7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan ada di dalam ginjal (Basuki, 2009).

  Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri (Effendi, 2010).

  Vesikolitiasis adalah batu kandung kemih yang merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih, batu ini mengandung komponen kristal dan matriks organik (Suyono, 2007).

  Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin (Arora P. Et al, 2006).

  7 B. Anatomi Fisiologi Anatomi kandung kemih

  

Gambar II.1. Anatomi Kandung Kemih

  Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (Syaifudin, 2011).

  1. Vesika Urinaria (Kandung Kemih) Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya dibelakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet. Dinding kandung kemih terdiri dari : a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).

  b. Tunika muskularis (lapisan berotot).

  c. Tunika sub mukosa.

  d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

  2. Urin (Air Kemih)

  a. Sifat fisis air kemih, terdiri dari: Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan factor lainnya.

  b. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

  c. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.

  d. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

  e. Berat jenis 1,015-1,020.

  f. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebab kan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam. Komposisi air kemih, terdiri dari: a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

  b. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin c. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat. d. Pagmen (bilirubin dan urobilin).

  e. Toksin.

  f. Hormon.

  C. Etiologi Menurut (Basuki, 2009) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).

  Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah

  1. Hiperkalsiuria Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena, hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.

  2. Hipositraturia Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.

  3. Hiperurikosuria Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.

  4. Penurunan jumlah air kemih

  Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.

  5. Jenis cairan yang diminum Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus anggur.

  6. Hiperoksalouria Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.

  7. Ginjal Spongiosa Medula Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak dijumpai predisposisi metabolik).

  8. Batu Asan Urat Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan hiper urikosuria (primer dan sekunder).

  9. Batu Struvit Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan organisme yang memproduksi urease.

  Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari : 1. 75 % kalsium.

  2. 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat). 3. 6 % batu asam urat. 4. 1-2 % sistin (cystine). D. Pathofisiologi Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga membentuk batu (Syaifudin, 2009).

  Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Muttaqin, 2012) :

  1. Teori Supersaturasi Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.

  2. Teori Matriks Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.

  3. Teori Kurangnya Inhibitor Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan. Fosfat mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.

  4. Teori Epistaxy Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.

  5. Teori Kombinasi Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.

  E. Tanda dan Gejala Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Elizabeth, 2009).

  Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.

  Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal uni 2006) adalah: 1. Hematuri.

  2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.

  3. Demam.

  4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.

  5. Mual.

  6. Muntah.

  7. Menggigil.

  F. Pemeriksaan Penunjang Menurut Muttaqin (2012) pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:

  1. Urine a pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat. b Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat. c Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses pembentukan batu saluran kemih. d Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi hiperekskresi.

  2. Darah a Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis. b Lekosit terjadi karena infeksi. c Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal. d Kalsium, fosfat dan asam urat.

  3. Radiologis a Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau tidak. b Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.

  4. USG (Ultra Sono Grafi) Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.

  5. Riwayat Keluarga Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita batu saluran kemih, jika ada untuk mengetahui pencegahan, pengobatan yang telah dilakukan, cara mengambilan batu, dan analisa jenis batu.

  G. Komplikasi Komplikasi yang disebabkan dari vesikolithiasis adalah sebagai berikut

  (Muttaqin, 2012) :

  1. Sistem Pernafasan Atelektasis bias terjadi jika ekspansi paru yang tidak ade kuat karena pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan secret dapat menyebab kan pnemonia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens analgetik dan anestesi serta bias terjadi emboli pulmonal.

  2. Sistem Sirkulasi Dalam system peredaran darah bias menyebabkan perdarahan karena lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bias menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi karena duduk atau imobilisasi yang terlalu lama bias terjadi trombo flebitis, statis vena juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.

  3. Sistem Gastrointestinal Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltic usus menurun sehingga bias terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi. Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya peristaltik usus.

  4. Sistem Genitourinaria Akibat pengaruh anestesi bias menyebabkan aliran urin involunter karena hilangnya tonus otot.

  5. Sistem Integumen Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens luka dengan tanda dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan jaringan internal melalui insisi bias terjadi jika ada dehisens luka serta bias terjadi pula surgical mump (parotitis).

  6. Sistem Saraf Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.

  H. Penatalaksanaan Menurut Putri, (2013)pengobatan dapat dilakukan dengan :

  1. Mengatasi Simtom Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis, berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.

  2. Pengambilan Batu a Batu dapat keluar sendiri Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi 6 mm. b Vesikolithotomi. c Pengangkatan Batu

  1) Lithotripsi gelombang kejut ekstra korporeal

  Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu. Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.

  2) Metode endourologi pengangkatan batu Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu. 3) Ureteroskopi

  Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat. d Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)

  1) Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat) 2) Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat

  (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.

  3) Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.

  4) Pemberian obat Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan kelainan metabolik yang ada.

  20 I. Pathways Asuhan Keperawatan Pada..., BUYUNG PAMBUDI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015 J. Diagnosa Keperawatan

  1. Nyeri akut

  2. Kerusakan integritas jaringan

  3. Resiko tinggi infeksi

  4. Retensi urin

  5. Resiko perdarahan

  6. Gangguan mobilisasi fisik K. Fokus Intervensi (North American Nursing Diagnosis Association , 2012).

  

Tabel II.1 : Fokus intervensi

  NIC No. Dx keperawatan NOC

  1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management: keperawatan diharapkan nyeri 1. kaji nyeri secara berkurang dengan criteria komprehensif. hasil :

  2. observasi non

  1. Vital sign dalambatas verbal dari normal ketidaknyamanan

  2. Mampu mengontrol nyeri 3. ajarkan teknik

  3. Melaporkan bahwa nyeri relaksasi nafas berkurang dalam

  4. monitor vital sign 5. anjurkan untuk istirahat 6. kolaborasi medis dalam pemberian analgetik

  2. Kerusakan Setelah dilkukan tindakan 1. anjurkan untuk keperawatan selama memakai pakaian integritas kulit diharapkan jaringan dan kulit longgar. baik, dengan criteria hasil: 2. jaga kulit agar 1. Tidak ada nekrosis tetap bersih.

  2. Perfusi jaringan normal 3. observasi luka

  3. Menunjukan proses 4. ajarkan kepada penyembuhan jaringan keluarga tentang luka dan perawatan luka bantu

  5. mobilisasi pasien

  3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan

  1. Observasi kondisi keperawatan di harapkan luka tidak ada infeksi, dengan 2. monitor tanda criteria hasil : dan gejala infeksi

  1. Bebas dari tanda dan gejala 3. dorong pasien infeksi untuk

  2. Jumlah leukosit dalam meningkatkan batas normal intake nutrisi

  3. Mampu untuk mencegah 4. batasi jumlah timbulnya infeksi pengunjung 5. kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit tinggi kalori tinggi protein

  6. kolaborasi untuk pemberian antibiotic

  4. Retensi urine Setelah dilakukan tindakan

  1. Monitor intake keperawatan di harapkan dan output cairan pengosongan kandung kemih,

  2. Monitor dengan criteria hasil: penggunaan obat 1. penyumbatan di saluran anti polinergik kandung kemih

  3. Monitor drajar 2. tekanan uretra tinggi distensi blader 3. penghambatan lengkung

  4. Intruksikan reflex kepada pasien dan dan keluarga untuk mencatat keluar urin

  5. Sediakan privasi untuk eliminasi

  6. Stimulasi reflek dengan kompres dingin pada abdomen