PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP DEBT TO ASSET RATIO DAN SYSTEMATIC RISK (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015)

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN
DAN DEWAN KOMISARIS
TERHADAP DEBT TO ASSET RATIO DAN SYSTEMATIC RISK
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2013-2015)

SKRIPSI

PUTRI BARLIAN
13020101333

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017

i

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN

DAN DEWAN KOMISARIS
TERHADAP DEBT TO ASSET RATIO DAN SYSTEMATIC RISK
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2013-2015)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi

PUTRI BARLIAN
1302010133

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017

ii


iii

iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama

: Putri Barlian

NIM

: 1302010133

Program Studi
Fakultas

: Manajemen
: Ekonomi dan Bisnis


Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar serta bukan hasil dari penjiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila kelak dikemudian hari terbukti ada
unsur penjiplakan, saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Purwokerto, 20 Januari 2017
Yang membuat pernyataan

Putri Barlian

v

MOTTO

“Dari Abdullah Ibnu Amar al-„Ash Radliyallaahu „anhu bahwa Nabi

Shallallaahu „alaihi wa Sallam bersabda: “Keridloan Allah tergantung kepada
keridloan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang
tua.” Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim.”
“ Berlelah-lelahlah manisnya
berjuang”(Imam Syafi’i).”

hidup

terasa

setelah

lelah

“ Orang yang pandai (sukses) adalah orang yang mengevaluasi dirinya
serta beramal untuk kehidupan setelah matinya.(Al- Hadist)”

vi

PERSEMBAHAN


‫اِهللا ِمبسِب‬
‫اِهللا ِمّرل ب‬
‫يِبِهلل ب‬
‫ِب ّر‬

Dengan Rahmat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan insya allah
rahimnya kepada penulis di akhirat.
Nenek dan Kakek yang saya cintai, terima kasih atas do’a dan nasihatnya
selama ini
Kedua orang tua, Bapak Atmo dan Ibu Siti Fatonah yang senantiasa
mengucurkan air mata seraya berdo’a khusus untuk sang buah hati dan
memberikan motivasi dengan tulus ikhlas “ Rabbighfirlii waliwaalidayya
warhamhumaa kamaa rabbayaanii shoghiiraa”
Kakak tercinta, Elok Sukmawati, S.Si, yang telah mendampingi penulis dalam
menyusun skripsi Semoga skripsi ini dapat dijadikan kebanggaan tersendiri
(untuk orang tua dan kakak) serta sebagai langkah awal penulis untuk
mewujudkan inpian dan cita-cita menjadi kenyataan
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan ini dikemudian hari dan
memberikan kemudahan dalam segala hal, Aaminn.


vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada
Program

Studi

Akuntansi

Fakultas

Ekonomi

dan

Bisnis


Universitas

Muhammadiyah Purwokerto. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terimakasih kepada:
(1)

Dr. H. Syamsuhadi Irsyad SH., M.H. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

(2)

Akhmad Darmawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

(3)

Hermin Endratno, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen S1

Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

(4)

Wida Purwidianti, SE., M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberi
masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat
pada waktunya.

(5)

Hermin Endratno, SE., M.Si., selaku dosen penguji I yang telah
memberikan

banyak

masukan,

arahan


kepada

penulisguna

menyempurnakan skripsi ini.
(6)

Akhmad Darmawan, SE., M.Si., selaku dosen penguji II yang telah
memberikan banyak masukan yang membangun kepada penulis guna
menyempurnakan skripsi ini.

(7)

Bapak, ibu dosen dan seluruh staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama ini dan
segala bantuan serta fasilitas yang diberikan.

(8)

Kedua orang tua Ibu Siti Fatonah dan Bapak Atmo serta kakak ku Elok

Sukmawati, S.Si, yang selalu memberikan do’a, memberikan dukungan

viii

baik moral maupun materiil, nasihat dan motivasi yang tidak terbatas
kepada penulis sehingga penulis selalu bersemangat dan optimis
menghadapi setiap masalah dalam menyusun skripsi ini.
(9)

Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi
ini.

(10) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Purwokerto, 20 Januari 2017
Penulis


Putri Barlian

ix

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Putri Barlian
NIM
: 1302010133
Program Studi
: Manajemen
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jenis Karya
: Skripsi
menyetujui untuk memberikan Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) kepada Universitas Muhammadiyah Purwokerto atas karya
ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN DEWAN KOMISARIS
TERHADAP DEBT TO ASSETS RATIO DAN SYSTEMATIC RISK
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2013-2015)
beserta perangkat yang ada (jika diperluan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Purwokerto berhak menyimpan,
mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya dengan tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Purwokerto
Pada tanggal : 20 Januari
2017
Yang menyatakan,

Putri Barlian

x

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN DEWAN KOMISARIS
TERHADAP DEBT TO ASSET RATIO DAN SYSTEMATIC RISk
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2013-2015)
PUTRI BARLIAN1, WIDA PURWIDIANTI.2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen dan dewan komisaris terhadap debt to
asset ratio dan systematic risk. Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015, penelitian ini
menggunakan 87 sampel perusahaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling semestara teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi berganda, statistik
deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, dan uji hipotesis. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien regresi uji t (parsial) kepemilikan
institusional tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap debt to asse ratio,
sementara itu dewan komisaris independen dan dewan komisaris berpengaruh dan
signifikan terhadap debt to asset ratio, serta kepemilikan institusional, dewan
komisaris independen, dan dewan komisaris secara parsial tidak berpengaruh
terhadap systematic risk.
Kata kunci : Systematic Risk, Debt to Asset Ratio (DAR), kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen, dewan komisaris.

xi

THE EFFECTS OF INSTITUSIONAL OWNERSHIP,
INDEPENDENT COMMISSIONER BOARD AND COMMISSIONER
BOARD ON DEBT TO ASSET RATIO AND SYSTEMATIC RISK
(An Empirical Study in Manufacture Firms Listed on Indonesia Stock
Exchange in 2010-2015)
PUTRI BARLIAN1, WIDA PURWIDIANTI.2
ABSTRACT
This research aimed to find out the effects of institusional ownership,
independent commissioner board, and commissioner board on debt to assets ratio
and systematic risk. The research objects were 87 samples of manufacturing
companies registered in Indonesia Stock Exchange within 2013-2015. The
sampling technique was purposive sampling. The data were analyzed using
multiple regression analysis, descriptive statistic, classic assumption test, and
hypothesis testing. The research result showed that regression coefficient of test
(partial) of institusional ownership had no significant effects on debt to asset ratio.
Meanwhile, the independent commissioner board, and commissioner board had
significant effects on debt to asset ratio. Furthermore, tehe institusionall
ownership, independent commissioner board, and commissioner board partially
had no effects on systematic risk.
Keywords: Systematic Risk, Debt to Asset Ratio (DAR), institutional ownership,
independent commissioner council, commissioner board

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................ v
MOTTO ............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................... x
ABSTRAK ........................................................................................................ xi
ABSTRACT ....................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitia................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ...................................................................................... 10
1. Agency Cost (Teori Keagenan)........................................................... 10
2. Teori Mekanisme Corporate Governance ......................................... 12
3. Kepemilikan Institusional ................................................................. 15
4. Dewan Komisaris Independen ........................................................... 17
5. Dewan Komisaris .............................................................................. 21
6. Risiko ................................................................................................ 23
7. Debt to Asset Ratio ............................................................................. 27
B. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 28

xiii

C. Kerangka Pemikiran............................................................................... 30
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Debt to Asset Ratio.... 30
2. Pengaruh Dewan Komisaris Independen
terhadap Debt to Asset Ratio ............................................................. 31
3. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Debt to Asset Ratio ................ 31
4. Pengaruh Kepemililkan Institusional terhadap Systemtic Risk........... 31
5. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Systemtic Risk ..... 32
6. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Systemtic Risk ........................ 32
D. Hipotesis ................................................................................................ 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 34
B. Populasi dan Sampel .............................................................................. 34
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 35
D. Variabel Penelitian ................................................................................. 36
E. Definisi Operasional dan pengukuran variabel ...................................... 36
1. Variabel Dependen ............................................................................. 36
a. Debt to Asset Ratio ........................................................................ 36
b. Systematic Risk .............................................................................. 37
2. Variabel Independen........................................................................... 38
a. Kepemilikan Institusional .............................................................. 38
b. Dewan Komisaris Independen ....................................................... 39
c. Dewan Komisaris .......................................................................... 39
F. Metode Analisis Data ............................................................................. 39
1. Analisis Statistik Deskriptif ............................................................... 40
2. Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 41
a. Uji Normalitas................................................................................ 41
b. Uji Multikolinieritas ...................................................................... 42
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................................. 42
d. Uji Autokorelasi ............................................................................ 42
3. Analisis Regresi Berganda ................................................................. 43
4. Uji Kecocokan Model ........................................................................ 44

xiv

a. Kofisien Determinasi (R2) ............................................................. 44
b. Uji F (Simultan) ............................................................................. 45
5. Pengujian Hipotesis ............................................................................ 45
a. Uji t (Parsial).................................................................................. 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 52
1. Deskriptif Populasi dan Sampel ......................................................... 52
2. Analisis Statistik Deskriptif ............................................................... 53
3. Pengujian Asumsi Klasik ................................................................... 57
a. Uji Normalitas................................................................................ 57
b. Uji Multikolinieritas ...................................................................... 58
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................................. 60
d. Uji Autokorelasi ............................................................................ 61
4. Analisis Regresi Berganda ................................................................. 63
5. Uji Kecocokan Model ........................................................................ 65
a. Kofisien Determinasi (R2) ............................................................. 65
b. Uji Simultan (Uji F) ...................................................................... 66
6. Pengujian Hipotesis ........................................................................... 68
a. Uji Parsial (Uji t)............................................................................ 68
B. Pembahasan ............................................................................................. 77
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terdapat Debt to Asset Ratio..... 77
2. Pengaruh Dewan Komisaris Independen
terhadap Debt to Asset Ratio ............................................................. 78
3. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Debt to Asset Ratio ................ 79
4. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Systematic Risk .......... 81
5. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Systematic Risk ... 82
6. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Systematic Risk ...................... 82
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 84
B. Saran ....................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xv

DAFTAR TABEL

Judul Tabel

Hal.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 28
Tabel 4.1 Deskripsi Pengambilan Sampel ......................................................... 52
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif .............................................................. 53
Tabel 4.3 Hasli Uji Normalitas Debt to Asset Ratio .......................................... 57
Tabel 4.4 Hasli Uji Normalitas Systematic Risk ................................................ 58
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Debt to Asset Ratio ................................. 59
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas Systematic Risk ....................................... 59
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Debt to Asset Ratio ............................. 60
Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas Systematic Risk ................................... 60
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi Debt to Asset Ratio ....................................... 62
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi Systematic Risk ........................................... 62
Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Berganda Debt to Asset Ratio.............................. 63
Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Berganda Systematic Risk.................................... 64
Tabel 4.13 Hasil Uji Adjusted R2 Debt to Asset Ratio ....................................... 65
Tabel 4.14 Hasil Uji Adjusted R2 Systematic Risk ............................................. 66
Tabel 4.15 Hasil Uji F Debt to Asset Ratio ........................................................ 67
Tabel 4,16 Hasil Uji F Systematic Risk .............................................................. 67
Tabel 4.17 Hasil Uji t Debt to Asset Ratio ......................................................... 69
Tabel 4.18 Hasil Uji t Systematic Risk ............................................................... 69
Tabel 4.19 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel X Terhadap Y1 dan Y2 ............ 76

xvi

DAFTAR GAMBAR
Judul Gambar

Hal.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 33
Gambar 3.2 Daerah Penerimaan Ho Uji t Hipotesis Pertama ............................ 46
Gambar 3.3 Daerah Penerimaan Ho Uji t Hipotesis Kedua ............................... 47
Gambar 3.4 Daerah Penerimaan Ho Uji t Hipotesis Ketiga............................... 48
Gambar 3.5 Daerah Penerimaan Ho Uji t Hipotesis Keempat ........................... 49
Gambar 3.6 Daerah Penerimaan Ho Uji t Hipotesis Kelima ............................. 50
Gambar 3.7 Daerah Penerimaan Ho Uji t Hipotesis Keenam ............................ 51
Gambar 4.8 Daerah Kurva Penolakan Hipotesis Pertama ................................. 71
Gambar 4.9 Daerah Kurva Penerimaan Hipotesis Kedua .................................. 72
Gambar 4.10 Daerah Kurva Penerimaan Hipotesis Ketiga ................................ 73
Gambar 4.11 Daerah Kurva Penolakan Hipotesis Keempat .............................. 74
Gambar 4.12 Daerah Kurva Penolakan Hipotesis Kelima ................................. 75
Gambar 4.13 Daerah Kurva Penolakan Hipotesis Keenam ............................... 76

xvii

DAFTAR LAMPIRAN
Judul Lampiran
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang dijadikan sampel
Lampiran 2 Hasil Olah Data Perusahaan Manufaktur
Lampiran 3 Kepemilikan Institusional
Lampiran 4 Dewan Komisaris Independen
Lampiran 5 Ukuran Dewan Komisaris
Lampiran 6 Debt to Asset Ratio (DAR)
Lampiran 7 IHSG
Lampiran 8 Beta Saham
Lampiran 9 Debt to Asset Ratio sebelum dan sesudah Casewise Diagnostic
Lampiran 10 Uji R2 Debt to Asset Ratio sebelum dan sesudah CasewiseDiagnostic
Lampiran 11 Uji F Debt to Asset Ratio sebelum dan sesudah CasewiseDiagnostic
Lampiran 12 Uji t Debt to Asset Ratio sebelum dan sesudah CasewiseDiagnostic
Lampiran 13 Casewise Diagnostic
Lampiran 14 Uji Asumsi Klasik Debt to Asset Ratio
a.

Uji Normalitas

b.

Uji Autokorelasi

c.

Uji Multikolinieritas

d.

Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 15 Systematic Risk sebelum dan sesudah Casewise Diagnostic
Lampiran 16 Uji R2 Systematic Risk sebelum dan sesudah CasewiseDiagnostic
Lampiran 17 Uji F Systematic Risk sebelum dan sesudah CasewiseDiagnostic
Lampiran 18 Uji t Systematic Risk sebelum dan sesudah CasewiseDiagnostic
Lampiran 19 Uji Asumsi Klasik Systematic Risk
a.

Uji Normalitas

b.

Uji Autokorelasi

c.

Uji Multikolinieritas

d.

Uji Heteroskedastisitas

xviii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan

bisnis

yang

mulai

memasuki

era

globalisasi

mengakibatkan persaingan perusahaan semakin tajam. Hal ini menuntut
perusahaan untuk melakukan kegiatan dengan efektif dan efisien agar tetap
memilik daya saing dengan perusahaan lain (Pradana & Kiswanto, 2013).
Manajemen risiko yang bagus dan terskruktur berperan penting untuk
mencegah dan mendeteksi pengelapan dan melindungi sumber daya
perusahaan baik yang berwujud maupun tidak berwujud (Ramadhani, Sari dan
Darlis, 2015). Manajemen risiko semakin hangat dalam dunia bisnis
khususnya di Amerika Serikat, akibat runtuhnya beberapa perusahaan AS
yang baik karena kecurangan maupun penipuan laporan akuntansi seperti yang
dialami oleh Enron dan Worldcom membuat beberapa perusahaan berinisiatif
untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan
perhatian terhadap peran dari manajemen risiko (Sumbramaniam, et al. 2009
dalam Ramadhani, Sari dan Darlis, 2015).
Menurut Ashkhabi dan Agustina (2015) kasus perusahaan dengan
hutang yang tinggi terjadi pada tahun 2008 ketika PT. Suba Indah mengalami
delisting. Pada tahun 2007, PT. Suba Indah digugat pailit oleh krediturnya atas
kewajiban yang tidak dibayar oleh PT. Suba Indah. Suba Indah tercatat
memiliki utang kepada Bank Mandiri sebesar RP. 773,88 miliar. Suba Indah
juga gagal membayar (default) atas surat sanggup US$ 12 juta kepada

1

Commodity Credit Corporation sejak tahun 2004. Suba Indah menunggak
pembayaran utang kepada Departemen Pertanian Amerika Serikat US$ 11,89
juta. Ditambah lagi bunga yang timbul dari keterlambatan pembayaran utang
sebesar US$ 3,23 juta per 31 Desember 2006. Kasus utang lain juga terjadi
pada PT Sekar Bumi tahun 2009 ketika pelemahan kondisi keuangan
perusahaan dan gagal memenuh kewajiban terhadap para kreditur sekitar RP.
943 miliar. Kegagalan memenuhi kewajiban juga dipicu dampak krisis
moneter yang juga berdampak pada kinerja keuangan perusahaan yang
mengakibatkan PT. Sekar Bumi mengalami delisting.
Menurut Pradana dan Kiswanto (2013) Fungsi keuangan merupakan
fungsi penting dalam perusahaan. Kebutuhan dana perusahaan bisa berasal
dari internal maupun eksternal. Dana yang berasal dari modal sendiri bisa
berupa modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Sedangkan dana dari luar
perusahaan dapat berupa hutang (debt financing). Menurut Ashkhabi dan
Agustina (2015) hutang merupakan salah satu cara memperoleh dana dari
pihak eksternal yaitu kreditor. Dana yang diberikan oleh kreditor dalam hal
pendanaan terhadap perusahaan tersebut menimbulkan biaya hutang bagi
perusahaan, dimana biaya hutang (cost of debt) merupakan tingkat bunga yang
diterima oleh kreditor sebagai tingkat pengambilan yang diisyaratkan.
Subramanyam dan Wild (2005) mengatakan bahwa struktur modal
merupakan salah satu sumber pendanaan ekuitas dan utang pada suatu
perusahaan. Sumber pendanaan tersebut dapat dijadikan suatu indikator untuk
menilai apakah perusahaan mempunyai stabilitas keuangan dan dapat

2

melunasi utang yang ada. Struktur modal yang baik pada perusahaan dapat
digunakan sebagai acuan untuk perusahaan memiliki stabilitas keuangan
perusahaan dan dapat menghindari risiko gagal untuk membayar hutang.
Dengan adanya DAR yang efektif mampu menciptakan keuangan perusahaan
dengan kuat dan stabil. Untuk itu, DAR menjadi salah satu yang menjadi
faktor pertimbangan yang sangat penting. Oleh karena itu semakin besar nilai
hutang, maka risiko yang akan dihadapi perusahaan akan meningkat,
khususnya risiko yang terkait dengan ketidakmampuan perusahaan untuk
melunasi kewajibannya. Hal ini menyebabkan pemegang saham dan kreditur
akan meminta tambahan return yang merupakan kenaikan biaya ekuitas dan
biaya utang bagi perusahaan (Rebecca, 2012).
Menurut Pradana dan Kiswanto (2013) risiko adalah ketidakpastiaan
yang dialami oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
Sekiman kecil risiko bisnis, akan menyebabkan struktur modal menjadi lebih
optimal, sebaliknya, semakin besar risiko bisnis, maka akan semakin kecil
tingkat keoptimalan struktur modal. Menurut Husnan (2015) sumber risiko
dibagi menjadi 2 yaitu systematic risk dan unsystematic risk. Systematic risk
merupakan risiko yang mempengaruhi semua (banyak) perusahaan. Risiko
sistematis juga sering disebut dengan risiko yang selalu ada tidak bisa
dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko sistematis juga disebut dengan risiko
pasar (market risk). Disebut risiko pasar karena fluktuasi ini disebabkan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi.
Sedangkan risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut sebagai

3

risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Faktor-faktor tersebut misalnya,
kondisi perekonomian, kebijakan pajak dan lainnya. Faktor-faktor ini
menyebabkan ada kecenderungan semua saham untuk bergerak bersama dan
karenanya selalu dalam setiap saham.
Prinsip Corporate Governance merupakan salah satu faktor dalam
pengambilan keputusan berinvestasi dalam suatu perusahaan (Amelia dan
Yadnyana, 2016). Beberapa prinsip dalam Good Corporate Governance yaitu
meliputi

Transparansi

(Transperency),

Akuntabilitas

(Accountability),

Responsibilitas (Responcibility), Independensi (Independency), Kewajaran
dan Kesetaraan (Fairness). Penerapan Good Corporate Governance memiliki
prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai
keseimbangan antara

kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam

memberikan pertanggungjawaban kepada para shareholder khususnya, dan
stakeholder pada umumnya (Saraswati, Sulistyo, dan Mustikowati, 2011).
Menurut Corporate Governance Perception Index (2012) tata kelola
perusahaan merupakan salah satu mekanisme yang dapat mengarahkan dan
mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai
dengan harapan stakeholder. Tata kelola perusahaan yang baik akan
mengurangi resiko yang merugikan akibat tindakan pengelolaan yang
cenderung menguntungkan diri sendiri, dan umumnya Good Corporate
Governance dapat meningkatkan kepercayaan dari para investor. Oleh karena
itu Good Corporate Governance dapat mengontrol tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh manajemen dalam kepentingan stakeholder.

4

Teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu
orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan

suatu

jasa

dan

kemudian

mendelegasikan

wewenang

pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Meckling, 1976).
Menurut Putri dan Natsir (2006) manajemen sebagai pengelola perusahaan
dalam kenyataanya seringkali menghadapi masalah dikarenakan tujuan
perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Kondisi semacam ini
dikenal dengan informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi
(information asymmetric) (Laksana, Jaya 2015).
Salah satu pihak eksternal yang memainkan peran penting adalah
investor

institusional

yang

sering

diproksikan

dengan

kepemilikan

institusional (Kusumaningrum, 2013). Peran kepemilikan institusional dalam
suatu perusahaan memainkan pengaruh yang besar pada pengungkapan
manajemen risiko karena aksesibilitas mereka dalam proses partisipasi
pengambilan keputusan di manajemen tingkat atas (Iryanti & Irene, 2015).
Menurut Ramadhani, Sari & Darlis (2015) komisaris independen yang
besar dalam struktur dewan komisaris akan memberikan pengawasan yang
lebih baik dan dapat membatasi peluang-peluang kecurangan pihak
manajemen. Dengan tindakan independennya, komisaris independen dapat
membantu perusahaan untuk membuat kebijakan yang ditetapkan semat-mata
untuk kepentingan perusahaan.
Fama dan Jensen dalam Sambera (2013) mengatakan bahwa dewan
komisaris adalah mekanisme pengendalian risiko paling penting. Dewan

5

komisaris merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk
menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam
mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dewan
komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen, maka dewan
komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan (Forum for
Corporate Governance in Indonesia (FCGI), 2002).
Menurut Nugroho (2013) yang menyatakan bahwa komisaris
independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal,
sedangkan variabel lain yaitu ukuran dewan direksi, kepemilikan remunerasi
tidak berpengaruh signifikan dan profitabilitas, likuiditas dan asset tangibility
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang cukup beragam mengenai Corporate
Governance yang telah dilakukan, maka penulis tertarik untuk menguji
kembali mengenai Corporate Governance. Penelitian ini mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Mai M Umar’ (2010) dengan penelitian
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Iindonesia tahun 20002007 dengan menggunakan path analysis. Untuk membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan laporan tahunan (annual
report) perusahaan pada tahun 2013-2015 dan menggunakan metode analisis
regresi berganda serta dengan objek perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.

6

Alasan peneliti memilih perusahaan manufaktur karena disinyalir
banyak perusahaan yang tidak membagikan dividen tunai, ketika perusahaan
membagikan dividen tunai berarti perusahaan mempunyai dana untuk
mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga. Menurut Rebecca
(2012) Semakin besar total aset yang dimiliki oleh perusahaan,

maka

diharapkan perusahaan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk melunasi
seluruh kewajibannya di masa yang akan datang sehingga risiko perusahaan
mengalami default akan meningkat. Sebagai hasilnya, biaya utang yang
ditanggung oleh perusahaan pun menjadi lebih tinggi.
Berdasarkan pada uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “Pengaruhِ Kepemilikan Institusional, Dewan
Komisaris Independen, dan Dewan Komisaris terhadap Debt to asstes
ratio (DAR) dan Systematic risk pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2013-2015”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan tersebut,
maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap DAR?
2. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap DAR?
3. Apakah dewan komisaris berpengaruh positif terhadap DAR?
4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap systematic
risk?

7

5. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap
systematic risk?
6. Apakah dewan komisaris berpengaruh positif terhadap systematic risk?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di
susun, maka tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh negatif
kepemilikan institusioal terhadap DAR.
b. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif dewan
komisaris independen terhadap DAR.
c. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif dewan
komisaris terhadap DAR.
d. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif
kepemilikan institusional terhadap systematic risk.
e. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif dewan
komisaris independen terhadap systematic risk.
f. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif dewan
komisaris terhadap systematic risk.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Sebagai acuan terutama untuk penelitian yang berkaitan dengan
Corporate Governance terhadap DAR dan systematic risk.

8

b. Bagi perusahan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan atau
sebagai pertimbangan yang bermanfaat bagi perusahaan terkait dengan
mekanisme tata kelola perusahaan tentang pentingnya pengaruh
kepemilikan institusional, komisaris independen dan dewan komisaris
terhadap DAR dan systematic risk.
c. Bagi masyarakat
Penelitian ini sebagai informasi tambahan bagi pembaca yang ingin
lebih mengetahui tentang Corporate Governance secara internal.
d. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
e. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk
mempertimbangkan dalam berinvestasi.

9

BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Agency Teory (Teori Keagenan)
Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan adalah teori
yang mengungkapkan hubungan kontrak antara pemilik (principal) dengan
manajemen (agent). Teori ini menjelaskan bahwa hubungan agensi
muncul ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang
lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan
wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.
Menurut Sugiarto (2009) dalam teori keagenan (agency theory),
permasalahan yang muncul karena seorang agen (pihak yang menerima
tugas dan wewenang) tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan
prinsipal (pihak yang memberikan tugas atau wewenang) hal ini disebut
dengan masalah keagenan (agency problem). Konflik keagenan yang
terjadi ini karena adanya asimetri informasi dimana pihak agent sebagai
pengelola perusahaan secara langsung lebih memahami kondisi internal
perusahaan jika dibandingkan dengan pihak principal yang memiliki
sedikit informasi tentang kondisi perusahaan (Ashkhabi dan Agustina,
2015).
Teori agensi mampu menjelaskan potensi konflik kepentingan
diantara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut.
Menurut Sugiarto (2009) tindakan agen yang tidak sesuai dengan

10

keinginan prinsipal dapat muncul dalam berbagai bentuk yang pada
umumnya mendilusi laba perusahaan. Manajer memiliki kepentingan
pribadi yang sebagian besar bertentangan dengan kepentingan pemilik
perusahaan.
Dalam suatu perusahaan konflik kepentingan antara prinsipal
dengan agent salah satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran
kas. Kelebihan aliran kas cenderung diinvestasikan dalam hal-hal yang
tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Hal in
menyebabkan perbadaan kepentingan karena pemegang saham lebih suka
investasi yang berisiko tinggi yang menghasilkan return tinggi, sementara
manajemen lebih memilih investasi yang dengan risiko yang lebih rendah.
Konflik keagenan akan muncul ketika prinsipal menyewa seorang agen
untuk mengerjakan suatu pekerjaan, namun agen tidak ikut memperoleh
bagian dari apa yang dihasilkannya. Asumsi bahwa pihak-pihak yang
terlibat dalam perusahaan akan berupaya

memaksimumkan nilai

perusahaan ternyata tidak selalu terpenuhi.
Menurut Eisenhardt (1989) dalam Reminov (2015) menyatakan
bahwa teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu :
a. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest).
b. Manusia memikili daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality).
c. Manusia selalu menghindari resiko (risk averse).

11

Dengan demikian, berdasarkan pada asumsi sifat dasar manusia
tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistik, yaitu
mengutamakan kepentingan bagi pribadinya.

2. Teori Mekanisme Corporate Governance
Corporate

Governance

merupakan suatu mekanisme

yang

didasarkan pada teori keagenan. Penerapan konsep Corporate Governance
diharapkan memberikan kepercayaan terhadap agen (manajemen) dalam
mengelola kekayaan pemilik (investor) dan pemilik menjadi yakin bahwa
agen tidak akan melakukan sesuatu kecurangan untuk kesejahteran agen
(Darwis, 2009 dalam Nugroho, 2013). Corporate Governance adalah
konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui
supervisi atau memonitoring kinerja dari manajemen dan menjamin
adanya akuntabilitas dari manajemen terhadap stakeholders dengan dasar
pada kerangka peraturan perusahaan. Sedangkan menurut Forum for
Corporate Governance in Indonesia (FGCI, 2009) corporate governance
adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, pengurus atau pegelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang saham kepentingan intern dan ekstern
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan. Sedangkan tujuan dari Good Corporate Governance adalah
untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders).

12

Corporate Governance merupakan mekanisme pengendalian yang
mengatur dan mengelola perusahaan dengan maksud untuk meningkatkan
kemakmuran dan akuntabilitas dari perusahaan yang tujuan akhirnya untuk
mewujudkan shareholders value. Good Corporate Governance akan
membantu terciptanya hubungan yang kondusif untuk perusahaan dan
dapat di pertanggungjawabkan diantara elemen dalam perusahaan yaitu
kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dan dewan
komisaris,

dalam

rangka

meningkatkan

kinerja

perusahaan

dan

mengurangi tindakan manajemen untuk berperilaku oportunistik.
Menurut

Corporate

Governance

Perception

Index

(2012)

Corporate Governance merupakan salah satu mekanisme yang dapat
mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional
perusahaan berjalan sesuai dengan harapan stakeholder. Konsep dari
Corporate Governance ini diajukan untuk tercapainya pengelolaan
perusahaan agar lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan.
Prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate Governance meliputi (Effendi,
2016) :
1. Keadilan
Menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang
sama kepada pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk
hak-hak pemegang saham asing serta investor lainnya.

13

2. Transparasi
Keterbukaan mengenai informasi kinerja perusahaan, baik tepat
waktu maupun akuransinya. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas
informasi akuntansi yang dihasilkan.
3. Akuntabilitas
Kejelasan fungsi, struktur, system dan pertanggungjawaban
organisasi perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif.
4. Responsibilitas
Perusahaan harus mematuhi hukum dan aturan serta memenuhi
tanggungjawab kepada komunitas dan lingkungan dengan tujuan
mempertahankan keberlangsungan bisnis dalam jangka panjang dan
dikenal sebagai perusahaan yang baik.
5. Independensi (Kemandirian)
Adanya keharusan supaya organ perusahaan bertugas dengan
lebih baik dan memberikan keputusan baik bagi perusahaan.
Prinsip-prinsip corporate governance yang diterapkan memberikan
manfaat diantaranya sebagai berikut:
1. Meminimalkan agency costs dengan mengontrol konflik kepentingan
yang mungkin terjadi antara principal dengan agen.
2. Meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif
kepada para penyedia modal.
3. Menciptakan citra perusahaan

14

4. Meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital
yang rendah.
5. Peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa
depan perusahaan yang lebih baik.
Manfaat corporate governance menurut Forum for corporate
Governance in Indonesia (FCGI, 2001) adalah :
1. Meningkatkan

kinerja

perusahaan

melalui

terciptanya

proses

pengambilan keputusan yang lebih baik, menigkatkan efisiensi
operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah
sehingga dapat meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden.
3. Kepemilikan Institusional (Institutional Ownership)
Menurut Ashkhabi dan Agustina (2015) kepemilikan institusional
merupakan salah satu cara untuk mengurangi konflik yang terjadi diantara
para pemegang saham dengan manajer. Kepemilikan institusional adalah
saham yang dimiliki oleh lembaga institusi seperti pemerintah, institusi
keuangan atau bank, institusi badan hukum, perusahaan investasi, institusi
luar negeri, dana perwalian institusi lainnya pada akhir tahun. Kepemilikan
institusional memiliki kelebihan antara lain:

15

a. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga
dapat menguji kendala informasi.
b. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih
ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi
konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham.
Kepemilikan institusional juga dapat menjadi mekanisme pengawasan
terhadap setiap keputusan yang diambil oleh para pihak manajemen. Hal
ini dikarenakan para investor institusional terlibat dalam pengambilan
strategi, sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba
perusahaan. Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam
mengawasi manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional
dapat mendorong perusahaan dalam meningkatan pengawasan yang lebih
optimal pada perusahaan. Di dalam pengawasan tersebut dapat menjamin
kemakmuran pemegang saham, dalam hal ini pengaruh kepemilikan
institusional sebagai agen yang mengawasi mendapat tekanan melalui
investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.
Menurut

Ashkhabi

dan

Agustina

(2015)

dengan

adanya

pengawasan yang ketat dapat membuat kinerja perusahaan menjadi baik,
sehingga kreditur memandang risiko perusahaan rendah. Sedangkan
perusahaan dengan kepemilikan institusi rendah akan mempengaruhi

16

kinerja karyawan perusahaan tersebut karena kurangnya pengawasan dari
pihak luar. Dengan ini manajer akan mengurangi jumlah hutang dan
membantu mengurangi biaya keagenan.

4. Dewan Komisaris Independen (Board independent)
Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan
anggota manajemen pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan
yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Menurut UU No.40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas pasal 120 ayat 2, komisaris independen
merupakan orang yang diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak
yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi,
anggota direksi dan atau anggota dewan komisaris lainnya dan dipilih oleh
pemegang saham minoritas yang bukan pemegang saham pengendali.
Terafiliasi berarti :
a. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat
kedua, baik secara horizontal maupun vertikal.
b. Hubungan antara pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris dari
pihak tersebut.
c. Hubungan antara 2 perusahaan dimana terdapat satu atau lebih anggota
direksi atau dewan komisaris yang sama.
d. Hubungan antara perusahaan dan pihak, baik langsung maupun tidak
langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut.

17

e. Hubungan antara 2 perusahaan yang dikenalkan, baik langsung
maupun tidak langsung oleh pihak yanng sama atau hubungan antara
perusahaan dan pemegang saham utama.
Jumlah komisaris independen perusahaan yang besar, umumnya
mempunyai laporan keuangan yang berkualitas, karena ketika komisaris
independen akan mengeluarkan keputusan atas dasar kepentingan atau
kebutuhan dari perusahaan tidak atas dasar kepentingan pribadi atau
golongan semata, karena komisaris independen bukan pegawai dan tidak
memiliki saham dalam perusahaan. Menurut Fama dan Jensen (1983)
dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa non-executuve
director komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam
perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi
kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen.
Fungsi dari komisaris independen yaitu menjalankan monitoring agar
manajer tidak bertindak untuk kepentingan diri sendiri yang akan
merugikan para pemegang saham dan menimbulkan agency conflict.
Dewan komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme
pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Keberadaan komisaris independen di Indonesia telah diatur dalam
Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor: Kep 315/
BEJ/06-2000 perihal Peraturan No 1-A. Keputusan ini berisi tentang
Pencatatan Saham dan Efek bersifat Ekuitas selain Saham yang diterbitkan
oleh Perusahaan Tercatat pada butir mengenai Ketentuan tentang

18

Komisaris Independen. Peraturan Tersebut dinyatakan bahwa dalam
rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik, perusahaan
yang tercatat di BEJ wajib memiliki komisaris independen yang jumlah
proporsinya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan
pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumalah komisaris
independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota
komisaris.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia dalam Sambera,
(2013) kriteria komisaris independen adalah sebagai berikut :
a. Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen.
b. Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas
atau seorang pejebatan dari cara lain yang berhubungan secara
langsung dengan pemegang saham mayoritas perusahaan.
c. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak
dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan
atau perusahaan lainnya dalam kelompok usaha dan tidak pula
dipekerjakan dalam kapasitas sebagai komisaris tidak lagi menempati
posisi seperti itu.
d. Komisaris independen bukan merupakan penasihat profesional
perusahaan atau perusahaa lainnya yang satu kelompok dengan
perusahaan tersebut.
e. Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok atau
pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau
perusahaan yang lainnya yang salah satu kelompok.

19

f. Komisaris independen tidak memiliki kontrak dengan perusahaan atau
perusahaan lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris
independen perusahaan tersebut.
g. Komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis
apapun atau hubungan lainya yang dapat atau secara wajar dapat
dianggap sebagai campur tangan material dengan kemampuannya
sebagai seorang komisaris untuk bertindak dengan kepentingan yang
menguntungkan perusahaan.
Menurut Yatim (2009) dalam Sambera (2013) yang dilakukan
dalam perusahaan yang listing di Bursa Malaysia menunjukkan bahwa
komisaris independen menyediakan pengawasan yang lebih baik dan lebih
besar atas kebijaksanaan manajemen termasuk kebijakan dalam aktivitas
pengambilan risiko. Selanjutnya, para anggota komisaris independen lebih
cenderung melihat pelayanan dan pengabdian mereka sebagai bentuk
usaha mereka dalam meningkatkan reputasi perusahaan mereka.
Sumbramaniam, et al, (2009) dalam Sambera (2013), menjelaskan
bahwa perusahaan yang memiliki komisaris independen secara umum
dapat dipastikan mempunyai agency cost yang rendah. Hal ini dikarenakan
komisaris independen dipandang dapat menyediakan pengawasan dewan
yang lebih baik dengan cara melakukan pengawasan independen terhadap
dewan direksi serta perusahaan dengan dewan komisaris independen yang
besar maka akan berdampak pada kualitas pelaporan keuangan yang baik.

20

5. Dewan komisaris (Boards Size)
Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern
tertinggi yang bertanggungjawab untuk memonitor tindakan manajemen
puncak yang memiliki peran dalam aktivitas pengawasan. Dewan
komisaris sebagai organ perusahaan, dewan komisaris bertugas dan
bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan
melaksanakan Good Corporate Governance (KNKG, 2006). Semakin
besar anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk
mengendalikan manajer dan tentunya akan semakin efektif dalam
memonitor aktifitas dari manajemen. Jensen dan Meckling (1976) dalam
Malvin (2015) semakin banyak dewan komisaris independen atau
pemonitor, konflik yang terjadi kemungkinan akan semakin rendah. Dalam
perusahaan, peran komisaris ditekankan pada fungsi monitoring dari
implementasi kebijakan direksi. Dengan adanya

Dokumen yang terkait

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KOMISARIS INDEPENDEN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, LEVERAGE DAN UKURAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

0 27 24

PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN KOMPOSISI DEWAN KOMISARIS TERHADAP MANAJEMEN LABA

0 0 9

UKURAN DEWAN KOMISARIS DAN PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN SEBAGAI DETRMINAN MANAJEMEN LABA

0 2 14

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PENJUALAN, UKURAN DEWAN DIREKSI, KOMITE AUDIT DAN PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 14

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN KOMITE AUDIT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

PENGARUH JENIS INDUSTRI, UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ARTIKEL ILMIAH

0 0 13

PENGARUH DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN ROA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2014-2016)

0 0 19

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, TOTAL ASSET TURNOVER, DAN PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, TOTAL ASSET TURNOVER, DAN PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

PENGARUH KEPEMILIKAN PEMERINTAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN MELALUI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 12