ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN WAHBAH AZ-ZUHAILI TENTANG ASURANSI - Electronic theses of IAIN Ponorogo

ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN WAHBAH AZ-ZUHAILI TENTANG ASURANSI SKRIPSI

  Oleh :

WIWIN INDARTI

  NIM. 210213010 Pembimbing Dr. MIFTAHUL HUDA, M.Ag.

  NIP. 197605172002121002

JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH

  

ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN WAHBAH AZ-ZUHAILI

TENTANG ASURANSI

S K R I P S I

  

Diajukan untuk melengkapi sebagian syarat-syarat guna memperoleh

gelar sarjana program Strata Satu (S-1) pada Fakultas Syariah

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

  Oleh:

  

WIWIN INDARTI

NIM. 210213010

  Pembimbing:

Dr. MIFTAHUL HUDA, M.Ag.

  

NIP. 197605172002121002

JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2018

LEMBAR PERSETUJUAN

  Skripsi atas nama saudara: Nama : Wiwin Indarti NIM : 210213010 Jurusan : Muamalah

  Judul : Analisis Terhadap Pemikiran Wahbah az-Zuhaili Tentang Asuransi Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqosah.

  Ponorogo, 8 Juni 2018 Mengetahui, Menyetujui,

  Ketua Jurusan Pembimbing Atik Abidah, M.S.I. Dr. Miftahul Huda, M.Ag.

  NIP.197605082000032001 NIP.197605172002121002

KEMENTERIAN AGAMA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PONOROGO

PENGESAHAN

  Skripsi atas nama saudara: Nama : Wiwin Indarti NIM : 210213010 Jurusan : Muamalah Judul : Analisis Terhadap Pemikiran Wahbah az-Zuhaili

  Tentang Asuransi Skripsi ini telah dipertahankan pada sidang Munaqosah Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Ponorogo pada:

  Hari : Senin Tanggal : 09 Juli 2018

  Dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Syari’ah pada: Hari : Senin Tanggal : 16 Juli 2018

  Tim Penguji: 1. : Unun Roudlotul Janah, M.Ag. ( )

  Ketua Sidang 2. : Iza Hanifuddin, Ph.D. ( )

  Penguji I 3. : Dr. Miftahul Huda, M.Ag. ( )

  Penguji II Ponorogo, 16 Juli 2018 Mengesahkan Dekan Fakultas Syari’ah Dr. H. Moh. Munir, Lc, M.Ag.

  NIP. 196807051999031001

  

PERSEMBAHAN

  Dengan seuntai doa dan rasa syukur, kupersembahkan karya ini untuk: 1.

  Orang tuaku tercinta (Bapak Parjan dan Ibu Partini) yang selalu memberi semangat, membimbing dan mengarahkan hidupku untuk menjadi insan yang lebih baik. Beliau yang selalu mendo’akan setiap kaki ini melangkang serta dengan restunya skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

  2. Guru dan Dosenku yang telah memberikan warna baru dalam hidupku, terimakasih atas ilmu yang telah engkau berikan, semoga ini menjadi bekal dalam menggapai kesuksesanku di masa mendatang.

3. Kepada seluruh teman-teman seperjuanganku jurusan muamalah khususnya kelas SM.A.

  Untuk kita semua, semoga Allah SWT senantiasa memudahkan langkah kita dalam perjuangan hidup, sukses dunia akhirat, amin ya robbal alamin.

  

MOTTO

َ

  َ ذ ذ َنوُك َت ن أ ٓ ۡل ٱ

  ِلِطَٰ َب

َ

َ ٢٩ َكَ َ ذللّ ٱ أ ْآوُلُتۡقَت

  َنيِ لَّ ٱ اَهُّي أَٰٓ َي َلََٰوۡمَأ ْآوُلُكۡأَت َلَ ْاوُنَماَء لَِإ ِب مُكَنۡيَب مُك

  ذنِإ ۡۚۡمُك َسُفن لََو ۡۚۡمُكنِ م ٖضاَرَت نَع ًةَرَٰ َجِت اٗميِحَر ۡمُكِب َن ِ ذللّ ٱ َ َعَل َكِل ۡلُظَو اٗنََٰوۡدُع َكِلََٰذ ۡلَعۡفَي نَمَو اًيرِسَي ََٰذ َن َكََو ۡۚاٗراَن ِهيِل ۡصُن َفۡو َسَف اٗم

  ٣٠ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka.

  1 yang demikian itu adalah mudah bagi Allah . (Q.S. an- Nisa’ ayat 29-

  30)

  1

  ABSTRAK Indarti, Wiwin, NIM

  210213010, 2018, “Analisis Terhadap Pemikiran Wahbah

  az-Zuhaili Tentang Asuransi

  ”, Skripsi, Jurusan Muamalah, Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing: Dr. Miftahul Huda, M.Ag

  Kata Kunci: Asuransi

  Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank yang bergerak dalam bidang pertanggungan merupakan institusi modern hasil temuan dari dunia Barat yang lahir bersamaan dengan adanya semangat pencerahan (renaissance). Asuransi adalah salah satu jenis transaksi baru yang tidak dijelaskan secara terperinsi baik di dalam al-

  Qur’an, al-Hadits maupun dalam fikih klasik. Di dalam praktiknya asuransi, mengandung beberapa unsur yang dapat merugikan salah satu pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut, seperti

  gharar , riba, maisir, dan jahalah. Asuransi dalam pandangan ajaran Islam

  termasuk dalam masalah ijtihadiyah, sehingga para ulama cendekiwan berbeda pendapat mengenai hukum asuransi. Berawal dari permasalahan di atas, peneliti memfokuskan penelitian dengan rumusan masalah: 1). Apa yang melatarbelakangi pemikiran Wahbah az-Zuhaili tentang penolakannya terhadap asuransi bisnis? 2). Bagaimana implikasi pemikiran Wahbah az-Zuhaili tentang penolakan asuransi bisnis terhadap perkembangan asuransi syariah di Indonesia?

  Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian pustaka (library research), dimana peneliti meneliti sumber-sumber tertulis yang memuat pemikiran Wahbah az-Zuhaili tentang asuransi. Adapun data-data yang diambil berasal dari sumber data primer, yaitu kitab fiqh Isla>m wa Adillatuhu dan sumber data sekunder dari literatur lain yang relevan dengan judul di atas.

  Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif induktif dengan metode pendekatan kualitatif.

  Adapun hasil dari penelitian ini adalah: 1). Yang melandasi pemikiran Wahbah az-Zuhaili tentang pelarangan terhadap asuransi bisnis adalah surat al- Baqarah ayat 275 tentang riba, surat al-Maidah ayat 90 tentang judi, hadits Nabi s.a.w. yang melarang jual beli gharar

  , serta fatwa Ibn ‘Abidin tentang haramnya asuransi laut. 2). Implikasi pemikiran Wahbah az-Zuhaili terhadap perkembangan asuransi syariah di Indonesia adalah adanya akad

  tabarru’ serta

  akad tija>rah dengan premi nonsaving dalam fatwa DSN-MUI tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah tentang Ta’mi>n dan

  

I’adah Ta’mi>n tentang akad nontabungan. Hukum reasuransi sama dengan

  hukum asuransi itu sendiri, asuransi kooperatif (at- ta’mi>n at-

  ta’awuni) bisa

  melakukan transaksi asuransi dengan perusahaan asuransi kooperatif lainnya, perusahaan asuransi syariah hanya dapat melakukan reasuransi kepada perusahaan reasuransi yang berlandaskan prinsip syariah.

KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa atas taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  Skripsi yang berjudul:

  “ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN WAHBAH AZ- ZUHAILI TENTANG ASURANSI” ini disusun untuk memenuhi salah satu

  syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Jurusan Muamalah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.

  Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1.

  Dr. Hj. Siti Maryam Yusuf, M.Ag, selaku Rektor IAIN Ponorogo.

  2. Dr. H. Moh. Munir, Lc, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Ponorogo.

  3. Atik Abidah, M.S.I, selaku Ketua Jurusan Muamalah IAIN Ponorogo.

  4. Dr. Miftahul Huda, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

  5. Segenap Civitas Akademika IAIN Ponorogo yang telah banyak mengajarkan ilmunya kepada penulis selama perkuliahan serta segenap karyawan-karyawati IAIN Ponorogo.

  Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, dan semoga apa yang tertulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya. Amin.

  Ponorogo, 8 Juni 2018 WIWIN INDARTI

  210213010

PEDOMAN TRANSLITERASI 1.

  Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah IAIN Ponorogo 2017 sebagai berikut:

  Arab Indonesia Arab Indonesia ` d}

  ء ض b t ب ط t z} ت ظ th ث ع ‘ j gh

  ج غ h} f ح ف kh q خ ق d k

  د ك dh l ذ ل r m

  ر م z n ز ن s w

  س ه sh w ش و s} y

  ص ي 2.

  Untuk menunjukkan bunyi hidup panjang caranya dengan menuliskan coretan horizontal di atas huruf a>, i>, dan u>.

  3. Bunyi hidup dobet (diftong) Arab ditransliterasikan dengan menggabungkan dua huruf “ay” dan “aw” Contoh : Bayna, ‘layhim, mawdu>’ah

  4. Kata yang ditransliterasikan dan kata-kata dalam bahasa asing yang belum terserap menjadi bahasa baku Indonesia harus dicetak miring.

  5. Bunyi huruf hidup akhir sebuah kata tidak dinyatakan dalam transliterasi.

  Transliterasi hanya berlaku pada huruf konsonan akhir. Contoh :

  Ibn Taymi>yah bukan Ibnu Taymi>yah. Inna al-di>n `inda Alla>h al-Isla>m bukan al-dina `inda Alla>hi al-Isla>mu

  . ….Fahuwa wajib bukan Fahuwa wa>jibu dan bukan pula Fahuwa wa>jibun.

  6. kata yang berakhir dengan ta>marbu>tah dan berkedudukan sebagai sifat

  (

  na’at) dan ida>fah ditransliterasikan dengan “ah”. Sedangkan muda>f ditransliterasikan dengan “at”.

  Contoh : a.

  Na’at dan Mud}a>f ilayh : Sunnah sayyi’ah, al-maktabah al-mis}riyah.

  b. : mat} ba’at al- Mud}a>fa>mmah.

  7. Kata yang berakhir dengan ya’ mushaddadah (ya’ bertashdid) ditransliterasikan dengan i>. Jika i> diikuti dengan ta >

  marbu>tah maka

  transliterasinya adalah i>yah . Jika ya’ bertashdid berada ditengah kata ditransliterasikan dengan yy.

  Contoh : a.

   Al-Ghaza>li>, al-Nawa>wi> b.

  Ibn Taymi>yah.Al-Jawzi>yah c.

   Sayyid, mu’ayyid muqayyid

  DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii iv HALAMAN PENGESAHAN………………………………………… .

  PERSEMBAHAN .................................................................................. v MOTTO ................................................................................................. v ABSTRAK ............................................................................................. vii KATA PENGANTAR ........................................................................... viii PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ x DAFTAR ISI ................................................................................. ......... xii

  BAB I: PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah .............................................. ......

  B.

  5 Rumusan Masalah ..............................................................

  C.

  5 Tujuan Penelitian ................................................................

  D.

  6 Manfaat Penelitian .............................................................

  E.

  6 Kajian Pustaka ...................................................................

  F.

  10 Metode Penelitian ..............................................................

  G.

  13 Sistematika Pembahasan ....................................................

  BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI A.

  15 Asuransi Konvensional .......................................................

  1.

  15 Pengertian Asuransi Konvensional ..............................

  2.

  17 Dasar Hukum Asuransi Konvensional .........................

  3.

  17 Jenis-Jenis Asuransi Konvensional ..............................

  4.

  20 Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi Konvensional … .........

  B.

  22 Konsep Asuransi dalam Fikih Klasik .................................

  1.

  22 Taka>ful .........................................................................

  2.

  25 Ta’mi>n ...........................................................................

  3.

  27 Tadhamun ......................................................................

  4.

  28 Kafa>lah .........................................................................

  30 C. Pendapat Ulama Tentang Asuransi………………………

  D.

  32 Asuransi Syariah di Indonesia ...........................................

  1.

  32 Sejarah Asuransi Syariah di Indonesia……………… .

  2.

  34 Kelembagaan Asuransi Syariah di Indonesia…… .......

  3.

  37 Produk-Produk Asuransi Syariah di Indonesia……... ..

  4. Mekanisme Operasional Asuransi Syariah di Indonesia............................................................... ....

  39 BAB III: ASURANSI MENURUT WAHBAH AZ-ZUHAILI DAN LANDASAN ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA A.

  43 Biografi Wahbah az-Zuhaili .............................................

  1. Latar Belakang Kehidupan dan Pendidikan Wahbah az-Zuhaili .....................................................................

  43 2.

  45 Karya-Karya Wahbah az-Zuhaili .................................

  3. Latar Belakang Pemikiran Wahbah az-Zuhaili Ten

  47 tang Asuransi……………………………………..

  B.

  49 Asuransi Menurut Wahbah az-Zuhaili ..............................

  1. Hukum Melakukan Asuransi dengan Perusahaan Asuransi dalam Islam ...................................................

  49 2.

  50 Macam-Macam Asuransi .............................................

  3.

  52 Pandangan Fiqih Islam terhadap Asuransi ...................

  4. Reasuransi atau Asuransi Berantai ............................... . 54 5.

  54 Landasan tentang Larangan Asuransi ..........................

  C.

  57 Landasan Asuransi Syariah di Indonesia ..........................

  1. Fatwa DSN-MUI Tentang Pedoman Umun Asuransi Syariah ..........................................................................

  57 2.

  59 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Tentang Ta’min .

  BAB IV: ANALISIS A. Analaisis Terhadap Apa yang Melandasi Pemikiran Wahbah az-Zuhaili Tentang Ketidaksetujuannya Terhadap Asuransi ..............................................................

  68

  B.

  Analisis Tentang Bagaimana Implikasi Pemikiran Wahbah az-Zuhaili Tentang Penolakan Asuransi Terhadap Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia ...

  73 BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A.

  78 Kesimpulan ........................................................................

  B.

  79 Saran ................................................................................. DAFTAR PUSTAKA BIOGRAFI PENULIS PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era yang modern ini, transformasi budaya mengakibatkan perubahan

  pola-pola perilaku manusia baik di bidang sosial maupun ekonomi. Di bidang sosial telah bermunculan karakter individualisme yang sekarang ini tumbuh dan merebak di masyarakat perkotaan. Di bidang ekonomi peralihan pola bertani kepada industrialisasi yang mengakibakan perpindahan penduduk dari desa ke perkotaan untuk mengadu nasib.

  Adanya kemajuan teknologi membawa banyak perubahan pada tata kehidupan manusia. Di samping manfaat yang telah kita rasakan sekarang ini, juga tidak luput dari bahaya yang menyebabkan kekhawatiran dan ketidakpastian terhadap keamanan seseorang. Untuk menghindari dan mencegah kekhawatiran tersebut ada berbagai cara yang di lakukan seseorang baik untuk melindungi diri maupun hartanya, salah satunya dengan mengasuransikan jiwa maupun hartanya.

  Asuransi yang dalam bahasa Belanda disebut “assurantie” yang terdiri dari asal kata “assaradeur” yang berarti penanggung dan “geassureede” yang berarti tertanggung. D alam bahasa Inggris kata asuransi disebut “insurance” yang berarti menanggung sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin terjadi dan

  1 “assurance” yang berarti menanggung sesuatu yang pasti.

  Adapun menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang perasuransian: asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau

  2

  hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Pengertian asuransi juga dapat dilihat dalam pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian yang dengan perjanjian tersebut penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung untuk memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya karena suatu peristiwa

  3 yang tidak tertentu.

  Dalam bahasa Arab asuransi disebut at ta’mi>n, penanggung, sedangkan tertanggung disebut

  mu’amman lahu/musa’min. At ta‘mi>n di ambil dari kata

1 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), 151.

  2 Lihat Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. 3 a>mana memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas

  4 dari rasa takut.

  Dari pengertian di atas jelas bahwa asuransi memberikan layanan berupa jaminan kepada nasabah ketika mengalami kerugian. Akad di dalam asuransi harus terbebas dari unsur gharar, perjudian, riba, penganiaaan, suap, barang haram, dan maksiat. Akad antara perusahaan asuransi dan peserta harus jelas.

  Apakah akad jual beli (aqd tabaduli) atau akad tolong-menolong (aqd taka>fuli) atau akad lainnya.

  Menurut DSN-MUI akad dalam asuransi terbagi menjadi dua, yaitu: akad tija>rah dan akad t

  abarru’. Akad tija>rah adalah semua bentuk akad yang

  dilakukan untuk tujuan komersial. Sedangkan akad t

  abarru’ adalah semua

  bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial. Yang di maksud akad tija>rah adalah akad

  5

  mudha>rabah, sedangkan akad tabarru’ adalah hibah.

  Asuransi atau pertanggungan merupakan lembaga keuangan bukan bank yang hingga saat ini masih menimbulkan pro dan kontra (debatable) di kalangan para ahli hukum Islam. Hal ini lebih disebabkan karena di dalam al-

  Qur’an dan

  4 Muhammad Sakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General) (Jakarta : Gema Insani, 2004), 28. 5 Hijrah Saputra, dkk, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah Nasional MUI al-Hadits tidak ada satu pun ketentuan yang secara eksplisit mengatur tentang

  6 asuransi.

  Dengan demikian asuransi dalam pandangan ajaran Islam termasuk dalam masalah ijtihadiyah, artinya hukumnya perlu dikaji sedalam mungkin karena tidak dijelaskan oleh al-

  Qur’an dan Sunah secara eksplisit. Para Imam mujtahid, seperti Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan para mujtahid yang semasa dengannya tidak memberikan fatwa mengenai

  7

  asuransi, karena pada masanya asuransi belum dikenal. Ulama cendekiwan berbeda pendapat mengenai hukum asuransi. Pertama: pendapat yang mengharamkan asuransi dalam segala macam dan bentuknya, termasuk asuransi jiwa. Kelompok ini antara lain Sayyid Sabiq yang diungkap dalam kitab fiqh al-

  

sunnah , Abdullah al Qalqili, Muhammad Yusuf al-Qardawi, dan Muhammad

  Bakhit al- Muth’i Kedua: membolehkan asuransi dalam praktiknya sekarang ini. Pendapat ini dikemukakan oleh Abdul Wahab Khalaf, Mustafa Ahmad Zarqa, Muhammad Yusuf Musa. Ketiga: membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan mengharamkan yang bersifat komersial. Pendapat ini dianut oleh Muhammad Abu Zahra (Guru Besar Hukum Islam pada Universitas Cairo, Mesir). Keempat: menganggap syubhat.

  Dengan memperhatikan perbedaan tersebut, Wahbah az-Zuhaili termasuk pihak yang tidak memperbolehkan asuransi. Menurutnya akad asuransi termasuk 6 Abdul Ghofur Anshori, Asuransi Syariah Di Indonesian (Yogyakarta: UII Press, 2007), 9. 7 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Bogor: Penerbit Ghalia

  akad yang gharar yaitu akad yang tidak jelas tentang ada tidaknya sesuatu yang diakadkan. Padahal Nabi Muhammad SAW melarang jual beli gharar. Jika diqiyaskan kepadanya akad pertukaran harta, maka akad asuransi memberi kesan

  8 gharar sebagaimana gharar yang terdapat dalam akad jual beli.

  Berpijak pada masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut terkait pendapat Wahbah az-Zuhaili tentang asuransi dengan judul ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN WAHBAH AZ-ZUHAILI TENTANG ASURANSI.

  B. Rumusan Masalah

  1. melandasi pemikiran Wahbah az-Zuhaili tentang Apa yang ketidaksetujuannya terhadap asuransi bisnis?

  2. Bagaimana implikasi pemikiran Wahbah az-Zuhaili tentang penolakan asuransi bisnis terhadap perkembangan asuransi syariah di Indonesia?

  C. Tujuan Penelitian

  Dengan melihat latar belakang dan pokok masalah di atas, maka penyusunan skripsi ini bertujuan untuk:

1. Menjelaskan tentang apa yang melandasi pemikiran Wahbah az-Zuhaili tentang ketidaksetujuannya terhadap asuransi bisnis.

  2. Menjelaskan tentang bagaimana implikasi pemikiran Wahbah az-Zuhaili tentang penolakan asuransi bisnis terhadap perkembangan asuransi syariah di Indonesia. 8

D. Manfaat Penelitian

   Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitan diatas, penelitian ini

  diharapkan memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut: 1.

  Kajian ini diharapkan mampu memberikan sumbagan bagi pengembagan kajian dan menambah khazanah pengetahuan pemikiran hukum Islam, khususnya bagi jurusan muamalah serta menjadi referensi dan refleksi kajian berikutnya yang berkaitan dengan muamalah, khususnya tentang asuransi.

2. Dari hasil penelitian, diharapkan adanya perhatian yang lebih mendalam terhadap asuransi.

E. Kajian Pustaka

  Untuk menghindari anggapan plagiasi karya tertentu, maka perlu pengkajian terhadap karya-karya yang telah ada. Penelitian yang berkaitan dengan pemikiran Wahbah az-Zuhaili memang bukan untuk pertama kalinya, sebelumnya sudah ada penelitian dengan hal tersebut, dintaranya penelitian yang sudah pernah dilakukan adalah sebagai berikut:

  Pertama, skripsi yang ditulis oleh Lael atul Azizah “Pandangan Wahbah az-Zuhaili te rhadap Pematokan Harga Komoditi Perdagangan.” Hasil dari penelitian tersebu bahwasanya Wahbah az-Zuhaili membolehkan adanya campur tangan pemerintah dalam bentuk pematokan harga komoditi perdagangan apabila tindakan itu memang sangat dibutuhkan. Yakni dalam kondisi adanya kenaikan harga yang di sebabkan karena ulah pedagang. Kemudian berkaitan dengan metode ijtihad yang digunakan Wahbah az-Zuhaili menggunakan kajian

  maslahah yakni dengan mengutamakan kepentingan pembeli yang mana pembeli ini menggambarkan masyarakat luas dan kaidah-kaidah fiqhiyyah yang menyatakan bahwa tidak boleh ada suatu bahaya dan tidak boleh menyebabkan

  9 bahaya pada pihak lain.

  Skripsi yang di tulis oleh Khilyatun Nikmah “Wahbah az-Zuhaili dan

  Istidlal

  nya tentang Zakat Properti.” Hasil dari penelitian tersebut, bahwa Wahbah az-Zuhaili memandang zakat properti termasuk harta atau kekayaan yang wajib di keluarkan zakanya, meskipun tidak disebutkan dalam al-

  Qur’an dan Hadis secara tekstual. Ketetapan ini didasarkan pada keumumam nash al- Qur’an, yaitu QS. at-Taubah ayat 103 dan QS. al-Ma’arij ayat 24, dalam kedua ayat tersebut disebukan kata amwal yang mengandung arti umum. Wahbah az- Zuhaili mendefinisikan amwal dengan harta atau kekayaan yang dimiliki seseorang tanpa membedakan satu kekayaan dengan kekayaan lainnya, termasuk properti. Di samping itu properti juga harus memenuhi beberapa syarat wajib zakat, yaitu milik penuh, harta yang produkif, cukup nisab, berlaku satu tahun serta melebihi kebutuhan pokok.

  Kaidah yang digunakan oleh Wahbah az-Zuhaili dalam memperluas kategori harta wajib zakat, bersandar pada dalil-dalil umum, di samping berpegang pada syarat harta wajib zakat. Adapun ijtihad yang digunakan oleh Wahbah az-Zuhaili adalah ijithad al-qiyasi, yakni meletakkan hukum-hukum

  

syar’iyyah untuk kejadian atau perisiwa yang tidak terdapat di dalam al-Qur’an

9 Laelatul Azizah , Pandangan Wahbah Az-Zuhaili Terhadap Pemaokan Harga Komoditi

  dan as-Sunah dengan jalan menggunakan qiyas atas apa yang terdapat di dalam

  10 nash hukum syar’i.

  Skripsi yang di tulis oleh S uryadi “Studi Pemikiran Wahbah al-Zuhaili Tenang Pendistribusian Zakat Pada Asnaf Gharimin Sebagai

  Ibra’.” Hasil dari

  penelitian tersebut adalah Wahbah al-Zuhaili berpendapat bahwa al-gharimin yang berhak menerima zakat adalah mereka yang berutang untuk kemaslahatan mereka sendiri dan bukan digunakan untuk maksiat, kemudian mereka tidak sanggup untuk melunasinya dan mereka yang berutang untuk mendamaikan orang yang berselisih walaupun orang kaya. Sedangkan al-

  ibra’ adalah

  pengguguran oleh seseorang terhadap haknya yang berada pada tanggungan orang lain, atau menerimanya. Wahbah al-Zuhaili berpendapat tidak boleh menunaikan zakat dengan al-

  ibra’ karena tidak terpenuhinya sebagian syarat

  penunaiaan zakat dan juga meskipun terdapa unsur kemudahan. Pendapanya lebih mengikuti pendapa jumhur ulama karena menurutnya dalam salah satu metode tarjihnya adalah pendapat yang didukung oleh banyak ulama lebih kuat daripada yang sedikit, perbuatan tersebut tidak terdapat dalam sunah Nabawi dan

11 Khulafaurrasyidin.

  Selanjutnya, skripsi yang di tulis oleh Fajar Indriansyah “Pandangan

  Wahbah az-Zuhaili Dan Muhammad Syahrur Tentang Kepemimpinan Politik Perempuan.” Hasil penelitian tersebut adalah perempuan menurut Wahbah 10 Khilyatun Nikmah, Wahbah Az-Zuhaili dan Istidlalnya Tentang Zakat Properti (Skripsi UIN Sunan Kalijaga, 2008). 11 Suryadi, Studi Pemikiran Wahbah Al-Zuhaili Pendistribusian Zakat Pada Asnaf az-Zuhaili tidak boleh menjalani perpolitikan menurut al- Qur’an, Hadis, dan

  

ijma’ ulama. Sementara Muhammad Syahrur membolehkan perempuan

  menjalani perpolitikan al-qiwamah, baik eksekutif maupun legislatif berdasarkan QS. an-Nis a’ ayat 34 dan QS. al-Isra’ ayat 21 yang memberikan peluang kepada laki-laki dan perempuan untuk menjadi pemimpin asalkan memiliki kecakapan dalam hal itu.

  Dari peneliian ini diketahui bahwa pook-pokok pemikiran Wahbah az- Zuhaili dan Muhammad Syahrur antara lain bahwa perempuan dan laki-laki makhluk setara oleh karena iu kaum perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki dalam hal kepemimpinan politik. Persamaan kedua pemikiran tersebut adalah kaum perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk terjun ke wilayah politik. Sedangkan perbedaannya adalah pendekatan yang digunakan, Wahbah az-Zuhaili menggunakan pendekatan historis berdasarkan al-

  Qur’an, Hadis, dan Ijma’ , sedangkan Muhammad Syahrur menggunakan

  12

  pendekatan historis yang melihat langsung dari al- Qur’an.

  Dari penelitian dan tulisan yang ada, belum terdapat karya ilmiah yang membahas secara khusus tentang asuransi menurut Wahbah az-Zuhaili. Maka di sini, penulis akan membahas tentang ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN WAHBAH AZ-ZUHAILI TENTANG ASURANSI.

12 Fajar Indriansyah, Pandangan Wahbah Az-Zuhaili Dan Muhammad Syahrur Tentang

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian pustaka (library researchi), artinya sebuah studi dengan mengkaji buku-buku yang ada kaitannya dengan skripsi ini yang diambil dari

  13 kepustakaan.

  Materi pembahasan didasarkan pada kajian atas karya-karya kepustakaan yang membahas tentang permasalahan di sekitar pemikiran Wahbah az- Zuhaili tepatnya pada permasalahan asuransi.

  2. Data Penelitian Mengingat objek penelitian ini adalah pemikiran Wahbah az-Zuhaili tentang asuransi, data yang diteliti meliputi deskripsi pemikiran Wahbah az-

  Zuhaili tentang asuransi.

  3. Sumber Data Sumber data yang dijadikan rujukan penulis dalam menyusun skripsi ini merupakan data yang di peroleh dari bahan-bahan pustaka, terdiri dari: a.

  Sumber data primer Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian sebagai sumber informasi yang dicari. Data ini disebut juga

  14

  dengan data tangan pertama. Sumber primer dalam penelitian ini adalah kitab Al Fiqh Al Isla>mi wa Adillatuhu jilid 4 karya Wahbah az-Zuhaili.

  13 14 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Gajah Mada, 1980), 3.

  b.

  Sumber data sekunder Yang dijadikan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku- buku yang ditulis oleh pengarang lain yang relevan dengan pokok permasalahan yang menjadi kaitan dalam skripsi ini. Menurut Sugiyono, data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya peneliti harus mencari melalui orang lain atau mencari

  15

  melalui dokumen. Dalam skripsi ini yang dijadikan sumber data sekunder adalah;

  1. Buku Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional yang ditulis oleh Muhammad Syakir Sula.

  2. Buku Profil Para Mufasir al-Qur’an yang ditulis oleh Saiful Amin Ghafur.

  3. Buku Kumpulan Biografi Ulama Kontemporer yang ditulis oleh Muhammad Khoirudin.

  4. Ensiklopedi Hukum Islam yang ditulis oleh Abdul Aziz Dahlan, dkk.

  5. Skripsi yang ditulis oleh Lisa Rahayu “Makna Qaulana dalam al- Qur’an; Tinjauan Tematik Menurut Wahbah az-Zuhaili.” 6.

  Skripsi yang ditulis oleh Nila Sari Nasution “Hak Atas Air Irigasi Menurut Wahbah az-Zuhili (Studi Kasus di Desa Panyabungan Tonga Kec. Panyabungan).”

  15 c.

  Teknik Pengumpulan Data Jenis penelitan ini adalah penelitian pustaka, maka metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yaitu dengan cara pegumpulan data terkait pemikiran Wahbah az-Zuhaili tentang asuransi yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah asuransi sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan dari perkiraan. Data mengenai asuransi tersebu berupa catatan atau tulisan, surat kabar, majalah atau jurnal dan sebagainya yang diperoleh dari sumber data primer dan sekunder.

4. Analisis Data

  Untuk menganalisis data yang terkumpul dalam rangka mempermudah pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode: a.

  Deskriptif, yaitu dengan memaparkan sedetail mungkin pendapat Wahbah az-Zuhaili tentang kerangka pemikirannya mengenai asuransi, sehingga dapat diperoleh kesimpulan yang real, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang di selidiki. Sehingga dapat digunakan untuk membuat kesimpulan dengan interpretasi yang tepat.

  b.

  Induktif, yaitu suatu cara atau jalan yang di pakai untuk mendapakan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas pemikiran-pemikiran Wahbah az-Zuhaili secara terperinci, kemudian menarik kesimpulan yang bersifa umum.

  16

  16

G. Sistematika Pembahasan

  Suatu upaya untuk mempermudah pembahasan masalah dalam skripsi ini, dan mudah dipahami permasalahannya dengan teratur dan sistematis, maka penulis kemukakan sistematika pembahasan. Perlu diketahui bahwa pembahasan skripsi ini terdiri dari beberapa bab. Tiap-tiap bab dibagi dalam beberapa sub bab, maka untuk lebih jelasnya penulis kemukakan sistematika pembahasan sebagai berikut:

  BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berfungsi sebagai pola dasar dari seluruh isi skripsi yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI Bab ini berisi tentang tinjauan umum tentang asuransi yang meliputi asuransi konvensional dan Konsep Asuransi dalam Fikih Klasik, Pendapat Ulama Tentang Asuransi dan Asuransi Syariah di Indonesia.

  BAB III: ASURANSI MENURUT WAHBAH AZ-ZUHAILI DAN LANDASAN ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA Bab ini terdiri dari tiga sub bab. Pertama, pra data berisi tentang biografi Wahbah az-Zuhaili, wawasan keilmuan, Pendidikan dan karya-karyanya. Kedua, berisi tentang pemikiran Wahbah az-

  Zuhaili tentang asuransi. Ketiga, landasan asuransi syariah di Indonesia.

  BAB IV: ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN WAHBAH AZ-ZUHAILI TENTANG ASURANSI Bab ini berisi tentang analisis terhadap landasan pemikiran Wahbah az-Zuhaili tentang ketidaksetujuannya terhadap asuransi bisnis dan analisi terhadap implikasi pemikiran Wahbah az-Zuhaili tentang penolakan asuransi bisnis terhadap perkembangan asuransi syariah di Indonesia.

  BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan suatu kesimpulan dari seluruh uraian di atas, yang merupakan inti dari maksud permasalahan, disertai dengan saran-saran.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI A. Asuransi Konvensional 1. Pengertian Asuransi Konvensional Asuransi yang dalam bahasa Belanda disebut “assurantie” yang

  terdiri dari asal kata “assaradeur” yang berarti penanggung dan

  1 Sedangkan dalam Kamus Besar “geassureede” yang berarti tertanggung.

  Bahasa Indonesia, asuransi adalah pertanggungan (perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya

  2 sesuai dengan perjanjian yang dibuat).

  Pengertian asuransi menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu pihak perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: a.

  Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau

1 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), 151 .

  2 b.

  Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah dan/atau didasarkan

  3 pada hasil pengelolaan dana.

  Asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-

  4 kerugian besar yang belum pasti.

  Dari rumusan tersebut dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya asuransi merupakan suatu ikhtiar dalam rangka menanggulangi adanya risiko. Risiko adalah setiap kali orang tidak dapat menguasai dengan

  5 sempurna, atau mengetahui lebih dahulu mengenai masa yang akan datang.

  Secara umum pengertian asuransi adalah perjanjian antara penanggung dan tertanggung dimana penanggung menerima pembayaran premi dari tertanggung dan penanggung berjanji mambayarkan sejumlah uang atau dana pertanggungan manakala tertanggung:

  1. Mengalami kerugian, kerusakan, atau hilangnya suatu barang atau kepentingan yang dipertanggungkan karena suatu peristiwa yang tidak pasti.

  6 2.

  Berdasarkan hidup atau hilangnya nyawa seseorang.

  3 Lihat Pasal 1 ayar (1) Undang-Undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. 4 5 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), 244. 6 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), 72.

  2. Dasar Hukum Asuransi Konvensional

  Dasar hukum berlakunya Asuransi di Indonesia adalah: a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian b.

  Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) c. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Buku 1 Bab 9 dan 10, dan Buku II Bab 9 dan 10 d.

  Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Peraturan Pemerintah No.73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

  3. Jenis-Jenis Asuransi Konvensional

  Usaha perasuransian menurut pasal 2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 dibagi menjadi 3 yaitu: a.

  Perusahaan asuransi umum hanya dapat menyelenggarakan: 1.

  Usaha asuransi umum, termasuk ini usaha asuransi kesehatan dan lini usaha asuransi kecelakaan diri; dan

2. Usaha reasuransi untuk risiko perusahaan asuransi umum lain.

  b.

  Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha asuransi jiwa termasuk lini usaha anuitas, lini usaha asuransi kesehatan, dan lini usaha asuransi kecelakaan diri.

  c.

  Perusahaan reasuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha

  7 reasuransi.

  7

  Asuransi ditinjau dari segi kepemilikannya dibagi menjadi: a. Asuransi milik swasta nasional, perusahaan asuransi yang dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta dan tetap dalam naungan pemerintah.

  b.

  Asuransi milik pemerintah, perusahaan asuransi yang sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah dan dikelola oleh badan yang berwenang dalam kepemerintahan.

  c.

  Asuransi milik perusahaan asing, perusahaan asuransi yang kepemilikannya adalah dari negara lain yang beroperasi dalam negeri Indonesia.

  d.

  Asuransi milik campuran, perusahaan asuransi yang saham dan kepemilikannya milik beberapa pihak, baik pihak swasta maupun

  8 pemerintah.

  Dari segi sifatnya asuransi dibagi menjadi dua, yaitu: a. Asuransi wajib, adalah asuransi yang mempunyai sifat wajib atau harus diikuti oleh semua pihak yang berkaitan dengan peraturan perundang- undangan atau ketentuan pemerintah. Contoh jenis asuransi ini adalah asuransi jaminan sosial tenaga kerja dan asuransi kesehatan.

  b.

  Asuransi sukarela, adalah asuransi sukarela adalah pertanggungan yang dilakukan dengan cara sukarela. Contoh jenis asuransi ini adalah asuransi kebakaran, asuransi risiko pada kendaraan, asuransi jiwa, dan

  9 asuransi pendidikan.

  8 9 Seomitra, Bank dan Lembaga Keuangan, 270-271.

  Ade Artesa dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Jakarta:

  Dari segi objek dan bidang usahanya, asuransi dibagi menjadi empat, yaitu: a.

  Asuransi orang, meliputi 1.

  Asuransi jiwa meliputi asuransi jiwa seumur hidup, asuransi jiwa anuitas, asuransi jiwa jangka warsa, dan asuransi jiwa dwiguna.

  2. Asuransi kecelakaan 3.

  Asuransi kesehatan 4. Asuransi pendidikan 5. Asuransi dana pensiun b. Asuransi umum atau kerugian, terdiri atas: 1.

  Asuransi untuk harta benda, meliputi asuransi kebakaran, asuransi pengangkutan, asuransi kendaraan bermotor, asuransi kapal laut, asuransi pesawat terbang, asuransi minyak dan gas, asuransi rekayasa, dan asuransi tanggung gugat.

  2. Perusahaan reasuransi umum, yaitu perusahaan asuransi yang bidang usahanya menanggung risiko yang benar-benar terjadi dari pertanggungan yang telah ditutup oleh perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kerugian.

  3. Perusahaan reasuransi sosial, yaitu perusahaan yang bidang usahanya menanggung risiko finansial masyarakat kecil kurang mampu.