CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PEREMPUAN JOGJA KARYA ACHMAD MUNIF

  

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PEREMPUAN JOGJA

KARYA ACHMAD MUNIF

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

  

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Sri Eka Purwanti

  

NIM: 994114011

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

AGUSTUS

  

2007

  

Skripsi

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PEREMPUAN JOGJA

KARYA ACHMAD MUNIF

Oleh

  

Sri Eka Purwanti

NIM: 994114011

telah disetujui oleh

Pembimbing I

  Drs. B. Rahmanto, M.Hum. Tanggal: 03 Agustus 2007 Pembimbing II S.E. Peni Adji, S.S. M. Hum. Tanggal: 07 Agustus 2007

  

Skripsi

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PEREMPUAN JOGJA

KARYA ACHMAD MUNIF

Dipersiapkan dan disetujui oleh

  

Sri Eka Purwanti

NIM: 994114011

Telah dipertahankan di depan panitia penguji

Pada tanggal 15 Agustus 2007

  

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Drs. B. Rahmanto, M.Hum. …………………………… Sekretaris : Drs. Hery Antono, M.Hum. …………………………… Anggota : Dra. Tjandrasih Adji, M. Hum. …………………………… : Drs. B. Rahmanto, M.Hum. …………………………… : S.E. Peni Adji, S.S. M. Hum. …………………………… Yogyakarta, 14 September 2007 Dekan Fakultas Sastra (Dr. Fr. B. Alip, M. Pd, M. A) Sebagai ucapan terima kasihku, sebuah karya kecil ku ini, Kupersembahkan untuk mereka yang selalu ada di hatiku Allah SWT pembimbingku, Mama, Alm. Papa, Buah hati, Kakak, Adik-adik dan

  Kekasihku

  

MOTTO

“Saat usiamu bertambah, kau mungkin terdorong untuk

mengubah sesuatu, mengubah yang keliru menjadi benar,

namun setiap kali dorongan itu muncul, ingatlah bahwa

perubahan paling penting yang harus dilakukan ada di dalam

dirimu sendiri. Berjuang untuk suatu gagasan tanpa terlebih

dulu mengenal dirimu sendiri adalah hal paling berbahaya yang

bisa dilakukan manusia”

“Hati manusia bagaikan tanah, separo disinari matahari, separo

lagi ada dalam bayangan. Bahkan para orang kudus pun tidak

semuanya disinari matahari”

  

“Hidup adalah hanya soal menyadari hal ini, mengetahuinya,

berjuang agar bayang-bayang gelap tidak menelan cahaya.

  

Jangan percaya pada orang sempurna, orang-orang yang

memiliki semua jawaban. Jangan percaya apapun, kecuali apa

yang dikatakan hatimu”

(Susana Tamaro)

  

“Ya Rabb, berilah manfaat ilmu yang telah Engkau ajarkan

kepadaku. Ajarkan aku sesuatu yang bermanfaat bagiku dan

tambahilah aku ilmu.”

(Rasulullah SAW)

  

Pernyataan Keaslian Karya

  Saya menyatakan dengan sepenuh hati dan sesungguhnya bahwa skripsi ini yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 15 Agustus 2007 Penulis

  Sri Eka Purwanti

  

ABSTRAK

Purwanti, Sri Eka. 2007.”Citra Perempuan Dalam Novel Perempuan Jogja

Karya Achmad Munif”. Skripsi Strata 1 (SI). Program Studi Sastra

  Indonesia. Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji tentang citra perempuan dalam novel Perempuan

  

Jogja karya Achmad Munif. Penelitian ini bertujuan (a) mendeskripsikan struktur

  cerita novel Perempuan Jogja, (b) mendeskripsikan citra perempuan yang terdiri dari: aspek citra diri perempuan dan aspek citra sosial perempuan. Aspek citra diri perempuan dibagi menjadi dua bagian, yaitu aspek fisik dan aspek psikis, dan untuk aspek citra sosial perempuan meliputi aspek dalam keluarga dan aspek dalam masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Melalui metode deskriptif penulis mendeskripsikan permasalahan yang diteliti, kemudian mengolah dan menganalisis. Langkah pertama adalah menganalisis novel Perempuan Jogja secara struktural. Kedua menggunakan hasil analisis pertama untuk menganalisis citra perempuan dalam novel.

  Hasil dari analisis struktural menunjukkan bahwa (a) Rumanti sebagai tokoh utama. (b) latar tempat menunjuk pada tempat-tempat di antaranya, villa di kawasan Kaliurang, halaman Fakultas sastra, ndalem Sudarsanan, sungai Code dan jalan Malioboro. Latar Cerita PJ sendiri terjadi di masa sekarang sekitar akhir tahun 1990-an sampai 2000, terbukti dengan adanya kemajuan teknologi dan demo-demo di kalangan mahasiswa. Latar sosial menunjuk pada latar budaya Jawa kaum bangsawan dan kehidupan kaum miskin.

  Hasil analisis citra perempuan menunjukkan bahwa tidak semua tokoh memiliki perasaan dan kepribadian yang sama, tokoh Rumanti mempunyai sifat setia; Indri yang pemberani; Popi yang pemberontak, tetapi baik. Sedangkan tokoh Norma digambarkan sebagai perempuan yang tidak setia.

  

ABSTRACT

Purwanti, Sri Eka. 2007."Woman’s Image In Novel titled Perempuan Jogja

by Achmad Munif". Thesis. Strata 1 (S1). Indonesian Letters Program.

  Indonesian Letters Faculty. Sanata Dharma University. This research examines about woman’s image in novel titled of

  

Perempuan Jogja by Achmad Munif. This Research purposed, (a) describe the

  structures of Perempuan Jogja’s novel, (b) describe of woman’s image that consisted of: human image aspect and social image aspect. Human image aspects divided become two aspects, that are psychical aspect and physical aspect, and social image aspects consist of aspect of family society and aspect of society. This research using descriptive method. Through this method the writer tries to describe the facts which related to the problem. Then treats and analyze them. First step, analyze the Perempuan Jogja’s novel structurally. Secondly, using result of first analyze to analyze the woman’s image from the novel.

  The result of structural analysis leads to (a) the main character is Rumanti, (b) spot setting leads into the places such as in the villa in Kaliurang area, in the college, the Sudarsanan’s residence, Code’s river and Malioboro street. Time setting in Perempuan Jogja’s Novel is happened in a period of now about year- end 1990 until 2000, proven with the existence of technological progress and students demonstrations. The social setting show the Noblesse of Java cultural and impecunious people.

  The analysis result of woman’s image leads that not all character have the good personality and feeling. The Rumanti’s character have the nature of devoted; Indri is brave woman; Popi which rebelling, but goodness, while Norma’s character described as a disloyal woman.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin megucapkan terima kasih kepada :

  1. Drs. B. Rahmanto, M. Hum. Sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan saran dan kritik serta memberikan semangat dengan penuh kesabaran kepada penulis sehingga skripsi ini tersusun.

  2. S.E. Peni Adji, S.S, M. Hum. Sebagai pembimbing II yang telah membantu dan memberikan saran membangun sehingga skripsi ini tersusun.

  3. Para dosen Prodi Sastra Indonesia yang dengan sabar membimbing dan mendidik penulis.

  4. Mbak Ninik dan Mbak Rus. Sebagai karyawan Sekretariat Fakultas Sastra yang telah mambantu penulis dalam pengurusan akademik.

  5. Mama tercinta. Sebagai tulang punggungku. Terima kasih untuk jerih payah yang engkau berikan kepadaku.

  6. Alm. Papa dan alm. Dede’ adikku tercinta. “Bintang di surga, yakinkan aku bahwa mereka bersama-Mu”.

  7. Chairil Amartya Hasan. Sebagai cahaya hatiku yang telah mambangunkanku dari mimpi-mimpiku.

  8. Andrew Yudha A. F. “Andai saja waktu itu engkau tak menyapaku, mungkin hari ini aku tak dapat tersenyum untuk yang kedua kalinya”,

  9. Adik-adikku, Agus dan Hendra. Masa kecil adalah masa yang paling indah.

  Rasa kebersamaan akan semakin erat ketika kita mengenang masa kecil.

  10. Keluarga besar H. Gusti Basri yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik secara materi maupun moril.

  11. Mutya Ika Setyanti. “Sahabat, apakah ada tawa dan sedihmu yang terlewatkan olehku??”. Sahabat yang telah memberikan semangat dan ide cemerlang kepada penulis.

  12. Gandar, Try, Asih, Eka, Fenty, Rima, Ayu, Novi, Livy, Yoko, Indra, Teguh, Oco, Edo, Joe, Moses dan semua teman-teman Sastra Indonesia angkatan 1999 yang telah memberikan semangat dan persahabatan yang indah.

  13. Teman-teman Kos Narada 3, Nyak, Bunda, Oki, Ulil, Mila, Novi, Kak Elvis, Kak Yosi dan Bhisma yang telah memberikan semangat dan persaudaraan yang indah kepada penulis.

  14. Berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, Agustus 2007 Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………........... ...... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............……..… ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………….......... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...........………………………..…..... iv

HALAMAN MOTTO .....……………………………………….......... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………….......... vi ABSTRAK ……………………………………………………….......... vii ABSTRACT …...…………………………………………...................... viii KATA PENGANTAR …………………………………………........... ix DAFTAR ISI .......………………………………………....................... xi

  BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………………………..........

  1 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….

  4 1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………..

  4

  1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………

  5 1.5 Tinjauan Pustaka …………………………………………..

  5 1.6 Landasan Teori ………………………………………... …..

  6 1.6.1 Teori Sruktural ……………………………….……….

  6

  1.6.1.1 Tokoh ………………………………….………

  7

  1.6.1.2 Alur ……………………………………………

  8 1.6.1.3 Latar …………………………………………..

  9

  1.6.1.3.1 Latar Tempat ……………………………..

  9

  1.6.1.3.2 Latar Waktu ………………………………

  9 1.6.1.3.3 Latar Sosial ……………………………….

  10

  1.6.2 Citra Perempuan ………………………………………

  10 1.6.2.1 Citra Diri Perempuan …………………………..

  11 1.6.2.2 Citra Sosial Perempuan ……………..................

  12 1.7 Metode Penelitian …………………………………….........

  12 1.7.1 Pendekatan ……………………………………….. …..

  12 1.7.2 Metode …………………………………………….…..

  12 1.7.3 Teknik Pengumpulan Data …………………………….

  13 1.8 Sumber Data …………………………………………... …..

  13 1.9 Sistematika Penyajian ……………………………………...

  14 BAB II. ANALISIS STRUKTURAL NOVEL PEREMPUAN

  JOGJA KARYA AHMAD MUNIF

  2.1 Tokoh dan penokohan ………………………………… …… 15

  2.1.1 Tokoh Utama …………………………………………... 17

  2.1.2 Tokoh Bawahan ………………………………………... 20

  2.1.2.1 Indri ……………………………………………. 20

  2.1.2.2 Popi …………………………………………….. 23

  2.1.2.3 Norma ………………………………………….. 25 2.2 Alur ………………………………………………................

  27

  2.2.1 Peristiwa ……………………………………………….. 28

  2.2.2 Konflik ………………………………………………… 31

  2.2.3 Klimaks ………………………………………………... 34

  2.3 Latar ………………………………………………………..

  37

  2.3.1 Latar Tempat…….……………………………………... 37

  2.3.2 Latar Waktu ……………………………………………. 43

  2.3.3 Latar Sosial …………………………………………….. 44

  BAB III. ANALISIS CITRA PEREMPUAN NOVEL PEREMPUAN JOGJA KARYA AHMAD MUNIF 3.1 Citra Diri Perempuan………………………………………..

  47 3.1.1 Citra Diri Perempuan Dalam Aspek Fisik …………….

  48

  3.1.2 Citra Diri Perempuan Dalam Aspek Psikis …………..... 52

  3.2 Citra Sosial Perempuan …………………………………….. 64

  3.2.1 Citra Sosial Perempuan Dalam Keluarga………………. 64

  3.2.2 Citra Sosial Perempuan Dalam Masyarakat …………… 71

  BAB IV. PENUTUP

  4.1 Kesimpulan …………………………………………………. 77 4.2 Saran ………………………………………………………..

  82 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... …… 83

  SINOPSIS ………………………………………………………………

  84 BIOGRAFI ……………………………………………………………..

  87

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Sastra adalah intuisi sosial yang memakai medium bahasa. Lagi pula sastra “menyajikan kehidupan” dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga “meniru” alam dan dunia subjektif manusia.

  Sastra mempunyai fungsi sosial atau “manfaat” yang tidak sepenuhnya pribadi (Wellek dan Warren, 1995:109). Oleh karena itu, karya sastra sering merupakan gambaran dari kehidupan nyata sehari-hari yang diketahui bahkan dialami oleh si penulis sendiri. Cara memandang suatu peristiwa pada setiap penulis berbeda, tergantung dari local mind si penulis. Sudut pandang penulis yang berbeda inilah yang menjadikan suatu karya sastra itu menjadi unik dan menarik.

  Para penulis karya sastra biasanya mengangkat satu tema khusus yang menjadi ciri khas mereka pada hasil karyanya, seperti Sutan Takdir Alisjahbana yang banyak mengangkat masalah peranan perempuan dalam masyarakat sosialnya atau Nh. Dini yang selalu mengangkat tema perempuan dan lintas budaya yang secara tidak langsung adalah latar belakang dari kehidupannya sendiri. Ada lagi Remy Silado yang sering menulis tentang kehidupan perempuan masa kini dan kebebasannya dalam berpikir dan berkehendak, sesuai dengan berkembangnya peranan perempuan modern dalam era globalisasi.

  Tema tentang perempuan saat ini lebih sering diangkat dalam novel dan lebih beragam, seiring dengan perkembangan zaman. Gaya hidup masyarakat sekarang pun lebih hedonis dan fenomena sosial yang terjadi sangat menarik untuk diangkat dalam cerita. Pertama dimulai dengan Saman dan Larung karya Ayu Utami, Supernova dan Akar karya Dee (Dewi Lestari), Jendela-jendela,

  

Pintu , dan Atap trilogi karya Fira Basuki, ada juga kumpulan cerpen karya Djenar

  Maesa Ayu berjudul Jangan Main-main dengan Kelaminmu. Semua karya mereka bercerita tentang kebebasan perempuan dalam berkehendak, tidak hanya dalam masalah pendidikan, pekerjaan ataupun pengambilan keputusan tetapi juga dalam kehidupan seksual mereka.

  Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan citra sosial perempuan dalam karya sastra. Hasil karya yang ingin penulis analisis adalah novel Perempuan Jogja (selanjutnya PJ) karya Achmad Munif karena kehidupan perempuan yang digambarkan dalam novel tersebut memberikan cerminan mengenai kepribadian tokoh perempuan dalam sikap, pemikiran, ucapan dan tindakan tokoh pada saat menyelesaikan berbagai permasalahan hidup.

  Achmad munif menggambarkan tokoh-tokoh perempuan dengan karakter yang berbeda-beda. Begitu gamblang ia menuturkan tentang kesetiaan dan kesabaran seorang Rumanti dalam menghadapi suaminya. Perlakuan Danu, suami Rumanti terhadapnya tidak membuat Rumanti menjadi perempuan yang berontak, Rumanti menunjukkan bahwa ia adalah seorang perempuan Jawa yang masih menerapkan adat-istiadat dan norma-norma sosial demi untuk mempertahankan rumah tangganya.

  Kemantapan pribadi perempuan terbentuk dari dalam diri dan juga pengaruh dari luar. Perempuan yang tidak cengeng dan mandiri tercermin pada tokoh Indri. Indri adalah seorang perempuan yang memahami hak dan kewajibannya. Sikapnya yang modern tidak mengubah gaya hidupnya. Selain itu, dalam novel ini juga digambarkan juga tentang beberapa kepribadian tokoh, yaitu Popi dan Norma. Permasalahan-permasalahan dan penyelesaian yang dialami setiap tokoh, sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam.

  Novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif ini merupakan novel populer. Permasalahan yang ditampilkan dalam novel populer menyangkut permasalahan kehidupan sebagaimana halnya dalam novel-novel sastra. Gambaran kepribadian tokoh dalam novel populer lebih menceritakan kehidupan nyata agar pembaca lebih mudah memahami karena tujuannya adalah untuk menghibur.

  Menurut Teeuw (1989:169) mengemukakan beberapa alasan mengapa novel populer pantas dibicarakan dalam Kesusastraan Indonesia Modern : (1) jumlah novel popular lebih besar dibandingkan dengan novel serius, (2) kaitanya dengan sejarah sastra, novel populer merupakan sastu-satunya bentuk fiksi yang ada ketika novel-novel serius tidak biasa diperoleh kekhususannya pada tahun 1966 hingga 1969, (3) bagi kebanyakan pembaca yang potensial, novel-novel populer dapat menjadi langkah awal menuju kebiasaan membaca yan semakin mantap sehingga akhirnya dapat mengarahkan mereka kepada karya sastra lebih berbobot.

  Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:165) bahwa tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama dan oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Oleh karena itu, penulis akan mengkaji novel ini secara struktural terlebih dahulu untuk melihat keterlibatan masing-masing tokoh. Kemudian penulis menggunakan analisis struktural untuk menganalisis citra perempuan tokoh dalam novel PJ.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1.2.1 Bagaimanakah struktur cerita novel Perempuan Jogja karya Ahmad

  Munif?

  1.2.2 Bagaimanakah citra perempuan pada novel Perempuan Jogja karya

  Ahmad Munif?

1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Mendeskripsikan struktur cerita dalam novel Perempuan Jogja karya Ahmad Munif.

  

1.3.2 Mendeskripsikan citra perempuan dalam novel Perempuan Jogja karya

Ahmad Munif.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penambah

  bahan kajian analisis tentang citra perempuan dan fenomena sosial dalam masyarakat Jawa.

1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

  sumbangan pengetahuan tentang cita-cita dan semangat perempuan dalam membentuk citra dirinya.

1.5 Tinjauan Pustaka

  Penelitian tentang analisis citra perempuan sudah banyak dilakukan, salah satunya digunakan Adib Sofia untuk menganalisis novel Layar Terkembang sebagai skripsi. Kemudian skripsi ini dikembangkan menjadi sebuah buku yang berjudul Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar

  Terkembang (2003) dengan tambahan tulisan dari Sugihastuti.

  Selain itu, novel PJ sudah pernah diteliti oleh Elizabeth Endang Wahyu Pujiani dengan judul skripsi “Kepribadian Tokoh Indri Dalam Novel Perempuan

  

Jogja Karya Ahmad Munif sebuah Pendekatan Psikologi“, tahun 2006. Skripsi ini

  membahas tentang kepribadian tokoh Indri dan menjelaskan tentang kepribadian Indri yang dengan menggunakan sudut pandang psikologi kepribadian. Hasil analisis kepribadian Indri dengan pendekatan psikologi menunjukan bahwa tokoh Indri mempunyai kepribadian superior, mempunyai kepribadian yang berorientasi pada perbaikan kualitas hidup. Indri dapat memadukan adat istiadat dengan kehidupan masyarakat modern.

  Berdasarkan novel yang sama, yaitu novel Perempuan Jogja karya Ahcmad Munif. Penulis ingin menunjukkan bahwa dalam satu judul novel yang sama bisa mempunyai beragam opini yang bisa diteliti. Peneliti ingin menelaah lebih jauh lagi mengenai citra perempuan dalam novel PJ. Jadi, tidak hanya satu tokoh saja yang akan diteliti melainkan empat tokoh perempuan yang mempunyai peranan penting dalam novel PJ, seperti Rumanti, Indri, Popi, dan Norma.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Teori Struktural

  Satu konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa di dalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalinan (Pradopo dkk dalam Jabrohim, 2001 : 55).

  Sebuah karya sastra, fiksi, atau puisi menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:36)

  Analisis intrinsik dalam penelitian ini difokuskan pada tokoh, alur dan latar. Hal ini dikarenakan karena latar merupakan tempat tokoh melakukan dan dikenai suatu kejadian. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berpikir tokoh (Nurgiyantoro, 1995:75), sedangkan tokoh dan penokohan penting dianalisis seperti yang disebutkan Suwondo dalam Jabrohim (2001:58), bahwa dalam karya fiksi kita tidak mungkin dapat “menyebut makna” tokoh dan penokohan tanpa mengetahui apa pengertian tokoh, bagaimana penokohan tanpa peran dan fungsi tokoh, bentuk-bentuk watak dalam segala situasi dan sebagainya mengenai tokoh. Alur juga penting untuk dikaji untuk melihat rangkaian dan jalinan antarcerita tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Adapun yang dipaparkan sebagai berikut:

1.6.1.1 Tokoh

  Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawab terhadap pertanyaan: “Siapakah tokoh utama novel itu?”, atau “Ada berapa jumlah pelaku novel itu?”, atau “Siapakah tokoh protagonis dan antagonis dalam novel itu?”, dan sebagainya (Nurgiyantoro, 1995:165).

  Berdasarkan segi peranannya atau tingkat pentingnya tokoh, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan.

  Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang pemunculannya dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan dia hadir apabila ada kaitannya dengan tokoh utama baik secara langsung maupun tidak secara langsung (Nurgiyantoro, 1995:176-177).

  Pembedaan tokoh secara peran juga dibagi menjadi dua, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh yang mendapatkan simpati dan empati dari pembaca adalah tokoh protagonis. Ia merupakan perwujudan dari norma-norma dan nilai-nilai ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 1998:178). Lawan dari tokoh protagonis yaitu tokoh antagonis. Meskipun demikian ia tidak selalu menjadi tokoh yang jahat dan tidak sesuai dengan idealisme pembaca. Ia disebut tokoh antagonis karena keberadaannya menyebabkan konflik yang harus dihadapi tokoh protagonis (Nurgiyantoro, 1998:180).

1.6.1.2 Alur

  Alur atau plot adalah unsur yang penting yang berfungsi untuk menjelaskan jalan cerita atau kaitan antarperistiwa yang dikisahkan sehingga mempermudah pemahaman terhadap cerita yang ditampilkan (Nurgiyantoro, 1998:110).

  Peristiwa, konflik dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial dalam pengembangan sebuah plot cerita (Nurgiyantoro, 1998:116). Plot dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan urutan waktunya, yang pertama plot maju.

  Ada beberapa faktor pendukung lain yang penting dalam alur. Yang pertama adalah ‘kebolehjadian’ (plausibility). Sebuah cerita harus meyakinkan pembacanya, maksudnya cerita itu harus masuk akal.

  Kedua adalah ‘kejutan’ (suspense). Cerita penuh kejutan ini biasanya muncul dalam jenis cerita detektif. Faktor selanjutnya adalah

  ‘kebetulan’. Kebetulan-kebetulan yang muncul dalam cerita memungkinkan adanya perkembangan cerita (Sudjiman,1988:36-38).

1.6.1.3 Latar

  Latar atau setting menunjuk pada pengertian tempat hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:216). Dalam penelitian ini hubungan antara tokoh dan latar akan dianalisis berkaitan dengan citra perempuan sosiologi sastra.

  Latar memberi gambaran kepada pembaca mengenai tempat tokoh berada kapan kejadian berlangsung dan bagaimana kondisi sosial tokoh. Selanjutnya unsur latar dapat dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial.

  1.6.1.3.1 Latar Tempat

  Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin beberapa tempat-tempat dengan nama tertentu, lokasi tertentu, tanpa nama jelas (Nurgiyantoro, 1995:227).

  1.6.1.3.2 Latar Waktu

  Latar waktu berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra fiksi yang dihubungkan dengan waktu faktual dan dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Kekhasan latar dan waktu dalam cerita akan memudahkan pembaca untuk mengenali dan memahami suatu cerita (Nurgiyantoro, 1995:230).

1.6.1.3.3 Latar Sosial

  Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 1995:233).

1.6.2 Citra Perempuan

  Citraan adalah gambaran-gambaran angan atau pikiran. Setiap gambar pikiran disebut citra. Citra artinya rupa, gambaran, dapat berupa gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, atau kesan kesan mental (bayangan) visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi (Sugihastuti, 2000:45)

  Citra perempuan yang di maksud dalam hal ini ialah semua gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian perempuan (Indonesia), yang menunjukkan “wajah” dan ciri khas perempuan sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial (Sugihastuti, 2000:7).

  Dengan demikian, perempuan dicitrakan sebagai makhluk individu yang beraspek keluarga dan masyarakat (Sugihastuti, 2000:46).

1.6.2.1 Citra Diri Perempuan

  Citra diri perempuan terwujud sebagai sosok individu yang mempunyai pendirian dan pilihan sendiri atas berbagai aktivitasnya berdasarkan kebutuhan-kebutuhan pribadi maupun sosialnya. Perempuan mempunyai kemampuan untuk berkembang dan membangun dirinya berdasarkan pada pola pilihannya sendiri.

  Perempuan bertanggung jawab atas potensi diri sendiri sebagai makhluk individu. Citra diri perempuan memperlihatkan bahwa apa yang dipandang sebagai perilaku wanita bergantung pada bagaimana aspek fisis dan psikis diasosiasikan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Sugihastuti, 2000:113)

  Citra diri perempuan itu diabstraksikan dari klasifikasi citra fisis dan citra psikis perempuan. Dalam aspek fisis, citra perempuan itu khas dilihat melalui pengalaman-pengalaman tertentu yang hanya dialaminya dan tidak dialami oleh pria, misalnya melahirkan, dan merawat anak (2000:112). Citra fisis perempuan yang tergambar adalah citra perempuan dewasa, perempuan yang sudah berumah tangga. Selain itu, masa pekawinan dengan mengisyaratkan bahwa secara fisik perempuan ditunjukkan sebagai perempuan dewasa (Sugihastuti, 2000:85).

  Dalam aspek psikis, kejiwaan perempuan dewasa ditandai oleh sikap pertanggungjawaban penuh terhadap diri sendiri, nasib sendiri dan pembentukan diri sendiri (Kartono dalam Sugihastuti, 2000:100).

1.6.2.2 Citra Sosial Perempuan

  Pada dasarnya citra sosial perempuan merupakan citra perempuan yang erat hubungannya dengan norma dan sistem nilai yang berlaku dalam satu kelompok masyarakat tempat perempuan menjadi anggota dan berhasrat mengadakan hubungan antar manusia. Kelompok masyarakat itu adalah kelompok keluarga dan kelompok masyarakat luas (Sugihastuti, 2000:143)

  Dalam aspek keluarga, citra sosial perempuan berhubungan dengan peranannya sebagai istri, ibu, dan sebagai anggota keluarga yang semuanya menimbulkan konsekuensi sikap sosial yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Citra sosial perempuan dalam sikap sosialnya terbentuk karena pengalaman pribadi, pengalaman budaya dan pengalaman sosialnya (Sugihastuti, 2000:xvi)

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Pendekatan

  Pendekatan yang digunakan untuk meneliti novel PJ adalah pendekatan struktural. Pendekatan struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kesatuan.

1.7.2 Metode

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek data atau sebagai mana adanya. Untuk memberikan bobot yang lebih tinggi pada metode in, maka data atau fakta yang temukan harus dibri arti.

  Fakta dan data yang terkumpul harus diolah dan ditafsirkan (Nawawi dan Martini, 1994:73).

  Dalam metode ini, peneliti membuat deskripsi dengan mencatat, kemudian menganalisis dan menginterpretasikan data yang akan diteliti.

  Hasil-hasil analisis dan interpretasi tersebut kemudian dideskripsikan dalam bentuk laporan penelitian.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat, maksudnya pencatatan data yang digunakan dengan alat tulis tertentu, sedangkan kartu data berupa kertas dengan ukuran dan kualitas apapun dapat digunakan asal mampu memuat, memudahkan pembacaan dan menjamin keawetan data (Sudaryanto, 1993:20).

1.8 Sumber Data

  Sumber data penelitian ini adalah novel Perempuan Jogja karya Ahmad Munif. Perincian identitas sumber data sebagai berikut :

  Judul Buku : Perempuan Jogja Pengarang : Ahmad Munif Penerbit : Navila Tahun Terbit : 2001 (cetakan ke -1) Tebal Buku : 303 halaman

1.9 Sistematika Penyajian

  Penelitian ini dibagi menjadi empat bab. Sistematika dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut : Bab I berupa pendahuluan yang menyajikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sumber data dan sistematika penyajian. Kemudian bab II berupa analisis struktural tokoh, alur dan latar untuk melihat lebih jelas citra perempuan pada masing-masing tokoh. Dalam bab III akan dibahas mengenai citra perempuan dalam novel PJ karya Achmad Munif. Terakhir adalah kesimpulan dan saran yang ditulis pada bab IV.

BAB II ANALISIS STRUKTURAL NOVEL PEREMPUAN JOGJA Analisis struktural penting dilakukan untuk memahami keutuhan cerita

  sebelum dilakukan analisis lebih lanjut mengenai isi cerita tersebut. Dalam penelitian ini penulis ingin menguraikan tentang citra perempuan pada novel

  

Perempuan Jogja , untuk itu dilakukanlah analisis struktural untuk mengetahui

detil-detil mengenai tokoh, latar dan alur cerita dalam novel Perempuan Jogja.

  Menurut Nurgiyantoro (1998:37) analisis struktur karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Jadi pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai tokoh, latar dan alur cerita dalam Perempuan Jogja. Ketiga unsur itu dianggap sudah cukup untuk mengkaji masalah citra perempuan dalam novel tersebut.

2.1 Tokoh dan Penokohan

  Yang dimaksud dengan tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman,1988:16). Tokoh-tokoh dalam ceritanya seharusnya memiliki sifat yang dapat diterima pembaca, maksudnya ‘tokoh’ dapat mewakili pembaca dalam menjalankan hidup baik yang sesuai atau tidak dengan norma masyarakat.

  Istilah ‘penokohan’ lebih luas pengertiannya daripada ‘tokoh’ dan ‘perwatakan’ sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro,1998:166). Sudjiman (1986:58) menyebutkan bahwa penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan. Jadi, istilah penokohan menyangkut sifat-sifat yang dimiliki tokoh cerita, baik sifat alami atau pengaruh lingkungan sosialnya. Penokohan penting untuk melihat sejauh mana karakter tokoh mempengaruhi peristiwa yang membangun cerita.

  Menurut Sudjiman (1988:12) bahwa kriterium yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh itu dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita. Dalam PJ tokoh utama dalam cerita adalah Rumanti karena keterlibatannya dalam cerita mempengaruhi semua alur dalam cerita, sedangkan Indri, Popi, dan Norma adalah tokoh bawahan. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama (Grimes via Sudjiman, 1991:19).

  Pada tulisan ini penulis hanya membatasi analisis struktur tokoh pada keempat tokoh perempuan saja, yaitu Rumanti, Indri, Popi dan Norma. Sebab analisis berikutnya adalah tentang citra perempuan dalam novel PJ, jadi tokoh pria tidak diuraikan dalam penelitian.

2.1.1 Tokoh Utama

  Tokoh utama dalam PJ adalah Rumanti, karena intensitas keterlibatannya dalam setiap peristiwa yang membangun cerita dalam PJ cukup tinggi.

  “Di sebuah kamar, Rumanti berdandan ditunggu beberapa perempuan kerabat Sudarsanan. Mereka menghibur Rumanti agar tidak bersedih melihat suaminya menikah lagi. Para wanita itu mengelilingi Rumanti yang duduk di pinggir ranjang” (Munif,2001:182-183).

  Dalam kutipan tersebut tampak bahwa Rumanti sangat diperhatikan oleh semua kerabat yang mendukung dan berempati kepadanya.

  Perlakuan suami Rumanti, yaitu Danu terhadapnya mempengaruhi tokoh lain dalam cerita dan mengembangkan konflik. Kutipan di bawah ini menggambarkan ketidak setujuan Indri dengan keputusan kakaknya.

  “Jadi, Mbak Rum membiarkan saja Mas Danu pergi dengan perempuan lain?” (Munif, 2001:19) “Pokoknya Mbak Rum harus protes. Kalau perlu mogok bicara!” “Dilihat dari sudut apapun tindakan Mas Danu itu tidak bisa dibenarkan. Moral, agama, hukum melarang suami berbuat seperti itu. Kalau sekarang pergi berdua, besok apa, lusa apa lagi?” (Munif 2001:20) “Aku kasihan. Mbak Rum selama bertahun-tahun mengabdi kepada Mas Danu. Apakah adil kalau kemudian Mas Danu bercintaan kembali dengan bekas pacarnya? Tidak adil Mbak, tidak adil sama sekali...” (Munif, 2001:21). Pengarang menggambarkan kedirian tokoh Rumanti sebagai perempuan yang pasrah (nerimo) dengan keadaannya dan sangat setia. meninggalkan suaminya. Hal ini dapat ditunjukkan pada kutipan di bawah ini.

  “Aku tahu Dik, tapi kenyataan yang kita lihat perbedaan itu memang ada. Tapi baiklah hal itu tidak perlu kita perdebatkan. Mbak mensyukuri apa yang sudah Mbak terima dari Gusti Allah melalui Mas Danu. Maka Mbak tidak bisa berbuat lain kecuali menjaga kesetian sampai kapanpun.” (Munif, 2001:23) “…Seorang istri harus selalu siap menghadapi berbagai kesulitan karena suaminya kepaten sandang pangan, misalnya kehilang pekerjaan, sehingga semangat hidup dan kepercayaan diri sendiri hilang. Disinilah kesetiaan kita diuji…”(Munif, 2001:25)

  Selain pasrah (nerimo) dan setia Rumanti juga digambarkan sebagai perempuan yang cekatan dalam mengurus rumah tangga, sangat sabar , dan tidak pendendam. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

  “Rumanti bekerja dengan cekatan. Ia memeriksa nasi, sayur dan lauk pauk yang bermacam-macam itu. Rum tampak puas dengan apa yang sudah disiapkan. Perempuan itu tersenyum tipis” (Munif, 2001:6).

  Mama berharap Dani tidak mengulangi perbuatan itu. Apa pun yang kita rasakan, kecewa, sakit hati, marah, tidak akan mampu mengubah kenyataan bahwa Papa menikahi Tante Norma” (Munif, 2001:194).

  “Nanti atau besok Dani harus minta maaf kepada Papa. Itu cari paling baik supaya Papa tidak marah kepada Mama. Itu kalau Dani masih sayang kepada Mama” (Munif, 2001:194). Tokoh Rumanti selalu teringat akan siapa dirinya sebelum menikah dengan Danu. Rumanti adalah anak dari penjaga villa keluarga sudarsono.

  Tidak lain adalah anak dari abdi dalem keluarga suaminya. Hal itu membuat diri Rumanti rendah diri.

  “Posisi kita berbeda. Sangat jauh berbeda. Dan sekali lagi Mas Danu telah mengangkat derjat Mbak.” “Aku tahu Dik, tapi kenyataan yang kita lihat perbedaan itu memeng ada. Tapi baiklah hal itu tidak perlu kita perdebatkan. Mbak mensyukuri apa yang Mbak terima dari gusti Allah melalui Mas Danu….”. (Munif, 2001: 23)

  Rumanti adalah seorang perempuan yang berpikiran sederhana namun berjiwa besar. Sifat itu mencerminkan jiwa keibuannya.