ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

BAB

VIII

2014

ASPEK LINGKUNGAN
DAN SOSIAL

8.1 Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan
RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi
prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan
dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas
antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL),
Lingkungan


dan

(UKL-UPL)

Upaya

dan

Surat

Pengelolaan

Lingkungan-Upaya Pemantauan

Pernyataan Kesanggupan

Pengelolaan

dan


Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsipprinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang.
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014
Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu
lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan,
penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya
tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Dalam penyusunan kebijakan,

rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk

menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak
dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL


VIII-1

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak
membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU
No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
f.

Menetapkan

dan

melaksanakan

kebijakan

mengenai pengendalian

dampak

perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional,
peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i.


Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

j.

Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan
daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f.

Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota
di bidang program dan kegiatan.

g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.


ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

VIII-2

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal danUKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal
8.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip


pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.KLHS perlu
diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1. RPI2-JM

membutuhkan

kajian

aspek

lingkungan

dalam perencanaan

pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JMadalah karena
RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program.

Dalam

hal

ini,

KLHS

menerapkan prinsip-prinsip

kehati-hatian,

dimana

kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring
kegiatan pembangunan

yang

berpotensi


mengakibatkan

dampak

negatif

terhadap lingkungan hidup
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan
fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
kota/kabupaten. Koordinasi

penyusunan

KLHS

antar

instansi


diharapkan

dapat

mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip
perlindungan

dan

pengelolaan

lingkungan

hidup untuk mendorong terjadinya

pembangunan berkelanjutan.
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program
dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1)
perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman

hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

VIII-3

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan
sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6)
peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang
disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses
penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak
berpengaruh

terhadap

kriteria

penapisan

di

atas maka

berdasarkan

Permen

Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2-JM
Kabupaten/Kota

dapat menyertakan

Surat

Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu

dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2-JM dengan persetujuan
BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JMberpengaruh
terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas lingkungan
hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS.
8.2 Aspek Sosial
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca
pembangunan/pengelolaan.

Pada

taraf perencanaan,

pembangunan

infrastruktur

permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan
isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan
gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak
sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi,
maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan
perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa
manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar

peraturan

perundang-undangan

yang

menyatakan

perlunya

memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

VIII-4

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
 Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga

dilakukan

dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang
kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di
wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
 Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di
tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi
pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa,
negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014
 Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program
pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan
kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan
percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan
partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang

dilakukan

oleh

pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka
meningkatkan kegiatan ekonomi.
Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna
terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

VIII-5

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

atas kebijakan dan program pembangunan nasional yangberperspektif gender sesuai
dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:
1. Pemerintah Pusat
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis
nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b.

Menjamin

tersedianya

pendanaan

untuk

kepentingan

umum yang bersifat

strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c. Meningkatkan

kesejahteraan

pemberdayaan

masyarakat,

masyarakat

miskin

pemberdayaan usaha

melalui bantuan
mikro

dan

sosial,

kecil,

serta

program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan,

pelaksanaan, pemantauan,

dan

evaluasi

atas

kebijakan

dan

program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang
Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional
ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b. Menjamin

tersedianya

pendanaan

untuk

kepentingan

umum yang bersifat

regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c. Meningkatkan
pemberdayaan

kesejahteraan
masyarakat,

masyarakat

miskin

pemberdayaan usaha

melalui bantuan
mikro

dan

sosial,

kecil,

serta

program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan,

pelaksanaan, pemantauan,

dan

evaluasi

atas

kebijakan

dan

program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk
bidang Cipta Karya.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
c. Meningkatkan

kesejahteraan

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

masyarakat

miskin

melalui bantuan

sosial,

VIII-6

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau
pemberdayaan

masyarakat,

pemberdayaan usaha

mikro

dan

2014

kecil,

serta

program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan,

pelaksanaan, pemantauan,

program pembangunan

di

tingkat

dan

evaluasi

kabupaten/kota

atas

kebijakan

berperspektif

dan

gender,

khususnya untuk bidang Cipta Karya.
8.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Penduduk merupakan modal utama pembangunan. Penduduk yang berkualitas
tinggi akan mempercepat pertumbuhan dan pencapaian tujuan pembangunan. Keberhasilan
mengendalikan pertumbuhan dan meningkatkan kualitas penduduk serta keluarga akan
mempercepat pembangunan pembangunan yang pada

akhirnya akan mewujudkan

kesejahteraan masyarakat.
Isu penting di dalam pembangunan kependudukan di antaranya adalah perlunya
terus menerus menata sistem administrasi kependudukan dalam upaya terakomodasinya
hak-hak penduduk; tertib administrasi penduduk; tersedianya data dan informasi penduduk
yang akurat dan terpadu; reformasi pelayanan registrasi penduduk.
Berbagai permasalahan

dalam

pembangunan

kependudukan di Kabupaten

Lamandau: (1) masih belum dapat melaksanakan pemuktakhiran Data Kependudukan;
pelayanan KTP dan KK dengan menggunakan sistem SIAK di Kecamatan terutama
disebabkan kurangnya sarana dan prasarana akses komunikasi, (2) masih rendahnya
tingkat kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendaftaran dan pencatatan identitas
diri/kepemilikan Akta.
Di bidang Kesehatan, permasalahan yang di hadapi adalah rendahnya kualitas
kesehatan penduduk, yang antara lain terlihat dengan masih tingginya angka kematian bayi,
balita dan ibu, kesenjangan kualitas kesehatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang
bermutu antar wilayah, gender dan kelompok pendapatan, belum memadainya jumlah,
penyebaran, komposisi dan mutu tenaga kesehatan, dan terbatasnya sumber pembiayaan
kesehatan serta belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan.
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi banyak faktor, seperti:
tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, kondisi

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

VIII-7

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau
geografis, gender, dan kondisi lingkungan.

2014

Definisi kemiskinan adalah kondisi di mana

seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhinya hak-hak
dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat
perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM) yang mencerminkan capaian kemajuan
di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dengan melihat perkembangan angka IPM
tiap tahun, tampaknya kemajuan yang dicapai Lamandau dalam pembangunan manusia
mengalami peningkatan. Angka IPM Lamandau mengalami peningkatan dari 71,98 pada
Tahun 2008 menjadi 72,74 di Tahun 2011.
Persentase penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di
Lamandau mengalami penurunan yang cukup signifikan. Ini terlihat pada Tahun 2007
persentase penduduk miskin sebesar 7,76 persen turun menjadi 6,97 persen di Tahun 2008.
Angka kemiskinan kembali turun pada Tahun 2009 menjadi 5,57 persen dan pada Tahun
2010 berhasil mencapai penurunan hingga sebesar 5,35 persen. Pada Tahun 2010 tersebut
Lamandau merupakan kabupaten dengan presentase penduduk miskin terendah kedua se
Kalimantan Tengah setelah Kota Palangka Raya.

Tabel 8.1 Jumlah penduduk miskin per kecamatan
Nama Kecamatan
Bulik
Bulik Timur
Menthobi Raya
Sematu Jaya
Lamandau
Belantikan Raya
Batang Kawa
Delang

Jumlah keluarga miskin (KK)
795
811
539
177
473
328
358
474

Sumber: Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lamandau 2013
Pembangunan perdesaan merupakan salah satu isu strategis

guna mendukung

peningkatan ekonomi daerah dan pengembangan wilayah. Di awal RPJM Nasional 20042009, Kabupaten Lamandau adalah satu dari 199 kabupaten dengan kategori tertinggal.
Ada 6 (enam) kategori untuk disebut sebagai daerah tertinggal: (1) kondisi perekonomian
masyarakat, (2) sumberdaya manusia, (3) prasarana (infrastruktur), (4) kemampuan
keuangan daerah (celah fiskal), (5) aksesibilitas, dan (6) karakteristik daerah .

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

VIII-8

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

Pengembangan wilayah terpencil dihadapkan pada banyaknya wilayah tertinggal
yang harus ditangani dan tersebar luas di seluruh pelosok Kabupaten Lamandau.
Sedangkan pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh dihadapkan pada
kurangnya kesiapan daerah dalam memanfaatkan peluang yang ada, terbatasnya SDM.
Rendahnya peranan swasta dalam pembangunan serta terbatasnya jaringan prasarana dan
sarana fisik dan ekonomi daerah.
8.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan,
dan durasi berdampak terhadap masyarakat.
dengan

masyarakat

penerima

Untuk meminimalisir terjadinya konflik

dampak maka

perlu

dilakukan

beberapa

langkah

antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah
dan bangunan, serta permukiman kembali.
1. Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat,
terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan
bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung
aspirasi mereka

berupa

pendapat,

usulan

serta

saran-saran

untuk

bahan

pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan
pada

saat

persiapan

program

bidang

Cipta

Karya, persiapan AMDAL dan

pembebasan lahan.
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan
bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas
tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat
selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua
langkah

yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki,

pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan
pengadaan tanah ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan
adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek.
Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

VIII-9

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan
mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat
kompensasi yang

wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan

pembangunan kembali

kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan,

perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika
diperlukan dan sesuai persyaratan.
8.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output
manfaat

bagi

kegiatan

pembangunan

masyarakat.

bidang

Cipta

Karya

seharusnya memberi

Manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat seperti

kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih
singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk
mendapatkan akses pelayanan tersebut.

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

VIII-10

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

BAB

IX

2014

ASPEK PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA
DI KABUPATEN/KOTA

9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah

daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter
dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004

Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah,
pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan
Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran
daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005

Tentang Dana Perimbangan: Dana

Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan
khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi
dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria
teknis.

ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA

IX-1

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007
Pemerintahan

Antara

Pemerintah,

tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota:

2014

Daerah

Provinsi,

Dan

Urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota
merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk
bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib
yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap
dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan
urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan,
pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang
didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011

tentang Pinjaman Daerah: Sumber

pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga
Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat
melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui
pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi
persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan
APBD tahun sebelumnya;
b. memenuhi

ketentuan

rasio

kemampuan

keuangan

daerah

untuk

mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang

wajib mendapatkan

persetujuan DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010
& Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan
usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat
dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air
limbah permukiman dan prasarana persampahan.

ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA

IX-2

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006

2014

Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan
Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan

daerah

yang

meliputi:

Pendapatan

Asli

Daerah,

Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan
Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk
pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria
teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan
akses

pelayanan

sistem

penyediaan

air

minum

kepada

masyarakat

berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan
termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis
alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan
dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang
mempertimbangkan:
 Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
 Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur SanitasiDAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala
kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang
diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi
diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat

dan

memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:
 kerawanan sanitasi;
 cakupan pelayanan sanitasi
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,
Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit
Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan

ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA

IX-3

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM
bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil
Pemerintah

mengkoordinasikan

penyelenggaraan

urusan

kementerian

yang

dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan
pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber
dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidanG
Cipta Karya meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan
Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang
Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)
dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta
prasarana yang telah ada.

Oleh karena

rehabilitasi dan peningkatan

itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan

direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2 Profil APBD Kabupaten/Kota
Kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Lamandau

dapat dilihat dari aspek tingkat

realisasi APBD, perkembangan pendapatan dan belanja tidak langsung, proporsi sumber
pendapatan, pencapaian kinerja pendapatan, dan gambaran realisasi belanja daerah,

ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA

IX-4

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

permasalahan yang muncul serta potensi tantangan kedepan. Gambaran secara umum
kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Lamandau tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 3 Tahun Terakhir
PENDAPATAN DAERAH

Tahun
2011

2010
Rp

%

2012

Rp

%

Rp

%

PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan
Lain Lain PAD

1.842,35
1.101,76

0,47%
0,28%

1.433,55
1.106,09

0,31%
0,24%

2.032,00
3.179,69

0,42%
0,66%

1.580,87

0,41%

1.946,77

0,42%

2.143,24

0,44%

3.760,86

0,97%

8.194,50

1,78%

6.926,37

1,43%

37.565,12
24.003,69
257.428,84
32.183,70
12.530,50
7.807,98

9,68%
6,18%
66,32%
8,29%
3,23%
2,01%

35.896,27
27.889,48
285.962,84
43.855,40
42.291,79
9.394,41

7,78%
6,04%
61,96%
9,50%
9,16%
2,04%

35.440,40
32.615,32
339.309,47
34.181,25
12.174,77
12.664,47

7,31%
6,72%
69,95%
7,05%
2,51%
2,61%

0,00
8.358,93
388.164,60

0,00%
2,15%
100,00%

0,00
3.592,51
461.563,61

0,00%
0,78%
100,00%

4.403,29
0,00
485.070,27

0,91%
0,00%
100,00%

Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Penyesuaian
Transfer Pemerintah Provinsi

Lain lain Pendapatan Daerah Yang Syah
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Total Pendapatan

Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 3 Tahun Terakhir
BELANJA DAERAH

2010
Rp

%

Rp

Tahun
2011
%

Rp

2012
%

BELANJA DAERAH

Belanja Tidak Lansung
Belanja Pegawai
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial

113.066,99
1.008,78
4.984,44
12.043,42

30,28%
0,27%
1,33%
3,23%

130.395,25

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/
Kabupaten/ Kota Pemerintahan Desa dan
Partai Politik

21315,7243

5,71%

Belanja Tidak Terduga

144.724,15

5.585,16
13.181,18

29,58%
0,00%
1,27%
2,99%

13.899,71
5.337,72

26,85%
0,00%
2,58%
0,99%

15689,918

3,56%

25487,4326

4,73%

1.313,02

0,30%

64.156,00

11,90%

19.632,44
70.681,18
184.363,60
440.841,74

4,45%
16,03%
41,82%
100,00%

25.373,57
100.394,09
159.723,54
539.096,23

4,71%
18,62%
29,63%
100,00%

Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Total Belanja

14.504,74
73.288,29
133.206,60
373.418,99

3,88%
19,63%
35,67%
100,00%

ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA

IX-5

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah Daerah dalam 3 Tahun Terakhir
BELANJA DAERAH

2010
Rp Juta

%

Tahun
2011
Rp Juta

2012
Rp Juta

%

%

PENERIMAAN PEMBIAYAAN

Penerimaan Daerah
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SILPA)
Pencairan Dana Cadangan

Pengeluaran Daerah
Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal (investasi) pemerintah
daerah
Pembayaran Pokok Utang

9.3

42.877,61

100,00%

54.940,43

100,00%

67.037,38

99,30%

-

-

-

-

475,00
-

0,70%
-

-

-

4.000,00

43,96%

3.590,25

35,67%

1.600,00

59,64%

5.100,00

56,04%

6.475,00

64,33%

1.082,79

40,36%

-

-

-

-

Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya
Dalam upaya membiayai kegiatan Pemerintahan diperlukan langkah-langkah untuk
menaikkan pendapatan, mengingat keterbatasan sumber pembiayaan pembangunan baik
yang berasal dari APBD Kabupaten maupun APBD Propinsi dan APBN untuk membiayai
kegiatan pembangunan di Kabupaten Lamandau diharapkan pemerintah Kabupaten
Lamandau

mampu

menggali

berbagai

sumber

pembiayaan

pembangunan

yang

memungkinkan dapat dilakukan. Realisasi Pendanaan bidang Cipta Karya Kabupaten
Lamandau dalam tiga tahun terakhir digambarkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 9.4 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten
Lamandau Tahun 2011 - 2013
No
A
1
2
3
4
B
1
2
3
C
D

Uraian
Belanja Sanitasi
Air Limbah Domestik
Sampah rumah tangga
Drainase lingkungan
PHBS
Dana Alokasi Khusus
DAK Sanitasi
DAK Lingkungan Hidup
DAK Perumahan dan
Permukiman
Pinjaman/Hibah untuk
Sanitasi
Bantuan Keuangan
Provinsi untuk Sanitasi

Belanja (Rp.)
2011

2012

2013

1.275.000.000
240.000.000
0

1.616.400.000
268.410.000
4.681.153.000
27.000.000,-

900.000.000
170.000.000
798.654.000
0

1.275.000.000
-

800.000.000
-

900.000.000
-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Sumber : APBD tahun 2009 – 2013, diolah

ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA

IX-6

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

9.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan
perhitungan

regresi

terhadap

kecenderungan

APBD

dalam lima

tahun

terakhir

menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan
belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun
ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun
sebelumnya.
Tabel 9.5 Proyeksi Penerimaan Keuangan Kabupaten Lamandau
No

Komponen
Pendapatan
Daerah

2015

PAD

1

2

3

Pendapatan
Pajak Daerah
Retribusi
Daerah
Bagian Laba
Usaha Daerah
Lain-lain PAD
yg Sah
DANA
PERIMBANGAN
Bagi Hasil Pajak
& Bukan Pajak
Dana Alokasi
Umum
Dana Alokasi
Khusus
Dana
Perimbangan dr
Propinsi
Lain-Lain
Pendapatan yg
sah
Total

2016

2017

2018

2019

18.798.927.577

20.678.820.334

22.746.702.368

25.021.372.605

27.523.509.865

2.098.862.861

2.308.749.147

2.539.624.062

2.793.586.468

3.072.945.115

1.840.919.687

2.025.011.655

2.227.512.821

2.450.264.103

2.695.290.513

2.850.269.704

3.135.296.674

3.448.826.341

3.793.708.975

4.173.079.873

12.008.875.326

13.209.762.858

14.530.739.144

15.983.813.058

17.582.194.364

576.275.597.305

633.903.157.036

697.293.472.739

767.022.820.013

843.725.102.014

52.555.726.257

57.811.298.883

63.592.428.771

69.951.671.648

76.946.838.813

40.832.987.328

44.916.286.061

49.407.914.667

54.348.706.134

59.783.576.747

418.678.192.580

460.546.011.838

506.600.613.022

55.726.067

61.298.674

64.208.691.140

70.629.560.254

77.692.516.279

85.461.767.907

94.007.944.698

80.712.061.637

88.783.267.800

97.661.594.580

107.427.754.038

118.170.529.442

675.786.586.519

743.365.245.170

817.701.769.687

899.471.946.656

989.419.141.321

Sumber : Hasil Perhitungan
9.5 Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang
Cipta Karya
Kebijakan mengenal pendapatan daerah (Revenue Policy) diharapkan untuk
mendukung berbagai kebijakan pemerintah, atau membiayai belanja daerah termasuk
didalamnya untuk membiaya program/kegiatan yang direncanakan didalam RPI2-JM Cipta
Karya Kabupaten Lamandau.

ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA

IX-7

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

Pendapatan daerah
a. Kebijakan Pendapatan Asli Daerah
Mengingat pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan sangat tergantung
dari kebijakan Pusat maupun Propinsi, maka penerimaan daerah yang dapat dipacu dan
dapat dikendalikan (Controllable) adalah Pendapatan Asli Daerah. Tuntutan peningkatan
PAD semakin besar seiring meningkatnya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan
kepada daerah. Kebijakan yang ditetapkan untuk meningkatkan pendapatan Asli daerah
dirumuskan sebagai berikut:
 Penyesuaian tarif baru dengan didasarkan pada tingkat perekonomian masyarakat,
diikuti dengan meningkatkan

pelayanan

baik dalam

pemungutan

maupun

pengelolaannya
 Pencarian

sumber-sumber

penerimaan

baru

yang

memiliki

potensi

yang

menguntungkan bagi pemungutan daerah. Namun demikian perlu diperhatikan
bahwa pemungutan obyek baru tersebut tidak boleh menghambat kinerja
perekonomian baik di pusat maupun daerah. Untuk itu dalam merencanakan sumber
penerimaan baru, Pemerintah Kabupaten Lamandau akan berkoordinasi dengan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi untuk merumuskan apakah obyek baru
tersebut tidak memiliki efek samping baik kepada beban ekonomi masyarakat
maupun laju perekonomian nasional.
 Optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya Alam dalam rangka meningkatkan daya
dukung pembiayaan daerah dan pertumbuhan ekonomi.
 Melakukan intensifikasi melalui pembenahan manajemen pemungutan dengan
menggunakan sistem informasi yang lebih kredibel dan akuntabel. Sistem informasi
diharapkan dapat menyediakan data menyeluruh terhadap data obyek pajak dan
retribusi.
 Menurunkan tingkat kebocoran pemungutan pajak maupun retribusi daerah melalui
peningkatan

sistem

pemungutan,

sistem

pengawasan,

dan

peningkatan

kesejahteraan pegawai.
Dana Perimbangan
Pendapatan yang diperoleh dan Dana Penimbangan pada dasarnya merupakan hak
Pemerintah Daerah sebagai konsekuensi dari revenue sharing policy. Konsep revenue
sharing didasarkan atas pemikiran untuk pemberdayaan daerah dan prinsip keadilan.
Seiring meningkatnya tuntutan akuntabilitas kinerja pemerintah maka kebijakan revenue

ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA

IX-8

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

sharing harus adil, demokratis dan transparan. Terhadap Dana Perimbangan ini maka
kebijakan yang ditetapkan adalah:
 Pemerintah Kabupaten Lamandau secara aktif ikut serta dalam melakukan pendataan
terhadap wajib pajak seperti PBB, sumber daya alam dan kontribusi penerimaan yang
disetorkan ke Pusat maupun Propinsi.
 Melakukan analisis perhitungan untuk menilai akurasi perhitungan terhadap formula
bagi hasil dan melakukan peran aktif berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dan
Propinsi, sehingga alokasi yang diterima sesuai dengan kontribusi yang diberikan
atau sesuai dengan kebutuhan yang akan direncanakan.

ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN/KOTA

IX-9

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

BAB

X

2014

ASPEK
KELEMBAGAAN
KABUPATEN/KOTA

10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan
peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/
kota adalah sebagai berikut :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat
daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi
perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan,
kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis
dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan
penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana
dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat
daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang
menjadi urusan pemerintah daerah, dan

pemerintah berkewajiban untuk melakukan

pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA

X-1

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat
dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah

kabupaten/kota,

berkaitan

denganpelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib
yang menjadi urusan pemerintah daerah. sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta
Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta
Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi
dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang,
dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling
banyak 3 seksi.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas
dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan
ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber
teknologi

informasi

dan

komunikasi,

daya manusia aparatur, pemanfaatan

penyempurnaan

sistem

perencanaan

dan

penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan
aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk
memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan
standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi.
Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah,
seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem
ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien
dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA

X-2

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan

Reformasi Birokrasi pada

Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah
da erah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan
panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan,
penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai
sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi,
yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses
pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua
instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan
untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan

dan

program

pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi,
serta kewenangan masing-masing.
Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum

Nomor

14/PRT/M/2010 Tentang Standar

Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang
menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang
ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari
beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya
untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi
penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung

ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA

X-3

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau
jawab

dalam

penyelenggaraan

pelayanan

dasar

bidang

PU.

2014

Koordinasi

dan

penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik
provinsi maupun kabupaten/kota.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah.
Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan
Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan
Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk
memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat.

SPP adalah standar pelayanan

minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan
tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya,
seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air
limbah
10.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini
10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran dari
Kabupaten Kotawaringin Barat di wilayah Propinsi Kalimantan Tengah yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2002 dengan Ibukotanya Nanga Bulik yang
hari jadinya ditetapkan tanggal 3 Agustus 2002. Seiring dengan pelaksanaan otonomi
daerah, pemerintah Kabupaten Lamandau telah membentuk DPRD serta lembaga Organisai
pemerintah lainnya.
Sebagai daerah yang baru dengan tujuan membangun daerah sendiri dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka Kabupaten Lamandau menetapkan Tema
dan Konsep Pembangunan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan strategis, baik
internal maupun eksternal.

Faktor kekuatan, kelemahan, peluang. Operasionalisasi

kegiatan Pemerintahan, Pembangunan, dan Pelayanan kepada Masyarakat Kabupaten
Lamandau dimulai sesudah adanya Pembentukan Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan

ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA

X-4

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah yang dilanjutkan dengan pelantikan para pejabat yang menduduki
Jabatan Struktur pada Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagaimana berikut:
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah:
Sekretariat Daerah
 Sekretaris Daerah
 Asistem Pemerintahan
 Asisten Ekonomi dan Pembangunan
 Asisten Administrasi Umum
 Staf Ahli Bidang Hukum dan Pemerintah
 Staf Ahli Bidang Perekonomian dan Pembangunan
 Sekretariat Dewan
Badan
 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
 Badan Lingkungan Hidup
 Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
 Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana
 Inspektorat Daerah
Dinas
 Dinas Pendidikan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga
 Dinas Kesehatan
 Dinas Pekerjaan Umum
 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
 Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
 Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan
 Dinas Kehutanan dan Perkebunan
 Dinas Pertambangan dan Energi
 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA

X-5

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

 Kantor Ketahanan Pangan
 Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
 Rumah Sakit Umum Daerah
Instansi Vertikal dan Perusahaan Negara, BUMN / BUMD
 Polres Lamandau
 Kejaksaan Negeri
 Kementerian Agama (Kemenag)
 Badan Pusat Statistik (BPS)
 PT. Pos dan Giro
 PT. PLN Ranting Nanga Bulik
 Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Nanga Bulik
 Bank Pembangunan Kalimantan Tengah (BPK) Cabang Pembantu
 Perusaahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Lamandau
 Perusahaan Daerah (Perusda) Bajurung Raya
 Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
Kecamatan
 Kantor Camat Bulik
 Kantor Camat Bulik Timur
 Kantor Camat Sematu Jaya
 Kantor Camat Menthobi Raya
 Kantor Camat Lamandau
 Kantor Camat Belantikan Raya
 Kantor Camat Batang Kawa
 Kantor Camat Delang
Untuk bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman, Institusi yang berwenang dalam
pengelolaan Air Limbah Domestik, Drainase dan Keairbersihan di Kabupaten Lamandau
adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lamandau dalam hal ini Bidang Cipta Karya
Seksi Perumahan dan Penyehatan Lingkungan. Sedangkan Peraturan/kebijakan mengenai
pengelolaan air limbah domestik sampai saat ini belum ada karena belum adanya koordinasi antar instansi terkait yang menangani program dan kegiatan mengenai air limbah,
khusus untuk pengelolaan persampahan berada di bidang Tata Ruang pada seksi
Kebersihan Kota.

ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA

X-6

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamandau

2014

Untuk bidang Pengembangan Per