BAB II LANDASAN TEORI A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata - ANNISA ASPRILIANAWATI BAB II

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata Pada dasarnya pengembangan pariwisata adalah suatu proses yang

  berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus antara sisi supply dan demand kepariwisataan yang tersedia untuk mencapai misi yang telah ditentukan (Nuryanti, 1994). Sedangkan pengembangan potensi pariwisata mengandung makna upaya untuk lebih meningkatkan sumber daya yang dimiliki oleh suatu objek wisata dengan cara melakukkan pembangunan unsur-unsur fisik maupun nonfisik dari sistem pariwisata sehingga meningkatkan produktivitas.

  Potensi wisata menurut Mariotti dalam Yoeti (1983) adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Pengembangan kawasan wisata merupakan alternatif yang diharapkan mampu mendorong baik potensi ekonomi maupun upaya pelestarian. Pengembangan kawasan wisata dilakukan dengan menata kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati secara terpadu.

  Pada tahap berikutnya dikembangkan model pengelolaan kawasan wisata yang berorientasi pelestarian lingkungan (Ramly, 2007). Disamping itu untuk dapat melakukan pengembangan perlu memperhatikan berbagai aspek, suatu objek wisata yang akan dikembangkan harus memperhatikan syarat-syarat pengembangan daerah menjadi objek wisata yang dapat diandalkan, yaitu :

  5

  1. Seleksi terhadap potensi, hal ini dilakukan untuk memilih dan menentukan potensi objek wisata yang memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan dana yang ada.

  2. Evaluasi letak potensi terhadap wilayah, pekerjaan ini mempunyai latar belakang pemikiran tentang ada atau tidaknya pertentangan atau kesalahpahaman antar wilayah administrasi yang terkait.

  3. Pengukuran jarak antar potensi, pekerjaan ini untuk mendapatkan informasi tentang jarak antar potensi, sehingga perlu adanya peta agihan potensi objek wisata.

B. Objek Wisata

  Objek Wisata Guci adalah objek wisata unggulan yang mengandalkan potensi dan keunikan alam yang terletak di Kabupaten Tegal. Selain itu Objek Wisata Guci juga mengandung kegiatan wisata seperti rekreasi, pendidikan, penelitian, kebudayaan dan cinta alam (Dinas Pariwisata Kabupaten Tegal).

  Dalam Undang-undang No.9 tahun 1990 disebutkan bahwa objek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Kegiatan wisata biasanya merupakan kegiatan yang bisa memberikan respon yang menyenangkan dan dapat memberikan kepuasan. Oleh karena itu suatu objek wisata hendaknya dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga menimbulkan kesan yang mendalam. Sedangkan objek wisata menurut M. Ngafenan dalam bukunya karyono (1997:27) “kepariwisataan”, mengatakan bahwa objek wisata adalah segala objek yang dapat menimbulkan daya tarik bagi wisatawan untuk dapat mengunjunginya , misalnya keadaan alam, bangunan bersejarah, kebudayaan dan pusat-pusat rekreasi modern.

C. Pariwisata

  Pariwisata adalah kebutuhan manusia diseluruh dunia, sehinggga dengan meningkatnya kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa dalam bidang ekonomi, maka muncul sifat manusia untuk melakukan perjalanan untuk sementara meninggalkan rutinitas ditempat tinggal mereka untuk mencari keseimbangan, keserasian dan kebahagiaan hidupnya. (Gamal Suwantoro,1997).

  Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar (Dinas Pariwisata Kabupaten Tegal) .

  Pada hakikatnya berpariwsata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempata tinggal. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar (Gamal Suwantoro, 1997:3).

  Kon sep pariwisata mengandung kata kunci „perjalanan‟ (tour) yang dilakukan seseorang untuk melancong demi kesenangan untuk sementara waktu, bukan untuk menetap atau bekerja. Jika pada awalnya kegiatan melancong adalah untuk kesenangan belaka, kini kegiatan tersebut menjadi sesuatu yang harus direncanakan, dilaksanakan dan dinikmati secara serius, yang kemudian mengakibatkannya menjadi tidak lagi sederhana.

  Pariwisata adalah suatu gejala yang sangat kompleks di dalam masyarakat, yang oleh karena itu pariwisata kini berkembang menjadi suatu subjek pengetahuan yang pantas dibahas secara ilmiah. (I Gde.P dan I Ketut.S.D, 2009:3). Pariwisata itu, perjalanan untuk bersenang-senang, kalau tidak mencari kesenangan perjalanan itu tidak dapat disebut sebagai perjalanan wisata (Oka A.Yoeti, 2010:37). Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. (UUD No.9 Tahun 1990).

  Menurut (MacIntosh, 1995:55) dalam bukunya Oka Yoeti, Pariwisata adalah sejumlah gejala dan hubungan yang timbul, mulai dari interaksi antara wisatawan di satu pihak, perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan dan pemerintah serta masyarakat yang bertindak sebagai tuan rumah dlam proses menarik dan melayani wisatawan yang dimaksud. Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. (Gamal Suwantoro, 1997:3). Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun belajar.

D. Pengertian dan Pendekatan Geografi

  1. Pengertian Geografi Pengertian geografi menurut hasil SEMLOK di Semarang tahun 1988 adalah bahwa geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan. Menurut (Bintarto), ruang lingkup geografi dibagi menjadi dua, antara lain:

  a. Lingkup Fisikal, yang meliputi aspek topologi (letak, luas ,bentuk dan batas), aspek fisik (tanah, iklim, air), aspek biotis (manusia, hewan, tumbuhan).

  b. Lingkup Non Fisikal yang meliputi aspek sosial (tradisi, adat, kelompok, masyarakat), aspek ekonomi (perdagangan, industri, perkebunan, transportasi), aspek budaya (pendidikan, agama, dan budaya).

  c.

  Menurut DR.Nursid Suraatmadja (1988:77) dalam bukunya “Studi Geografi (Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan)”.

  2. Pendekatan Geografi Menurut Bintarto pendekatan geografi dibagi menjadi 3 yaitu :

  a. Pendekatan Keruangan Pendekatan keruangan merupakan metode pendekatan yang khas geografi. Pada pelaksanaan pendekatan keruangan pada studi geografi ini, harus tetap berdasarkan prinsip-prinsip geografi yang berlaku. Prisip-prinsip itu adalah prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi.

  Sedangkan yang termasuk pendekatan keruangan yaitu pendekatan topik, pendekatan aktivitas manusia dan pendekatan regional.

  b. Pendekatan Ekologi Geografi dan ekologi merupakan dua bidang ilmu yang berbeda satu sama lain. Geografi berkenaan dengan interelasi kehidupan manusia dengan faktor fisisnya yang membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region lainnya. Sedangkan ekologi, khususnya ekologi atau ekosistem. Prinsip dan konsep yang berlaku pada kedua bidang ilmu tersebut, berbeda satu sama lain. Tetapi karena ada kesamaan pada objek yang digarapnya, kedua ilmu tersebut pada pelaksanaan kerjanya dapat saling menunjang dan saling membantu. Pendekatan ekologi merupakan suatu metodologi untuk mendekati, menelaah dan menganalisa sesuatu gejala ata sesuatu masalah dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi.

  Organisme Air Hidup Atmosfer Litosfer

  

Gambar 2.1.Sistem Ekologi (Sumber Bintarto, 1987 :20)

E. Unsur-Unsur Pokok Pengembangan Pariwisata.

  Menurut Gamal Suwantoro, (1997). Dengan bukunya yang berjudul (Dasar-dasar Pariwisata). Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang dimiliki objek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan, antara lain :

  1. Kelayakan Finansial Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan untung-rugi sudah harus diperkirakan dari awal.

  2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara regional; dapat menciptakan lapangan kerja/berusaha, dapat meningkatkan penerimaan devisa, dapat meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain.

  3. Layak Lingkungan Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan Tuhannya.

F. Tinjauan Geografis Terhadap Pengembangan Pariwisata

  Proses pembangunan dan pengembangan objek wisata pada dasarnya adalah meningkatkan unsur-unsur dari pariwisata tersebut seperti daya tarik, aksesbilitas, fasilitas pelayanan, infrastruktur dan lain sebagainya. Pengembangan kepariwisataan juga tidak lepas dari faktor-faktor geografi baik unsur fisik maupun non fisik (sosial, ekonomi, dan budaya). Masing-masing unsur tersebut dalam pengembangannya saling mempengaruhi satu sama lain (terjadi hubungan timbal balik). Sebagai contoh, iklim (curah hujan) menentukan pola pertanian di daerah yang bersangkutan, udara yang sejuk juga merupakan salah satu daya tarik objek wisata disamping objek wisata utamanya.

  Kondisi tanah dan batuan juga berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata khususnya untuk pembangunan sarana fisik seperti hotel, restaurant yang bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah atau batuan untuk berdirinya sebuah bangunan. Contoh lain adalah kajian tentang kemiringan lereng, pada kondisi lahan yang mempunyai tingkat kemiringan lereng yang curam biasanya sering terjadi tanah longsor, kemiringan lereng juga dapat berpengaruh terhadap pola pertanian masyarakat sekitarnya, juga terkait dengan bentuk jalan yang bervariasi (banyak tikungan dan tanjakan) yang nantinya akan mempengaruhi aksesibilitas wilayah yang bersangkutan. Kondisi hidrologi juga sangat berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata seperti untuk pengembangan fasilitas infrastruktur ketersedian air untuk kebutuhan pariwisata.

  G.

  

Faktor-Faktor Geografis yang Mendukung Pengembangan Objek Wisata

  1. Lokasi

   Pada studi geografi, lokasi ini merupakan variabel yang dapat

  mengungkapkan berbagai hal tentang gejala yang kita pelajari. Jadi, lokasi suatu benda atau suatu gejala geografi yang bersangkutan secara lebih jauh lagi.

  Masalah atau persoalan yang berkenaan dengan asosiasi gejala dengan gejala lain, dengan ditunjukkan lokasinya, sudah memberikan perspektip sebelum di analisa lebih lanjut (Nursid Sumaatmadja, 1988:118).

  2. Iklim

   Posisi geografis suatu lahan sangat menentukan kondisi iklim yang ada

  dilahan tersebut. Ketinggian suatu lahan juga mempengaruhi kondisi iklim suatu lahan, lahan yang secara geografis terletak pada posisi geografis yang sama, akan tetapiketinggian berbeda akan berbeda pula kondisi klimatologinya. Oleh karena itu letak ketinggian dan posisi geografis suatu lahan sangat menentukan kondisi iklim yang ada di lahan tersebut seperti temperatur rata-rata, curah hujan rata-rata, presipitasi, kelembaban, angin dan arah angin, kabut, awan dan sebagainya (Djauhari Noor, 2011:227).

  3. Hidrologi

   Hidrologi yang ada dalam suatu lahan akan berpengaruh terhadap potensi

  sumber daya lahan tersebut. Ketersediaan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan, baik manusia maupun flora dan fauna yang berada di dalam lahan tersebut sangatlah vital (Djauhari Noor, 2011:226).

  4. Topografi

   Topografi merupakan bentuk kenampakan muka bumi atau bentang alam

  daerah dengan aneka ragam bentuk pemukaan bumi seperti gunung, sawah, sungai yang sekaligus merupakan suatu kesatuan lanskap. Dalam pengertian luas topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan dan bahkan kebudayaan lokal (Djauhari Noor, 2011:49).

  5. Tanah

   Jenis-jenis tanah yang menempati suatu lahan sangat menentukan terhadap

  jenis tanaman apa saja yang sesuai dengan jenis tanah tersebut. Oleh karena itu potensi suatu lahan terhadap peruntukannya sangat ditentukan oleh jenis tanah yang menempati lahan tersebut. Disamping itu daya dukung lahan untuk bangunan ditentukan oleh sifat-sifat keteknikan dari tanah dan batuan terhadap daya dukung bangunan (Djauhari Noor, 2011:226)

  6. Geologi

   Geologi yang dimaksud disini adalah struktur geologi (lipatan dan

  patahan) yang terdapat di dalam suatu lahan tersebut dan batuan. Batuan merupakan benda padat bentukan alam yang terpadu atau tidak dan disusun oleh satu macam mineral atau lebih. Berdasarkan hasil runtunan pembentukannya, ada tiga golongan batuan. Ketiga golongan batuan tersebut, yaitu batuan bekuan, batuan endapan (sedimen), dan batuan malihan (metamorf). Disamping runtunan terjadinya, perbedaan lainnya terletak pada penampakannya dan beberapa sifat fisik lainnya. Semua golongan batuan ini kalau lapuk (hancur) dan bercampur dengan unsur organik lainnya akan berubah menjadi agregasi tanah (Soewarno Darsoprajitno, 2002:33).

  7. Fauna dan Flora

   Fauna dan Flora yang terdapat di dalam suatu lahan merupakan bagian

  yang tak terpisahkan dari sumber daya yang dimiliki oleh lahan tersebut. Berbagai jenis binatang serta tumbuhan yang hidup secara alamiah di suatu lahan merupakan sumber daya dari suatu lahan. Oleh karena itu peruntukan suatu lahan untuk kepentingan tertentu haruslah dipertimbangkan aspek ekologi yang ada di dalam lahan tersebut serta untuk menjaga kelestarian fauna dan flora yang terdapat di dalamnya (Djauhari Noor, 2011:227).

H. Kerangka Pikir

  Pembangunan merupakan suatu proses yang terjadi secara terus menerus yang menuju kearah kemajuan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Begitu juga dengan pembangunan di bidang pariwisata. Pembangunan dan pengembangan Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas akan cepat berhasil jika dalam pengembangannya mendasarkan pada faktor-faktor geografis daerah setempat.

  Pengembangan Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas akan berhasil jika kita telah mengetahui bagaimana kondisi geografi daerah yang bersangkutan sehingga akan dapat diketahui bagaimana potensi daerah tersebut sebagai kawasan objek wisata. Dengan mengetahui potensi suatu daerah wisata tertentu maka kita (pihak yang terkait) dapat mengambil langkah dalam menentukan pembangunan dan pengembangan daerah, khususnya pembangunan dan pengembangan kawasan objek wisata.

  

Gambar 2.2.Diagram Alir Penelitian

  Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas Identifikasi Faktor-Faktor Geografis

  Faktor Alam  Lokasi  Topografi  Iklim  Flora Fauna  Tanah  Hidrologi  Geologi  Geomorfologi Faktor Pengembang  Daya Tarik  Infrastruktur  Fasilitas  Akomodasi  Pengelolaan  Modal  Kondisi Sosial Mendukung Pengembangan Pariwisata Tidak Mendukung Pengembangan Pariwisata Potensi Daerah Objek Wisata

I. Hipotesis

  a) “Pengembangan Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas berhasil jika pengembangannya mendasarkan pada faktor- faktor geografi”.

  b) “Potensi-potensi alam sebagai daya tarik tambahan Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas dapat meningkatkan jumlah wisatawan sebanyak 20% ”.