BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Iffah Fauziyah Nugrahani BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

  persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Asuhan pada masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis untuk ibu dan bayinya. Diperkirakan sekitar 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama (Saifuddin, 2006; h. 122).

  Masa nifas merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas seperti anemia, perdarahan, depresi masa nifas dan infeksi. Ditinjau dari penyebab kematian para ibu, perdarahan merupakan penyebab kematian terbanyak nomor satu sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Permasalahan pada ibu akan berimbas kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkan karena bayi tidak akan mendapatkan perawatan secara maksimal. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayipun akan meningkat (Sulistyawati, 2009; h.1-2).

  Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator pelayanan kesehatan disuatu negara. Angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh rendahnya mutu pelayanan kesehatan yang diberikan. Salah satu sasaran Making Pregnancy Safer (MPS) adalah menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia tergolong tinggi, bahkan menempati urutan tertinggi di ASEAN (Saiffudin, 2002).

  Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 angka kematian ibu adalah sebanyak 248. Dan angka kematian ibu di wilayah Jawa Tengah pada tahun 2007 tercatat 116,3 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu terbanyak disebabkan oleh perdarahan yakni sekitar 40-60%, salah satunya disebabkan oleh atonia uteri. Selain itu penyebab perdarahan adalah laserasi jalan lahir, retensio plasenta, sisa serabut-serabut otot myometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik (Nugroho, 2010; h.153).

  Angka kejadian perdarahan di wilayah Puskesmas Madukara 2 Banjarnegara pada tahun 2010 ditemukan 21 kasus dari 398 persalinan dengan 6 kasus atonia uteri. Perdarahan karena atonia uteri memerlukan penanganan yang lebih adekuat agar tidak menyebabkan kematian. Hal ini perlu diperhatikan dengan cara deteksi dini dan upaya pencegahan agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat.

  Pencegahan yang dilakukan bidan dengan penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin, sehingga dapat menurunkan insiden perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pascapersalinan harus dipantau dengan ketat untuk kemungkinan perdarahan (Bahiyatun, 2009; h.115).

  Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. R Umur 30 Tahun P

  4 A

  dengan Perdarahan Postpartum Primer karena Atonia Uteri di BPS Tri Sumartini Banjarnegara. Penulis berharap dengan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat meningkatkan keterampilan dan ilmu pengetahuan, sehingga mampu mengetahui penanganan yang benar pada asuhan kebidanan ibu nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri serta dapat dan anak.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas penulis membuat rumusan masalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. R Umur 30 Tahun P

  4 A

  dengan Perdarahan Postpartum Primer karena Atonia Uteri di BPS Tri Sumartini Banjarnegara?”

  C. Tujuan Penulisan

  1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri dengan menerapkan manajemen kebidanan Helen Varney.

  2. Tujuan Khusus

  a. Mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri.

  b. Mampu menginterpretasi data yang ada sehingga mampu menyusun diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang sesuai pada ibu nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri.

  c. Mampu menentukan diagnosa potensial pada ibu nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri.

  d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan atonia uteri.

  e. Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri.

  f. Mampu mengimplementasikan rencana asuhan kebidanan yang sesuai pada ibu nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri.

  g. Mampu mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada ibu nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri.

  h. Mampu menganalisis kesenjangan yang mungkin ada dalam penatalaksanaan ibu nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri.

  D. Ruang Lingkup

  1. Sasaran Sasaran pengambilan kasus ini adalah ibu nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri.

  2. Tempat Pengambilan kasus dilaksanakan di BPS Tri Sumartini Banjarnegara

  3. Waktu

  a. Penyusunan proposal dilaksanakan pada bulan Desember 2010-Maret 2011.

  c. Penyusunan KTI dilaksanakan pada bulan April - Juli 2011.

  E. Manfaat

  1. Manfaat Praktis

  a. Bagi penulis Dapat mengetahui dan menambah pengetahuan serta keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri melalui pendekatan manajemen varney.

  b. Bagi bidan dan tenaga kesehatan 1) Dapat dijadikan bahan tambahan literatur serta tambahan pengetahuan tentang asuhan ibu nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri. 2) Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan bidan dalam memberikan pelayanan dalam lingkup masa nifas.

  3) Dapat menambah pengetahuan tentang nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri sehingga bidan dapat mencegah serta mampu menangani jika terjadi komplikasi.

  c. Bagi klien/ ibu nifas Dapat mengetahui dan memahami tentang penyebab, tanda dan gejala sehingga dapat bertindak secara cepat apabila terjadi komplikasi, sehingga diharapkan pada masa nifas ibu sehat tanpa adanya komplikasi yang terjadi serta berkurangnya angka kejadian perdarahan postpartum primer karena atonia uteri.

  a. Sebagai bahan masukan dan pengalaman dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang kebidanan terutama yang tekait tentang nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri.

  b. Diharapkan dapat dijadikan masukan untuk menambah bahan pustaka serta meningkatkan pengetahuan, wawasan dan keterampilan bagi tenaga kesehatan dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

F. Metode Pengumpulan Data

  1. Data Primer

  a. Wawancara Penulis dalam mengumpulkan data mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang klien atau bercakap-cakap berhadapan dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2005; h.102).

  Ada 2 bentuk wawancara : 1) Autoanamnesa Penulis melakukan wawancara kepada pasien secara langsung.

  2) Alloanamnesa Penulis melakukan wawancara selain dengan pasien tetapi masih ada kaitannya dengan masalah yang dihadapi pasien. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah, penulis mengumpulkan data dengan tekhnik alloanamnesa dan autoanamnesa, dimana diperoleh dari wawancara yang dilakukan langsung dengan pasien dan dari

  b. Observasi Penulis melakukan pengamatan dan secara langsung memberi asuhan kebidanan secara bertahap untuk memantau perkembangan masa nifas.

  c. Pemeriksaan Fisik Penulis mengumpulkan data melalui pemeriksaan fisik secara komprehensif yakni dengan tekhnik :

  1) Inspeksi Suatu proses observasi dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran dan penciuman dengan fokus pada setiap bagian tubuh meliputi ukuran tubuh, warna, bentuk, porsi, simetris sehingga perlu membandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh dengan satu dengan bagian tubuh lainnya.

  2) Perkusi Teknik mengetok permukaan tubuh dengan jari untuk menghasilkan getaran yang menjalar melalui jaringan tubuh.

  Karakter bunyi menentukan lokasi, ukuran, bentuk dan kepadatan struktur di bawah kulit untuk memastikan keabnormalan yang terkaji melalui palpasi dan auskultasi. 3) Auskultasi

  Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang terbentuk dalam organ tubuh untuk mendeteksi perbedaan dari normal dengan 4) Palpasi

  Suatu tekhnik pemeriksaan dengan menggunakan jari-jari dan tangan sebagai instrument dalam mengumpulkan data dengan berfokus pada temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, dan ukuran (Nursalam, 2001; h. 31-32).

  d. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik merupakan bagian dari tahap pengumpulan informasi.

  2. Data Sekunder

  a. Studi Dokumentasi Dalam pengumpulan data dengan tekhnik studi dokumentasi, penulis menggunakan catatan medis pasien untuk mengumpulkan data tentang pasien. b. Studi Pustaka Dalam pengumpulan data dengan tekhnik studi pustaka, penulis menggunakan buku, leaflet tentang ibu nifas dengan perdarahan postpartum primer karena atonia uteri.

  c. Media Elektronik Dalam pengumpulan data dengan tekhnik media elektronik, penulis membuka situs website yang terkait dengan studi kasus yang dilakukan.

  BAB I : PENDAHULUAAN Pendahuluan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, manfaat, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

  BAB II : TINJAUAN TEORI Tinjauan teori meliputi tinjauan teori medis, tinjauan teori asuhan kebidanan dan landasan hukum. A. Tinjauan teori medis terdiri dari definisi, faktor predisposisi, patofisiologi, tanda dan gejala, pencegahan, komplikasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan medis.

  B. Tinjauan teori asuhan kebidanan memuat tentang manajemen kebidanan dengan menggunakan kerangka pikir Varney yang terdiri dari 7 (tujuh) langkah yaitu: pengumpulan data dasar, mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya, menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien, menyusun rencana asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman, mengevaluasi serta data perkembangan dengan metode SOAP.

  C. Landasan Hukum Berisi landasan hukum mengenai kewenangan bidan baik Undang-Undang maupun Kepmenkes, standar pelayanan kebidanan yang mengatur tugas pokok, peran, fungsi serta kompetensi bidan sesuai kasus yang diambil.

  BAB III : TINJAUAN KASUS Tinjauan kasus meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera, merencanakan asuhan kebidanan, pelaksanaan dan evaluasi serta data perkembangan dengan menggunakan SOAP.

  BAB IV : PEMBAHASAN Terdiri dari pembahasan kasus meliputi pembahasan masalah, kesenjangan antara teori dan kenyataan pada asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu nifas dengan perdarahan karena atonia uteri.

  BAB V : PENUTUP Penutup berisi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN