PANDANGAN DIRI COSPLAYER PADA KOMUNITAS JAPAN MATSURI - FISIP Untirta Repository

  

PANDANGAN DIRI COSPLAYER PADA KOMUNITAS

JAPAN MATSURI

SKRIPSI

  “Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Public Relations

  Program Studi Ilmu Komunikasi”

  

Oleh:

Mulyanah

Nim. 6662130703

  

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG

2018

PERNYATAAN ORISINALITAS

  Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Mulyanah NIM : 6662130703 Tempat, tanggal lahir : Serang, 2 Agustus 1994 Program Studi : Ilmu Komunikasi Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PANDANGAN DIRI COSPLAYER

  

PADA KOMUNITAS JAPAN MATSURI” adalah hasil karya sendiri, dan

seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

  Apabila dikemudian hari skripsi ini mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

  Serang, 19 Juli 2018 Mulyanah

  “Aku Melihatmu Berdoa dalam Doaku” -Salahuddinal Ayubi-

  Untuk Ibuku tercinta yang tak pernah berhenti mendoakan, memberi motivasi dan selalu memberi semangat dalam hidupku.

  

ABSTRAK

Mulyanah. 6662130703. 2018. Tim Pembimbing : Dr. Rd. Nia Kania

Kurniawati, S.IP., M.Si. selaku dosen pembimbing pertama dan Dr. Naniek

Afrilla F, S.Sos, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua. Judul Penulisan :

Pandangan diri Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri.

  

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pandangan Diri

Cosplayer pada komunitas Japan Matsuri. Penelitian ini dilaksanakan pada

lingkup Komunitas Japan Matsuri ketika melakukan event seperti di bekasi,

jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dari

hasil penelitian diperoleh bahwa konsep pandangan diri Cosplayer pada

Komunitas Japan Matsuri dipengaruhi oleh konsep mind, self dan society. Dimana

dari ketiga konsep tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor para anggota

Komunitas Japan Matsuri mengikuti kegiatan cosplayer, karena memang rasa

penasaran mereka dan kebiasaan mereka dalam menggambar atau menonton

anime serta pengaruh dan ajakan dari orang lain misal temannya. Masyarakat

memandang hal ini adalah hal yang wajar, selama mereka tidak menyimpang dari

budaya dan norma yang sudah ada di indonesia.

  

Kata Kunci : Interaksionisme Simbolik, George Herbert Mead, Pandangan

Diri Cosplayer.

  

ABSTRACT

Mulyanah. 6662130703. 2018. Adviser team : Dr. Rd. Nia Kania Kurniawati,

S.IP., M.Si. the first adviser and Dr. Naniek Afrilla F, S.Sos, M.Si. as the

second supervisor. Title of reasearch : View of self the cosplayer for Japan

matsuri of Community.

  

The purpose of this research is to know about view of self the Cosplayer for Japan

Matsuri Community. This research did hold in the Japan matsuri of community

when did events of Cosplayer in Bekasi or Jakarta city dan the methode of this

research of qualitatif methode. The result of this research that view of self the

cosplayer for Japan matsuri of Community is inffluenced by concept of mind, self

and society. Where the three concepts can be drawn the conclusion that the

factors of japan matsuri of community members follow the cosplayer activities,

because it is feel to know and their hobbies in drawing or watching anime and the

influenced by invitation their friends. The people see this a natural thing, as long

as they do not left from the culture and norms that already exist in Indonesian.

  

Keywords : Symbolic interactionism, George Herbert Mead, View of self the

cosplayer for Japan matsuri of Community.

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokathu.

  Puji syukur semoga terus terlimpah kepada ALLAH AWT karena berkat rahmat dan karunia’Nya, penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul “Pandangan Diri Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri”. Tak lupa pula Shalwat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Rasullah, Nabi Muhmmad SAW serta para sahabatnya semoga rahmat dan hidayah’Nya selalu dilimpahkan padanya.

  Hasil pembuatan Proposal Penelitian ini disusun dan diajukan sebagai salah satu sayarat untuk memenuhi kewajiban dalam Tugas Akhir Penelitian pada konsentrasiI lmu Humas Program Studi Ilmu Komunikasi FakultasI lmu Sosial dan Ilmu Poilitik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  Dalam penulisan tugas akhir ini penulis mendapat bantuan yang tidak sedikit dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak secara langsung, sehingga skripsi ini dapat di selesaikan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dengan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang rela memberikan saran dan kritik kepada penulis terutama kepada para dosen Prodi Ilmu Komunikasi yang senantiasa memberikan pengarahan kepada penulis agar bisa lebih maju lagi kedepannya dan pihak lain yang dengan ikhlas membantu baik moril dan saran kepada penulis.

  Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini, antara lain kepada:

  1. Allah SWT, atas limpahan nikmat-Mu yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan kedua orang tuaku. Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkanku agar terus berpikir hingga hari ini.

  2. Baginda Rosul Muhammad SAW, Wahai Kekasih Allah, pembawa kebenaran untuk semua Umat dan membawa Hidayah yang tidak dapat dinilai harganya.

  3. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M,Pd, selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Bapak Darwis Sagita M.I.Kom, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Ibu Dr. Rd. Nia Kania Kurniawati, S.IP., M.Si selaku Pembimbing I Skripsi yang telah dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya untuk terus memberi pengarahan.

  8. Ibu Dr. Naniek Afrilla F, S.Sos, M.Si, selaku Pembimbing II Skripsi yang telah dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya untuk terus memberi pengarahan.

  9. Ibu Dr. Rahmi Winangsih Dra, M.Si, selaku Dosen Penguji I Skripsi yang telah dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya untuk terus memberi pengarahan.

  10. Ibu Andin Nesia, S.IK., M.I.Kom selaku Dosen Penguji II Skripsi yang telah dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya untuk terus memberi pengarahan.

  11. Ibu Dr. Mia Dwianna W, S.Sos, M.I.Kom, selaku Dosen Pembimbing akademik yang sentantiasa selalu memberi waktu untuk terus membimbing dan memberi pengarahan.

  12. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  13. Seluruh Staf pegawai di Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  14. Kepada Ibu dan Bapak yang tak henti-henti memberikan Doa, terima kasih atas semua yang telah Ibu dan Bapak lakukan untuk hidupku, terimakasih telah menghiasi hari-hariku dengan senyuman yang menguatkanku dan telah menjagaku hingga saat ini.

  15. Kepada saudara-saudara penulis, kakak dan adikku yang terus memberi dukungan dan semangatnya.

  16. Terima kasih juga untuk teman-teman yang selalu menemani, memberi motivasi, dan selalu memberi dukungan.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih baik lagi dalam penulisan yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

  Serang, 19 Juli 2018 Mulyanah Nim. 6662130703

  

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORSINALITAS...................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii

LEMBAR QUOTE DAN PERNYATAAN ....................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

ABSTRACT ....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

  ............................................................................. 1

  1.1 Latar Belakang Masalah

  ....................................................................................... 7

  1.2 Rumusan Masalah

  .................................................................................... 7

  1.3 Identifikasi Masalah

  ......................................................................................... 7

  1.4 Tujuan Penelitian

  ....................................................................................... 8

  1.5 Manfaat Penelitian

  1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................................ 8

  1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................................. 8

  BAB II KAJIAN TEORITIS............................................................................... 9

  ............................................................................................. 9

  2.1 Kajian Teoritis

  2.1.1 Ilmu Komunikasi........................................................................... 9

  2.1.1.1 Proses Komunikasi .................................................................. 12

  2.3.6 Dampak Konsep Diri................................................................... 45

  3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

  BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 57

  ................................................................................. 54

  2.6 Penelitian Terdahulu

  ..................................................................................... 52

  2.5 Kerangka Berpikir

  2.4.1Karakter Cosplay .............................................................................. 50

  2.4 Costume Play (cosplay) ..................................................................... 46

  2.3.5 Bentuk-Bentuk Konsep Diri........................................................ 44

  2.1.1.2 Sifat Komunikasi ..................................................................... 13

  2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri................................... 41

  2.3.3 Ciri –Ciri Konsep Diri................................................................. 37

  2.3.2 Dimensi-Dimensi Konsep Diri.................................................... 36

  2.3.1.3 Society (Masyarakat) .............................................................. 34

  2.3.1.2 Diri (Self) ................................................................................ 30

  2.3.1.1 Pikiran (Mind) ........................................................................ 18

  2.3.1 Pengertian Konsep Diri ............................................................... 17

  2.3Konsep Diri ....................................................................................................... 17

  2.2Teori Interaksionisme Simbolik ..................................................................... 14

  ......................................................... 57 ..................................................................................... 59

  3.3 Data dan Sumber data

  4.1.1 Profil Komunitas ......................................................................... 73

  4.3.1.1 Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri memaknai diri (self)

  4.3.1 Pikiran atau Mind ...................................................................... 100

  .............................................................................................. 100

  4.3 Pembahasan

  4.2.3 Konsep Pola Jaringan Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri96

  4.2.2 Konsep Diri Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri ............ 86

  4.2.1 Konsep Perspektif Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri ... 80

  .......................................................................................... 80

  4.2 Hasil Penelitian

  4.1.3 Profil Informan Pendukung......................................................... 78

  4.1.2 Profil Key Informan .................................................................... 74

  4.1 Profil Narasumber ..................................................................................... 73

  ............................................................................... 59

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 72

  ................................................ 70

  3.8 Lokasi Penelitian dan Jadwal Penelitian

  ............................................................................. 70

  3.7 Tahap Akhir Penelitian

  ................................................................................... 69

  3.6 Informan Penelitian

  ......................................................................................... 67

  3.5 Keabsahan Data

  ....................................................................... 60

  3.4 Teknik Pengumpulan Data

  nya sebagai seorang cosplayer. ........................................................... 101

  4.3.1.2 Pemikiran (Thought) memaknai Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri. ..................................................................................... 105

  4.3.1.3 Significant others memaknai Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri. ............................................................................................... 107

  4.3.2 Pandangan diri Cosplayer pada Komuunitas Japan Matsuri..... 111

  BAB V PENUTUP

  ................................................................................................... 114

  5.1 Simpulan

  .......................................................................................................... 115

  5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

  LAMPIRAN ..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Komunitas Japan Matsuri didirikan di Bekasi sejak tahun 2013 dan memiliki 200 anggota dan 30-50 yang aktif ber-cosplay, recruitment yang dilakukan Komunitas Japan Matsuri yaitu dengan mempromosikan komunitasnya di Facebook kemudian memberikan link Group WhatsApp, Bbm, dan Line. Japan Matsuri Komunitas atau dalam tulisan kanji 日本の祭り -dibaca Nihon no

  

Matsuri- adalah sebuah komunitas penggemar Matsuri/Festival Jepang. Japan

  Matsuri Komunitas adalah wadah bagi para penggemar Matsuri agar bisa bertemu, berkumpul, dan menjadi keluarga saat berada di Matsuri/Festival Jepang. Selain itu Japan Matsuri Komunitas atau yang biasa disebut JM Komunitas, merupakan salah satu tempat/wadah untuk mengembangkan bakat dan kreativitas bagi para penggemar Jepang di indonesia, Saat ini JM Komunitas sudah memiliki beberapa cabang komunitas diantaranya: Japan Matsuri Jabodetabek, Japan Matsuri Bandung, Japan Matsuri Semarang, dan Japan Matsuri Surabaya, Kemungkinan komunitas ini akan diperluas lagi hingga keluar pulau jawa.

  Matsuri (祭?) adalah istilah agama Shinto yang berarti persembahan ritual untuk kami. Dalam pengertian sekuler, matsuri berarti festival atau perayaan di Jepang. Di daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur disebut kunchi. Berbagai matsuri diselenggarakan sepanjang tahun di berbagai tempat di Jepang. Sebagian besar penyelenggara matsuri adalah kuil Shinto atau kuil Buddha.Walaupun demikian, ada pula berbagai "matsuri" (festival) yang bersifat sekuler dan tidak berkaitan dengan institusi keagamaan.

  Logo Japan Matsuri Komunitas diambil dari icon boneka daruma. Daruma

  

(だるま atau 達磨?) adalah boneka sekaligus mainan asal Jepang dengan bentuk

  hampir bulat, dengan bagian dalam yang kosong serta tidak memiliki kaki dan tangan. Model dari benda ini adalah Bodhidharma, pendiri dari Zen. Boneka ini merupakan pembawa keberuntungan dan lambang harapan yang belum tercapai. Daruma dijual dengan kedua belah mata yang belum digambar. Orang yang ingin harapan atau cita-citanya terkabul menggambar salah satu sisi dari kedua matanya dengan kuas dan tinta. Bila harapan orang tersebut sudah tercapai, daruma akan menerima mata yang satunya lagi. 七転び八起き (nanakorobi yaoki) adalah salah satu peribahasa Jepang yang artinya: 7 kali jatuh, 8 kali bangun. Peribahasa ini mengisyaratkan kita agar tetap semangat dan pantang menyerah walaupun harus jatuh bangun hingga berkali-kali.

  Komunitas Japan Matsuri berada dalam sebuah wadah komuniti. Dalam hal ini, cosplay dapat di mengerti sebagai suatu bentukkan komuniti yang mana para anggontanya berpenampilan seperti layaknya tokoh-tokoh fiktif pada anime,

  

manga, dan video game jepang. Penampilan tersebut pun ditunjukkan melalui

  sebuah bentuk pemakaian kostum yang di sertai dengan melakukan sebuah performa gerak yang seolah menirukan ketokohan fiktif pada anime, manga,

  tokutatsu dan video game Jepang.

  Salah satu yang paling menarik dan menonjol dan menarik untuk diperhatikan dari komunitas Japan Matsuri adalah para pelaku cosplay yang melakukan beberapa kegiatan bakti sosial yaitu suatu kegiatan wujud dari kepedulian atau rasa kemanusiaan terhadap sesama manusia. Dimana dengan adanya kegiatan ini kita dapat merekatkan kekerabatan terhadap orang lain. Bakti sosial yang dilakukan oleh Komunitas Japan Matsuri yaitu dengan membantu biaya pengobatan Bungsu Ramadhina Tiscana (Bungsu) dari Candy Metal yang menderita penyakit kanker darah (Leokimia) stadium 2. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas Japan Matsuri yaitu dengan menjual pin dan stiker kepada pengunjung yang hadir di festival jepang Official J-Festa Day 5 maret 2017.

  Penjiwaan atau pemeranan karakter yang dilakukan oleh cosplayer berhubungan dengan konsep diri dari cosplayer tersebut. Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisasi (Baron dan Byrne, 2005:165). Menurut Brian Tracy (2005:48), konsep diri ini terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu diri ideal (self-ideal), citra diri (self image), dan harga diri (self esteem). Konsep diri akan menentukan bagaimana cosplayer memandang atau mempersepsikan dirinya sendiri. Karakteristik fisik, penampilan (kostum beserta aksesorisnya) dan hobi para cosplayer ini yang membuatnya

  1

  berbeda dengan individu lainnya serta memiliki keunikan tersendiri . Hal inilah yang membuat penelitian ini berfokus pada sejauhmana hubungan antara hobi

  cosplay dengan konsep diri pada anggota Komunitas Japan Matsuri.

  Cosplay berati hobi mengenakan pakaian atau aksesoris dan rias wajah

  seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, dongeng, permainan video, penyanyi dan musik idola dan film kartun. Pelaku pemain kostum disebut pemain kostum (cosplayer), dikalangan penggemar cosplayer juga disingkat sebagai coser/cosu. Peserta permainan kostum bisa dijumpai dalam acara yang di adakan perkumpulan sesama penggemar (dÕjin circle), seperti komik market, atau menghadiri dari group musik yang bergenre visual kei.

  Pertunjukan Cosplay pada umumnya dapat dinikmati oleh para pecinta

  

Cosplay dan orang umum pada saat berlangsungnya sebuah event yang biasa

  disebut dengan festival budaya Jepang. Sampai saat ini di Indonesia sudah banyak pihak yang menyelenggarakan event tersebut. Event atau Festival Budaya Jepang saat ini hampir tiap bulan diadakan dari berbagai daerah, tidak jarang event tersebut menjadi event rutin tahunan yang diselenggarakan.

  Cosplay secara istilah merupakan gabungan kata “costume” yang berarti

  kostum atau pakaian dan “play” yang artinya bermain. Istilah ini merupakan istilah buatan jepang yang merupakan serapan dari bahasa inggris atau disebut juga wasei-eigo. Cosplay secara harfiah berrati suatu kegiatan menggunakan pakaian yang mirip seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga,

  

dongeng, video game, penyanyi, dan seorang musisi lengkap dengan tata rias dan

  aksesorisnya. Seorang cosplay juga melengkapi penampilan tersebut dengan menirukan adegan atau gerakan mirip dengan tokoh manga/anime yang di

  2 perankannya.Seorangcosplayerbiasanya juga di sebut sebagai coser .

  Konsep diri adalah pandangan dimana seorang individu mampu mengetahui batasan kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. George Herbert Mead “menjelaskan konsep diri sebagai pandangan, penilaian, dan perasaan individu mengenai didrinya yang timbul sebagai hasil dari suatu

  3

  interaksi sosial (Burns, 1993:80) . Setelah banyak melakukan interaksi dan seseorang mampu mengetahui tentang hal-hal yang menjadi kelebihan ataupun kekurangannya, terlebih ia mampu untuk mengarahkan tindakannya maka didalam orang tersebut akan tumbuh konsep diri yang positif. Tetapi ketika orang tersebut tidak mengetahui hal-hal yang jadi kelebihan ataupun kekurangannya, maka akan cenderung tumbuh konsep diri yang negatif.

  Jalaluddin Rahmat menjelaskan bahwa konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu individu akan bertingkah laku

  

4

  sesuai dengan konsep diri yang dimiliki . Konsep diri inilah yang akan digunakan oleh setiap individu dalam menjalankan kehidupan sosial dan interaksi dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Tingkat keberhasilan individu dalam bertahan hidup didalam kolam yang bernama lingkungan sosial akan dipengaruhi oleh penyesuaian konsep diri itu sendiri. Ketika penyesuaian konsep diri itu berhasil maka akan timbul kepercayaan diri yang akan mendukung untuk keberhasilan 2 menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Tapi jika penyesuaian itu gagal, maka

  www.loop.co.id.articles/cosplay-bukan-sekedar-pakai-kostum di akses tanggal 5 April 2018 3 pukul 8.10 wib individu tersebut memiliki kecenderungan untuk terhambat ataupun gagal dalam menjadi bagian dari lingkungan tersebut.

  Beralih kepada teori interaksionisme simbolik. Konsep diri dan interaksionime simbolik merupakan dua teori yang saling berkaitan. Menurut LaRossan & Reitzes (1993) individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain dan konsep diri membentuk motif yang

  5

  penting untuk perilaku . George Herbert Mead dalam teori interaksionisme simbolik mengemukakan 3 poin penting dalam pembentukan konsep diri, yaitu pikiran (mind), diri sendiri (self) dan masyarakat (society).3 konsep tersebut mendasarkan pembentukan konsep diri yang utama.Tiap konsep tersebut memiliki tingkat pengaruh yang berbeda kepada individu. Pikiran akan membentuk konsep didalam alam bawah sadar individu. Konsep diri sendiri telah masuk kedalam bagian yang akan lebih jauh, yakni mengenai hal yang Nampak dari ciri fisik. Cooley menyebutnya sebagai the looking – glass self. Sedangkan masyarakat merupakan panggung dimana individu dengan konsep dirinya tampil didalam sebuah pranata sosial, George Herbert Mead (Rakhmat, 2007:106) juga mengurangi masyarakat sebagai Significant Other dan Reference Group.

  

Significant Other merupakan orang terdekat yang memiliki arti yang sangat

penting.

  George Herbert Mead mengatakan bahwa dalam perkembangan Significant Other seseorang akan menilai dirinya sendiri secara keseluruhan 5 menurut pandangan orang lain terhadap dirinya atau ia menilai dirinya sesuai dengan persepsi orang lain. Pandangan terhadap keseluruhan diri sendiri disebut dengan Generalize Other ada kelompok yang secara emosional mengikat seorang dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri. Ini disebut Reference Group atau kelompok rujukan.Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan

  6 perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya .

  Dari hasil pengamatan-pengamatan langsung yang tertangkap oleh peneliti di lapangan dan berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk memahami dan mengkaji lebih dalam Pandangan Diri Cosplayer dalam Komunitas Japan Matsuri.

  1.2 Rumusan Masalah

  Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Pandangan Diri Cosplayer Pada Komunitas Japan Matsuri?

  1.3 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan rumusan masalah diatas maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana Perspektif Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri?

  2. Bagaimana Konsep Diri Cosplayer pada Komunitas Japan Matsuri?

  3. Bagaimana Pola Jaringan Cosplayer Komunitas Japan Matsuri?

  1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk menguraikan Perspektif Cosplayer Komunitas Japan Matsuri.

  2. Untuk menguraikan Konsep Diri Cosplayerpada Komunitas Japan Matsuri.

  3. Untuk memahami Pola Jaringan Cosplayer Komunitas Japan Matsuri.

1.5 Manfaat Penelitian

  1.5.1 Manfaat Teoritis

  Secara teoritis hasil penelitian ini peneliti akan menggambarkan proses pembentukan konsep diri berdasarkan yang dibuat oleh George Herbert Mead, khususnya interaksi simbolik yang berkaitan dengan lingkup intrapersonal riset antar budaya yang dialami sebuah kelompok atau organisasi sebagai bagian dari masyarakat. Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat memberikan stimulus kesadaran dan masukan terutama bagi masyarakat bahwa Komunitas Japan Matsuri merupakan komunitas yang positif untuk menyalurkan hobi mengenai kostum kartun Jepang.

  1.5.2 Manfaat Praktis

  Kiranya peneliti ini akan dapat memberikan tambahan sebagai sumber literature bagi Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Serta mampu memberikan pemahaman kepada kita semua bagaimana sebuah hobi yang kita cintai bisa menghasilkan berbagai emosi yang berbeda dari tiap-tiap individu.

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Ilmu Komunikasi

  Komunikasi (communication) adalah proses sosial dimana individu- individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.Komunikasi merupakan aspekyang tidak akan bisa dilepaskan dari kehidupan sosial yang dilakoni oleh manusia. Segala macamlini kehidupan manusia dapat dipastikan memerlukan komunikasi sebagai alat untuk berinteraksi. Mulai daritangisan seorang bayi hingga gerakan seorang manusia lanjut usia yang berbaring sakit pun dapat diklasifikasikan sebagai bentuk komunikasi. Dan

  define komunikasi sendiri sudah banyak dijelaskan oleh para ahli, namun

  “istilah komunikasi atau dalam Bahasa inggris communication, dan bersumber darikata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya

  7 sama makna.

  Bernard Berelson & Gary A. Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai transmisi informasi, gagsan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol – kata-kata, gambar, figure, grafik dan sebagainya. Tindakan atau tranmisi itulah yang disebut dengan

  7

  8

  komunikasi. James A.F. Stoner dalam bukunya yang berjudul: Manajemen, menyebutkanbahwa kmunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengeritian dengan cara pemindahan pesan.

9 Sedangkan JohnR Sehemeron cs. Dalam bukunya yang berjudul: Managing

  Organizional Bahavior, menyatakan bahwa komunikasi itu dapat di artikan

  sebagai proses antarpribadi dalam mengirimkan dan menerima simbol-simbol

  10

  yang berarti bagi kepentingan mereka . Carl I. Hovland yang dikutif oleh Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”. Ilmu Komunikasi adalah “Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar

  11 asas-asas penyampaian informasi serta pembentukkan pendapat dan sikap.

  Dari semua definisi yang telah dijelaskan oleh para ahli, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa arti komunikai itu sendiri adalah suatu proses penyampaian pesan dari suatu pihak ke pihak yang lain agar saling mempengaruhi diantara keduanya. Yang melibatkan berbagai simbol pesan dengan maksud untuk menyampaikan presefsi dan makna antara kedua belah pihak.

  Salah satu formula yang sering dijadikan acuan para ahli dan para penduduk di keilmuan komunikasi adalah dengan menggunakan formula milik Harold Laswell. Yang mana formula Laswell mengemukakan bahwa 8 “cara terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab

  

Deddy Mulayana, Ilmu Komunikasi Suatu Penghantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2005, 9 Halaman 68 10 Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, Halaman 8 11 Ibid pertanyaan : who say what in which channel to whom with what effect (siapa

  12 mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa) .

  Jika kita menjelaskan esensi komunikasi dari penelitian ini dan dikaitkan menggunakan formula milik Laswell, maka dapat dijawab bahwa Cosplayer disini sebagai orang yang menyampaikan pesan (who), kemudia (say what) merupakan pnyampaian isi pesan, lambang dan makna yang disampaikan cosplayer kepada lawan bicaranya, media yang digunakan untuk berkomunikasi yang dilakukan oleh cosplayer merupakan komunikasi antarprbadi ataupun melalui media (in which channel), lalu komunikasi yang dilakukan oleh cosplayer dalam penelitian ini difokuskan pada komunikasi dengan significant other dan reference group (to whom), dan pada akhirnya berujung kepada hal yang akan diteliti yaitu efek terbentuknya konsep diri dari Cosplayer tersebut dimana konsep diri positif atau negative yang melekat pada Cosplayertersebut. Tentunya komunikasi merupakan suatu yang flexible. Didalam penelitian ini Cosplayer bisa berperan menjadi komunikator dan disaat yang sama, dengan significant other dan reference group pun bisa berperan sebagai komunikator.

  Dengan demikian, dijelaskan bahwasanya komunikasi harus memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

  1. Komunikator (communicator, sender, source).

  2. Pesan (message). 12 3. Media (channel media).

  4. Komunikan (communicant, communicate, recipient receiver).

  5. Efek (effect, impact, influence).

2.1.1.1 Proses Komunikasi

  Proses komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan atau pemikiran yang dilakukan oleh komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima). Proses komunikasi dapat terjadi dengan berbagai cara. Namun Onong Uchijana Effendy membagi proses komunikasi kedalam 2 tahapan. Yaitu: 1) Proses komunikasi secara primer, proses ini adalah proses penyampaian pikiran dana tau perasaan seseoran kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah Bahasa, kiat isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dana tau perasaan komunikator kepada komunikan. 2) Proses komunikasi secara sekunder, adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seseorang menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak., surat, telepon, surat kabarmajalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

  13

2.1.1.2 Sifat Komunikasi

  Ada 4 macam sifat komunikasi, yaitu:

  1. Tatap muka (face to face)

  2. Bermedia (mediated)

  3. Verbal (verbal)

  • Lisan (oral)
  • Tulisan (write)

  4. Non Verbal (Non-Verbal)

  • Gerakan isyarat kita (gestured)
  • Bergambar (victorial)

  14 Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Sifat komunikasi

  yang pertama adalah tatap muka (face to face communication) yaitu komunikasi yang berhadapan langsung antara komunikator dan komunikanya. Komunikasi selanjutnya dapat dinamakan dengan komunikasi berbedia atau istilah asingnya (mediated communication).

  Komunikasi ini menggunakan alat bantu perantaranya.

  Sifat komunikasi selanjutnya adalah komunikasi verbal (verbal

  communicaition). Merupakan komunikasi dengan menggunakan 13 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,

  Bahasa sebagai alatnya dan bibir untuk medianya. Adapun komunikasi verbal ini bisa diklasifikasikan menjadi komunikasi lisan (oral

  communication) dan komunikasi tulisan (write communication).

  Dan sifat komunikasi yang terakhir ada komunikasi yang dilakukan tidak menggunakan asfek verbal melalui bibir dengan media utamanya.

  Yang dinamakan komunikasi non verbal ( nonverbal communication) yaitu komunikasi yang menggunakan kial (gesture/body

  communication) dan komunkasi gambar (pictorial communication).

2.2 Teori Interaksionisme Simbolik

  Konsep teori interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya sudah lebih dahulu dikemukakan George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh Blumer guna mencapai tujuan tertentu. Teori ini memiliki idea yang baik, tetapi tidak terlalu dalam dan spesifik sebagaimana diajukan G.H. Mead.

  Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide tentang individu dan interaksinya dengan masyarakat. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka sendiri yang menentukan perilaku manusia. Dalam konteks ini, makna dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi

  15 sosial dan kekuatan sosial.

  Menurut teori Interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dan juga pengaruh yang ditimbulkan dari penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap

  16 perilaku pihak-pihak yang terlihat dalam interaksi sosial.

  Secara ringkas Teori Interaksionisme simbolik didasarkan pada premis-

  17

  premis berikut: 1. individu merespon suatu situasi simbolik, mereka merespon lingkungan termasuk obyek fisik (benda) dan Obyek sosial (perilaku manusia) berdasarkan media yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka.

  2. makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melihat pada 15 obyek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa, negosiasi 16 Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2002), Hal.68

Artur Asa Berger, Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer, trans. M. Dwi Mariyanto and

17 Sunarto (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), 14.

  itu dimungkinkan karena manusia mampu mewarnai segala sesuatu bukan hanya obyek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran obyek fisik, tindakan atau peristiwa itu ) namun juga gagasan yang abstrak. 3. makna yang interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam Tanda-Tanda interaksi sosial, perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Karya tunggal Mead yang amat penting dalam hal ini terdapat dalam bukunya yang berjudul Mind, Selfdan Society. Mead megambil tiga konsep kritis yang diperlukan dan saling mempengaruhi satu sama lain

  18 untuk menyusun sebuah teori interaksionisme simbolik.

  Tiga konsep itu dan hubungan di antara ketiganya merupakan inti pemikiran Mead, sekaligus key words dalam teori tersebut.

  Interaksionisme simbolis secara khusus menjelaskan tentang bahasa, interaksi sosial dan reflektivitas.

18 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, and Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,

  Revisi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), 136

2.3 Konsep Diri

2.3.1 Pengertian Konsep Diri

  Konsep diri merupakan refleksi dari seseorang individu mengenai dirinya sendiri yang bersifat pribadi, dinamis dan evaluatif secara singkat, konsep diri merupakan pandangan dimana seorang individu mampu mengetahui apa yang dimilikinya, yaitu kelebihan dan kekurangannya.

  George Herbert Mead menjelaskan konsep diri sebagai pandangan, penilaian, dan perasaan individu mengenai dirinya yang timbul sebagai

  19

  hasil dari suatu interaksi sosial (Burns, 1993:80). Konsep diri sendiri berkembang oleh banyak faktor, tapi faktor pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan merupakan faktor utama dalam membentuk konsep diri seseorang.

  Jalaludin Rachmat menjelaskan bahwa konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu individu akan

  20

  bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki. Jadi bagaimana seseorang individu melakukan interaksi dimasa kecilnya, itu akan di bentuk hingga dia memiliki pandangan tentang dirinya sendiri. Dan dari proses pembentukan konsep diri tersebut akan membentuk suatu karakter yang extrovert, optimis dan memiliki kepercayaan diri yang baik atau konsep diri yang positif, ataupun terbentuknya konsep diri yang introvert, pesimis dan 19 kurang percaya diri atau memiliki konsep diri yang negatif.

  Burns, R.B. Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku, Arcan. Jakarta.

2.3.1.1 Pikiran (Mind)

  Pikiran, yang didefinisikan oleh Mead sebagai proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan di dalam diri individu, pikiran adalah fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral dari proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran, proses sosial bukanlah produk dari pikiran. Jadi pikiran juga didefinisikan secara fungsional ketimbang secara substantif. Karakteristik istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saja, tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan. Itulah yang kita namakan pikiran.

  Melakukan sesuatu berarti memberi respon terorganisir tertentu, dan bila seseorang mempunyai respon itu dalam dirinya, ia mempunyai apa yang di sebut pikiran. Dengan demikian pikiran dapat dibedakan dari konsep logis nlain seperti konsep ingatandalam karya Mead melalui kemampuannya menanggapi komunitas secara menyeluruh dan mengembangkan tanggapan terorganisir. Mead juga melihat pikiran secara pragmatis. Yakni, pikiran melibatkan proses berpikir yang

  21 mengarah pada penyelesaian masalah.

  Bentuk ini membawa pada suatu tindakan dan respon yang dipahami 21 oleh masyarakat yang telah ada. Melalui simbol-simbol itulah maka akan terjadi pemikiran. Esensi pemikiran dikonstruk dari pengalaman isyarat makna yang terinternalisasi dari proses eksternalisasi sebagai bentuk hasil interaksi dengan orang lain. Oleh karena perbincangan isyarat memiliki makna, maka stimulus dan respons memiliki kesamaan untuk semua

  22

  partisipan. Makna itu dilahirkan dari proses sosial dan hasil dari proses interaksi dengan dirinya sendiri.

a. Pemikiran George Ritzer

  Pemikiran adalah konsepsi, pengertian yang terdapat didalam pikiran itulah yang dimaksud dengan konsepsi.