HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RISIKO, SPIRITUALITAS DAN KECEMASAN MENGHADAPI RISIKO KECELAKAAN PESAWAT TERBANG PADA CALON PRAMUGARI

  

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RISIKO, SPIRITUALITAS DAN

KECEMASAN MENGHADAPI RISIKO KECELAKAAN PESAWAT

TERBANG PADA CALON PRAMUGARI

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Disusun oleh:

Inneke Kusuma Dewi

NIM : 049114078

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RISIKO, SPIRITUALITAS DAN

KECEMASAN MENGHADAPI RISIKO KECELAKAAN PESAWAT

TERBANG PADA CALON PRAMUGARI

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Disusun oleh:

Inneke Kusuma Dewi

NIM : 049114078

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  Karya sederhana ini ku persembahkan untuk yang tercinta : T uhan

  Y esus

  K ristus

  P

api

  B ambang&

  M ami

  S usan

  P api

  I ndriyanto &

  M ami

  L ani

  M y

  B eloved

  H usband

  

MOTTO

Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga...

  (Pengkhotbah 9 : 10a)

Kita dapat melakukan segala sesuatu bukan karena kemampuan kita,

tetapi karena kesanggupan Tuhan di dalam kita.

  Jangan pernah merasa tidak mampu, biarkan Dia membawa kita ke titik yang Dia mau..

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi risiko,

dan kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang serta untuk

mengetahui peran spiritualitas sebagai moderator pada hubungan keduanya.

Penelitian dilakukan pada 81 calon pramugari dari Sekolah Tinggi Teknologi

Kedirgantaraan (STTKD), International Institute Aviation and Management

(IIAM) dan P3 Nusantara di Yogyakarta.

  Penghitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tehnik

Alpha Cronbach. Reliabilitas skala persepsi risiko adalah 0,906, reliabilitas skala

kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang adalah 0,937 dan

reliabilitas skala spiritulitas adalah 0,828. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan teknik Regresi.

  Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara

persepsi risiko dan kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang

(p = 0,037 ; p < 0,05) serta spiritualitas tidak memoderasi hubungan antara

persepsi risiko dan kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang

(p = 0,119 ; p > 0,05).

  

Kata kunci: persepsi risiko, kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat

terbang, spiritualitas.

  ABSTRACT The aim of this research was to find out whether there is a correlation between risk perception and the anxiety facing the accident of airplane and to find out spirituality’s role as a moderator between them. This research had been done with eight-one subjects who were stewardess candidates from Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan (STTKD), International Institute Aviation and Management (IIAM) and P3 Nusantara in Yogyakarta.

  Reliability coefficient test was taken using Alpha Cronbach. Scale of risk perception’s reliability was 0.906, scale of anxiety facing the accident of airplane’s reliability was 0.937 and scale of spirituality’s reliability was 0.828. Data analysis was taken using Regression.

  Research analysis showed that there is a significant positive correlation

between risk perception and anxiety facing accident of airplane (p = 0.037;

p < 0.05) and spirituality is not the moderator of positive correlation between risk perception and the anxiety facing the accident of airplane (p = 0.119; p > 0.05).

  Key words: risk perception, spirituality, and anxiety facing the accident of airplane.

KATA PENGANTAR

  Syukur pada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasihNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara Persepsi

Risiko, Spiritualitas dan Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat

Terbang pada Calon Pramugari”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi, Program Studi Psikologi.

  Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini ijinkanlah penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

  1. Jesus Christ , My everything...My life is nothing without You!!!

  

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

  

3. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang begitu

sabar membimbing, membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Dr. A. Priyono Marwan, SJ., selaku Dosen Penguji I.

  

5. P. Henrietta P.D.A.D.S.,S.Psi., selaku Dosen Penguji II sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik. Terima kasih atas perhatian, bantuan dan masukkan dari awal kuliah hingga sekarang.

  

6. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas ilmu dan bimbingannya

selama penulis menimba ilmu di Fakultas Psikologi.

  

7. Mba’ Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni dan Pak Gie. Terima kasih

atas semua bantuannya selama ini.

  

8. My husband , Agus Kurniawan... God grant me a blessing by giving u as my

soulmate. U’re my spirit, my inspiration, my happiness…Thanks for ur loving and caring. I love u!!!

  

9. Papi Bambang Haryoto & Mami Suzanne D.S. serta Papi Indriyanto &

Mami Lani Widiastuti. Terima kasih atas cinta, ketulusan, doa, dukungan dan pengorbanan kalian. Terima kasih juga telah memberikan waktu untuk menyelesaikan proses yang panjang ini. Semoga karya sederhana ini bisa membuat papi dan mami bangga.

  

10. Almarhumah Oma Ayub Somawihardja.. Walaupun oma sudah kembali ke

rumah Tuhan, Inne akan selalu mengingat semua nasehat-nasehat oma.

  

11. My brothers and my sisters... Ina Kristiani, Kuntjoro Setiabudi, Dicky

Haryoto, Agus Trianto dan Angela Octaviani. Thanks for every single thing.

  

12. Theodora Kristina, my little Angel. Tawa, keceriaan dan kepolosanmu

membuat hidupku lebih berwarna. Terima kasih telah memanggilku “mami”. Love u!

  

13. Sahabat-sahabatku yang tersayang...Pikha, Woel, Betty, Yuni Adip, Yoyo’

dan Wawan. Terima kasih buat kasih sayang, tawa, air mata, doa, bantuan, kritik dan saran yang aku dapatkan bersama kalian. Thank’s for being a part of my life..

  

14. Mietha... You’ve been such a wonderful sister and best friend to me.

  Makasih untuk setiap hal yang telah kita lakukan bersama dan yang telah kamu lakukan buat aku. Semangat, Mieth!!! Do your best and God will do the rest..

  

15. Ibu Sri Indaryati selaku Direktur P3 Nusantara, Bapak Gunawan selaku

Waka I STTKD, Bapak Ari Wibowo selaku Manajer Operasional Bina Avia Persada dan Ibu Lilik selaku Manajer Operasional IIAM. Terima kasih atas ijin dan bantuannya selama peneliti mengambil data. Serta semua responden yang telah memberikan waktu dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

  

16. Sahabat-sahabatku, KKN ‘Kuliner’ Pinggir..Imbing, Piglet, Dek Ayou,

Kebaw, Beserwati, Poh, Pakle dan Angga. Terlalu banyak kenangan bersama kalian. Ayo jaga persahabatan kita! Bapak & Ibu Dukuh serta Ipan, terima kasih telah menerima kami sebagai keluarga kalian.

  

17. Teman-teman PMK Ebenhaezer. Terima kasih untuk kebersamaan kita

selama ini. Tetep semangat dan jangan lelah melayani Tuhan!!!

  

18. Teman-temanku, Papih Joe dan Mamah Tanti (terima kasih buat

kebersamaan kita), Sronggot (terima kasih atas diskusi tentang statistiknya), Indri (semangat!), Mba’ Mitha (kapan nyusul, mba?) serta semua pihak, teman atau kenalan yang telah banyak membantu namun tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk semuanya.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

menyelesaikan skripsi ini, sehingga segala kritik dan saran yang membangun

sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

  Penulis Inneke Kusuma Dewi

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv HALAMAN MOTTO .................................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................. vi ABSTRAK ................................................................................................... vii

ABSTRACT ................................................................................................. viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................. x DAFTAR ISI ................................................................................................ xiv DAFTAR TABEL ........................................................................................ xix DAFTAR SKEMA ....................................................................................... xxi

DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xxiii

  BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ............................................................... 7

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 8 A. Persepsi Risiko ..................................................................... 8

  1. Pengertian Risiko ........................................................... 8

  2. Jenis-jenis Risiko ........................................................... 9

  3. Pengertian Persepsi Risiko ............................................. 10

  4. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Risiko ................. 11

  

B. Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang ................................... 13

  1. Pesawat Terbang ............................................................ 13

  2. Kecelakaan Pesawat Terbang.......................................... 13

  3. Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang .............................. 15

  C. Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang ............................................................................... 17

  1. Pengertian Kecemasan .................................................... 17

  2. Aspek-aspek Kecemasan ................................................ 19

  3. Jenis-jenis Kecemasan ................................................... 21

  D. Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang pada Calon Pramugari ............................................ 23

  1. Calon Pramugari ............................................................. 23

  2. Pengertian Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang pada Calon Pramugari .... 25

  3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang pada Calon Pramugari ........................................................................ 25

  E. Hubungan antara Persepsi Risiko dan Kecemasan

Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang

pada Calon Pramugari .......................................................... 27

  F. Spiritualitas .......................................................................... 30

  1. Pengertian Spiritualitas ................................................... 30

  2. Aspek-aspek Spiritualitas ............................................... 32

  

3. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kematangan

Spiritualitas ................................................................... 33 G. Peran Kematangan Spiritualitas sebagai Moderator

Terhadap Hubungan Antara Persepsi Risiko dan

  Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang pada Calon Pramugari............................................. 34 H. Hipotesis................................................................................ 37

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 38

A. Jenis Penelitian ..................................................................... 38 B. Variabel Penelitian ............................................................... 38 C. Definisi Operasional ............................................................ 39

  1. Persepsi Risiko ............................................................... 39

  2. Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang ........................................................................... 39

  3. Spiritualitas .................................................................... 40

  D. Subyek Penelitian ................................................................. 40

  H. Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 59

  2. Pembahasan Pengujian Hipotesis Kedua ........................ 66

  1. Pembahasan Pengujian Hipotesis Pertama .................... 65

  B. Pembahasan .......................................................................... 65

  2. Uji Hipotesis .................................................................. 63

  1. Uji Asumsi Penelitian .................................................... 61

  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 61

A. Hasil penelitian ..................................................................... 61

  G. Metode Analisis Data ........................................................... 58

  E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ................................... 43

  3. Reliabilitas ..................................................................... 57

  2. Seleksi Item .................................................................... 53

  1. Validitas ......................................................................... 52

  F. Pertanggungjawaban Mutu .................................................. 52

  3. Skala Spiritualitas .......................................................... 48

  2. Skala Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang ............................................................ 45

  1. Skala Persepsi Risiko ..................................................... 43

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 68

A. Kesimpulan .......................................................................... 68 B. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 68 C. Saran ............................................................................ 69

  

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 71

LAMPIRAN ................................................................................................. 76

  DAFTAR TABEL

Tabel 1. Deskripsi Subyek ........................................................................... 42

Tabel 2. Blue Print skala persepsi risiko ...................................................... 44

Tabel 3. Skor dari setiap respon dalam skala persepsi risiko ....................... 45

Tabel 4. Blue Print skala kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang pada calon pramugari sebelum seleksi ............................. 46 Tabel 5. Distribusi item skala kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang pada calon pramugari sebelum seleksi ............... 47 Tabel 6. Skor dari setiap respon pada pernyataan favorabel dan unfavorabel

dalam skala kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat

terbang............................................................................................ 48

  

Tabel 7. Blue print skala spiritualitas sebelum seleksi ................................ 49

Tabel 8. Distribusi item skala spiritualitas sebelum seleksi.......................... 50

Tabel 9. Skor pernyataan dalam skala spiritualitas ...................................... 51

Tabel 10. Blue Print skala kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang pada calon pramugari setelah seleksi ............................... 55 Tabel 11. Distribusi item skala kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang pada calon pramugari setelah seleksi ................. 55

Tabel 12. Blue print skala spiritualitas setelah seleksi ................................. 56

  

Tabel 13. Distribusi item skala spiritualitas setelah seleksi.......................... 57

  Tabel 14. Koefisien reliabilitas skala persepsi risiko, skala kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang dan

skala spiritualitas............................................................................ 58

  DAFTAR SKEMA Skema 1. Hubungan antara Persepsi Risiko dan Kecemasan

Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang pada Calon

  Pramugari ...................................................................................... 29

Skema 2. Peran Kematangan Spiritualitas sebagai Moderator .................... 36

DAFTAR GRAFIK

  Grafik 1. Uji Linearitas Skala Persepsi Risiko dan Skala Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang ........................ 128 Grafik 2. Uji Linearitas Skala Persepsi Risiko X Skala Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang dan

  Skala Kecemasan ........................................................................... 129

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala Persepsi Risiko, Skala Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang dan Skala Spiritualitas sebelum seleksi ...................................................................................... 76 Lampiran B. Skor Skala Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang sebelum seleksi ............................................ 92 Skor Skala Persepsi Risiko sebelum seleksi ........................... 95 Skor Skala Spiritualitas sebelum seleksi ................................. 96 Lampiran C. Skala Persepsi Risiko, Skala Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang dan Skala Spiritualitas setelah seleksi ...................................................................................... 97

  Lampiran D. Skor Skala Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang setelah seleksi .............................................. 112 Skor Skala Persepsi Risiko setelah seleksi .............................. 116 Skor Skala Spiritualitas setelah seleksi ................................... 118

  Lampiran E. Alpha Cronbach Skala Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang sebelum seleksi ....................... 121 Alpha Cronbach Persepsi Risiko sebelum seleksi .................. 122 Alpha Cronbach Skala Spiritualitas sebelum seleksi .............. 122

Alpha Cronbach Skala Kecemasan Menghadapi Risiko

Kecelakaan Pesawat Terbang setelah seleksi .......................... 123

  Alpha Cronbach Skala Spiritualitas setelah seleksi ................ 124 Reliabilitas Skala Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang................................................... 125 Reliabilitas Skala Persepsi Risiko............................................ 125 Reliabilitas Skala Spiritualitas ................................................. 125 Lampiran F. Uji Normalitas Skala Kecemasan Menghadapi Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang ..................................................................... 127 Uji Linearitas ........................................................................... 128

  

Lampiran G. Uji Regresi ............................................................................. 131

Lampiran H. Surat Ijin Penelitian ............................................................... 137

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena kecelakaan pesawat terbang merupakan fenomena yang

  telah menjadi perbincangan hangat di masyarakat (Kedaulatan Rakyat, 2007). Rata-rata tingkat kecelakaan pesawat di seluruh dunia sekitar 1,5 tiap satu juta penerbangan. Di beberapa bagian dunia menunjukkan variasi tingkat kecelakaan yang signifikan. Di Amerika Utara sebesar 0,5 dan negara-negara maju lain kira-kira hampir sama. Untuk negara-negara dunia ketiga, rata-rata tingkat kecelakaan pesawatnya masih tinggi, misalnya Amerika Latin 5,7, Afrika 13, Asia Tenggara 3,8 dan China 2,6. Sekitar sepertiga dari total orang yang meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat terjadi pada penerbangan yang dioperasikan oleh airline di Asia. Indonesia menempati urutan pertama dari jumlah terjadinya kecelakaan, dan berdasar data sejak tahun 1960, telah menewaskan lebih dari 1300 orang. Di Indonesia, dari tahun 1960 sampai 2005, rata-rata terjadi sekitar satu kali kecelakaan fatal dalam setiap 9 bulan (Susatyo, dalam http://www.kagama- mm.com).

  Beberapa kecelakaan pesawat yang pernah terjadi di Indonesia, antara lain menabrak gunung (Merpati Nusantara pada tahun 1992), jatuh (Garuda Indonesia pada tahun 1997), cuaca buruk (Lion Air pada tahun 2004),

  

terpeleset di landasan (Mandala pada tahun 2005), hilangnya pesawat (Adam

Air pada tahun 2007), mengalami keretakan (Adam Air pada tahun 2007)

dan meledak (Garuda Indonesia pada tahun 2007) (Budi & Cessnasari dalam

Suara Merdeka, 2005).

  Menurut FKPI (Federasi Keselamatan Penerbangan Internasional),

penyebab kecelakaan penerbangan ada tiga, yaitu faktor cuaca (13,2%),

armada (pesawat terbang) yang digunakan (27,1%), dan manusia (66,7%).

Pendapat serupa diungkapkan oleh Bachnas (dalam Kedaulatan Rakyat,

2007) yang mengungkapkan bahwa kecelakaan pesawat terbang diakibatkan

oleh faktor alat angkut, sarana dan prasana, cuaca dan kesalahan manusia.

  Faktor penyebab kecelakaan pesawat terbang tersebut memberikan

gambaran tentang risiko kecelakaan pesawat terbang. Budi & Cessnasari

Pusdok (dalam Suara Merdeka, 2005) mengungkapkan bahwa risiko

kecelakaan pesawat terbang selalu terkait dengan faktor manusia, perilaku

dan lingkungan. Risiko yang diakibatkan oleh manusia (person) menjadi

penting. Berdasarkan penelitian, lebih dari 60 persen kecelakaan pesawat di

dunia terjadi akibat faktor manusia (Budi & Cessnasari dalam Suara

Merdeka, 2005).

  Salah satu awak penerbangan adalah pramugari atau pramugara.

Tanggung jawab utama pramugari adalah keamanan dan kenyamanan

penumpang pada saat kondisi pesawat normal dan menyelamatkan

penumpang pada saat kondisi pesawat dalam keadaan darurat (Kedaulatan

Rakyat, 2007). Hal ini diikuti dengan tugas rutin pelayanan penumpang

  

seperti menyediakan makanan dan minuman di pesawat, memenuhi

kebutuhan para penumpang, meminta penumpang mema

eminta mereka mengikuti prosedur keamanan pesawat

(Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, 2001).

  Sofie Riantini, pramugari Singapore Airlines (dalam Kompas, 2002),

mengungkapkan bahwa keberanian dan rasa percaya diri adalah hal mutlak

yang harus dimiliki pramugari. Dalam kondisi sesungguhnya, pramugari

harus mampu memimpin penyelamatan, mampu bekerjasama mengatasi

keadaan, dan menjaga agar penumpang tidak panik. Laura Lazarus,

pramugari Lion Air (dalam Kedaulatan Rakyat, 2007), mengungkapkan

bahwa pramugari harus selalu berusaha tenang walaupun memiliki perasaan

khawatir. Hal serupa diungkapkan oleh Heda Hadijah, pramugari Garuda

Indonesia yang mengungkapkan bahwa meskipun mengalami cuaca yang

sangat buruk, pramugari tidak boleh menampakkan wajah kepanikan di

depan para penumpang. Sri Utami juga mengungkapkan bahwa pramugari

harus mendahulukan keselamatan penumpang sehingga pramugari tidak

boleh mendahului menyelamatkan diri sebelum menyelamatkan semua

penumpang. Pramugari bertugas membantu penumpang untuk bisa segera

menyelamatkan diri, misalnya dengan membantu membuka sabuk

pengaman. Jika terjadi keadaan darurat, maka pramugari harus mampu

memberikan rasa tenang dan nyaman pada penumpang (dalam Kedaulatan

Rakyat, 2007).

  Seorang pramugari harus terlebih dahulu menjalani pelatihan sebagai

awak penerbangan sebelum menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

  

Pada saat menjalani proses pelatihan tersebut, pramugari belum menjalankan

profesi mereka sesungguhnya. Oleh karena itu, mereka masih disebut

sebagai calon pramugari. Calon pramugari akan dipersiapkan untuk menjadi

seorang pramugari yang profesional. Mereka akan diberikan pelatihan yang

terdiri dari teori dan praktek. Pelatihan-pelatihan tersebut antara lain

pengenalan jenis-jenis makanan dan minuman yang disediakan selama

penerbangan dan bagaimana menyajikannya dengan ramah, latihan

menghadapi penumpang yang memiliki berbagai macam karakter serta

latihan evakuasi penumpang, baik di darat maupun di laut bila terjadi

kecelakaan. Setelah menempuh proses pelatihan, calon pramugari akan

bekerja pada sebuah maskapai penerbangan dan menjadi pramugari tetap

(Suwarno, 2001).

  Selama menempuh proses pelatihan, calon pramugari diharapkan

mengetahui dan memahami bahwa penerbangan merupakan salah satu

situasi yang memiliki risiko tinggi (Slovic, 2000). Kecelakaan pesawat

terbang selama penerbangan adalah situasi yang tidak dapat dihindari.

  

Risiko kecelakaan pesawat terbang merupakan permasalahan yang akan

dihadapi oleh setiap calon pramugari. Calon pramugari akan memiliki

penilaian tertentu terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pesawat

terbang. Penilaian tersebut terkait dengan bagaimana calon pramugari

mempersepsikan obyek atau kejadian yang dialaminya (Blake, 1999).

  

Persepsi terhadap risiko kecelakaan pesawat terbang diartikan sebagai suatu

penilaian terhadap adanya bahaya dari kecelakaan pesawat yang dapat

mengancam keamanan individu (Johnston, 2000). Persepsi risiko ini erat

kaitannya dengan kondisi internal dan eksternal masing-masing individu.

  

Kondisi internal berkaitan dengan pengalaman, perasaan, motivasi dan

pengetahuan tentang risiko. Kondisi eksternal berkaitan dengan bagaimana

lingkungan berpotensi memiliki risiko.

  Individu, khususnya calon pramugari, yang memikirkan risiko

kecelakaan pesawat yang mungkin terjadi selama penerbangan akan merasa

tertekan (Reisinger & Mavondo, 2005). Risiko tersebut berpotensi

menimbulkan kecemasan pada calon pramugari. Hal ini sejalan dengan

Johnston (1971 dalam Widyastuti, 2005), yang mengungkapkan bahwa

adanya ancaman, hambatan atau perasaan tertekan dari situasi yang tidak

diinginkan dapat menimbulkan kecemasan.

  Kecemasan dapat terjadi karena individu kurang siap menghadapi

ancaman (Freud, dalam Daradjat, 1996). Oleh karena itu, kecemasan calon

pramugari dapat dikendalikan apabila calon pramugari tersebut telah

menyiapkan diri. Bentuk kesiapan diri yang dapat dilakukan adalah

mengembangkan sikap pasrah dan menerima kenyataan. Kenyataan yang

harus dihadapi oleh calon pramugari adalah adanya risiko kecelakaan

pesawat terbang dalam setiap penerbangan. Kematian merupakan salah satu

risiko yang dapat terjadi dalam kecelakaan tersebut. Salah satu cara untuk menghadapi kematian yang dapat terjadi tanpa diduga adalah dengan meningkatkan spiritualitas.

  Spiritualitas adalah pengalaman individu yang bersifat pribadi dalam hubungannya dengan kekuatan tertinggi (Sasmita, 2006). Spiritualitas juga merupakan kepercayaan bahwa kekuatan tertinggi mempengaruhi peristiwa- peristiwa dalam hidup (McNally, 2004). Individu yang matang secara spiritual diharapkan dapat mengendalikan diri sehingga akan lebih siap menghadapi risiko apapun dalam hidupnya (Hick, dalam http.

  //www.scribd). Dengan demikian, walaupun individu memiliki persepsi yang tinggi terhadap kemungkinan mengalami kecelakaan pesawat terbang namun memiliki spiritualitas yang tinggi, maka kecemasannya diharapkan rendah.

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melihat apakah persepsi risiko memiliki hubungan dengan kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui apakah spiritualitas dapat menjadi moderator dalam hubungan antara persepsi risiko dan kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang pada calon pramugari.

A. RUMUSAN MASALAH

  Rumusan masalah yang mendasari penelitian ini adalah :

  1. Apakah ada hubungan antara persepsi risiko dan kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang pada calon pramugari?

  2. Apakah spiritualitas berperan sebagai moderator terhadap persepsi risiko dan kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang pada calon pramugari?

B. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :

1. Mengetahui hubungan antara persepsi risiko dan kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang pada calon pramugari.

  2. Mengetahui peran spiritualitas sebagai moderator dalam hubungan antara persepsi risiko dan kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang pada calon pramugari.

C. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi perkembangan ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Kepribadian dan Kesehatan Mental tentang hubungan antara persepsi risiko dan kecemasan calon pramugari dalam menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang.

  2. Manfaat Praktis Pada penelitian ini, spiritualitas diharapkan dapat diperlihatkan menjadi moderator antara persepsi risiko dan kecemasan menghadapi risiko kecelakaan pesawat terbang pada calon pramugari.

  

B A B II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka ini akan menyajikan ubahan penelitan, subyek penelitian

serta hubungan antara ubahan penelitian pada subyek penelitian. Ubahan

penelitian ini adalah persepsi risiko, kecemasan menghadapi kecelakaan pesawat

terbang dan spiritualitas. Subyek penelitian adalah calon pramugari.

A. PERSEPSI RISIKO

  1. Pengertian Risiko Slovic (2002) mengungkapkan risiko sebagai suatu bahaya, kemungkinan, konsekuensi dan ancaman. Risiko berkaitan dengan kemungkinan suatu hasil yang berbeda dengan yang diharapkan.

  Risiko diasosiasikan dengan adanya kemungkinan kehilangan, baik pada masa kini maupun masa yang akan datang (Wikipedia, 2001). Risiko mengindindikasikan adanya bahaya, kecelakaan atau perubahan yang tidak menyenangkan (Macquarie, 1999 dalam Reisinger & Mavondo, 2005).

  Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko merupakan ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu baik pada masa kini maupun masa yang akan datang, yang bila terjadi akan mengakibatkan kerugian. Risiko berkaitan dengan kemungkinan kehilangan atau kerugian yang dapat terjadi selama periode waktu tertentu.

  2. Jenis-jenis Risiko Menurut Darmawi, dkk (2000), risiko dapat dibedakan dengan berbagai macam cara, antara lain :

  a. Menurut sifatnya 1). Risiko Murni (risiko yang tidak disengaja) Merupakan risiko yang apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa disegaja, misalnya kebakaran, bencana alam atau pencurian. 2). Risiko Spekulatif (risiko yang disengaja) Merupakan risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan agar memberikan keuntungan, misalnya risiko

produksi atau risiko moneter (kurs valuta asing).

  3). Risiko Fundamental Merupakan risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita banyak orang, misalnya kebakaran atau bencana alam.

  4). Risiko Khusus Merupakan risiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, misalnya kapal kandas, pesawat jatuh atau tabrakan mobil.

  5). Risiko Dinamis Merupakan risiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan (dinamika) masyarakat di bidang ekonomi, ilmu dan teknologi, misanya risiko penerbangan luar angkasa.

  Kebalikannya disebut Risiko Statis, seperti risiko hari tua atau risiko kematian.

  b. Menurut sumber atau penyebab timbulnya 1). Risiko Intern Merupakan risiko yang berasal dari dalam, misalnya kebakaran yang berasal dari rumah si tertanggung sendiri.

  2). Risiko Ekstern Merupakan risiko yang berasal dari luar, misalnya bencana alam, pencurian atau perampokan.

  3. Pengertian Persepsi Risiko Berdasarkan beberapa literatur, kata dalam Bahasa Inggris yang banyak digunakan untuk menjelaskan persepsi risiko adalah perceived risk atau risk of perception. Menurut Lindell (1994, dalam Paton, et.al, 2000), persepsi terhadap risiko diartikan sebagai suatu penilaian terhadap bahaya yang mengancam keamanan pribadi. Haddock (dalam Reisinger & Mavondo, 2005) mengungkapkan bahwa persepsi risiko merupakan situasi yang spesifik karena sangat tergantung oleh masing- masing individu. Suatu peristiwa akan dipersepsikan memiliki risiko oleh seseorang, akan tetapi tidak demikian pada orang lain (Foust, 2006). Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Aiken et.al (2001 dalam Kershaw, et.al, 2003), bahwa perbedaan persepsi risiko bagi tiap individu dipengaruhi oleh faktor kognitif dan situasi.

  Persepsi risiko dibedakan menjadi tinggi, sedang dan rendah (Kershaw, et.al, 2003). Persepsi risiko yang tinggi berarti individu mempersepsikan dirinya pada situasi yang berisiko. Sebaliknya, persepsi risiko yang rendah menandakan bahwa individu mempersepsikan dirinya pada situasi yang tidak berisiko.

  Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi risiko merupakan penilaian individu terhadap bahaya yang dapat mengancam dirinya. Persepsi risiko bersifat subyektif, yang artinya tergantung oleh masing-masing individu. Setiap individu akan mempersepsikan risiko dalam level tinggi, sedang dan rendah.

  4. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Risiko Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi risiko dirangkum oleh peneliti berdasarkan faktor yang mempengaruhi persepsi, yang dikemukakan oleh Walgito (1990) serta faktor yang mempengaruhi persepsi risiko, yang dikemukakan oleh Kershaw, et.al (2003). Faktor-

faktor yang mempengaruhi persepsi risiko adalah sebagai berikut : a. Faktor internal Faktor ini berkaitan dengan apa yang ada dalam diri individu yang dapat mempengaruhi ketika melakukan persepsi terhadap risiko. Keadaan tersebut datang dari dua sumber, yaitu berkaitan dengan fisiologis dan psikologis. Apabila sistem fisiologisnya terganggu, maka individu akan mengalami hambatan dalam melakukan persepsi. Sedangkan segi psikologis berkaitan dengan pengalaman, perasaan serta motivasi. Selain itu, kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang risiko, juga dapat mempengaruhi individu. Individu yang kurang memiliki pengetahuan tentang risiko cenderung akan memiliki persepsi risiko yang tinggi. Sebaliknya, individu yang cukup memiliki pengetahuan tentang risiko cenderung akan memiliki persepsi risiko yang rendah.

b. Faktor eksternal Faktor eksternal terdiri dari stimulus dan lingkungan.

  Kejelasan stimulus dan lingkungan yang menampakkan gejala risiko akan mempengaruhi persepsi individu terhadap risiko tersebut.

B. RISIKO KECELAKAAN PESAWAT TERBANG

  1. Pesawat Terbang Pesawat terbang atau pesawat udara adalah mesin atau kendaraan apapun yang mampu terbang di udara. Pesawat terbang terdiri dari pesawat terbang yang lebih berat dari udara dan yang lebih ringan dari udara. Pesawat terbang yang lebih berat dari udara diterbangkan pertama kali oleh Orville Wright dan Wilbur Wright (Wright bersaudara) dengan menggunakan pesawat rancangan sendiri yang dinamakan Flyer yang diluncurkan pada tahun 1903 di Amerika Serikat (Wikipedia, 2001).

  Pesawat terbang yang lebih berat dari udara disebut aerodin. Yang termasuk dalam kategori ini adalah helikopter, girokopter dan pesawat bersayap tetap. Pesawat jenis ini umumnya menggunakan mesin pembakaran yang berupa mesin piston, mesin turbin atau glider. Pesawat terbang yang lebih ringan dari udara disebut aerostat. Yang termasuk dalam kategori ini adalah balon dan kapal udara. Pesawat jenis ini umumnya menggunakan gas seperti helium, hidrogen atau udara panas.

  2. Kecelakaan Pesawat Terbang Dilihat dari fase terbang, kecelakaan pesawat paling sering terjadi pada saat landing (51%). Kecelakaan pesawat juga dapat terjadi pada saat take off (20%) (Setiawan, dalam Pikiran Rakyat, 2003). Hal tersebut terjadi karena kegagalan fungsi mesin, misalnya kerusakan pada komponen mesin itu sendiri, kerusakan pada daerah di dekat mesin yang berimbas pada mesin, kebocoran dan terbakarnya tanki bahan bakar, kerusakan sistem kontrol pesawat atau kesalahan manusia (Indartono, dalam ecelakaan pesawat juga dapat terjadi selama cruise (terbang jelajah) dan pada

saat menanjak atau menurun (Yudhanto, dalam

  Menurut FKPI (Federasi Keselamatan Penerbangan Internasional), penyebab kecelakaan penerbangan ada tiga, yaitu faktor cuaca (13,2%), pesawat terbang yang digunakan (27,1%), dan manusia (66,7%). Pendapat serupa diungkapkan oleh Bachnas (dalam Kedaulatan Rakyat, 2007) yang mengungkapkan bahwa kecelakaan pesawat terbang diakibatkan oleh faktor alat angkut, sarana dan prasana, cuaca dan kesalahan manusia. Yudhanto (dalam enyebutkan bahwa kecelakaan pesawat disebabkan oleh kesalahan pilot (37%), hilang (33%), kegagalan mekanik (13%), cuaca (7%), sabotase (5%), kesalahan manusia lainnya (4%) dan sebab lain (1%).

  

Faktor cuaca yang mempengaruhi penerbangan, antara lain berubahnya arah dan kecepatan angin baik dalam arah horizontal dan atau vertikal yang tiba-tiba, angin kencang, rendahnya jarak pandang mendatar dan awan gelap. Faktor pesawat itu sendiri biasanya disebabkan oleh keadaan mesin, bahan bakar pesawat dan usia pesawat. Faktor manusia lebih disebabkan oleh kondisi penerbang secara jasmani dan rohani. Faktor lainnya berkaitan dengan kondisi bandar udara, peraturan dan kebijakan penerbangan, misi dan tujuan penerbangan, manajemen personal, moneter dari perusahaan penerbangan atau jumlah muatan selama penerbangan.

  3. Risiko Kecelakaan Pesawat Terbang Risiko kecelakaan pesawat terbang merupakan bahaya atau kecelakaan yang mungkin terjadi selama penerbangan (Setiawan, dalam Pikiran Rakyat, 2004). Menurut Setiawan (dalam kecelakaan pesawat yang terjadi adalah : a. Meledak di udara Pesawat terbang yang meledak di udara tidak hanya disebabkan oleh bom. Namun, dapat disebabkan oleh percikan

api yang mengakibatkan meledaknya tangki bahan bakar.

  b. Terbelah di udara Beberapa kejadian pesawat terbang terbelah di udara disebabkan oleh terjadinya korosi dan kelelahan logam, yang disertai dengan perawatan dan perbaikan retakan yang tidak tepat. c. Semua mesin mati Pesawat terbang didesain dengan dua mesin sehingga tetap mampu terbang meskipun salah satu mesinnya mati. Apabila kedua mesin mati, pesawat masih akan mampu terbang melayang dengan terkendali sampai jarak tertentu. Namun, sistem kendali

terbang akan terganggu apabila sistem hidroliknya terganggu.

  d. Mesin jatuh di udara Kerusakan mesin di bagian pesawat dapat mengakibatkan terlepasnya mesin tersebut. Akibatnya, pesawat akan kehilangan kendali.

  e. Malfungsi sistem pesawat Kondisi ini dapat terjadi karena sistem dalam pesawat tidak berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya alat pengatur tekanan udara yang macet dapat menyebabkan semua penumpang kekurangan udara.

  f. Tabrakan di udara Tabarakan di udara antara dua pesawat disebabkan karena pesawat tidak dilengkapi sistem peringatan pencegah tabarakan.