FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM KABUPATEN ACEH JAYA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT

  

ISPA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM

KABUPATEN ACEH JAYA

SKRIPSI

OLEH

RUSNAINI

  

09C10104067

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT

  

ISPA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM

KABUPATEN ACEH JAYA

SKRIPSI

OLEH

RUSNAINI

  

09C10104067

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

  

Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

  

MEULABOH, ACEH BARAT

2013

LEMBAR PENGESAHAN

  JudulSkripsi :FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYAKIT ISPA PADA MASYARAKAT DI WILAYAHKERJA PUSKESMASTEUNOM KECAMATANTEUNOM KABUPATENACEH JAYA

  NamaMahasiswa : RUSNAINI NIM : 09C10104067 Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYAAKAT

  Menyetujui, KomisiPembimbing

  Pembimbing I Pembimbing II

  Kiswanto,M.SiSusi Sriwahyuni. SKM

  NIDN.0119107602 NIDN. 198405162011032002 Mengetahui

  DekanFakultas Fakultas Kesehatan KetuaJurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Masyarakat

  SufyanAnwar,SKM. MARS Citra OvalisaRahmi, SKM

  NIDN.0121067602

  

ABSTRAK

Rusnaini Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA di Wilayah Kerja

  Puskesma Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Dibawah bimbingan Kiswanto,M.Si dan Susi Sriwahyuni,SKM. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian yang sering dialami oleh anak-anak di negara berkembang. Untuk meningkatkan upaya perbaikan kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat untuk mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu diantaranya adalah Program Pencapaian Penyakit Menular termasuk penyakit Infeksai Saluran Pernapasan Akut. sampel dalam penelitian ini adalah 60 masyarakat yang menjadi pasien di Puskesmas Teunom Kecamtan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Quota

  sampling.

  Hasil penelitian diketahui bahwa dari 14 responden yang pendidikan masyarakat tinggi 7,1% yang mengalami penyakit ISPA, dibandingkan dari 16 responden yang pendidikan masyarakat rendah 93,8% yang mengalami penyakit ISPA. Dari 49 responden yang pengetahuan masyarakat baik 10,2% yang mengalami penyakit

  ISPA, sedangkan dari 11 responden yang pengetahuannya tidak baik 90,9% yang mengalami penyakit ISPA. Dari 29 responden yang informasi masyarakat baik 17,2% yang mengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 31 responden yang informasinya tidak baik 96,8% yang mengalami penyakit mengalami penyakit

  ISPA. Dari 53 responden yang lingkungan masyarakatnya baik 7,5% yang mengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 7 responden yang pengetahuannya tidak baik 71,4% yang mengalami penyakit ISPA. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan semua variabel independen (pendidikan, pengetahuan, informasi, lingkungan) tidakmempunyai hubungan dengan penyakit ISPA dimana p value> α (0,05). Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya diharapkan agar dapat mengambil kebijakan untuk meningkatkan program pencegahan ISPA baik secara umum maupun khusus.

  Kata Kunci :pengetahuan, pendidikan,informasi, lingkungan dan ISPA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  Adapunriwayathiduppenulisadalahsebagaiberikut: NamaLengkap : Rusnaini Tempat/tanggallahir : Cot Trap, 10 Oktober 1990 JenisKelamin : Perempuan Agama : Islam Kebangsaan/Suku : Indonesia/Aceh Status : BelumMenikah Pekerjaan : Mahasiswi

Alamat : Desa Cot Trap, KecamatanTeunom

KabupatenAceh Jaya NamaOrangtua, Ayah : Tgk. Amiruddin Pekerjaan : Tani Ibu : Maisarah Pekerjaan : Tani

Alamat : Desa Cot Trap, KecamatanTeunom

  KabupatenAceh Jaya RiwayatPendidikan : SD Negeri 6 Cot Trap : Berijazahtahun 2003 SMP Negeri 4 PayaBaro:Berijazahtahun 2006 SMA Negeri 1 Teunom : Berijazahtahun 2009

S-I Jurusan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat

UniversitasTeukuUmar masuktahun 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

  Polusi adalah sejenis gas yang dapat membahayakan yang berasal atau dihasilkan oleh asap-asap baik dari asap kendaraan bermotor maupun asap-asap sisa pembakaran dari pabrik-pabrik tertentu. Jarang sekali kita temui keadaan dijalan yang bersih tanpa adanya polusi dari asap kendaraan bermotor. Polusi juga dapat menimbulkan penyakit, karena didalam polusi itu terkandung virus-virus penyakit yang dapat membahayakan kesehatan kita. Banyak warga yang mengeluh akibat adanya polusi, sampai sekarangpun belum ada cara yang ampuh untuk menangani polusi, karena semakin hari semakin banyak orang yang mengendarai kendaraan bermotor sehingga banyak pula asap-asap yang dihasilkan dan hal itu akan menyebabkan polusi udara (Prathama, 2001)

  Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.

  Pencemaran udara di Indonesia dapat kita lihat, yaitu semakin banyaknya pembangunan-pembangunan gedung-gedung bertingkat, monorel untuk mengurangi kemacetan sehingga banyak pohon-pohon yang di tebang, kendaraan bermotor yang makin meningkat sehingga asap-asap kendaraan mencemari udara, banyaknya penebangan hutan untuk membuat bangunan tempat tinggal yang mewah sehingga sumber oksigen berkurang, banyaknya masyarakat yang membuang sampah sembarangan sehingga mencemari air. Semua hal tersebut adalah sebagian kegiatan atau fenomena yang ada dalam pencemaran udara, dimana semua itu akan menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia itu sendiri (Depkes RI. 2002).

  Secara umum partikel-partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan dan menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia.Partikel-partikel tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan. Pada saat menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup masuk kedalam paru-paru. Ukuran debu partikel yang masuk kedalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan bertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel 3-5 mikron akan tertahan dibagian tengah, partikel lebih kecil 1-3 mikron akan masuk kekantong paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil, kurang 1 mikron akan ikut keluar saat dihembuskan (DepkesRI, 2002).

  ISPA adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan yaitu organ tubuh yang dimulai dari hidung ke alveoli beserta adneksa (Romelan, 2006).Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian yang sering dialami oleh anak-anak di negara berkembang. Untuk meningkatkan upaya perbaikan kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat untuk mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu diantaranya adalah Program Pencapaian Penyakit Menular termasuk penyakit Infeksai Saluran Pernapasan Akut (Depkes RI, 2002).

  Periode batuk-pilek pada balita yang menderita ISPA di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali pertahun, berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek sebanyak 3 sampai 6 kali pertahun, sehingga sebagian besar kunjungan balita kesarana pelayanan kesehatan merupakan kunjungan penderita ISPA yaitu sebesar 40%-60% di Puskesmas dan 15%-30% di Rumah Sakit (Depkes RI, 2002).

  Di Indonesia ISPA meerupakan penyebab kematian balita nomor satu, sejak tahun 2000 angka kematian balita akibat ISPA 5 per 1000 balita. Kejadian

  ISPA pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali pertahun. Ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk sebanyak 3 sampai 6 kali setahun (Depkes RI. 2002).

  Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyakit ISPA yang terjadi masyarakat diantaranya adalah (a) pendidikan masyarakat tentang kebersihan dan kesehatan, (b) pengetahuan masyarakat tentang memeliharaha kesehatan dan lingkungannya, (c) informasi yang diperoleh masyarakat dari penyuluh kesehatan tentang penyakit dan penyebab penyakit tersebut khususnya pada penyakit ISPA, serta (d) lingkungan sekitar masyarakat yang tidak bersih dan membakar sampah secara sembarangan. (Notoadmodjo. 2003)

  Polusi udara yang terjadi di daerah Teunom merupakan salah satu dari penyebab tingginya kasis ISPA, hal ini dapat di lihat dari kehidupan sehari-hari masyarakat Teunom yaitu hampir seluruh masyarakat Teunom memiliki itu juga disebabkan oleh pembakaran hutan oleh masyarakat sekitar, pembakaran sampah yang tidak teratur, masyarakat yang merokok di sembarang tempat, kebersihan lingkungan yang membuang sampah sembarangan dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut akan mencemari udara dimana masyarakat akan menghirup udara yang telah tercemari sehingga akan mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Pencemaran udara ini akan langsung terlihat efekknya pada anak-anak balita yang masih rentan atau mudah untuk terinfeksi penyakit, terutama penyakit ISPA. Anak-anak yang masih balita sangat rentan terkena penyakit karena ketahanan tubuh mereka yang masih terlalu muda untuk melawan penyakit.Anak balita lebih rentan terkena penyakit karena mereka lebih dekat dengan orang tua, dimana terkadang orang tuanya perokok dan merokok disembarang tempat.

  Beberapa faktor yang berkaitan dengan tingginya insiden ISPA antara lain adalah status gizi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dimana faktor resiko terjadinya

  ISPA, status gizi merupakan faktor yang paling berhubungan.Berdasarkan penelitian (Kartasasmita, 2000), diketahui bahwa

  Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada anak dengan status gizi buruk.

  Pada tahun 2011 di Puskesmas Teunom pasien yang mengalami ISPA adalah sebanyak 622 orang pasien, kemudian terjadinya peningkatan kasus pada tahun 2012 yaitu sebanyak 708 orang pasien yang mengalami ISPA ini semua terjadi karena keadaan dan kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap polusi udara di Daerah Teunom yang kurang memadai dan belum memenuhi standar kesehatan sesuai dengan ketentuan syarat kesehatan (Puskesmas Teunom,

  Jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas Teunom sebanyak 22 desa, dan jumlah penduduk pada tahun 2011-2012 sebanyak 18.122 jiwa, yang terdiri dari 9.049 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 9.073 jiwa berjenis kelamin perempuan. Tenaga kesehatan yang tersedia di Puskesmas Teunom seluruhnya adalah sebanyak 67 orang.

  Menurut penelitian awal dikatakan bahwa masyarakat sekitar wilayah kerja Puskesmas Teunomkurang memahami sepenuhnya tentang penyakit ISPA dan faktor apa saja yang berhubungan dengan penyakit ISPA secara umum.Hal ini dikarenakan masyarakat sekitar merasa bahwa penyakit ISPA hanyalah penyakit yang biasa terjadi pada anak.

  Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dalam bentuk skripsi yang diberi judul:“Faktor-faktor yang

  

mempengaruhi Penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja

. Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya”

1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan Bagaimana pengaruhpengetahuan, pendidikan, lingkungan dan informasi terhadap penyakitISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013?.

1.3. Tujuan Penelitian

  1.3.1. Tujuan Umum

  Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh Faktor-faktor pengetahuan, pendidikan, lingkungan dan informasi terhadap penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

  1.3.2. Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui pengaruh faktor Pengetahuan terhadap penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

  2. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan terhadap penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

  3. Untuk mengetahui pengaruh faktor Informasi terhadap penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

  4. Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktis

  1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai pengaruh polusi udara terhadap penyakit ISPA di Puskesmas Kecamatan Teunom

  2. Bagi Puskesmas Teunom sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh polusi udara terhadap penyakit ISPA di Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

  3. Dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk memperbaiki kondisi lingkungan agar terhindar dari bahaya pengaruh polusi udara terhadap kesehatan.

1.4.2. Manfaat Teoritis

  1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian khususnya Faktor-faktor pengetahuan, pendidikan, lingkungan dan informasi terhadap penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

  2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

  3. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat membandingkan antara teori dengan praktek yang sesungguhnya di lapangan khususnya tentang penyakit ISPA.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1.Pengetahuan

  Pendapat dari WHO (2000) bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku, dan media masa.

  Pengetahuan adalahsesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).

  Secara garis besar menurut (Notoatmodjo. 2005) domain tingkat pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang lain.Pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

  Menurut Bloom(dalam Notoatmodjo. 2000) kecakapan berfikir pada manusia dapat dibagi dalam 6 kategori yaitu :

  1. Pengetahuan (knowledge) mencakup ketrampilan mengingat kembali faktor- faktor yang pernah dipelajari.

  2. Pemahaman (comprehension)meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada.

  3. Penerapan (application)mencakup ketrampilan menerapkan informasi atau pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.

  4. Analisis (analysis)meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan mencoba memahami struktur informasi.

  5. Sintesis (synthesis) mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang tidak ada sebelumnya.

  6. Evaluasi (evaluation)meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan berdasarkan kriteria-kriteria yang ada biasanya pertanyaan memakai kata: pertimbangkanlah, bagaimana kesimpulannya.

  Pengetahuan atau kognitif menurut Green merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

  Pengetahuan terjadi melalui panca indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Teori pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. (Notoatmodjo, 2003)

2.2. Polusi Udara

  Polusi adalah sejenis gas yang dapat membahayakan yang berasal atau dihasilkan oleh asap-asap baik dari asap kendaraan bermotor maupun asap-asap sisa pembakaran dari pabrik-pabrik tertentu. Jarang sekali kita temui keadaan dijalan yang bersih tanpa adanya polusi dari asap kendaraan bermotor. Polusi juga dapat menimbulkan penyakit, karena didalam polusi itu terkandung virus-virus penyakit yang dapat membahayakan kesehatan kita. Banyak warga yang mengeluh akibat adanya polusi, sampai sekarangpun belum ada cara yang ampuh untuk menangani polusi, karena semakin hari semakin banyak orang yang mengendarai kendaraan bermotor sehingga banyak pula asap-asap yang dihasilkan dan hal itu akan menyebabkan polusi udara (Prathama, 2001)

  Pencemaran udara atau polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan makhluk hidup, seperti asap pabrik,asap kendaraan, dan pembakaran hutan (Depkes RI. 2002)

  Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global (Riyadi. 2000)

  Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran Udara,Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukanya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya.

  Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan,Pencemaran udara adalah pencemaran yang pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas.

  Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.

  Menurut Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas,pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

  Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.

  Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pencemaran udaraadalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan). Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2 (karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogen oksida).

2.3. Penyakit ISPA

  ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata- rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun (Nur. 2004)

  Menurut (Darmawan. 2000) Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut :

  1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

  2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

  3. Infeksi Akut adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

  ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu ISPA non- Pneumonia ataudikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek dan ISPA Pneumonia, apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas, peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).

  Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.

  Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.

  Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit

  

common cold disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau

  coronavirus. Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasannya.

2.3.1. Penyebab penyakit ISPA

  Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan (Almatseir. 2003).

  a. Tanda-tanda bahaya secara umum (Depkes RI. 2002)

  1. Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur, sesak, kulit wajah kebiruan, suara napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras

  2. Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat dan lemah, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal jantung.

  3. Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang, dan koma.

  4. Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.

  b. Pencegahan ISPA dapat dilakukan (Depkes RI. 2002) dengan : 1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

  2. Imunisasi.

  3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

  4. Mencegah kontak dengan penderita ISPA

2.3.2. Pengaruh Pengetahuan Masyarakat dengan Penyakit ISPA

  Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba, sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga.Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan masyarakat dalam menjaga lingkungannya, terutama ibu-ibu dalam menjaga anak-anaknya agar terhindar dari penyakit-penyakit dan bahaya dari penyakit tersebut yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, serta tindakan yang dilakukan oleh ibu bila anaknya terkena suatu penyakit Pneumonia (Notoadmodjo, 2005).

  Dari penelitian yang dilakukan oleh Depkes RIdidapat bahwa salah satu faktor pengetahuan masyarakat, khususnya ibu sangat berhubungan dengan yang meninggal akibat penyakit ISPA 30 balita (22,0%) tidak di bawa kerumah sakit untuk berobat, hal ini disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu tentang penyakit ISPA, keadaan ini juga sesuai dengan hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (1999), dari 13.260 anak yang menderita batuk dengan nafas cepat, dan sebanyak 20,5% diobati sendiri dan 11,7% tidak diobati (Depkes RI, 2002)

  Myrnawati (dalam Darmawan. 2000) juga menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi ISPA dan Pneumonia pada balita adalah gizi kurang, tidak mendapat ASI yang memadai, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai dan defisiensi vitamin A.

2.4.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat

  Menurut (Notoatmodjo. 2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:

  1. Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil tahu dari terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Pengetahuan terjadi melalui panca indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

  2. Pendidikan Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengambil kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana pun hidup, proses social dimana orang di hadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (lingkungan yang datang sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami pengembangan kemampuan social dan kemampuan individu yang optimum.

  3. Informasi.

  Informasi adalah segala sesuatu hal atau kejadian yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

  4. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

  5. Sosial Budaya Sosial budaya adalah Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

  6. Pengalaman Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

  7. Usia Usia adalah umur atau lamanya perjalanan hidup seseorang. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

  Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :

  1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang

  dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

  2. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah

  tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.

  8. Dukungan Keluarga Dukungan Keluarga adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melakukan seseutu hal atau kegiatan.

2.5. Kerangka Teoritis

  1. Pengetahuan

  2. Pendidikan

  3. Informasi

  Faktor Predisposisi

  1. Pengalaman

  2. Sosial Budaya

  3. Usia Faktor pendorong

  1. Dukungan Keluarga

  2. Sikap Petugas Kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori

  Sumber : dari buku ilmu kesehatan masyarakat dan pronsip-prinsip dasar Penyakit ISPA

  4. Lingkungan Faktor pendukung

  2.6.Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependent

  1. Pengetahuan PENYAKIT

  2. Pendidikan

  ISPA

  3. Informasi

  4. Lingkungan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

  2.7.Hipotesis Penelitian

  1. Adanya Pengaruh antara faktor pengetahuan terhadap Penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh jaya

  2. Adanya Pengaruh antara faktor pendidikanterhadap Penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh jaya

  3. Adanya Pengaruh antara faktor informasiterhadap Penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh jaya

  4. Adanya Pengaruh antara faktor lingkunganterhadap Penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh jaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

  Penelitian ini bersifatAnalitikdeskriptif dengan pendekatan Cross

  

Sectional , dimana variable bebas dan terikat diteliti pada saat yang bersamaan saat

  penelitian dilakukan, yang bertujuanuntuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ISPA masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.

  3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Mei sampai dengan Agustus tahun 2013.

  3.3. Populasi dan Sampel

  3.3.1. Populasi

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menjadi pasien di Puskesmas Teunom Kecamtan Teunom Kabupaten Aceh Jaya sebanyak 150 orang

  3.3.2. Sampel

  Menurut Notoatmodjo (2005) cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara acak sederhana atau random sampling dengan rumus sebagai berikut:

  N n =

  2

  1 + N (d) Keterangan : N : Populasi Penelitian S : Sampel Penelitian D : Tingkat Kesalahan/ eror yang di gunakan

  150 n = 1 + 150 (0,1)

  2

  150 n = 1 + 150 (0,01)

  150 n = 1 + 1,5

  150 n = 2,5 n = 60

  Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 60 responden, teknik pengambilan sampel menggunakan Quota Sampling dimana anggota populasi dapat dijadikan sampel yang terpenting jumlah sampel yang telah ditetapkan dapat dipenuhi.

3.4. Metode Pengumpulan Data

  Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan di edit untuk mengecek ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran

  2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul dan diberi kode.

  3. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan

  3.5. Jenis dan Sumber Data

  1. Data Primer Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan kuisioner dan checklist yang telah disusun sebelumnya.

  2. Data Sekunder Data yang diperoleh dari dinas kesehatan Kabupaten Aceh Jaya, Puskesmas Teunom serta intansi terkait lainnya.

  3.6. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

  NO Variabel Keterangan Variabel Dependen

  1 Penyakit ISPA Definisi Infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan yaitu organ tubuhyang dimulai hidung ke alveoli besertaadneksa. Cara ukur Observasi Alat Ukur Kartu Berobat Hasil Ukur

  1.Berat

  2. Ringan Skala ukur Ordinal

  NO Variabel Keterangan Variabel Independen

  1 Pengetahuan Definisi Pemahaman mengenaiPenyakit

  ISPA Cara ukur Wawancara Alat Ukur Kuesioner Hasil Ukur

  1. Baik

  2. Tidak Baik Skala ukur Ordinal

  2 Pendidikan DefinisiJenjang pendidikan formal yang ditempuhresponden dibuktikan dengan ijazah

  Cara ukur Wawancara Alat Ukur Kuesioner Hasil Ukur

  1.Tinggi

  2. Menengah

  3. Rendah Skala ukur Ordinal

  3 Informasi Definisi pesan yangdidapat oleh responden MengenaipenyakitISPA

  Cara ukur Wawancara Alat Ukur Kuesioner Hasil Ukur

  1. Baik

  2. Tidak Baik Skala ukur Ordinal

  4 Lingkungan Definisi keadaan tempat tinggal responden dan situasi keluarga Cara ukur Wawancara Alat Ukur Kuesioner Hasil Ukur

  1. Baik

  2. Tidak Baik Skala ukur Ordinal

3.7. Aspek Pengukuran Variabel

  Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuranvariabel dalam penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2003).

  1. Penyakit ISPA Berat : jika kartu berobat yang digunakan responden menunjukkan banyak catatan tentang penyakit ISPA.

  Ringan :jika kartu berobat yang digunakan responden menunjukkan tidak banyak catatan tentang penyakit ISPA.

  2. Pengetahuan Baik: jika responden mendapat skor nilai ≥ 4 dari total skor.

  Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai < 4 dari total skor.

  3. Pendidikan

  a. Tinggi : Apabila responden tamat pendidikan Diploma, Sarjana, Spesialis, dan Doktor.

  a. Menengah : Apabila responden tamat pendidikan SMA, SMK, Dan MA

  b. Rendah : Apabila responden hanya tamat pendidikan SD/MI, SMP/MTs

  4. Informasi Baik: jika responden mendapat skor nilai ≥ 3 dari total skor.

  Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai < 3 dari total skor.

  5. Lingkungan Baik: jika responden mendapat skor nilai ≥ 3 dari total skor.

  Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai < 3 dari total skor

  6. ISPA Tinggi: jika responden mendapat skor nilai ≥ 2 dari total skor.

  Rendah: jika responden mendapat skor nilai < 2 dari total skor.

3.8. Teknik Analisis Data

3.8.1. Analisis Univariat

  Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk

3.8.2. Analisis Bivariat

  Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen (variabel terikat) dengan menggunakan uji statistikChi-square (X

  2 ).

  Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut akan di hitung nilai odd ratio (OR) a. Bila tabel 2 x 2, dan dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test” b. Bila tabel 2 x 2 tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya “Continutity Correction (a)” c. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3, dan sebagai berikut, maka di gunakan uji “Pearson Chi-Square” Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat computer untuk membuktikan yaitu dengan ketentuan p value> 0,05 (H diterima) sehingga disimpulakan tidak ada hubungan yang bermakna.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

  4.1.1 Gambaran Umum

  Puskesmas Teunom terletak di jalan Banda Aceh-Meolaboh, KM 189 Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

  Adapun batas-batas wilayah kerja puskesmas Teunom :

  1. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten pidie

  2. Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten aceh barat

  3. Sebelah selatan berbatasan dengan samudra hindia

  4. Sebelah barat berbatasan dengan kecamtan panga Puskesmas teunom melakukan pelayanan kesehatan terhadap 4 kemukiman,22 desa dan 82 dusun dengan luas wilayah 66km2,puskesmas teunom terletak 38 Km dari ibu kota kabupaten aceh jaya 60 KM dari ibu kota aceh barat dan 189 Km dari ibu kota propinsi aceh ,dengan jarak tempuh desa terdekat 2 KM dan jarak terjauh 25 Km.puskesmas teunom membawahi 8 pustu,7 polindes dan 4 posyandu plus.Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya 18.122 jiwa, yang terdiri dari 6014 KK.

  A. Visi Puskesmas Teunom: Terwujudnya pelyanan kesehatan dasar yang optimal dan bermutu mewujudkan teunom sehat

  B. Misi Puskesmas Teunom:

  • Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional kepada masyarakat
  • Meningkatkan sumber daya untuk menunjang mutu pelayanan
  • Menyiapkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar yang optimal
  • Menggerakkan peran serta dan kemandirian masyarakat
  • Meningkatkan kemitraan dan kerja sama lintas sekitar dan swasta
  • Meningkatkan sistem informasi kesehatan

4.1.2 Analisis Univariat

  Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk meihat hubungan antar variabel maka terlebih dahulu dibuat analisi univariat dengan tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti:

1. Pengetahuan

Tabel 4.1. Disstribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom

  Kabupaten Aceh Jaya. NO Pengetahuan Masyarakat Frekuensi %

  1 Baik 49 81,7%

  2 Tidak Baik 11 18,3% Total 60 100

  Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

  Dari tabel 4.1. diketahui bahwa pengetahuanmasyarakat di wilayah kerja puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya terhadap penyakit

  ISPA yang baik sebanyak 49 orang (81,7%) sedangkan yang tidak baik hanya 11 orang (18,3%).

  2. Pendidikan

Tabel 4.2. Disstribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom

  Kabupaten Aceh Jaya. NO Pendidikan Masyarakat Frekuensi %

  1 Tinggi 14 23%

  2 Menengah 30 50%

  3 Rendah 16 27% Total 60 100

  Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

  Dari tabel 4.2. diketahui bahwa pendidikan masyarakat di wilayah kerja puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya yang paling banyak adalah tingkat menegah yaitu sebanyak 30 orang (50%) sedangkan yang tinggi hanya 14 orang (23%) dan yang rendah 16 orang (27%).

  3. Informasi

Tabel 4.3. Disstribusi Responden Berdasarkan Inormasi Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom

  Kabupaten Aceh Jaya. NO Informasi Masyarakat Frekuensi %

  1 Baik 29 48,3%

  2 Tidak Baik 31 51,7% Total 60 100

  Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

  Dari tabel 4.3. diketahui bahwa informasimasyarakat di wilayah kerja puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya terhadap penyakit

  ISPA yang baik sebanyak 29 orang (48,3%) sedangkan yang tidak baik hanya 31 orang (51,7%).

  4. Lingkungan

Tabel 4.4. Disstribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom

  Kabupaten Aceh Jaya. NO Lingkungan Masyarakat Frekuensi %

  1 Baik 53 88,3%

  2 Tidak Baik 7 11,7% Total 60 100

  Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

  Dari tabel 4.4. diketahui bahwa lingkunganmasyarakat di wilayah kerja puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya terhadap penyakit

  ISPA yang baik sebanyak 53 orang (88,3%) sedangkan yang tidak baik hanya 7 orang (11,7%).

  5. ISPA

Tabel 4.5. Disstribusi Responden Berdasarkan penyakit ISPA yang terjadi pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Teunom

  Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. NO Penyakit ISPA Frekuensi %

  1 Tinggi 54 90%

  2 Rendah 6 10% Total 60 100

  Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

  Dari tabel 4.5. diketahui bahwa penyakit ISPA yang terjadi padamasyarakat di wilayah kerja puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya yang tinggi sebanyak 54 orang (90%) sedangkan yang rendah hanya 6 orang (10%)

5.1.3 Analisis Bivariat