Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PERILAKU PROSOSIAL PENDONOR DARAH

  Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh : Nama : Devy Tumembouw NIM : 02 9114 035

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  MOTTO “Si Buta yang Bermata Hati”

  Rahayune Urip Rahayune uripira ana sanga: Kaping pisan, lumuh mlarat ing karsane. Kaping pindho, nampa lakon ingkang prihatin. Kaping telu, andhap asor ing atine. Kaping papat, ngorong marang kabeneran. Kaping lima, welas asih ing wong liya. Kaping nenem, ati resik ora lamis. Kaping pitu, dhemen rukun marang tangga. Kaping wolu, merga bener wani rekasa. Kaping sanga, pasrah Gusti yen diwada. Sabda Dalem Gusti iku mau lakonana Bungah rena ganjaranmu swarga ndonya.

  Kupersembahkan karya ini untuk: Ad Maiorem Dei Gloriam (Alm.) Oma Elisabeth T. Erry (Alm.) Papa M. L. Tumembouw dan Mama Tercinta Adikku Sherina Tumembouw Mama Olha Waworuntu Tiara Panji Suhatno Pendonor yang budiman.

  

ABSTRAK

D. Tumembouw( 2007).Studi Deskriptif Tentang Perilaku Prososial Pendonor Darah. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat perilaku prososial pendonor

darah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu suatu penelitian yang

dirancang untuk memperoleh informasi segai status gejala pada saat penelitian yang

dilakukan dengan cara melakukan survey. Survey pada penelitian ini dilakukan

dengan cara menyebarkan skala perilaku prososial pendonor darah. Data yang

diperoleh dari skala perilaku prososial pendonor darah kemudian diolah dengan

menggunakan program SPSS for windows versi 12.00.Sampel dalam penelitian ini

meliputi pendonor sukarela dan pengganti yang mendonorkan darah lewat PMI

Cabang Kota Yogyakarta. Jumlah subjek penelitian ini sebanyak 168 orang yang

terbagi menjadi 30 orang subjek untuk uji coba penelitian dan 138 orang subjek untuk

penelitian. Hasil penelitian menunjukan (1) berdasarkan pengkategorisasian

menunjukan pendonor darah memiliki tingkat perilaku prososial secara umum yang

tinggi (170,92). Bila dikategorisasikan menjadi sebanyak 30 pendonor (21,73%)yang

tinggi dan sangat tinggi sebanyak 108 pendonor (78,26%); kemudian (2) aspek yang

menonjol dari perilaku prososial pendonor darah yang tampak adalah aspek menolong

dengan rerata nilai empiris 28,78.(3) Pada variable usia menunjukan usia pendonor

antara 18 sampai dengan 61 tahun. Persentase paling banyak terdapat pada usia 20-30

tahun.(4) Hasil pengujian variable jenis kelamin pria tercatat 115 orang atau 83,3%

sedangkan wanita tercatat 23 orang atau 16,7% dari total responden..(5) Beberapa

jenis pekerjaan dari pendonor yaitu pegawai swasta tercatat 54 orang atau 39,1% dari

total responden, sedangkan pegawai negeri tercatat 5 orang atau 5,6% dari total

responden. Pada pendonor yang bekerja sebagai wiraswasta tercatat sebasar 7 orang

atau 5,1% dari total responden. Tercatat juga pendonor yang berstatus sebagai pelajar

atau mahasiswa sebesar 59 orang atau 42,8% dari total responden sedangkan tercatat

13 orang atau 9,4% yang termasuk dalam kategori lain-lain.

  

ABSTRACT

D. Tumembouw ( 2007). Yogyakarta :Descriptive Study about Blood Donor Prosocial Behaviour. Psychology Faculty Sanata Dharma University.

  

The purposes of the research were to understand the prosocial behaviour of blood

donor. It also to found out the prosocial behaviour levels and the aspect that caused

prosocial behaviour of blood donor.

The type of this research was the descriptive-quantitative research which was the

research that designed to gathered an information about the status of symptoms when

the research started by doing survey. The survey in this research were began with

spreading the prosocial behaviour scale to the blood donor at PMI Yogyakarta. The

information were checked by using computer program called SPSS for windows

12.00. The sample of these research included the routine blood donor voluntary and

changable blood donor with total respondents is 168. the details is 3 blood donor

subject for try-out research and 138 blood donor subject for research.

The result of this research indicated that (1) in general the prososial behaviour of

blood donor were high (170,92). The category were 30 blood donor were high

(21,73%) and 108 blood donor were very high (78,26%). (2) the dominant aspect that

could caused prososcial behaviour were helping aspect 28,78. (3) The range of age

variable between 18 to 61 years old.(4) Sex variable there were 115 men blood donor

(83,3%) and 23 women blood donor (16,7%). (5) The high status of blood donor job

there were 54 or 39,1% of total responden working in non-govermental job and also

student status there were 59 blood donor or 42,8% of total respondent.

  

KATA PENGANTAR

Satu langkah lagi terlewati dari perjalanan hidup di bidang akademisku.

  

Selama 5 tahun itulah penulis telah mendalami ilmu Psikologi pada Universitas

Sanata Dharma. Pada kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan Sembah Nuwun

Engkang Gusti Sing Maha Kuasa karena telah melimpahkan berkah kalian rahmat

engkang kawulo sehingga penulis mampu menyelesaikan perjalanan akademis ini

dalam bentuk skripsi.

  Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan matur nuwun

sanget kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun

materi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima

kasih ini khususnya penulis sampaikan kepada :

  

1. P. Eddy Suhartanto, S. Psi, M. Si., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma serta Dosen Pembimbing yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan telah banyak memberikan masukan, meluangkan waktu untuk konsultasi dan mendenganrkan keluh-kesah penulis selama penyusunan skripsi ini .

  

2. Dr. A. Supratiknya, dengan segala keterbatasannya masih mau meluangkan waktu

menawarkan nilai-nilai kerendahan hati saat mendampingi penulis dalam proses awal penyusunan skripsi.

  

3. Ibu Titik Kristiani, S. Psi, Bapak C. Adi Wijaya, S.Psi. dan Ibu Tanti Arini S. Psi.,

Psi, selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas bimbingan yang telah diberikan selama saya menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  

4. Mas Gandung, Mbak Nanik dan Pak Giyono di sekretariat psikologi Universitas

Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran proses studi dan skripsi. Mas Muji dan Mas Doni di Lab. Fakultas Psikologi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan praktikum-praktikum.

  

5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Bapak dan Ibu Dosen sekalian telah memberikan yang terbaik bagi penulis lewat ilmu dan pengalaman hidup.

  

6. Robertus Pabiban, rekan yang mendampingi penulis selama penyusunan skripsi.

  Terima kasih atas segala dialog-dialog yang muncul karena kebodohan penulis. Cyrillus Hary kamu harus menjadi yang berikutnya, ya. Juga teman-teman 2002 lainnya.

  

7. Perkampungan Sosial Pingit dan komunitas Kolsani, yang dari tempat itu

ditemukan oase kehidupan, tawa, ceria, tangis, dari keluarga dan anak-anak.

  Lewat-mulah aku merindukan keutuhan keluarga, tempat aku menemukan keheningan malam, merasakan perkembangan jalan hidup. (Alm.) Bapak Glempo yang menemani malam panjang dengan bau anggur. Juga rekan relawan yang masih dalam perjiarahan.

  

8. Dr. Titien Budhiaty sebagai wakil kepala unit transfusi darah Palang Merah Kota

Yogyakarta. Perhatian dan keprihatinan anda sungguh mendalam atas nama kemanusiaan, dokter mengabdikan diri demi darah untuk kehidupan.

  

9. Keluarga Kemuning 3 No.13, tempat pelarian saat rasa kehilangan dan ancaman

datang bertubi-tubi. Saat saudara akan hidup dengan uang, tapi dari tempat inilah rasa persaudaraan tumbuh atas dasar kasih mendalam.

  

10. Bapak Tukimin dan keluarga, yang menunjukan ketulusan seorang bapak saat

anak-anak yang bebal, tak tahu diri menyalah gunakan kepercayaannya. Bapak matur nuwun atas segala pengertian dan kesederhanaan yang telah kau tampakan sebagai kepala keluarga. Juga para penghuni yang memberikan nuansa serasa omah dhewe di Krodan.

  Akhir kata penulis menyadari bahwa hasil karya ini belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis menerima saran

dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap agar karya

ini dapat bermanfaat bagi siapa saja.

  Yogyakarta, … Oktober 2007

Penulis

Devy Tumembouw

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..i

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………….…...ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………iii

HALAMAN MOTTO……………………………………………………….iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….….v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………….vi

ABSTRAK……………………………………………………………….…vii

ABSTRACT……………………………………………………………….viii

KATA PENGANTAR……………………………………………………....ix

DAFTAR ISI……………………………………………………………….xii

DAFTAR TABEL……………………………………………………….....xv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………xvi

  

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..1 B. Perumusan Masalah……………………………………………… 3 C. Tujuan Penelitian………………………………………………… 4 D. Manfaat Penelitian………………………………………………...4

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………...5

A. Donor Darah ……………………………………………………...5

  1. Pengertian Pendonor Darah…………………………………...5

  2. Jenis Donor Darah………………..…………………………..5

  3. Identifikasi Donor Tidak Cocok………………….…………..7

  4. Syarat-Syarat Pendonor Darah.…………………………….....8

  D. Subyek Penelitian…………..……………………………………..23

  

BAB IV PELAKSANAAN & HASIL PENELITIAN…………………..33

A. Persiapan Penelitian……………………………………………...33

  G. Metode dan Teknik Analisis Data………………………………..29

  3. Reliabilitas…………………………………………………..28

  2. Uji Kesahihan Butir Item…………………………………....28

  1. Validitas……………………………………………………..27

  F. Validitas dan Reliabilitas………………………………………….27

  1. Skala Perilaku Prososial.……………………………………...24

  E. Metode dan Alat Pengumpulan Data……………………………..23

  1. Perilaku Prososial..……………………………………………22

  5. Manfaat Donor Darah…………………………………………9

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………...21

A. Jenis Penelitian……………………………………………………21 B. Identifikasi Variabel Penelitian…………………………………...21 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian…………………………21

  D. Pertanyaan Penelitian .…………………………………………....20

  C. Perilaku Prososial Donor Pendonor Darah.……………………....18

  4. Perkembangan Perilaku Prososial ……………………. …….17

  3. Aspek-Aspek Perilaku Prososial..……………………………16

  2. Faktor-faktor Perilaku Prososial …………………..…………12

  1. Pengertian Perilaku Prososial ………………………………..10

  B. Perilaku Prososial….……………………………………………...10

  1. Orientasi Kancah……………………………………………..33

  2. PelaksanaanUji Coba Penelitian……………………………...36

  3. Hasil Uji Coba Skala Penelitian……………………………...37

  B. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………....39

  C. Deskripsi Data Penelitian………………………………………....39

  D. Analisis data………………………………………………………40

  E. Pembahasan ………………………………………………………44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………48 A. Kesimpulan……………………………………………………….48 B. Saran………………………………………………………………49

  1. Bagi Unit Transfusi Darah PMI cabang Yogyakarta………..49

  2. Bagi ilmu psikologi………………………………………….49

  3. Bagi peneliti selanjutnya…………………………………….49

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 50

LAMPIRAN……………………………………………………………….. 52

  DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Perilaku Prososial Donor Darah ………………26

Tabel 2. Norma Kategorisasi perilaku Prososial………… ………………31

Tabel 3. Kategorisasi Perilaku Prososial ………………………………...32

Tabel 4. Laporan Jumlah Donor Darah Per Tahun……….……………….36

Tabel 5. Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Prososial Donor Darah......38

Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian………………………………………..40

Tabel 7. Norma kategori Skor Perilku Prososial ……….. ………………40

Tabel 8. Kategori Skor Perilaku Prososial …………… … ………………41

Tabel 9. Presentase Kategori Skor Perilaku Prososial …….……………...41

Tabel 10. Deskripsi Aspek-Aspek Perilaku Prososial ……………………..42

Tabel 11. Deskripsi Variabel Jenis Kelamin ................................................43

Tabel 12. Deskripsi Variabel Jenis Pekerjaan ..............................................44

DAFTAR LAMPIRAN

  A. Instrumen Penelitian A.1 Skala Perilaku Prososial Pendonor Darah Sebelum Uji Coba (Try out)…………………………………55 A.2 Skala Perilaku Prososial Pendonor Darah Setelah Uji Coba (Setelah Try Out)………………………….56

  B. Validitas dan Reliabilitas B.2 Skala Perilaku Prososial …………….……………………….56

C. Deskripsi Data Penelitian…………………………………………62

  

D. Data Skor Item Try-Out dan Penelitian ………………………….72

  

E. Surat Ijin dan Surat Keterangan Penelitian……………………….109

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan sumber salah satu aset bernilai yang dimiliki sebuah negara. Konsekuensinya semua komponen baik pemerintah maupun individu sebagai warga

  

negara harus menjaga persediaan darah (Androulaki, 2005). Dalam hal ini perilaku

donor darah pendonor menjadi suatu yang penting guna tercapainya pemenuhan

kebutuhan akan darah.

  Donor darah itu dipahami sebagai salah satu bentuk perilaku prososial (Taylor,

Peplau, Sears, 2000). Perilaku ini sangat berkaitan dengan kemampuan diri individu

sebagai pendorongnya. Selain itu pendonor darah secara sukarela telah terbukti lebih

aman bagi pengguna dan layak untuk memenuhi persediaan kebutuhan darah di suatu

negara (Montoya dalam Androulaki, Z., Merkouris, A., Touras C., Androulakis M.

2005).

  Perilaku prososial dapat diartikan sebagai tindakan menolong atau tindakan

yang terencana dari individu untuk menolong individu lain, tanpa disertai adanya

harapan akan suatu penghargaan (Batson dalam Taylor, Peplau, Sears, 2000) Palang Merah Indonesia Cabang Yogyakarta secara khusus memberi perhatian

pada pendonor dalam rangka pemenuhan kebutuhan darah. Pendonor sukarela, dalam

pengertian individu yang memberikan darah, plasma atau komponen darah lainnya

atas kerelaan, diberi perhatian dalam bentuk penghargaan oleh pihak Palang Merah

Indonesia (Pedoman dan Pelayanan Transfusi Darah, 2001).

  Tampak angka kebutuhan darah (Harian Kompas, 6 Mei 2006), di kota

Yogyakarta sangat tinggi, setiap bulan diperkirakan kebutuhan rerata 3000-3500

kantong darah. Kebutuhan darah sebanyak itu dipenuhi separuhnya oleh pendonor.

Kebutuhan darah semakin tampak saat kota Yogyakarta terjangkit wabah demam

berdarah (Harian Kompas, 1 Maret 2006) yang kemudian ditetapkan sebagai Kejadian

Luar Biasa (KLB). Banyak individu dalam masyarakat yang menderita demam

berdarah dengue atau DBD membutuhkan darah trombosit. Pemenuhan kebutuhan

akan darah mau tidak mau hanya dipenuhi oleh pendonor.

  Di tingkat nasional (Palang Merah Indonesia, 2006) kebutuhan akan darah

mencapai 4 juta kantong per tahun, sementara jumlah darah yang terkumpul dari

pendonor sukarela sekitar 1,2 juta kantong per tahun. Enam hingga sepuluh orang

Indonesia yang mendonorkan darah setiap 1000 penduduk. Angka itu walau dibilang

sedikit tetapi menunjukan masih adanya individu yang mau menjadi pendonor darah.

  Di negara-negara Asia seperti Singapura, ada 24 pendonor sukarela per 1000

jiwa, dan di Jepang ada 68 pendonor darah per 1000 orang. Di negara maju seperti

USA berdasarkan penelitian (Boulware, dalam Androulaki, Z., Merkouris, A., Touras

C., Androulakis M., 2005), ditemukan angka persentasi yang sangat tinggi (59%) dari populasi pendonor.

  Partisipasi pendonor juga terbuka tanpa memandang perbedaan jenis kelamin.

Partisipasi itu ditunjukan dengan adanya perempuan, walau bisa dikatakan lebih

rendah dibanding laki-laki, tapi tetap saja ada yang menjadi pendonor. Dalam sebuah

penelitian (Paliavin dan Callero dalam Taylor, Peplau, Sears, 2000) menunjukan

bahwa pendonor biasanya mendonorkan darah kepada teman atau keluarga. Artinya

dalam keterbatasan lingkup terkecil pun masih ada saja pendonor.

  Perlu dibanggakan bila melihat kegunaan darah yang disumbangkan pendonor

(Palang Merah Indonesia, 2006), satu kantong darah yang didonorkan mempunyai

kegunaan bagi lebih dari satu pasien/individu lain. Kegunaan itu tampak pada, satu

kantong darah dapat lengkap (whole blood) dapat dipisahkan menjadi tiga bagian

yang punya masing-masing kegunaan. Pertama, satu kantong Trombosit Pekat

(Trombocyte Concentrate), dapat dipergunakan untuk pasien demam berdarah.

  

Kedua, satu kantong Plasma, misal untuk pasien dengan luka bakar yang luas.

Ketiga, satu kantong Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Cells), misal untuk pasien

Anemia dan pendarahan.

  Berangkat dari pendonor sebagai sumber pemenuhan kebutuhan akan darah

dalam masyakarat, maka akan menjadi bermanfaat saat ada penjalasan deskriptif

tentang perilaku prososial pendonor itu. Seberapa tinggi perilaku prososial yang

dilakukan oleh pendonor. Hal ini diharapkan mampu menjadi acuan untuk

memotivasi masyarakat untuk berpatisipasi aktif untuk menjadi perndonor darah.

  Oleh karena itu penelitian tentang deskripsi perilaku prososial pendonor darah

dapat dilihat sebagai suatu kebutuhan yang relevan untuk memberikan gambaran

bagaimana sebenarnya tingkat perilaku prososial. Penelitian ini sesungguhnya akan

melihat tingkatan perilaku prososial pendonor darah.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latarbelakang peneliti merumuskan permasalah penelitian ini

menjadi bagaimana tingkat perilaku prososial pendonor darah? Apakah tingkatan

perilaku sosial itu tinggi, sedang atau rendah?

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui gambaran tentang tingkat perilaku prososial pendonor darah.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat berbagai pihak, baik

itu manfaat secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini

adalah: 1.

   Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah keragaman penelitian di bidang psikologi khususnya bidang psikologi sosial tentang perilaku prososial.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini bisa menjadi masukan untuk masyarakat agar termotivasi menjadi seorang pendonor.

  

b. Hasil penelitian ini bisa menjadi sumber informasi bagi masyarakat agar

mempunyai kepekaan untuk melakukan perilaku prososial khususnya donor darah pada individu lain.

  

c. Bagi peneliti yang berminat dengan topik psikologi sosial, maka penelitian ini

dapat dijadikan dasar atau acuan untuk pengembangan ke arah penelitian selanjutnya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Donor Darah 1. Pengertian Pendonor Darah Pengertian donor (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 1991) adalah

  

penderma; yang kemudian diberikan contoh dengan pendonor darah. Kemudian juga

dijelaskan bahwa pendonor adalah orang yang menyumbang darahnya untuk orang

lain yang memerlukannya.

2. Jenis Donor Darah

  Jenis donor darah pada dasarnya (Pedoman Pelayanan Tranfusi Darah, 2001) ada

tiga macam donor, yaitu : donor keluarga, atau donor pengganti; donor komersial; dan

donor sukarela.

a. Donor Keluarga atau Donor Pengganti

  Donor keluarga atau donor pengganti dimengerti sebagai pemenuhan kebutuhan

darah pasien dicukupi oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien. Biasanya,

keluarga pasien diminta untuk menyumbangkan darahnya.

  Ada dua bentuk cara mendonorkan darah seperti ini. Pertama, keluarga pasien

menyumbangkan darah dengan jumlah yang sama dengan yang diberikan kepada

kerabatnya. Darah ini ditambahkan pada persediaan UTD untuk kemudian

dipergunakan sesuai dengan kebutuhan darah. Donor tidak diberitahu identitas

penerima darahnya.

  Bentuk kedua dikenal dengan nama donasi khusus (directed donation), yaitu saat

donor secara khusus minta agar darahnya diberikan kepada pasien tertentu, mungkin

karena khawatir atas keamanan darah dari donor yang tidak diketahui. Namun

demikian, sumbangan khusus ini sangat tidak dianjurkan oleh WHO/GPA dan Badan

Keamanan Darah Dunia (Global Blood Safety Initiative). Dalam ketentuan “Target

Minimum Pelayanan Transfusi Darah” (Minimum Target for Blood Transfusion)

(WHO, 1989), secara jelas dinyatakan bahwa :

  “Sumbangan dari donor keluarga atau pengganti haruslah ditujukan kepada UTD dan tidak boleh “khusus ditujukan” kepada penerima tertentu. Perhatian ini Perlu dilaksanakan untuk menghindari adanya imbalan yang tersembunyi.

  ”

  b. Donor Komersial Donor komersial menerima uang atau hadiah (yang dapat ditukarkan dengan

uang) untuk darah yang telah disumbangkannya. Mereka seringkali menyumbangkan

darah secara teratur, mungkin telah memiliki kontrak dengan UTD untuk memberikan

darah berdasarkan upah yang telah disetujui. Cara lainnya, mereka menjual darah

kepada lebih dari satu UTD atau mendekati para keluarga pasien dan menjual jasa

mereka sebagai donor pengganti. Donor komersial biasanya termotivasi oleh hal yang

akan mereka terima untuk darah mereka, bukan untuk keinginan menolong individu

lain.

  c. Donor Sukarela Donor darah sukarela adalah individu yang memberikan darah, plasma atau

komponen darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau

bentuk pembayaran lainnya. Motivasi mereka yang utama adalah membantu penerima

darah yang tidak mereka kenal dan tidak untuk menerima suatu keuntungan.

  Hal-hal yang biasanya tidak dipandang sebagai pembayaran atau sebagian pengganti uang, ialah :

  

1) Tanda jasa atau penghargaan sederhana, seperti badge atau sertifikat, yang dinilai

tidak memiliki nilai komersial.

  

2) Penggantian biaya perjalanan yang secara khusus harus dilaksanakan dalam

rangka menyumbangkan darah.

  3) Pemberian makan ringan sebelum, selama atau setelah penyumbangan darah.

  3. Identifikasi Donor yang Tidak Cocok Pengidentifikasian donor adalah adalah sesuatu yang penting untuk mengetahui

alasan individu-individu tertentu tidak cocok sebagai pendonor. Hanya ini karena

darah mereka mungkin mendatangkan resiko kepada pasien yang menerimanya.

Faktor–faktor tersebut (Pelayanan Transfusi Darah, 2001) disebutkan antara lain:

  a. Status kesehatan dan gizi pendonor yang jelek Donasi darah oleh individu yang menderita kekurangan gizi atau masalah

kesehatan lainnya berbahaya terhadap kesehatan diri mereka dan terhadap

penerimanya. Ada kemungkinan mereka tidak memenuhi kriteria tertentu seperti

tingkat berat badan atau haemoglobin dan juga ada kemungkinan mereka akan

pingsan pada waktu penyadapan darah. Pada masyarakat yang terdapat tingkat

kekurangan gizi berat atau derajat kesahatan yang rendah banyak dijumpai calon

donor yang tidak memenuhi syarat.

  b. Donasi tidak sukarela Sumber darah yang ideal adalah donor sukarela. Donasi darah dari instansi seperti

tentara, polisi atau lembaga permasyarakatan, ada keraguan tidak adanya

kesukarelaan karena para pendonor mungkin telah diperintah untuk memberikan

darahnya. Khususnya di lembaga permasyarakatan, kemudahan yang diterima setelah

  

menyumbangkan darah mungkin merupakan insentif yang penting. Hal itu sebenarnya

menyimpang dari etika donasi darah sukarela yang sebenarnya. Namun demikian,

para individu dari lembaga semacam ini dapat diterima untuk mendonorkan darah

asalkan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Sering kali donor ini memiliki tanda-

tanda penyakit menular (infectious disease makers) yang tinggi dalam masyarakatnya.

Disamping itu, pelayanan transfusi darah memerlukan usaha untuk merekrut donor

darah sukarela yang memberikan darah mereka secara teratur.

c. Perilaku resiko donor darah

  Perilaku prososial tertentu sangat memungkinkan calon pendonor terpapar pada

resiko. Individu mungkin memperoleh infeksi, seperti HIV, yang kemudian dapat

ditularkan pada penerima darah. Beberapa perilaku beresiko antara lain : individu

memiliki partner hubungan seks lebih dari satu, pelacuran, homoseksulitas,

biseksualitas. Pemakaian obat dengan suntikan merupakan jalur langsung penularan

infeksi melalui darah (blood-borne infection). Beberapa perilaku rawan lainnya,

seperti pelukaan kulit, tatoo.

4. Syarat-Syarat Pendonor Darah

  Ada beberapa persyaratan individu untuk mendonor darah (PMI Kota Yogyakarta,

2006), yaitu umur 17-60 tahun; berat badan 45 kg atau lebih. Lalu juga kan dilihat

kadar haemoglobin 12,5/dl atau lebih. Beberapa syarat lainnya, yaitu tekanan

darah 100-180 atau 50-100 mmHg, nadi 50-100/menit teratur; tidak berpenyakit

jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit pendarahan, kejang, kanker,

dan penyakit kulit kronis.

  Ada syarat-syarat tertentu bagi perempuan yang ingin mendonorkan darah. Syarat

itu adalah tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita). Sedangkan bagi donor

  

tetap, penyumbangan 5x setahun ada ketentuan seperti kulit lengan donor sehat;

tidak menerima transfusi darah atau komponen darah 6 bulan terakhir; tidak

menderita penyakit infeksi, malaria, hepatitis, HIV/AIDS; bukan pencandu alkohol

atau narkoba; tidak mendapat imunisasi dalam 2-4 minggu terakhir dan tidak

demam; tidak digigit binatang yang menderita rabies dalam 1 tahun terakhir;

beritahu petugas bila makan aspirin dalam 3 hari terakhir.

5. Manfaat Donor Darah sebagai Bentuk Perilaku Prososial

  Manfaat donor darah sebagai bentuk perilaku prososial dapat dibagi menjadi dua

bagian. Pertama, manfaat pendonor bagi dirinya sendiri. Dan kedua manfaat darah

yang didonorkan bagi individu lain.

  a. Manfaat Donor bagi Diri Sendiri Berdasarkan sumber dari PMI cabang Yogyakarta menyebutkan bahwa tidak ada

manfaat langsung menjadi donor darah. Namun dengan mendonorkan darah secara

rutin setiap 3 bulan sekali, maka tubuh akan terpacu untuk memproduksi sel-sel darah

merah baru. Sedangkan fungsi sel-sel darah merah baru adalah untuk oksigenisasi dan

mengangkut sari-sari makanan. Selain itu kesehatan pendonor akan selalu terpantau

karena setiap kali donor dilakukan pemerikasaan kesehatan sederhana dan

pemeriksaan uji saring darah tehadap infeksi yang ditularkan lewat darah.

  b. Manfaat Darah yang Disumbangkan bagi Individu Lain Saat ini UTDC (Unit Transfusi Darah Cabang) Kota Yogyakarta sudah dapat

mengolah darah menjadi komponen-komponen darah. Dari 1 kantong darah lengkap

  (whole blood) dapat dipisahkan menjadi :

1) 1 kantong Trombosit Pekat (Trombocyte Concentrate), misal untuk pasien demam

berdarah.

  2) 1 kantong Plasma, misal untuk pasien dengan luka bakar yang luas.

3) 1 kantong Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Cells), misal untuk pasien Anemia

dan pendarahan.

  

4) Selain melihat manfaat itu dapat diperkirakan sisi prososial individu saat

menolong individu lain dengan mendonorkan darah. Misalkan usia individu saat ini 20 tahun. Kemudian individu secara rutin mendonorkan darah setiap 3 bulan sekali (1 tahun = 4x donor). Ketika individu berusia 45 tahun bila dihitung sudah menyumbangkan darah sebanyak 100 kantong. Padahal setiap kantong dapat dibagi menjadi 3 macam komponen darah. Artinya, individu dengan mendonorkan darah akan dapat menolong sebanyak 200-300 pasien.

B. Perilaku Prososial

1. Pengertian Perilaku Prososial

  Perilaku prososial pada dasarnya adalah juga suatu perilaku. perilaku dapat

dipahami sebagai reaksi yang bersifat sederhana ataupun kompleks. Reaksi ini

muncul dalam bentuk sebuah perbuatan atau aktivitas yang dapat dilihat secara nyata

(Chaplin, 1977).

  Pendapat lain (Icek Ajzen dan Martin Fishbein dalam Zanden, 1984), percaya

bahwa suatu perilaku terhadap suatu objek tertentu akan mempengaruhi semua pola

perilaku individu atas objek tersebut. Walaupun, perilaku individu itu tidak

memprediksikan secara spesifik suatu perilaku tertentu atas objek itu. Suatu perilaku

pasti berdasarkan atas suatu intensi tertentu (Ajzen dan Fishbein dalam Zanden,

1984). Pembentukan intensi itu menurut mereka mampunyai tiga faktor. Pertama,

perilaku tertentu dari individu dalam kehidupan yang dinilai mempunyai tingkat

  

kesenangan tinggi. Kedua, norma sosial yang menuntun suatu perilaku dalam suatu

situasi. Dan ketiga, motivasi individu yang menunjang tercapainya suatu tujuan.

  Perilaku prososial dapat diartikan sebagai tindakan menolong atau tindakan yang

terencana dari individu untuk menolong individu lain, tanpa disertai adanya harapan

akan suatu penghargaan (Batson dalam Taylor, Peplau, Sears, 2000). Hal serupa juga

terungkap (Staub dalam Widyastuti, 1990) bahwa perilaku prososial adalah suatu

perilaku yang dilakukan oleh individu, yang menguntungkan individu lain.

  Pengertian perilaku prososial (Wrightsman dan Raux, 1981) dikatakan juga

sebagai perilaku yang punya konsekuensi sosial. Perilaku itu akan ditujukan bagi

kesejahteraan individu lain, secara fisik maupun psikologis. Perilaku prososial itu bisa

diartikan juga sebagai perilaku yang lebih menguntungkan individu lain dibanding

diri individu sendiri. Ada pula yang berpendapat bahwa perilaku prososial (Baron dan

Byrne, 1994) adalah perilaku sukarela individu untuk menolong orang lain dan

perilaku yang dilakukan itu bukan karena adanya paksaan.

  Kemudian (William, 1981) ada uraian tentang perilaku prososial sebagai perilaku

individu yang berniat untuk mengubah resipien (penerima) yang kurang baik menjadi

lebih baik. Perubahan itu bisa dalam bentuk fisik ataupun psikologis.

  Pengertian perilaku prososial perlu dibedakan dengan pemahaman perilaku

altruisme. Memang terkadang perilaku prososial sering disamakan dengan perilaku

altruistik (Staub dalam Widyastuti, 1990). Ada yang berpendapat (William, 1981)

perilaku altruistik pastilah perilaku prososial, tapi belum tentu sebaliknya. Perilaku

prososial belum tentu perilaku altruistik.

  Berdasarkan kedua pemahaman itu dapat dilihat adanya perbedaan antar perilaku

altruistik dengan perilaku prososial. Perbedaan kedua perilaku itu ada pada motivasi

  

yang mendasari dan jenis penghargaan (reward) ataupun penguatan (reinforcement)

yang mengikuti perilaku tersebut.

  Pada perilaku altruistik pengorbanan diri (self-sacrificing) tanpa memperhatikan

kepentingan diri sendiri. Perilaku altruistik juga berarti tidak mengharapkan adanya