SINDROMA OVARIUM POLIKISTIK : PROBLEM REPRODUKSI DAN TANTANGANNYA TERKAIT DENGAN GAYA HIDUP PEREMPUAN INDONESIA Repository - UNAIR REPOSITORY

  SINDROMA OVARIUM POLIKISTIK : PROBLEM REPRODUKSI DAN TANTANGANNYA TERKAIT DENGAN GAYA HIDUP PEREMPUAN INDONESIA

  Pidato Disampaikan pada Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Obstetri dan Ginekologi pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di Surabaya pada Hari Sabtu, Tanggal 20 September 2014

  Oleh

BUDI SANTOSO

  Printing by Airlangga University Press (AUP)

OC 164/09.14/B13E

  iii Kupersembahkan untuk: Bangsa dan Negara, Almamater tercinta, Para Guru,

  Bapak (Alm) dan Ibu, Bapak Mertua (Alm.) dan Ibu Mertua, Seluruh keluarga, Seluruh pasien Istri dan ketiga buah hati kami, yang kami sayangi

  

Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina

(air mani) Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.

  Qs: As-Sajdah (32) ayat 8-9

  iv

  v Success and failure are usually not the result of a single event

  (Anthony Robbins)

  Bismillahirrohmanirrahim Assalamu’alaikum warahmatullaahi Wabarakaatuh

  Yang terhormat, Rektor dan para Wakil Rektor Universitas Airlangga Ketua, Sekretaris, dan Anggota Wali Amanat (WMA) Universitas

  Airlangga Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Senat Akademik Universitas

  Airlangga Para Guru Besar Universitas Airlangga dan Para Guru Besar Tamu,

  Pimpinan Universitas, Fakultas, Program Pascasarjana, Direktur Direktorat, Lembaga dan Pusat di Lingkungan Universitas Airlangga

  Kepala Daerah, Kepala Dinas Kesehatan, Direktur dan Wakil Direktur Rumah Sakit

  Para Teman Sejawat, Dosen dan Segenap Civitas Akademika Universitas Airlangga

  Para Teman Sejawat dari IDI, POGI, HIFERI, PERMI dan PERFITRI

  Para Bapak dan Ibu undangan serta hadirin yang saya muliakan,

  Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Alah SWT, atas karunia nikmat berupa kekuatan dan kesehatan kepada kita semua sehingga pada pagi hari ini kita bisa berkumpul dalam rangka pengukuhan Guru Besar di lingkungan Universitas Airlangga.

  Kedua kalinya semoga solawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.

  Pada kesempatan yang terhormat ini, izinkanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar, dengan judul:

  

SINDROMA OVARIUM POLIKISTIK: PROBLEM

REPRODUKSI DAN TANTANGANNYA TERKAIT

DENGAN GAYA HIDUP PEREMPUAN INDONESIA

  Hadirin yang saya hormati

  Pola hidup masyarakat sekarang ini mempunyai kecenderungan dengan pola makan yang tidak seimbang dengan jumlah asupan kalori melebihi yang dibutuhkan tubuh dan juga kecenderungan menjalani kehidupan yang sedentary life style yaitu kehidupan yang sehari-hari jarang bergerak dan jarang atau tidak pernah melakukan olahraga. Kedua hal tersebut menyebabkan obesitas.

  Angka kejadian obesitas di Indonesia sendiri dari tahun ke tahun terjadi peningkatan yang cukup signifikan, seperti hasil penelitian dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1997, angka penduduk Indonesia berat badan berlebih 17,5 persen, dan 4,7 persen (9,8 juta) diantaranya obesitas, dibandingkan hasil penelitian pada tahun 2010, angka berat badan berlebih dan obesitas penduduk dengan usia 18 tahun ke atas 21,7 persen di mana 11,7 persen (27,7 juta) mengalami obesitas.

  Obesitas akan memicu penurunan kerja sel tubuh kita terhadap insulin (resistensi insulin), sehingga memicu pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak lagi. Pada wanita, tingginya kadar insulin dalam darah tubuh (Hiperinsulinemia) akan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan folikel, kondisi inilah yang menyebabkan hambatan terhadap proses pengeluaran oozit (ovulasi) yang mengakibatkan gangguan kesuburan (infertilitas).

  Penampilan klinis pasien dengan resistensi insulin tergantung kemampuan kompensasi pankreas. Pada tahap awal kompensasi masih efektif, akan diikuti oleh pankreas dengan menaikkan produksi insulin, sehingga keadaan yang kompensasi tersebut hanya ada satu kelainan metabolik yaitu hiperinsulinemia. Namun pada banyak pasien, sel beta pankreas pada tahap tertentu gagal melakukan kompensasi dalam memenuhi tantangan yang berupa penurunan kerja sel tubuh terhadap insulin, sehingga terjadilah penurunan kadar insulin yang pada akhirnya mendorong ke arah diabetes mellitus tipe 2.

  Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK)

  Sindroma Ovarium Polikistik telah dikenal hampir satu abad yang lalu, oleh sarjana Irving Stein dan Michael Levental pada tahun 1935. Sampai beberapa dekade yang lalu masih belum jelas benar penyebab utamanya. Bilateral ovarium polikistik, oligomenore atau amenore, infertilitas, hirsutisme (munculnya banyak bulu di atas bibir dan di daerah dagu), acne dan obesitas merupakan kumpulan gejala klinik yang dahulu dikenal sebagai Sindroma Stein Leventhal. Namun pemahaman terhadap SOPK telah berkembang dengan pesat, dan satu dekade terakhir ditemukan keterkaitan antara SOPK dengan resistensi insulin. Dua dari tiga gejala yang menjadi syarat untuk menegakkan diagnosa SOPK, yaitu: Oligoovulasi/ anovulasi, hiperandrogen dan gambaran polikistik di ovarium.

  Prevalensi SOPK

  Berdasarkan kriteria SOPK saat ini, sekitar 4–6% perempuan masa reproduksi menderita SOPK dan pada populasi perempuan infertilitas dengan kausa anovulasi didapatkan 75% disebabkan SOPK. Santoso dan Irawan, 2007, melakukan penelitian di Surabaya mendapatkan prevalensi SOPK pada perempuan usia reproduksi sebesar 4,5%. Berdasarkan beberapa laporan di jurnal terakhir menunjukkan kecenderungan prevalensi SOPK yang meningkat, bahkan dalam beberapa jurnal dilaporkan prevalensi mencapai SOPK 8-10 %. Hal ini karena peran resistensi insulin pada patofisiologi munculnya SOPK, dan meningkatnya resistensi insulin disebabkan karena gaya hidup masyarakat dengan diet tinggi kalori namun dengan sedentary life style.

  Resistensi Insulin, Hiperinsulinemia, Hiperandrogen

  Resistensi insulin ialah: pengurangan respons glukosa terhadap sejumlah kadar insulin tertentu. Resistensi insulin adalah peristiwa yang relatif umum, juga dikenal sebagai sindroma X/ Sindroma Reaven. Mayoritas pasien Non Insulin Dependent Diabetes

  

Mellitus (NIDDM) mempunyai resistensi insulin perifer, tetapi

tidak semua resistensi insulin adalah perempuan hiperandrogenik.

  Hiperinsulinemia kronik merupakan kompensasi jaringan target, melibatkan perubahan konsentrasi asam lemak bebas dalam plasma. Jika kebutuhan insulin tidak tercapai (insulin menghambat kadar asam lemak bebas), asam lemak bebas meningkat, produksi glukosa di hepar naik, kemudian terjadi hiperglikemia.

  Resistensi insulin berisiko menjadi hipertensi dan penyakit jantung koroner, ada hubungan antara kadar insulin plasma dan tekanan darah. Resistensi insulin lebih lanjut berhubungan dengan peningkatan trigliserida dan penurunan kadar cholesterol HDL, suatu kombinasi yang poten sebagai promotor penyakit jantung koroner. Walaupun efek buruk profil lemak hadir pada perempuan SOPK anovulatorik, hipertensi tidak terjadi semasa usia reproduksi tetapi timbul kemudian pada umur premenopause.

  Hiperinsulinemia dan ovarium polikistik juga berhubungan dengan peningkatan plasminogen activator type I (PAI-I). Kadar PAI- I tinggi berisiko pada tingginya abortus pada wanita dengan SOPK yang berhasil hamil, sedangkan untuk jangka panjang, tingginya PAI-I mempunyai risiko mendapat penyakit jantung koroner, gangguan fibrinolisis yang mempengaruhi perubahan jaringan vaskuler yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah.

  Hadirin yang saya hormati, Hiperandrogen dan Obesitas

  Perempuan obesitas, anovulatorik dan hiperandrogen mempunyai distribusi khas lemak tubuh, dikenal dengan obesitas android. Obesitas android adalah hasil deposit lemak di dinding abdomen dan visera mesenterik. Lemak ini lebih sensitif pada katekolamin, kurang sensitif pada insulin dan metabolik lebih aktif. Distribusi lemak ini berhubungan dengan hiperinsulinemia, toleransi glukosa, diabetes mellitus, dan peningkatan produksi androgen yang disebabkan oleh penurunan Sex Hormone Binding Globulin (SHBG), peningkatan testosteron dan estradiol bebas.

  Obesitas android (sentral) berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler, termasuk hipertensi dan perubahan profil kolesterol- lipoprotein. Rasio Waist/Hip adalah variabel paling kuat dan berhubungan negatif dengan kadar HDL2. HDL2 adalah fraksi HDL-kolesterol yang secara konsisten berhubungan dengan proteksi penyakit kardiovaskuler.

  Problem pada Usia Reproduksi Gangguan Menstruasi

  Oligoovulasi/anovulasi dapat memberikan kontribusi terhadap Perdarahan Uterus Abnormal (PUA). Secara umum manifestasinya dapat berupa kombinasi antara perdarahan dengan waktunya yang tidak bisa diprediksi dan jumlah darah yang keluar, pada beberapa kasus bisa menyebabkan Heavy Menstrual Bleeding. Walaupun gangguan ovulasi sering tidak diketahui penyebabnya namun banyak diantaranya bisa dirunut adanya endokrinopati yang salah satunya adalah SOPK.

  Infertilitas

  Masalah infertilitas merupakan alasan utama penderita SOPK datang ke dokter, sedangkan gangguan menstruasi merupakan alasan tersering kedua. Penyebab kedua keluhan tersebut adalah anovulasi/oligoovulasi, hiperandrogen dan ovarium polikistik, bisa juga disertai dengan kadar LH yang tinggi (SOPK kurus) atau resistensi insulin (SOPK obes), seluruh kondisi ini saling terkait. Maka apabila tidak mendapatkan perhatian dengan penanganan optimal, keluhan tersebut akan meningkatkan kecemasan pada perempuan SOPK dan bukan tidak mungkin akan mengganggu hubungan harmonis pasangan suami istri.

  Abortus

  Diperkirakan 40% kehamilan dari wanita dengan SOPK akan mengalami keguguran spontan. Pada beberapa penelitian didapatkan prevalensi resistensi insulin yang lebih tinggi pada wanita dengan keguguran berulang bila dibandingkan dengan kontrol cocok dan pengobatan resistensi insulin. Pada penderita dengan abortus berulang dengan insulin-sensitizing agent (metformin) telah terbukti menurunkan tingkat keguguran dini. Selain efek pada resistensi insulin, metformin menurunkan tingkat sirkulasi Plasminogen

  

Activator Inhibitor-1 (PAI-1). PAI-1 menghambat fibrinolisis yang

  meningkat pada wanita dengan SOPK. Peningkatan kadar PAI-1 telah dilaporkan menjadi faktor risiko independen untuk keguguran spontan awal kehamilan.

  Hadirin yang saya hormati, Problem Jangka Panjang (Usia Premenopause)

  Walaupun SOPK telah didiagnosa sejak tahun 1930, namun efek jangka panjang SOPK masih diteliti lebih lanjut. Dalam perjalanannya berbagai efek yang mungkin dapat timbul jangka panjang pada penderita SOPK. Namun pada prinsipnya dapat digolongkan ke dalam dua golongan besar yakni sindroma metabolik yang meliputi diabetes mellitus, hipertensi, dislipidemia, obesitas, dan keganasan yang meliputi keganasan pada endometrium dan keganasan pada payudara.

  

Sindroma Metabolik, Resistensi Insulin dan Diabetes Mellitus

tipe 2

  Penyebab resistensi insulin pada SOPK tidak semuanya dapat dipahami dengan baik. Banyak mekanisme molekular yang dapat menjelaskan sumber dari resistensi insulin pada SOPK yakni rendahnya kadar GLUT 4 yang berfungsi pada transportasi glukosa, berlebihnya fosforilasi serin pada reseptor insulin yang akan menurunkan transduksi isyarat insulin serta deplesi dari adenosin tingkat seluler.

  Penyebab hiperinsulinemia pada wanita SOPK masih belum diketahui, dimungkinkan berhubungan dengan abnormalitas pada tingkat jalur informasi post reseptor insulin dan/atau sekresi insulin yang abnormal. Hal ini dimungkinkan bahwa ketidaknormalan metabolisme pada SOPK telah dimulai pada awal kehidupan, yaitu selama periode prenatal atau prepubertal, dan pemaparan dini terhadap androgen selama masa pertumbuhan dimungkinkan mempengaruhi distribusi lemak dan aktivitas insulin. Keterlibatan klinis pada pengamatan ini adalah perempuan dengan SOPK cenderung mengalami resistensi insulin dan/atau hiperinsulinemia, terutama pada mereka yang mengalami siklus anovulasi dan menderita obesitas dengan penumpukan lemak sentral.

  Kriteria diagnosis untuk sindroma metabolik pada wanita yang menderita SOPK telah diimplementasikan baru-baru ini. Definisi tersebut mencakup tiga dari lima kriteria berikut: obesitas sentral, hipertrigliseridemia, kadar HDL yang rendah, tekanan darah yang meningkat, dan hiperglikemia (ESHRE Consensus 2011).

  Berbagai Kelainan metabolisme tersebut dikelompokkan secara bersama, memiliki hubungan dengan resistensi insulin dan merupakan faktor risiko yang penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus tipe 2 di antara wanita dengan SOPK.

  Prevalensi diabetes tipe 2 dilaporkan 3–4 % pada populasi umum, meningkat mencapai 10–18 % pada usia tua. Beberapa kelompok dilakukan penilaian mengenai toleransi glukosa di antara wanita SOPK dan semua risiko terjadinya diabetes tipe 2 ditemukan meningkat 3–7 kali. Angka prevalensi intoleransi glukosa pada wanita SOPK jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan dibandingkan dengan populasi acuan pada wanita yang sama umurnya: 31–35% terjadi gangguan toleransi glukosa dan 7,5–10 % menderita diabetes tipe 2. Meskipun obesitas dan usia merupakan hal penting dalam meningkatkan risiko, gangguan toleransi glukosa dan diabetes sering terjadi bahkan pada wanita SOPK non-obese (masing-masing 10% dan 15%).

  Penyakit Kardiovaskuler

  Wanita dengan SOPK cenderung memiliki kelainan pada profil lipid, seperti peningkatan trigliserida, peningkatan kadar kolesterol LDL, serta menurunnya kadar kolesterol HDL, sehingga secara tidak langsung memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena penyakit-penyakit koroner seperti penyempitan pembuluh darah koroner, sampai obstruksi pembuluh darah. Wanita dengan SOPK juga umumnya mengalami peningkatan deposit kalsium pada arteri koronaria dan peningkatan PAI-1 yang merupakan antifibrinolisis yang kuat.

  Pasien dengan SOPK juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita hipertensi. Mereka cenderung memiliki pola obesitas sentral, yang merupakan salah satu faktor risiko untuk hipertensi, diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler, terutama ditemukan seiring proses penuaan setelah menopause. Seluruh marker yang berhubungan dengan peningkatan penyakit kardiovaskuler umumnya meningkat pada SOPK, namun hubungan marker ini secara langsung terhadap penyakit kardiovaskuler masih belum jelas (ESHRE consensus, 2011).

  Endotelin 1 adalah marker untuk vaskular abnormal, di mana diyakini memberikan kontribusi pada proses atherosklerotik. Insulin memiliki efek stimulasi pada endotelin 1 dan dihipotesiskan bahwa antar endotelin 1 dengan resistensi insulin memainkan peranan penting dalam perkembangan lesi atherosklerotik pada kondisi hiperinsulin. Endotelin 1 meningkat pada pasien dengan atherosklerotik, diabetes dan obesitas. Endotelin 1 ditemukan meningkat pada wanita dengan SOPK, yang memberi kesan adanya kerusakan vaskular dini. Peradangan kronis menyebabkan disfungsi endotelial dan memfasilitasi awal dari proses atherosklerotik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peradangan tingkat rendah, yg tercermin dengan peningkatan C- reactive protein(CRP) dan memberi pengaruh pada perkembangan atherosklerotik. CRP tidak hanya sebagai pertanda inflamasi dari aterosklerotik tetapi juga sebagai mediator pada penyakit ini karena memberikan peranan dalam patogenesis pembentukan lesi yang berhubungan dengan endotelium, dan kemudian CRP dapat digunakan sebagai pengukur fungsi endothelial. CRP secara mandiri dapat memprediksi diabetes tipe 2. Akan tetapi, peranannya dalam inflamasi sebagai penyebab penyakit kardiovaskular dan penyakit metabolik masih tetap diperdebatkan dan belum diterima secara keseluruhan.

  Keganasan

  Peningkatan IGF-1 bebas di sirkulasi ini diduga dapat meningkatkan risiko pertumbuhan tumor/ kanker melalui rangsangan IGF-1 bebas pada target organ. Ini dibuktikan dengan meningkatnya IGF-1 bebas maka IGF-1R di target sel juga meningkat. Keadaan hiperinsulin pun dapat berakibat pada proliferasi sel melalui ikatan langsung insulin dengan reseptor insulin di jaringan target atau dapat juga melalui bentuk IGF-1, seperti yang telah diuraikan di atas.

  Pada keadaan resistensi insulin, kadar insulin yang tinggi akan berakibat terhadap rasio IGF-1/IGFBP, di mana didapatkan penurunan dari IGFBP melalui hambatan pada hepar serta peningkatan IGF-1 bebas. IGF-1 bebas ini kadarnya hanya sedikit dikarenakan sebagian besar dari IGF adalah dalam bentuk terikat dengan proteinnya (IGFBP). Kadar IGF-1 bebas ini berkorelasi langsung dengan kadar insulin serta BMI.

  IGF-1 kita ketahui selain berfungsi untuk menstimulasi proliferasi sel juga berfungsi menghambat proses apoptosis. Sehingga kombinasi dari kedua sifat ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tumor. Berdasarkan penelitian dikatakan bahwa kadar

  IGF-1 yang tinggi di sirkulasi serta rendahnya kadar IGFBP-3 sangat berhubungan dengan timbulnya berbagai macam kanker. Beberapa penelitian tambahan juga menunjang gaya hidup dengan diet tinggi karbohidrat dapat meningkatkan kadar IGF-1 di sirkulasi. Selain efek langsung pada timbulnya keganasan, IGF-1 juga berinteraksi dengan berbagai molekul yang berhubungan dengan pertumbuhan kanker dan progresivitasnya, termasuk hormon steroid seks, hasil dari tumor suppressor genes dan hormon pertumbuhan lain. Ekspresi dan produksi IGF-1 juga dipengaruhi oleh nutrisi dan aktivitas fisik, walaupun aktivitas fisik masih menjadi kontroversi.

  Hiperplasia dan Keganasan Endometrium

  Patofisiologi terjadinya hiperplasi endometrium selama ini yang banyak disepakati adalah stimulasi estrogen terus-menerus tanpa oposisi progesteron (unopposed estrogen). Keadaan ini bisa disebabkan estrogen endogen maupun eksogen. Estrogen endogen banyak disebabkan anovulasi kronik seperti SOPK atau peri- menopause. Obesitas berperan pada paparan unopposed estrogen karena kadar estrogen yang tinggi secara kronik, berasal dari aromatisasi androgen pada jaringan lemak dan konversi androstenedion menjadi estron. Insulin merupakan suatu bahan mitogenik yang sangat kuat pengaruhnya pada jaringan, baik pada jaringan endometrium maupun pada epitel buah dada. Insulin sendiri pada dasarnya dapat menstimulasi steroidogenesis melalui peningkatan ekspresi dari enzim aromatase, peningkatan bioavailibilitas steroid seks serta peningkatan IGF-1 melalui mekanisme penurunan IGFBP-1.

  Keganasan Buah Dada

  Peningkatan kadar androgen, peningkatan kadar insulin dan

  IGF-I yang terdeteksi pada penderita SOPK obes dapat merangsang pertumbuhan keganasan buah dada. Hal ini bisa terjadi karena stimulasi langsung Androgen Reseptor (+) sel kanker untuk mengikat androgen, stimulus Estrogen Reseptor (+) oleh hasil aromatisasi testosteron menjadi estradiol, stimulasi mitogenic cell kanker oleh kadar insulin dan IGF-I, penurunan kadar SHBG dan peningkatan kadar estrogen pada perempuan hyperandrogen.

  Hadirin yang saya hormati

  Jika diperhatikan secara seksama peran resistensi insulin sangat besar dalam pathofisiologi munculnya SOPK, sampai problem yang muncul pada saat usia reproduksi berupa: infertilitas, gangguan menstruasi, obesitas, hiperandrogen seperti acne,

  

hirsutisme dll., serta risiko penyakit gangguan metabolik yang

  muncul seperti diabetes mellitus tipe-2, dan penyakit kardiovaskuler serta risiko keganasan endometrium dan buah dada. Sedangkan angka penderita berat badan berlebih maupun obesitas masyarakat Indonesia semakin hari semakin meningkat, dan tentunya akan menyebabkan prevalensi resitensi insulin masyarakat Indonesia juga akan meningkat, maka bisa kita bayangkan nantinya bahwa masalah-masalah di bidang reproduksi banyak dipengaruhi dari masalah pola hidup dan olah raga.

  Oleh karena itu meskipun penanganan SOPK jangka pendek berupa penanganan kekacauan metabolik yaitu ekses androgen dan keadaan anovulasi untuk mengatasi masalah infertilitas maupun gangguan perdarahan, maka akan lebih bijaksana jika penanganan SOPK juga ditujukan mengurangi resistensi insulin dan menurunkan risiko DM tipe 2, mencegah penyakit kardiovaskuler dan menurunkan risiko keganasan endometrium dan buah dada. Hal yang bisa kita lakukan adalah sebagai berikut:

  Perubahan Gaya Hidup

  Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan faktor penentu dari resistensi insulin dan hiperinsulinemia. Wanita dengan IMT >27 kg /m2 (berat badan berlebih) seringkali mengalami resistensi insulin dan umumnya mengalami hiperinsulinemia dalam merespons stimulasi dengan glukosa. Wanita dengan IMT >30 kg/m2 hampir selalu mengalami resistensi insulin. Oleh karena itu pada tahap awal penanganan kasus dengan SOPK, selalu dilakukan perubahan gaya hidup sehingga akan mengurangi resistensi insulin dan hiperinsulinemia, yang pada akhirnya akan memperbaiki fungsi reproduksi.

  Pola konsumsi penduduk Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2010 adalah 9–14% energi protein, 24–36% energi lemak, 54–63% energi karbohidrat. Jelas sekali bahwa pola konsumsi penduduk Indonesia didominasi karbohidrat. Hal ini mulai harus diubah dengan usaha mengonsumsi diet dengan komposisi karbohidrat, protein, lemak yang berimbang dengan kebutuhan kalori yang terukur serta melakukan olah raga secara rutin.

  Metformin

  Metformin memperbaiki sensivitas insulin, menurunkan kadar insulin dalam darah, menurunkan kadar androgen dalam sirkulasi darah. Pada penderita SOPK yang diterapi dengan metformin terjadi perbaikan fungsi reproduksi. Sudah diketahui bahwa metformin dapat mencegah dan menurunkan progresivitas menjadi DM tipe 2, pada pasien dengan gangguan toleransi glukosa. Walaupun metformin tidak secara spesifik mampu menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler, pada pasien dengan SOPK, didapatkan bukti-bukti klinis dan mekanisme yang mendukung penggunaan metformin sebagai protektor terhadap penyakit kardiovaskuler pada kasus resistensi insulin. Selain hal tersebut, metformin dapat menurunkan kadar androgen di sirkulasi dan memperbaiki ovulasi serta reguleritas menstruasi, jadi hal inilah yang mendukung digunakannya metformin untuk jangka panjang.

  Terapi lain dari SOPK tentunya disesuaikan dengan keluhan yang ada pada setiap penderita, seperti contoh SOPK dengan infertilitas, selain perubahan gaya hidup, metformin (resistensi insulin positif) dan tentunya disertai obat-obat untuk induksi ovulasi, seperti klomifen sitrat, rekombinan FSH sampai Laparoscopy Ovarian Drilling (LOD).

  Hadirin yang saya hormati US Census Bureau, International Data

  Berdasarkan data

  

Base (2004), prevalensi SOPK di Indonesia sebesar 5.961.323 dari

238.452.952 jumlah penduduk Indonesia pada saat itu. Sedangkan

menurut DeUqarte (2005) 64,4% dari seluruh penderita SOPK

mengalami resistensi insulin, jika persentase ini digunakan untuk

menghitung berapa perempuan Indonesia yang menderita SOPK

dengan resistensi insulin, maka kita dapatkan kira-kira 3.815.246

penderita SOPK dengan resistensi insulin. Pada 2014 dengan

perkiraan jumlah penduduk Indonesia sebesar: 252.164.800 (data

BPS, 2014), maka jumlah penderita SOPK dengan resistensi insulin

sebesar 4.034.635 perempuan. Jumlah ini luar biasa sangat banyak,

yang berpotensi mengalami infertilitas, abortus berulang, dan

perdarahan uterus abnormal. Risiko lain yang mungkin dihadapi

dalam jangka panjang adalah kelompok perempuan ini mengalami

diabetes melitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler serta berpotensi

5 kali lebih tinggi mengalami keganasan endometrium dan 3 kali

  

lebih tinggi mengalami keganasan buah dada dibandingkan dengan

perempuan non-SOPK.

  Dari paparan di atas jelas bahwa hal yang penting adalah pencegahan resistensi insulin yang timbul karena obesitas, dan keduanya merupakan hal yang preventable: sesuatu yang bisa dicegah. Kita canangkan untuk memulai hidup secara seimbang, terhadap keluarga kita, anak-anak kita. Kita batasi asupan makanan sehari-hari secara seimbang, kita rubah komposisi makanan dengan menurunkan persentase karbohidrat, sehingga tidak dominan lagi. Melakukan aktivitas berolah raga secara rutin, sehingga terhindar dari obesitas, yang bisa mencegah terjadinya resistensi insulin. Tujuan jangka pendeknya yaitu meminimalisir gangguan kesuburan yang diakibatkan oleh gangguan ovulasi maupun terhadap gangguan menstruasi, mengurangi abortus dan pencegahan jangka panjang terhadap penyakit metabolik dan keganasan. Mari kita menghindari obesitas, karena obesitas bukanlah pertanda kemakmuran atau semakin sehat seseorang, namun obesitas merupakan penyakit kronis yang bisa berdampak pada fungsi reproduksi.

  Hadirin yang saya hormati,

  Sebelum berakhir pidato pengukuhan ini, sekali lagi saya mengucapkan syukur alhamdulillah atas limpahan karunia nikmat, serta taufik, hidayah dan inayah dari Allah SWT kepada saya beserta keluarga. Ungkapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi- tingginya, saya sampaikan kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Sekretaris Jenderal Pendidikan Tinggi beserta jajarannya atas kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar dalam bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

  Kepada yang terhormat Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. H. Fasich, Apt., beserta para Wakil Rektor Prof. Dr. H. Achmad Syahrani, MS., Dr. Moh Nasih, SE., MT., Ak., Prof. Soetjipto, dr., MS., Ph.D., juga kepada yang terhormat Ketua Senat Akademik Universitas Airlangga Prof. Dr. Fendy Suhariadi, Drs., MT dan Sekretaris Senat Akademik Universitas Airlangga H. Sudibyo, dr., MS, beserta seluruh anggota, atas kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar.

  Kepada yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., Sp.PD-KEMD, FINASIM beserta para Wakil Dekan. Ketua dan Anggota Badan Pertimbangan Fakultas yang telah menyetujui dan mengusulkan saya untuk diangkat sebagai Guru Besar.

  Kepada mantan Dekan Prof. Dr. Muhammad Amin, dr., SpP(K), Prof. Dr. HMS Wijadi, dr., Sp.THT(K), Prof. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro, dr., Sp.PD-KEMD, FINASIM, Prof. H. IGN. Gde Ranuh, dr., Sp.A(K), Prof. R. Sumarto, dr., Sp.PD-KGEH (alm), Prof.

  HMS Soeatmadji, dr. (alm), Prof. Rahmat Santoso, dr., Sp.PA (alm), yang telah menerima saya sebagai mahasiswa dan peserta Program Pendidikan Spesialis I serta menjadi dosen di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

  Kepada yang terhormat Direktur RSUD. Dr. Soetomo Surabaya, Dr. H. Dodo Anondo MPH, beserta para Wakil Direktur dan para mantan Direktur RSUD. Dr. Soetomo, Dr. H. Slamet Riyadi Yuwono, dr., DTM&H, MARS, Prof. H. Abdus Syukur, Sp.B-KBD, Prof. H. Muh. Dikman Angsar, dr., SpOG(K), Prof. H. Karyadi Wirjoatmojo, dr., Sp.An-KIC (alm) atas kesempatan dan kepercayaannya untuk bekerja di lingkungan RSUD. Dr. Soetomo Surabaya.

  Kepada yang terhormat Kepala Departemen/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD. Dr. Soetomo Dr. Hendy Hendarto, dr., SpOG(K), saya sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas kepercayaannya untuk mengusulkan saya sebagai Guru Besar di lingkungan Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Kepada mantan Kepala Departemen/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Prof. Dr. Erry Gumilar Dahlan, dr., Sp.OG(K), saya ucapkan rasa hormat dan terima kasih atas kepercayaan dan yang selalu memberi motivasi kepada saya , sehingga saya dapat diusulkan sebagai Guru Besar.

  Kepada mantan Kepala Departemen/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD. Dr. Soetomo, Prof. Prajitno Prabowo, dr., Sp.OG(K), yang telah menerima saya sebagai salah satu peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis I pada Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan pada tahun 1994. Juga kepada mantan Kepala Departemen/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD. Dr. Soetomo Prof. H. Lila Dewata A, dr., Sp.OG(K), Prof. H. Samsulhadi, dr., Sp.OG(K) dan Prof. H. Heru Santoso, dr., Sp.OG(K), saya mengucapkan terima kasih, karena pada waktu kepemimpinan beliau, saya telah mendapat kesempatan bekerja sebaik- baiknya.

  Kepada Prof. Prajitno Prabowo, dr., Sp.OG(K), Prof. Soetjipto, dr., MS., Ph.D, dan Prof. Arief Boediono, drh., Ph.D yang telah membimbing saya dalam penyusunan Disertasi sebagai Promotor, Co Promotor I dan Co Promotor II, juga kepada yang terhormat Prof. Samsulhadi, dr., Sp.OG(K), yang banyak memberi masukan saat penyusunan Disertasi, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya.

  Kepada para guru dan senior serta sejawat saya di Departemen Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, yang telah bekerja sama dengan semangat persaudaraan dan kebersamaan, Prof.

  Hariadi, dr., Sp.OG(K), Prof. Prajitno Prabowo, dr., Sp.OG(K), Prof.

  H. Dikman Angsar, dr., Sp.OG(K), Prof. Lila Dewata, dr., Sp.OG(K), Hj. Poedji Rochyati, dr., Sp.OG(K), Prof. Samsulhadi, dr., Sp.OG(K), Bambang Sukaputra, dr., Sp.OG(K), Prof. Suhatno, dr., Sp.OG(K), Prof. Dr. Agus Abadi, dr., Sp.OG(K), Prof. Soehartono DS., dr., Sp.OG(K), Marsianto, dr., Sp.OG(K), Prof. H. Heru Santoso, dr., Sp.OG(K), M. Nadir Abdullah, dr., Sp.OG(K), Hendro Pramono, dr., Sp.OG(K), Prof. H. Djoko Waspodo, dr., Sp.OG(K) (alm), Sunyoto, dr., Sp.OG(K), Prof. Dr. Erry Gumilar Dahlan, dr., Sp.OG(K), H. Poedjo Hartono, dr., SpOG(K), Hari Paraton, dr., Sp.OG(K), Dr. Hermanto Tri Joewono, dr., Sp.OG(K), H. Bambang Trijanto, dr., Sp.OG(K), Dr.

  Aditiawarman, dr., Sp.OG(K), Dr. Hendy Hendarto, dr., Sp.OG(K), Bangun Trapsila Purwaka, dr., Sp.OG(K), Baksono Winardi, dr., SpOG(K), Dr. H. Agus Sulistiono, dr., Sp.OG(K), H. Brahmana Askandar, dr., Sp.OG(K), Hj. Wita Saraswati, dr., Sp.OG(K), Sri Ratna Dwiningsih, dr., Sp.OG(K), Relly Yanuari Primariawan, dr., Sp.OG(K), Ashon Sa’adi, dr., Sp.OG(K), Indra Yuliati, dr., Sp.OG, Budi Prasetyo, dr. Sp.OG(K), Gatut Hardianto, dr., Sp.OG(K), Eighty Mardiyan Kurniawati, dr., SpOG(K), Jimmy Yanuar Annas, dr., Sp.OG(K), Ernawati, dr., Sp.OG, Muhammad Ardian, dr., Sp.OG, Primandono Perbowo, dr., Sp.OG, Budi Wicaksono, dr., Sp.OG, M Aldika Akbar, dr., Sp.OG, Pungki Mulawardhana, dr., Sp.OG, Azami Denas, dr., Sp.OG, Hari Nugroho, dr., Sp.OG. Juga senior saya yang telah bekerja sama khususnya dalam bidang Bayi Tabung, yaitu: Aucky Hinting, dr., Sp.And, Ph.D, dan Lunardhi Hamdani, dr., Sp.And.

  Kepada Prof. Dr. Ichramsjah Azim Rahman, dr., Sp.OG(K), Prof. Dr. Biran Affandi, dr., Sp.OG(K) dan Prof. Dr. Eddy Suparman, dr., Sp.OG(K), saya ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi- tingginya yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mereview jurnal penelitian saya dan terus memotivasi saya sampai akhirnya selesai pengurusan Guru Besar saya.

  Terima kasih dan ucapan penghargaan yang setinggi- tingginya saya sampaikan pula kepada guru saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, mulai dari Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar Muhammadiyah Genteng Banyuwangi, Sekolah Menengah Pertama Negeri I Genteng Banyuwangi, Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Malang, dosen saya sewaktu menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dosen sewaktu menempuh Program S3 Pasca Sarjana Universitas Airlangga, karena sentuhan dan didikan, suri tauladan dan ilmu yang telah diberikan kepada saya, sehingga saya bisa mencapai jenjang pendidikan seperti saat ini, semoga Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa membalas amal baik mereka semuanya.

  Kepada yang terhormat dan saya cintai kedua orang tua saya Ibunda Hj. Musrifah dan Ayahanda Bapak Thoyib Hery Hidayat (Alm), yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang yang tiada batas dan memberikan suri tauladan yang terus membekas, yang telah mendo’akan setiap saat sehingga ananda bisa terus menuntut ilmu setinggi-tingginya dan pada akhirnya sampai pada tahapan ini. Juga tidak lupa kepada ibunda mertua Ibu Hj. Maslamah dan Bapak Saman (Alm), yang selalu menasehati kami dan memotivasi dengan kekuatan doa yang tulus sepanjang waktu, untuk itu semua saya haturkan rasa hormat dan terima kasih ananda.

  Kepada saudara kandungku, Bpk. H. Afandi Thoyib beserta Ibu Hj. Mujayanah; Prof. Amanu Thoyib., Drs., M.Sc. beserta Ibu Astuti; Hj. Armaningsih Thoyib, Dra beserta H. Markoni., Drs; Dr. Hj. Endang Suswati., Dra, M.Sc. beserta Achmad Ruslan,Drs, (Alm), Bpk. H. Bambang Heryono beserta ibu Hj. Suwarti dan Agus Arianto, dr., Sp.M beserta ibu Rully, juga kepada adik Ipar saya Ibu Hidayatul Laili dan Zaidatul Mamnun, Dra., terima kasih atas dukungan dan kekompakkan yang telah kita bangun bersama serta doa kalian semua sehingga saya bisa mencapai pada tahapan seperti saat ini.

  Dari relung hati yang paling dalam, dengan penuh kasih sayang, saya ingin sampaikan terima kasih kepada istri saya Dra. Elmi Mufidah, M.Kes., Apt., yang lebih dari 25 tahun mendampingi saya dengan penuh kasih sayang, kesabaran dan ketabahan terutama saat menjalani Wajib Kerja Sarjana di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat selama 4 tahun lebih, juga pada saat menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis I. Untuk ketiga buah cinta kami Alfin Firasy Mufid, dr., Mahida El Shafi, S.Ked., Nizar Al Rhaazi, Ayah sampaikan dengan penuh kasih sayang rasa terima kasih atas pengertian dan kesabaran kalian dalam memahami dan tidak pernah merepotkan tugas sehari- hari Ayah, dan insyaAllah kalian akan tumbuh menjadi anak yang sholeh/solehah.

  Dan pada akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam proses mulai pengusulan sampai pengangkatannya saya sebagai Guru Besar, maupun pada upacara pengukuhan ini, yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar- besarnya.

  Kepada seluruh panitia di bawah komando, Relly Yanuari Primariawan, dr., Sp.OG(K), Ashon Sa’adi, dr., Sp.OG(K)dan Hermawan Susanto, dr., Sp.PD serta Tim Paduan Suara Universitas Airlangga, yang telah bekerja keras sehingga acara ini bisa berlangsung lancar, dengan tulus saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya.

  Pada kesempatan ini pula, perkenankan saya mengucapkan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih saya kepada hadirin sekalian yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk menghadiri pengukuhan Guru Besar saya.

  Akhirul kata, semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita bisa melaksanakan tugas sehari-hari dan lebih bermanfaat kepada sesama manusia, aamiin ya robbal alamin

  Wabillahittaufiq wal hidayah Wassalamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh

  DAFTAR PUSTAKA Marc AF and Speroff L, 2011. Anovulation And The Polycystic Ovary. th Lippincott Wiliam and Wilkins Philadelphia; Ed 8 : 1192–1220.

  Craig LB, Ke RW, Kutteh WH, 2002. Increased prevalence of insulin resistance in women with a history of recurrent pregnancy loss.

  Fertil Steril; 78(3): 487–490 Palomba S, Orio FJr, Falbo A, Russo T, Tolino A, Zullo F, 2005.

  Plasminogen activator inhibitor 1 and miscarriage after metformin treatment and laparoscopic ovarian drilling in patients with polycystic ovary syndrome. Fertil Steril; 84(3):

  761–765 Glueck CJ, Wang P, Goldenberg N, Sieve-Smith L, 2002. Pregnancy

  outcomes among women with polycystic ovary syndrome treated with metformin. Hum Reprod ;17(11): 2858–2864

  Balen A, Conway GS, Homburg R, Legro RS, 2005. Polycystic Ovary

  Syndrome : A Guide to Clinical Management. Taylor and Francis

  Boca Raton: 1–142 De Leo V, La Marca A, Petraglia F , 2003. Insulin Lowering Agents

  in the management on Polycystic Ovary Syndrome. Endocrine

  Review; 24 (5): 637–667 Emons G, Fleckenstein G, Hinney B, Heyl W, 2000. Hormonal

  Interactions in Endometrial cancer. Endocrine – Related Cancer;

  7 : 227–242 Fauser B, 2004. Revised 2003 Consensus on diagnostic criteria

  and long term health risk related to polycystic ovary syndrome (PCOS). Human Reproduction; 9 (1): 41–47.

  Santoso B, Puspaningsih NNT, Riawan W, 2008. Apakah perbedaan

  androgen serum menyebabkan perbedaan manifestasi klinik berupa amenorrhea, oligomenorrhea, dan PUD pada kasus

SOPK?Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia ; Vol. 32 : 38

  Hikmah R, Santoso B, 2008. Pengaruh Hiperandrogen Terhadap

  Ekspresi Protein Bcl-2 dan Bax pada Endometrium Model

  Sindroma Ovarium Polikistik Rattus novergicus Strain Wistar.

  Laporan Penelitian. Pollack MN, Schernhammer ES, Hankinson SE, 2004. Insulin –like

  Growth Factors and Neoplasia. National Review Cancer ;4 (7):

  505–518 Yu H, Rohan T, 2000. Role of the Insulin-like Growth Factor Family

  in Cancer development and Progression. Journal of the National Cancer Institute ; 92 (18) :1472–1483

  Balen A, 2004. The pathophysiology of polycystic ovary syndrome:

  trying to understand PCOS and its endocrinology. Elsevier; 18(5): 685–706.

  Bhattacharya SM, 2009. Insulin resistance and overweight-obese women with polycystic ovary syndrome. Journal of Gynaecology Endocrinology; 64: 209–21. Blasco AF, Carretero B, Millan S and Morreale E, 2006. Prevalence

  and characteristics of the polycystic ovary syndrome in overweight and obese women. Arch intern med ; 166(19): 2081–6.

  Consensus on women’s health aspects of polycystic ovary syndrome

  rd

  (PCOS), 2011 . The Amsterdam ESHRE/ASRM-Sponsored 3

PCOS Consensus Workshop group. Fertility and sterility; 97: 1.

Haoula Z, Salman M, and Atiomo W, 2012. Evaluating the association between endometrial cancer and polycystic ovary syndrome.

  Oxford journals, human reproduction; 27(5). 1327–1331 Moran LJ, Musso ML, Wild RA, Norman RJ, 2010. Impaired Glucose

  tolerance, type 2 diabetes and metabolic syndrome in polycystic ovary syndrome : a systematic review and metaanalysis. Human

  Reproduction update; 16(4) 347–363 Ong KJ, Theodoru E, and Ledger W, 2006. Long Term consequence

  of polycystic ovarian syndrome. Current obstetrics and

  Gynaecology; 16(6):333–336 Solomon CG, Hu FB, and Dunaif A, 2002. Menstrual cycle irregularity

  and risk of future cardiovascular disease. Journal of Clinical

  Endocrinology Metabolic; 87: 2003–17 Taponen S, Martikainen H, and Jarvelin MR, 2004. Metabolic

  cardiovascular disease risk factors in women with self-reported symptoms of oligomenorrhea and/or hirsutism: Northern Finland

  Birth Cohort 1966 Study. J Clin Endocrinol Metab; 89: 2114–18.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  Nama : Prof. Dr. Budi Santoso, dr., SpOG(K) Tempat / Tgl Lahir : Banyuwangi, 17 Pebruari 1963 Agama : Islam Jenis kelamin : Laki- laki Status perkawinan : Kawin Nama Istri : Dra. Elmi Mufidah, Apt. M.Kes Nama anak : Alfin Firasy Mufid, dr.

  Mahida El Shafi, S.Ked Nizar Al Rhaazi

  NIP : 19630217 1989 11 1 001 Pangkat/Gol : Pembina Tk. I / IV-b Jabatan Akademik : Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

  Jabatan Struktural : • Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

  • Ketua Program Studi S2

  Ilmu Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

  Jabatan Fungsional : Staf. Fungsional Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Soetomo Surabaya

  No. Telpon/ HP : 031-5943674 / 08123581706 Alamat email : busobg98@yahoo.com Alamat rumah : Jl. Manyar Indah X/19- Surabaya

  PENDIDIKAN

  1975 : Lulus SD Muhammadiyah Genteng Banyuwangi 1979 : Lulus SMP Negeri 1 Genteng Banyuwangi 1982 : Lulus SMA Negeri 3 Malang

  1989 : Lulus Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya 1998 : Lulus Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Univ. Airlangga, Surabaya 2005 : Lulus Konsultan dalam Bidang Fertilitas Endokrinologi Reproduksi (FER) 2009 : Lulus Program Doktor dengan predikat Cumlaude pada Program Pascasarjana Universitas Airlangga

KEANGGOTAAN DALAM ORGANISASI

  1. Ikatan Dokter Indonesia (Pusat) 1990–sekarang

  2. Ikatan Dokter Indonesia (Cabang Surabaya) 1994–sekarang

  3. Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia 1998–sekarang

  4. Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia 1998–sekarang

  5. Indonesian Gynecological Endoscopy Society 2002–sekarang

  6. Perkumpulan Menopause Indonesia (PMI) 2005–sekarang

  7. Himpunan Fertilitas Endokrinologi Indonesia (HIFERI) 2005–sekarang

  8. Perkumpulan Fertilisasi Invitro Indonesia (PERFITRI) 2005–sekarang

  9. Asia Pacific Initiative on Reproduction (ASPIRE) 2008–sekarang

RIWAYAT PEKERJAAN

  1990–1994 Ka Puskesmas Kecamatan Sambelia, Ka puskesmas Montong Betok dan Ka Puskesmas Terara, Lombok Timur Nusa Tenggara Barat

  1994–1998 Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr.

  Soetomo/FK. Unair, Surabaya

  1999–2002 KaSMF. Obstetri dan Ginekologi RSUD Genteng Banyuwangi

  2008–2011 Ketua Unit Pengelola Data Digital (UPeDDI) FK. Unair

  2009–2011 Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan RSUD. Dr. Soetomo Surabaya

  2009–sekarang Ketua Tim Remunerasi RSUD Dr. Soetomo Surabaya

  2011–sekarang Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

  2011–sekarang Ketua Program Studi Pendidikan Konsultan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi FK. Unair – RSUD. Dr. Soetomo Surabaya

  2011–sekarang Wakil Ketua Badan Koordinasi Pendidikan (BAKORDIK) RSUD. Dr. Soetomo Surabaya - FK dan FKG. Universitas Airlangga

  2012–sekarang Ketua Unit Penelitia n da n Pengabdia n Masyarakat (UPPM) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

  2013– sekarang Ketua II IKOM A Fa kulta s Kedoktera n Universitas Airlangga

JABATAN FUNGSIONAL

  Asisten Ahli : 31 Maret 2002 10541 / J03 / KP / 2002 Lektor : 31 Januari 2007 458 / J03 / KP / 2007 Lektor kepala : 30 Juni 2010 57626 / A4.5 / KP /2010 Guru Besar : 02 Juni 2014 97586 /A4.3 / KP / 2014