERESA DARI KALKUTA SEBAGAI TELADAN BAGI KATEKIS DALAM MEWUJUDKAN SEMANGAT PELAYANAN BAGI KAUM MISKIN S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:
Marantika Br Tarigan NIM: 071124030
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orangtuaku, kakak-kakak, adikku dan kepada semua orang yang mencintai kaum miskin.
MOTTO
“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa.”
(Rm 12:12)
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “SPIRITUALITAS PELAYANAN IBU TERESA
SEBAGAI TELADAN BAGI KATEKIS DALAM MEWUJUDKAN
SEMANGAT PELAYANAN BAGI KAUM MISKIN ”. Judul ini dipilihberdasarkan pada fakta yang ada bahwa masih banyak katekis yang kurang memahami dan menghayati semangat pelayanannya bagi kaum miskin. Katekis cenderung lebih menutup diri terhadap kaum miskin karena menurut mereka melakukan pelayanan yang bersifat liturgis jauh lebih penting untuk dilaksanakan dibandingkan dengan melayani kaum miskin.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana para katekis dapat dibantu untuk semakin menyadari dan menghayati spiritualitas pelayanan bagi kaum miskin dengan belajar dari pelayanan yang dilakukan oleh Ibu Teresa. Dengan begitu katekis diharapkan semakin memahami dan menghayati makna panggilannya dalam melayani kaum miskin.
Dalam menanggapi persoalan tersebut, penulis merasa perlu adanya proses pengenalan lebih dekat akan sosok Ibu Teresa beserta karya-karyanya dalam melayani kaum miskin. Dalam skripsi ini penulis akan memaparkan riwayat hidup Ibu Teresa dan proses perjalanan karya pelayanannya, mulai dari panggilan pertamanya untuk menjadi suster biara Loreto sampai saat dia menerima panggilan kedua yang sering dia sebut sebag ai “panggilan dalam panggilan”. Pengenalan lebih dekat terhadap sosok Ibu Teresa diharapkan memberikan inspirasi bagi katekis untuk meneladan karya-karya pelayanan Ibu Teresa. Selain itu juga penulis ingin memberikan penyadaran kepada katekis untuk semakin memahami arti pelayanan bagi kaum miskin, bahwa melayani kaum miskin itu bukanlah hanya kegitan sosial belaka yang wajib dilakukan untuk membantu sesama kita yang miskin, tetapi menyadarkan katekis untuk melihat Kristus yang hadir dalam diri kaum miskin, pelayanan yang dilakukan bukan semata-mata pelayanan sosial kemanusiaan, tetapi pelayanan kepada Kristus sendiri yang hadir bersama kaum miskin.
Pada bagian akhir penulis mengusulkan sebuah program katekese umat model
Shared Christian Praxsis
yang berjudul “Spiritualitas pelayanan Ibu Teresa sebagai teladan bagi katekis dalam mewujudkan semangat pelayananan bagi Tuhan melalui sesama yang miskin” sebagai salah satu upaya yang dapat ditempuh agar para katekis semakin memahami dan memaknai arti pelayanannya bagi kaum miskin dengan melihat dan mendalami karya-karya pelayanan Ibu Teresa bagi kaum miskin.
ABSTRACT
The title of this small thesis is “THE SPIRITUALITY OF MOTHER TERESA AS AN EXAMPLE FOR CATECHIST THEIR MAKING TO SERVE THE POOR
”. The title was chosen based on the fact that many catechists do not understand and appreciate the spirit of their service to the poor. Catechist ten to be more closed to the poor. For them to serve the poor is not an obligation that is needed to be implemented. Chatechists ten to be more concerned with their own lives and give prioritize services that are liturgical, thus set aside the service for the poor.
The main issue in small this thesis is how the catechist can be helped to become more aware and appreciate the service to the poor by learning from the service that had been performed by Mother Teresa. By doing so, catechist are expected to increasingly understand and appreciate the meaning of their vocation, which in turn catechists are also able to appreciate and do the service for the poor.
In response to these issues, the writer felt the need for a closer identification process with the figure of Mother Teresa and all her works and service for the poor. This writing firs describes the life history of Mother Teresa and the way she followed the call. From the first time she entered the convent and became a Loreto’ sister until she received a second call that is often referred to as a “call within a call” and gave her whole life there.
Introduction closer to the figure of Mother Teresa’s exsample and her services toward the poor. In addition, the writer also wold like to provide an awareness for catechists to further understand the meaning of the service to the poor: that serving the poor is not merely social activities that must be done in order to help the poor, but rather catechists realization that Chris loves the poor and is present and struggle in the life of the poor. Therefore, the service to the poor does not just merely humanitarian social service, but a Christian act and service to Christ himself who is present in the life of the poor.
Finally , this writing proposes a model of human catehetical program Shared Christian Praxsis, entitled “Spirituality of mother Teresa as an Exemplary Services For Chatechist in Delivering Services for God through Their Services to The Poor,” as one of the measures that can be taken so that the catechists increasingly understand and develop their appreciation and services to the poor by looking and imitating the works of Mother Teresa towards to the poor.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah yang maha berbelas kasih dan kepada Bunda maria yang penuh cinta di mana atas berkat dan penyertaannya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“SPIRITUALITAS
PELAYANAN IBU TERESA DARI KALKUTA SEBAGAI TELADAN BAGI
KATEKIS DALAM MEWUJUDKAN SEMANGAT PELAYANAN BAGI
KAUM MISKIN ”.Dalam skripsi ini penulis mengangkat keprihatinan yang selama ini terjadi di kalangan katekis di mana mereka masih sulit untuk melayani kaum miskin. Penulis menyadari bahwa banyak orang yang dapat dijadikan teladan dalam melayani kaum miskin tetapi penulis memilih Ibu Teresa karena Ibu Teresa merupakan sosok yang teguh dalam panggilan dan begitu mencintai kaum miskin, dan dia selalu menegaskan bahwa karya-karya yang dia lakukan bukan sekedar kegiatan sosial tetapi dia melakukan itu semua karena Yesus, dia melihat Yesus dalam diri orang miskin. Oleh karena itu penulis sebagai calon katekis merasa tergugah oleh sosok Ibu Teresa yang begitu sederhana dan penuh cinta dalam melayani kaum miskin.
Banyak pelajaran hidup yang penulis dapat dalam menyelesaikan skripsi ini dan penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak yang telah memberikan perhatian, dorongan, motivasi dan inspirasi bagi penulis. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen utama yang telah meluangkan banyak waktu, perhatian dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis serta
2. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen penguji kedua dan sebagai dosen pembimbing akademik yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing penulis selama studi sampai pada pertanggungjawaban skripsi ini.
3. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung., S.J., M.Ed., sebagai kaprodi IPPAK dan dosen penguji ketiga yang telah memberikan dukungan dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan skrispsi ini serta kesediaanya membimbing sekaligus memeriksa skripsi dan menguji penulis.
4. Bapak-Ibu dosen dan Segenap staf prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah mendampingi dengan setia serta menjadi rekan selama penulis melaksanakan studi di IPPAK-USD Yogyakarta.
5. Yakobus Naya Leoema yang dengan setia menemani, memperhatikan dan selalu memberi dorongan serta semangat untuk secepatnya menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-temanku Tarmilla Br Tarigan, Paskarada Gerada, Hermi Marbun, Santri Dor, Niken Pratiwi, Ade Mardiana, Rosita Dangin, Yuniarti Ninu, Karolina Ohuiliun, Deslita Angelina Br Tarigan yang telah mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Grup Labo Piga Bagi Kam Eina yang beranggotakan Imalia Br Sembiring, Tarmilla Br Tarigan, Alan Dwinta Karo Sekali, Roy Yoseph Gomgom Sinambela, Harry Dwi Saputra Ginting, Dedi Silva Sinulingga, Mahendra Barus, Jefry Pinem yang selalu menyemangati penulis selama proses penulisan sampai terselesaikannya skripsi ini.
8. Semua rekan-rekan seangkatan 2007 yang telah memberikan perhatian dan
DATAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iv MOTTO. .................................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................................................... vii ABSTRAK ................................................................................................................ viii
ABSTRACT ................................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xvii BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................
1 A.
1 Latar Belakang ...........................................................................................
B.
5 Rumusan Masalah ......................................................................................
C.
5 Tujuan Penulisan ........................................................................................
D.
6 Manfaat Penulisan ......................................................................................
E.
6 Metode Penulisan .......................................................................................
F.
6 Sistematika Penulisan .................................................................................
BAB II. IBU TERESA DAN SPIRITUALITAS PELAYANANNYA ....................
8 A.
8 Riwayat hidup Ibu Teresa ...........................................................................
B.
Spiritualitas Pelayanan Ibu Teresa ............................................................. 13 1.
Pengertian Spiritualitas ......................................................................... 13 2. Spiritualitas Pelayanan ......................................................................... 14 3. Ciri-ciri Pelayanan ................................................................................ 15 4. Spiritualitas Pelayanan Ibu Teresa ....................................................... 16 C. Karya dan Pelayanan Ibu Teresa ................................................................ 18 1.
Mengajar anak-anak miskin di Motijhil ............................................... 18
3. Shisu Bhavan ........................................................................................ 22 4.
Sealdah Stasion ..................................................................................... 23 5. Nirmal Hriday atau Wisma Hati nan Murni ......................................... 23 6. Prem Daan ............................................................................................ 24 7. Shantinagar/ Rumah bagi Orang-orang Berkusta ................................. 25 8. Membangun Klinik Kesehatan ............................................................. 25 9. Protima Sen School .............................................................................. 26 D. Hambatan yang dialami oleh Ibu Teresa pada Awal Karyanya ................ 26 1.
Perubahan Gaya Hidup ......................................................................... 26 2. Tiadanya Bekal ..................................................................................... 27 3. “Ladang” yang Amat Berbeda .............................................................. 28 4. Memulai dengan Sendirian ................................................................... 28 E. Pandangan Ibu Teresa Terhadap Penderitaan ............................................. 29 F. Cinta Kasih Ibu Teresa .............................................................................. 31 1.
Mencintai Kristus dengan Melayani Sesama ....................................... 31 2. Melayani dengan Berbagi Kehidupan .................................................. 33 G. Teladan Hidup Ibu Teresa .......................................................................... 34 1.
Ibu Teresa Teladan dalam Keheningan ................................................ 34 2. Ibu Teresa Teladan dalam Doa ............................................................. 35 3. Ibu Teresa Teladan dalam Iman .......................................................... 36 4. Ibu Teresa Teladan dalam Cinta ........................................................... 36 5. Ibu Teresa Teladan dalam Melayani .................................................... 37 6. Ibu Teresa Teladan dalam Perdamaian ................................................. 39 BAB III. SEMANGAT PELAYANAN KATEKIS BAGI KAUM MISKIN ...........
40 A. Pengertian Katekis ...................................................................................... 41 B. Spiritualitas Katekis ……………………………………………………... 43 1.
Keterbukaan terhadap Sabda ................................................................ 43 2. Keutuhan dan Keaslian Hidup ............................................................. 45 3. Semangat Misioner ............................................................................... 46 4. Devosi kepada Bunda Maria ………………………………………... 47 C. Kemampuan yang perlu dimiliki Katekis .................................................. 48
2. Mampu Menjadi Teladan …………………………………………. ... 49 3.
Mampu berefleksi dan Kehidupan Rohani yang Mendalam ……….. . 50 4. Mampu Menjadi Pemimpin ................................................................. 51 D. Peran Katerkis dalam Tugas Perutusannya ................................................ 52 1.
Panggilan dan Perutusan Katekis …………………………………… 52 2. Peran Katekis dalam Tugas Perutusannya …………………………. .. 53 a.
Peran Katekis dalam Tugas Perutusannya di Sekolah .................... 54 b. Peran Katekis dalam Tugas Perutusannya di Paroki ........................ 54 c. Peran Katekis dalam Tugas Perutusannya di dalam Struktur Pemerintahan ...................................................................................
55 E. Pelayanan Katekis bagi Kaum Miskin ...................................................... 56 1.
Pengertian Kaum Miskin ...................................................................... 56 2. Gereja dan Kaum Miskin...................................................................... 57 3. Peran Katekis dalam Pelayanan bagi Kaum Miskin ............................ 60 F. Ibu Teresa sebagai Teladan bagi Katekis dalam Mewujudkan Semangat
Pelayanan bagi Kaum Miskin ..................................................................... 62
BAB IV. USAHA MENINGKATKAN SEMANGAT PELAYANAN KATEKIS BAGI KAUM MISKIN BERDASARKAN TELADAN PELAYANAN IBU TERESA BAGI KAUM MELALUI KATEKESE UMAT ............
69 A. Arti Katekese Umat .................................................................................... 70 B. Tujuan Katekese Umat ............................................................................... 71 C. Shared Christian Praxis Sebagai Suatu Alternatif Model Katekese Umat 71 1.
Pengertian Shared Christian Praxis .................................................... 72 a.
Praxis ............................................................................................. 73 b. Christian ......................................................................................... 74 c. Shared ............................................................................................ 75 2. Langkah-langkah Shared Christian Praxis .......................................... 76 a.
Langkah 0: Pemusatan Aktivitas .................................................... 76 b. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Peserta (Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta) ..............................
77 c. Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup peserta (Mendalami Pengalaman Hidup Peserta) ...........................
77
Lebih Terjangkau (Menggali Pengalaman Iman Kristian) .............
78 e. Langkah IV: Interpretasi/Tafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi
Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta (Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret) .......................................
79 f. Langkah V : Keterlibatan Baru demi Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia Ini (Mengusahakan Suatu Aksi Konkret) .......................
80 D. Usaha Meningkatkan Pelayanan Katekis bagi Kaum Miskin Berdasarkan Teladan Pelayanan Ibu Teresa Melalui Katekese Umat .........................
81 1. Latar Belakang Program Katekese Umat ............................................ 81 2. Alasan Pemilihan Tema ...................................................................... 81 3. Rumusan Tema dan Tujuan Katekese Umat ....................................... 82 4. Penjabaran Usulan Program Katekese Model SCP ............................ 85 5. Petunjuk Pelaksanaan Program ......................................................... 89 6. Contoh Persiapan Katekese Umat ....................................................... 89
BAB V. PENUTUP ................................................................................................... 104 A. Kesimpulan ............................................................................................... 108 B. Saran ........................................................................................................ 106 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 108 LAMPIRAN .............................................................................................................. 110 Lampiran 1: Lagu “Bahasa Cinta” dan “Kasih Pasti Lemah Lembut” ..................... (1) Lampiran 2: Film “Mother Teresa” ........................................................................... (2) Lampiran 3: Matius 22:34-40 .................................................................................... (3) Lampiran 4: Cerita “Aku Haus” ................................................................................ (4) Lampiran 5: Cerita “Pino Siapa Saudaramu?” .......................................................... (5) Lampiran 6: Cerita “Pino Ingin Bertemu Tuhan” ..................................................... (7)
DAFTAR SINGKATAN A.
Singkatan Kitab Suci
Daftar singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Dirjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam Rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.
8. B.
Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman, tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
RN : Rerum Novarum, Ensiklik Paus Leo XIII mengenai kondisi kelas kerja dan nasib para buruh, Mei 1891.
C. Singkatan Lain
ASG : Ajaran Sosial Gereja Bdk : Bandingkan DokPen : Dokumentasi dan Penerangan FABC : Faderation of Asian Bishop Conferences Hal : Halaman
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik KAS : Keuskupan Agung Semarang KomKat : Komisi Kateketik
KOPTARI : Konferensi Tarekat Religius Indonesia KWI : Konferensi Waligereja Indonesia MASRI : Majelis Antar Serikat Religius Indonesia MAWI : Majelis Waligereja Indonesia PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia SCP : Shared Christian Praxsis St : Santa USD : Universitas Sanata Dharma
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu Teresa merupakan sosok wanita yang tangguh dan tekun dalam
menjalankan setiap tugas pelayanannya meskipun banyak permasalahan yang dihadapinya tetapi dia tetap tenang dan menyerahkan semuanya kepada Allah.
Dalam melaksanakan tugas pelayanan Ibu Teresa tidak hanya berbicara saja melainkan dia mewartakan Kristus dengan perbuatan yaitu dengan menghadirkan kasih Kristus dalam kehidupan orang miskin, menderita, tertindas dan cacat. Sosok seperti Ibu Teresa sulit ditemukan pada saat ini karena memang tidak mudah menemukan orang yang benar-benar mencintai kaum miskin. Hal ini sungguh berbeda dengan Ibu Teresa karena Ibu Teresa melihat kemiskinan sebagai fakta hidup untuk mempraktekkan kasih Allah.
Ibu Teresa hadir di Kalkuta bukan hanya sekedar untuk merealisasikan tugasnya sebagai seorang biarawati tetapi di sana ia menemukan kehidupan sebagai seorang yang percaya kepada Kristus yang sesungguhnya. Di Kalkuta ia melihat dunia yang sesungguhnya, dunia yang majemuk bukan hanya dari segi agama, tetapi juga persoalan. kondisi yang seperti itu membuat hati Ibu Teresa tidak tenang dan selalu ingin melakukan sesuatu untuk mereka. Ibu Teresa merupakan pribadi yang memiliki semangat dalam melayani dan juga mampu mengambil bagian dalam sengsara dan penderitaan Kristus, yang tetap senasib dengan orang yang menderita sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara- Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40). Ibu Teresa mengatakan bahwa apa yang Ibu Teresa lakukan bersama para suster Misionaris Cinta Kasih, mereka melakukannya demi Yesus, mereka berjumpa dengan Yesus 24 jam sehari melalui kaum miskin, mereka merasa bahwa perjumpaan mereka bersama Kristus melalui kaum miskin sangat mebahagiakan karena bagi mereka kaum miskin begitu menarik hati. Kaum tidak membutuhkan rasa simpati dan belas kasihan, tetapi mereka membutuhkan cinta kasih dan perhatian yang tulus (Hartono, 1998: 12). Di sini dapat dilihat bahwa Ibu Teresa sungguh-sungguh menyerahkan seluruh hidupnya untuk melayani kaum miskin, dia begitu bahagia ketika dia bisa melayani mereka. Ibu Teresa melakukan semuanya itu bukan karena rasa kasihan tetapi karena cinta kasihnya kepada Kristus dan dia wujudkan melalui mereka yang miskin dan menderita.
Ibu Teresa memiliki sepiritualitas kerohanian yang sungguh mengutamakan Allah. Ibu Teresa tidak pernah memandang perbedaan sosial, agama dan budaya. Dia mencintai semua orang yang miskin dan menderita tanpa memperhatikan orang itu dari kalangan apa, cara hidupnya juga sangat sederhana, cintanya kepada Tuhan mengalahkan semuanya. Dia selalu percaya bahwa Tuhan selalu meyertai dia, sehingga dia tidak pernah takut dalam menjalankan pelayanannya, dia percaya bahwa Tuhan pasti akan selalu memberi jalan kepadanya di saat dia mengalami kesusahan karena dia melakukan apa yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Sikap dan pandangan Ibu Teresa ini sungguh-sungguh dapat memberikan inspirasi dan teladan bagi siapa saja yang ingin melayani kaum miskin
Ibu Teresa pernah mengatakan sebagaimana yang dikutip oleh Krispurwana Cahyadi (2010: 220) bahwa “Tuhan memanggil kita bukan untuk sukses, dia memanggil kita untuk setia”. Ini menunjukkan bahwa kesuksesan itu bukanlah hal yang utama dalam hidup ini tetapi kesetiaan pada jalan kita menapaki kehidupan ini, bersama Dia yang memanggil kita yang paling penting. Menemukan orang yang setia pada jalan Allah memang tidak mudah karena banyak adalah orang yang ingin sukses dan terkenal tanpa harus bersusah payah mengikuti apa yang sudah diminta oleh Allah kepadanya.
Menolong orang-orang yang miskin dan menderita merupakan sesuatu yang wajib bagi Ibu Teresa karena ia melihat bahwa Tuhan ada di dalam diri mereka, sehingga tidak ada kata menyerah dalam memberikan kasih bagi mereka yang sudah mendekati ajalnya, mereka yang dianggap sampah oleh pemerintah dan juga masyarakat, serta mereka yang sudah tak dianggab oleh orang yang ada di sekitar mereka. Semuanya dibawa dan dirawat oleh Ibu Teresa sehingga mereka yang tadinya merasa ditinggalkan dan tidak dianggab oleh orang lain benar-benar dapat merasakan cinta kasih dan kedamaian yang diberikan oleh Ibu Teresa. Soal pluralitas yang menjadi latar medan pelayanannya, Ibu Teresa berkata bahwa agama, suku, ras dan budaya tidak menjadi penghalang baginya untuk mewujudkan kasih Allah bagi kaum miskin karena Iman harus dikonkritkan dalam kebersamaan hidup, kebersamaan dalam hal suka maupun duka. Hal yang utama dalam beragama bukanlah (dokrin dan praktek) secara eksklusif, namun bagaimana keterbukaan sikap dan pemikiran untuk melihat orang lain, sebagai bagian dari rencana usaha penyelamatan Kristus. Ibu Teresa tidak berdialog dengan agama lain dalam tataran
Zaman sekarang ini pribadi seperti Ibu Teresa tidak mudah untuk ditemukan karena pada kenyataannya banyak orang lebih mementingkan kehidupannya sendiri. Hal yang sama juga berlaku bagi katekis di mana penulis mendengar dan melihat bahwa banyak katekis yang begitu khawatir akan kehidupannya sehingga banyak katekis yang menutup mata untuk melayani kaum miskin. Banyak katekis yang merasa mereka tidak mampu melayani kaum miskin.
Selain itu banyak katekis yang begitu mengutamakan pelayanan-pelayanan yang bersifat liturgis sehingga mengesampingkan pelayanan mereka bagi kaum miskin, bagi mereka melayani kaum miskin bukan kewajiban yang harus mereka lakukan.
Penulis merasa tertarik dengan semangat pelayanan Ibu Teresa karena di dalam melaksanakan pelayanannya dia selalu percaya dan berserah pada Tuhan. Ibu Teresa tidak pernah merasakan bahwa Tuhan tidak menyayanginya atau Tuhan meninggalkannya meskipun dia sedang mengalami banyak masalah dalam hidupnya. Sumua masalah yang dialaminya dia jadikan sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Semakin banyak masalah yang dialaminya semakin dia dekat dengan Tuhan. Baginya masalah itu adalah anugrah yang harus disyukuri karena semakin banyak masalah Allah semakin cinta dengan kita.
Semangat pelayanan Ibu Teresa ini dapat dijadikan sebagai inspirasi dan teladan bagi siapa saja yang ingin melayani Tuhan melalui kaum miskin, tak terkecuali bagi katekis. Katekis sebagai murid Kristus sudah seharusnya menyadari hukum yang pertama dan utama yaitu kasih kepada Allah dan sesama terutama sesama yang menderita. Katekis diajak untuk semakin menanggapi panggilan Allah dengan berkarya melayani Allah melalui sesama yang miskin dan menderita. Oleh
“SPIRITUALITAS PELAYANAN IBU TERESA DARI KALKUTA SEBAGAI
TELADAN BAGI KATEKIS DALAM MEWUJUDKAN SEMANGAT
PELAYANAN BAGI KAUM MISKIN”. Harapan penulis, spiritualitas dan karya
Ibu Teresa dapat dijadikan teladan bagi katekis dalam melaksanakan tugas pelayanannya bagi kaum miskin serta katekis semakin menyadari bahwa mencintai dan melayani kaum miskin merupakan tugas yang penting dan tidak boleh dilupakan atau diabaikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan spiritualitas pelayanan Ibu Teresa?
2. Apa yang dimaksud dengan pelayanan Katekis?
3. Bagaimana spiritualitas Ibu Teresa dijadikan sebagai inspirasi dan teladan bagi katekis dalam mewujudkan semangat pelayanan bagi kaum miskin?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk memahami spiritualitas pelayanan Ibu Teresa bagi kaum miskin.
2. Untuk mengetahui tugas pelayanan katekis bagi kaum miskin.
3. Untuk mengetahui karya-karya dan jalan hidup Ibu Teresa katekis semakin termotivasi untuk melayani kaum miskin.
4. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
D. Manfaat Penulisan
1. Meningkatkan pemahaman spiritualitas Ibu Teresa bagi katekis dalam melayani kaum miskin.
2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi katekis untuk meningkatkan semangat pelayanan dalam perkembangan zaman dewasa ini dan sebagai acuan untuk menjadikan katekis lebih peka dengan situasi tersebut.
3. Katekis menghayati spiritualitas pelayanannya bagi kaum miskin dengan meneladani pelayanan Ibu Teresa.
E. Metode Penulisan
Skripsi ini disusun dengan memakai metode deskriptif analisis yang menggambarkan dan menganalisa permasalahan yang ada untuk menemukan jalan pemecahan yang memadai atas sebuah studi pustaka dari berbagai buku refrensi karangan ilmiah yang berkaitan dengan tema yang diangkat oleh penulis.
F. Sistematika Penulisan
Penulis memilih judul skripsi
”SPIRITUALITAS PELAYANAN IBU
TERESA DARI KALKUTA SEBAGAI TELADAN BAGI KATEKIS DALAM
MEWUJUDKAN SEMANGAT PELAYANAN BAGI KAUM MISKIN” yang
akan diuraikan dalam lima bab sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Teresa yang terbagi dalam tujuh bagian pokok yakni riwayat hidup Ibu Teresa, spiritualitas pelayanan Ibu Teresa, karya dan pelayanan Ibu Teresa, hambatan yang dialami Ibu Teresa pada awal karyanya, pandangan Ibu Teresa terhadap penderitaan, cinta kasih Ibu Teresa dan teladan hidup Ibu Teresa.
Bab III menjelaskan mengenai semangat pelayanan katekis bagi kaum miskin berdasarkan teladan pelayanan Ibu yang terbagi dalam empat bagian pokok yakni pengertian katekis, spiritualitas katekis, kemampuan katekis, peran katekis dalam tugas perutusannya, pelayanan katekis bagi kaum miskin, Ibu Teresa sebagai teladan bagi katekis dalam mewujudkan semangat pelayanan bagi kaum miskin.
Bab IV merupakan sumbangan pendampingan bagi katekis dalam usaha meningkatkan pelayanan katekis bagi kaum miskin berdasarkan teladan pelayanan Ibu Teresa melalui katekese umat, dengan menggunakan model Shared Christian Praxsis .
Bab V merupakan bagian akhir dari penulisan yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II IBU TERESA DAN SPIRITUALITAS PELAYANANNYA Tokoh seperti Ibu Teresa merupakan sosok yang sulit ditemukan pada abad ini karena banyak karya-karya yang dia lakukan bagi kaum miskin. Karya pelayanan yang ia berikan bagi kaum miskin di Kalkuta mampu membuka mata dunia untuk mengenal lebih jauh sosok Ibu Teresa. Pribadi Ibu Teresa membuat hati setiap orang yang mengenalnya luluh dan simpatik akan apa yang ia lakukan bagi kaum miskin. Untuk lebih mengenal sosok dan spiritualitas pelayanan Ibu Teresa maka dalam bab ini akan diuraikan tentang riwayat hidup Ibu Teresa, spiritualitas pelayanan Ibu Teresa, karya dan pelayanan Ibu Teresa, hambatan yang dialami Ibu Teresa dan teladan hidup Ibu Teresa.
A. Riwayat Hidup Ibu Teresa
Buku yang berjudul Ibu Teresa (Langford, 2010: 10-16) menjelaskan mengenai sejarah singkat riwayat hidup Ibu Teresa.
Ibu Teresa lahir pada tanggal 26 Agustus 1910 di Skopje, (saat ini di Macedonia) Yugoslavia dari suatu keluarga Albania sebagai yang bungsu dari tiga bersaudara putra-putri Bapak Nicholas Bojaxhiu dan Ibu Drane Bojaxhiu. Ia dibabtis dengan nama Agnes Gonxa Bojaxhiu yang berarti kuncup bunga. Di sekolah dasar dia tumbuh dalam ketertarikan besar akan misi di luar negeri, dan ketika berusia 12 tahun Ibu Teresa telah memutuskan untuk membaktikan hidup untuk membantu sesama (Langford, 2010: 10). Pada usia 14 tahun Ibu Teresa sudah pada umur 18 tahun, bulan September 1928, Agnes masuk Biara Suster-suster Loreto di Irlandia. Ia memilih nama Suster Maria Teresa sebagai kenangan akan St.
Theresia Kecil dari Lisieux yang sering disebut sebagai “Bunga Kecil” (Beding, 1989: 94).
Pada bulan Desember, Sr. Teresa meninggalkan Irlandia dan berangkat ke India dan tiba di Kalkuta pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah mengucapkan Kaul Pertamanya pada tanggal 24 Mei 1931, Sr. Teresa ditugaskan untuk mengajar di sekolah lanjut atas untuk gadis-gadis Bengali yang dijalankan oleh suster Loreto di Entally sebelah timur Kalkuta. Selama kira-kira 20 tahun Sr. Teresa mengajar di sekolah itu, dia mengajar ilmu bumi dan sejarah. Bahkan Sr. Teresa sempat diangkat menjadi kepala sekolah. Suster Teresa juga mengajar di sekolah lain yang lingkungan sekolahnya berdekatan dengan biara Loreto yaitu St. Maria (Beding, 1989: 94).
Pada tanggal 10 September 1946, dalam perjalanan kereta api dari Kalkuta ke Darjeeling untuk menjalani retret tahunan, Ibu Teresa menerima “inspirasi”, “panggilan dalam panggilan”-nya. Pada hari itu, dengan suatu cara yang tidak pernah dapat dijelaskan, dahaga Yesus akan cinta dan akan jiwa-jiwa memenuhi hatinya. “Mari, jadilah cahaya bagi-Ku”. Sejak itu, Ibu Teresa dipenuhi hasrat “untuk memuaskan dahaga Yesus yang tersalib akan cinta dan akan jiwa- jiwa” dengan berkarya demi keselamatan dan kekudusan orang-orang termiskin dari yang miskin (Langford, 2010: 11).
Pada bulan Februari 1948, Ibu Teresa menanggalkan pakaian biaranya dan mengenakan sari India yang berwarna putih dengan pinggiran garis-garis warna
1948 Ibu Teresa keluar melewati gerbang Biara Loreto yang tenteram yang amat dicintainya untuk memasuki dunia orang-orang miskin (Beding, 1989: 105).
Untuk pertama kalinya setelah keluar dari biara Loreto yang sangat dicintainya Ibu Teresa memulai karya pelayanannya dengan mengajar anak-anak miskin yang berada di kampung kumuh padat penduduk di Moti Jhil. Kemampuannya sebagai guru digunakannya untuk mengajar anak-anak miskin dengan menggunakan tanah sebagai papan tulis, dan sebatang pohon sebagai atap dan tempat berteduh. Sebagai hadiah atas kehadiran anak-anak yang dia ajari Ibu Teresa membagikan sabun kepada murid-muridnya (Langford, 2010: 12).
Pada bulan Februari 1949, keluarga Michael Gomes meminjaminya sebuah ruangan di Creek Lane. Ibu Teresa pindah ke rumah itu hanya dengan membawa tas kecil dan menata ruangan untuk tidur dan kerja, dengan sepasang prabot untuk meja dan kursi. Setelah berita tentang Ibu Teresa tersebar orang-orang yang mengenalnya mulai membantu karya perutusannya yang baru itu (Langford, 2010: 12).
Pada tanggal 7 Oktober 1950, kongregasi Misionaris Cinta Kasih memperoleh pengakuan dari Gereja Katolik dengan persetujuan Paus Pius XII (Krispurwana Cahyadi, 2003b: 177-178). Awal tahun 1960-an, Ibu Teresa mulai mengutus para susternya ke bagian-bagian lain India. Dekrit Pujian yang dianugerahkan kepada Kongregasi oleh Paus Paulus VI pada bulan Februari 1965 mendorong Ibu Teresa untuk membuka rumah penampungan. Sejak tahun 1970- 1971 Ibu Teresa telah menambahkan rumah di India juga internasional yaitu London, Australia, Venezuela, Yordan dan Amerika Serikat (Wellman, 2002: 204). akhirnya di setiap benua. Pada tahun 1980 hingga 1990, Ibu Teresa membuka rumah-rumah penampungan di hampir di seluruh negara-negara komunis, termasuk Uni Soviet, Albania dan Kuba. Agar dapat menanggapi kebutuhan kaum miskin, baik jasmani maupun rohani, Ibu Teresa melangkah lebih lanjut dengan mendirikan lima komunitas religius tersendiri bagi pelayanan pada kaum miskin. Bersama para Suster, yang didirikan pada tahun 1950, dia mulai dengan cabang pria, Bruder- bruder Misionaris Cinta Kasih, berdiri 1966, kemudian para Suster Kontemplatif pada tahun 1976, pada tahun 1979 didirikan Bruder-bruder Kontemplatif, dan yang terakhir pada tahun 1984 didirikan Imam Misionaris Cinta Kasih untuk melayani luka batin dan kemiskinan rohani dari mereka yang dilayani oleh para suster serta Bruder (Langford, 2010: 15).
Mata dunia mulai terbuka terhadap Ibu Teresa dan karyanya. Pada 6 Januari 1970 Paus Pius VI menganugrahinya dengan Penghargaan Perdamaian Paus Yohanes XXIII. Penghargaan ini telah dipersiapkan oleh almarhum Paus Yohanes
XXIII untuk menghormati para pencipta perdamaian (Wellman, 2002: 204). Ia juga membentuk Kerabat Kerja Ibu Teresa dan Kerabat Kerja Sick and Suffering, yaitu orang-orang dari berbagai kalangan agama dan kebangsaan dengan siapa ia berbagi semangat doa, kesederhanaan, kurban silih dan karya sebagai pelayan cinta kasih.
Semangat ini kemudian mengilhami terbentuknya Misionaris Cinta Kasih awam (Krispurwana Cahyadi, 2003c: 217).
Atas permintaan banyak imam, pada tahun 1981 Ibu Teresa juga memulai Gerakan Corpus Christi bagi para imam sebagai “jalan kecil kekudusan” bagi mereka yang rindu untuk berbagi karisma dan semangat dengannya
Pada tahun 1997, tarekat Misionaris Cinta Kasih hampir mencapai 4000 orang, tergabung dalam 610 cabang dan tersebar di 120 negara dari berbagai belahan duniam (Wellman, 2002: 230). Pada bulan Maret 1997, Ibu Teresa memberikan restu kepada Sr. Nirmala MC, penerusnya sebagai Superior Jenderal Misionaris Cinta Kasih. Setelah bertemu dengan Paus Yohanes Paulus II untuk terakhir kalinya, ia kembali ke Kalkuta dan melewatkan minggu-minggu terakhir hidupnya dengan menerima kunjungan para tamu dan memberikan nasehat-nasehat terakhir kepada para biarawatinya (Langford, 2010: 14).
Pada tanggal 5 September 1997 jam 9:30 malam, hidup Ibu Teresa di dunia ini berakhir. Jenazahnya dipindahkan dari Rumah Induk ke Gereja St.
Thomas, gereja dekat Biara Loreto di mana ia menjejakkan kaki pertama kalinya di India hampir 69 tahun yang lalu. Ratusan ribu pelayat dari berbagai kalangan dan agama, dari India maupun luar negeri, berdatangan untuk menyampaikan penghormatan terakhir mereka (Langford, 2010: 15).
Ibu Teresa mendapat kehormatan dimakamkan secara kenegaraan oleh Pemerintah India pada tanggal 13 September sebelum akhirnya dimakamkan di Rumah Induk Misionaris Cinta kasih. Segera saja makamnya menjadi tempat ziarah dan tempat doa bagi banyak orang dari berbagai kalangan agama, kaya maupun miskin (Wellman, 2002: 230).
Ibu Teresa mewariskan teladan iman yang kokoh, harapan yang tak kunjung padam, dan cinta kasih yang luar biasa. Jawaban atas panggilan Yesus, “Mari, jadilah cahaya bagi-Ku,” menjadikannya seorang Misionaris Cinta Kasih, seorang “ibu bagi kaum miskin”, sebagai simbol belas kasih terhadap dunia. 26 yang tersebar luas karena kekudusan dan karya-karyanya, Paus Yohanes Paulus II memberikan persetujuan untuk dimulainya proses kanonisasi Ibu Teresa. Dengan melewati proses panjang dan juga kerja keras pada tanggal 20 Desember 2002 Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan keputusan untuk mengesahkan beatifikasi Ibu Teresa. Pada tanggal 19 Oktober 2003 dilaksanakan perayaan beatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II di lapangan Basilika St. Petrus Vatikan. (Krispurwana Cahyadi, 2004: 64).
B. Spiritualitas Pelayanan Ibu Teresa
1. Pengertian Spiritualitas
KOPTARI ( 1987: 4) menyatakan bahwa spiritualitas adalah “kenyataan konkret hidup yang mencakup keyakinan iman, keutamaan beserta perwujudannya”.
Definisi ini memberikan penjelasan bahwa spiritualitas bukanlah sesuatu yang abstrak, akan tetapi sesuatu yang nyata dapat dilihat realitasnya dalam sikap dan tindakan hidup sehari-hari. Di mana seseorang yang memiliki iman yang teguh dan kuat akan dapat terlihat dari perilaku dan tindakannya dalam hidup di tengah-tengah masyarakat.
Banawiratma (1990: 57-58) menyatakan bahwa spiritualitas merupakan “kekuatan atau Roh yang memberi daya tahan kepada seseorang atau kelompok untuk mempertahankan, memperkembangkan, mewujudkan kehidupan”. Di mana spiritualitas dapat memberikan semangat dan pengharapan dalam menjalani segala rintangan untuk mencapai cita-cita seseorang atau kelompok. Semangat yang tak kunjung padam meskipun begitu banyak hambatan yang dialami oleh seseorang
Dalam Ensiklopedia Gereja Katolik III, Heuken (1991: 106) mengatakan bahwa spiritualitas berasal dari kata spirit yang berarti roh. Kata Spiritualitas berarti kerohanian atau hidup rohani. Dengan begitu spiritualitas dapat dirumuskan sebagai hidup berdasarkan kekuatan Roh Kudus sehingga orang dapat mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih atau sebagai usaha mengintegrasikan segala segi kehidupan ke dalam cara hidup yang secara sadar bertumpu pada iman akan Yesus Kristus atau sebagai pengalaman iman kristiani dalam situasi konkret masing- masing orang. Hal tersebut selalu bertumpu pada iman akan Yesus melalui perbuatan dan pengalaman iman dalam kehidupan sehari-hari.
Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa spiritualitas merupakan semangat yang berasal dari Allah yang menyelimuti hidup seseorang sehingga dalam segala prilakunya dapat terlihat bahwa Roh Allah yang berkarya dan diwujudkan oleh manusia dalam tindakan yang nyata dengan mencintai Allah melalui orang lain yang ada di sekitarnya terlebih mereka yang miskin dan kecil.
2. Spiritualitas Pelayanan
Spiritualitas pelayanan merupakan segala keyakinan iman, sikap dan keutamaan maupun pilihan serta tindakan yang mendukung keterlibatan kita untuk melayani kerajaan Allah yang hadir dalam kenyataan sosial masyarakat, kerajaan Allah yang bergulat dan tumbuh dalam kenyataan sosial manusia (KOPTARI, 1987: 4-5). Spiritualitas pelayanan dapat dimengerti sebagai semangat yang berasal dari Allah untuk melayani kerajaan Allah yang hadir dalam kenyataan hidup manusia.
Diletakkan di dalam konteks transendensi hidup manusia yang memberi makna dan cinta, pengetahuan dan tindakan. Berdasarkan rahmatnya manusia mengalami kepenuhan hidup, kebahagiaan, dan damai sejahtera, seperti yang disabdakan Yesus sendiri (Yoh 10:10).