ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN HAMKA TENTANG KONSEP ETIKA GURU DAN MURID

(1)

ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN HAMKA

TENTANG KONSEP ETIKA GURU DAN MURID

SKRIPSI

Oleh:

ROSIDAH ATTUBEL NIM. 08110030

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

2012


(2)

ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN HAMKA

TENTANG KONSEP ETIKA GURU DAN MURID

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Malang

untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)

Oleh:

ROSIDAH ATTUBEL NIM. 08110030

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

2012


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Analisis Terhadap Pemikiran Hamka

Tentang Konsep Etika Guru dan Murid

SKRIPSI

Oleh:

ROSIDAH ATTUBEL

NIM. 08110030

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang,

dan diterima untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. PdI)

pada hari Sabtu, tanggal 03 November 2012.

Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Prof. Dr. Tobroni, M.Si 1... 2. Drs. Moh. Nurhakim, M.Ag 2... 3. Drs. Faridi, M.Si 3... 4. Drs. Fathor Rahim, M.Ag 4...

Mengesahkan, Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Malang Dekan,


(5)

MOTTO

“Dengan seni hidup menjadi indah

Dengan ilmu hidup menjadi mudah

Dengan agama hidup menjadi terarah”


(6)

Persembahan

Ku persembahkan karya ini untuk:

Aba dan Mama Tercinta

“Muhammad Attubel dan Ghaidah Attamimi”

Kalianlah Pendidik Teristimewa di Hati ini Sejak Dahulu, Kini, dan

SELAMANYA...

hanya doa yang mengiringi

serta ucapan terimakasih yang bisa syida sampaikan atas segala jasa kalian yang takan sanggup terbalas


(7)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rosidah Attubel

NIM : 08110030

Tempat/Tgl. Lahir : Atambua, 18 September 1990

Jurusan : Tarbiyah

Fakultas : Agama Islam

Dengan ini menyatakan bahawa skripsi yang berjudul “ Analisis Terhadap Pemikiran Hamka Tentang Etika Guru dan Murid” adalah karya saya, dan dalam naskah ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, baik sebagian atau keseluruhan, kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 29 Oktober 2012 Yang menyatakan,


(8)

ABSTRAK

Analisis Terhadap Pemikiran Hamka Tentang Konsep Etika Guru dan Murid; Rosidah Attubel; NIM 08110030; Jurusan Tarbiyah FAI UMM.

Kata Kunci:

Etika, Guru, Murid.

Peserta didik merupakan salah satu komponen dari pendidikan. Peserta didik memiliki potensi-potensi yang mapan untuk dikembangkan. Adapun faktor yang dapat mengembangkan potensi diri peserta didik adalah dirinya sendiri dan faktor diluar dirinya yang meliputi orang tua, guru, lingkungan dan pendidikan. Fakta pendidikan yang tergambar saat ini menunjukkan adanya pergeseran praktek nilai etik dalam kehidupan yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini dapat pula disebabkan oleh faktor interen peserta didik atau faktor diluar dirinya.

Mengingat pentingnya penerapan nilai-nilai etika dalam berperilaku, khususnya terhadap praktek pendidikan, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep etika guru dan murid menurut pemikiran Hamka

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan filosofis untuk menganalisis teks sehingga mampu memperoleh kesimpulan secara mendalam. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA). Pemilihan tokoh tersebut karena HAMKA juga merupakan salah satu tokoh intelektual Indonesia yang telah membahas permasalahan ini, namun sangat jarang orang yang meneliti pemikirannya dalam permasalahan ini. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi yakni berupa karya HAMKA sebagi sumber utama dan karya lain yang relevan sebagai sumber sekunder. Sedangkan analisis data menggunakan metode deskriptif analisis kritis.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa konsep etika guru dan murid menurut pemikiran Hamka mencakup pembahasan tentang: (1) Pandangan Hamka tentang penting profesi guru, (2) Etika guru dalam bekerja, (3) Etika guru tehadap murid, (4) Etika murid di dalam menuntut ilmu, (5) Etika murid kepada sesama pelajar.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, dan berbagai macam kenikmatan, yang salah satunya berupa kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa Skripsi dengan judul “Analisis Terhadap Pemikiran Hamka Tentang Etika Guru dan Murid” dengan lancar dan tanpa ada halangan apapun. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi akhir zaman, Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita mendapatkan syafaat dari beliau, lantaran kita selalu menjaga dan mengikuti sunah-sunahnya.

Kiranya tidaklah berlebihan bila penulis merasa tugas akhir ini terselesaikan karena banyak sekali bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Abah dan Mama tercinta, serta saudara yang tak pernah lelah memberikan dukungan materi maupun moril untuk pantang menyerah, selalu mengingatkan dan mengarahkan untuk terus menyelesaikan tugas akhir ini. Berkat kalianlah penulis bisa menyelesaikan kuliah ini dengan baik. 2. Khusus penulis sampaikan kepada Kakanda Idris Attubel dan Umi Elyah

Attubel, terima kasih atas segala dukungan materil selama Penulis di perantauan ini, semoga rizki kalian senantiasa dimudahkan oleh-Nya. 3. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada,

Dr. Muhadjir Effendy, M.AP., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, selain itu penulis ucapkan juga terima kasih kepada Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan fasilitas berupa beasiswa


(10)

kepada penulis, sehingga penulis dapat menempuh pendidikan di kampus ini dengan lancar.

4. Drs. Sunarto, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Drs. H.N. Taufik, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Prof. Dr. Tobroni, M. Si dan Drs. Moh. Nurhakim, M. Ag, selaku pembimbing pertama dan kedua dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Karena bimbingan beliau berdualah, tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih atas arahan, saran, motivasi, bimbingan, petunjuk yang sangat berarti, mulai dari awal hingga skripsi dapat terselesaikan.

7. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Tarbiyah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Berkat bapak maupun ibu dosen, penulis banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat untuk menjalani hidup ke depan.

8. Sahabat-sahabatku Tarbiyah angkatan 2008, selama empat tahun kita telah menulis sejarah hidup kita bersama dengan tinta kegembiraan, kesedihan, tawa dan derai airmata. Terima kasih telah memberikan kenangan indah itu, mudah-mudahan kita dapat berbagi cerita lagi dikemudian hari.

9. Sahabat tersayang, Fika, Fiya, Fifah, kalian sudah seperti saudara yang telah menemani hari-hari penulis di perantauan ini, susah senang yang telah kita lalui bersama semoga takan pudar hingga kapanpun. Lia,


(11)

Umamah, Yanti, Anjar, Lutfi, Soulis dan Amir, kenangan di bangku kuliah adalah hal manis yang kita ukir bersama, semoga kita diberi umur yang lebih hingga bisa reuni 10 tahun lagi sebagaimana rencana kita.

10. Semua pihak yang telah ikut membantu sehingga penulis dapat menyelesaikannya tugas akhir ini.

Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki sehingga karya ini jauh dari sempurna, kritik dan saran yang bermanfaat sangat berguna untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Terlepas dari itu semua, semoga karya ini bermanfaat. Amien

Malang, 29 Oktober 2012


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN. ... iii

MOTTO... iv

PERSEMBAHAN... ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR BAGAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan Penelitian... 11

D. Manfaat Penelitian... 11

E. Definisi Operasional... 12

F. Metode Penelitian... 14

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 14

2. Sumber Data... 15

3. Metode Pengumpulan Data... 17

4. Metode Analisis Data... 17

G. Sistematika Penulisan... 19

BAB II KAJIAN TEORITIK TENTANG ETIKA GURU DAN MURID 21 A. Konsep Etika... 21

1. Pengertian dan Objek Kajian Etika... 21

2. Pembagian Etika... 28

a. Etika Deskriptif... 29


(13)

c. Metaetika... 30

3. Tujuan Etika... 33

B. Etika Guru dan Murid dalam Proses Pendidikan... 35

1. Pengertian Guru... 35

2. Permasalahan dan Etika Seorang Guru... 36

3. Hakikat Murid... 47

4. Etika Murid... 51

C. Pandangan Para Ahli Tentang Etika Guru dan Murid... 64

1. Ahmad Dahlan... 66

2. Al-Ghazali... 69

3. Az-Zarnuji... 72

4. Ibn Maskawaih... 74

5. Abdullah Nasih Ulwan... 77

BAB III Hamka: Biografi, Karya dan Pemikirannya... 83

A. Kehidupan dan Pendidikan Hamka... 83

B. Karya-karya Hamka... 91

C. Sekilas Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan dan Etika... 95

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS PEMIKIRAN HAMKA TENTANG ETIKA GURU DAN MURID... 103

A. Konsep Etika Guru... 103

1. Profesi Guru... 103

2. Etika Guru dalam Bekerja... 106

3. Etika Guru Kepada Murid... 109

B. Konsep Etika Murid... 111

1. Etika Murid dalam Menuntut Ilmu... 111

2. Etika Murid Kepada Guru... 115

3. Etika Murid Kepada Sesama Pelajar... 117


(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 128

A. Kesimpulan... 128

B. Saran... 129


(15)

DAFTAR TABEL


(16)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Alur Pikir Pembangunan Karakter... 125 Bagan 2. Relevansi Etika dan Pendidikan Karakter... 126


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Dari Buku:

Ahmad Hakim, M. Thalhah. (2005). Politik Bermoral Agama, Tafsir Politik Hamka. Yogyakarta, Tim UII Press.

Al-Ghazali, Imam. (2009). Ringkasan Ihya’ Ulumuddin (Terj. Bahrun Abu Bakar, L.C.). Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Al-Jumbulati, Ali. (1994).Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta. Al-Syaibani, Omar Mohammad Al-Toumy. Falsafah Pendidikan Islam Jakarta: Bulan

Bintang.

Armada Riyanto et al. (2004). Pengantar Filsafat (Pendekata Sistematis. Malang: UMM Press.

Asy-Syalhub, Fu’ad bin Abdul ‘Aziz. (2011). al-Mu’allim al-Awwal (Qudwah Likulli Mu’allim wa Mu’allimah), Terj. Jamaluddin Lc, Begini Seharusnya Menjadi Guru (Panduan Lengkap Metodologi Pendidikan Cara Rasulullah SAW.), Jakarta: Darul Haq.

As’ad, Ally. (2007). Terjemah Ta’limul Muta’allim, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan,Kudus: Menara Kudus.

as-Sadhan, Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad. (2006). Ma’alim fi Thariq Thalab al-‘Ilmi,terj. Nur Alim dan Beni Sarbeni,Bimbingan Menuntut Ilmu, Tahapan Adab, Motivasi, Hambatan dan Solusi.Jakarta: Pustaka at-Tazkia.

Aziz, Hamka Abdul. (2012).Karakter Guru Profesiona.Jakarta: Almawardi Prima. az-Zarnuji, Burhan al-Islam. Ta’limul Muta’allimi Thariqa at-Ta’allumi. Sudan:

ad-Daar as-Soudaaniah lilkutubi.

Basri, Hasan. (2009).Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia. Bertens, (1993). K.Etika.Jakarta: PT Gramedia Utama.


(18)

Bungin, Burhan. (2001). Metodologi Penelitian Sosial. Sidoarjo: Airlangga University Press.

Damami, Muhammad. (2000). Tasawuf Positif (Dalam Pemikiran Hamka).

Yogyakarta: CV. Adipura.

Darji Darmodiharjo, Shidarta. (1995). Pokok-pokok Filsafat Hukum.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Departemen Agama RI. (2004). Al-Qur’an dan Terjemahannya (Qur’anu al-Karim). Bandung: PT Syaamil Al-Qur’an, Surah Ali Imran [3]: 164.

Hamka. (1984).Falsafah Hidup.Jakarta: PT Pustaka Panjimas. , (1984).Lembaga Hidup. Jakarta: PT Pustaka Panjimas. , (1983).Lembaga Budi. Jakarta: PT Pustaka Panjimas. , (1983).Tasawuf Modern. Jakarta: PT Pustaka Panjimas. , (1992).Pandangan Hidup Muslim. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Haris, Abd. (2010). Etika Hamka, Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius. Yogyakarta: LkiS.

Kementrian Pendidikan Nasional, (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter,

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Pembukuan. Kholiq, Abdul. et al. (1999). Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan

Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Miskawaih, Ibn. (1994). Tahdzib al-Akhlak. Terj. Helmi Hidayat, Menuju Kesempurnaan Akhlak. Jakarta: Mizan.

Mohammad, Herry. (2008). Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh di Abad 20.Jakarta: Gema Insani.

Nizar, Samsul. (2002). Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis.Jakarta: Ciputat Pers.


(19)

Peter Salim, Yenny Salim. (1991). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press.

Rahim, Fathor. (2006). Rekonstruksi Pemikiran Tasawuf di Indonesia (Studi Tentang Konsep “Bahagia” Menurut Hamka dalam Buku Tasawuf Modern). Tesis Magister Ilmu Agama Islam UMM Program Pasca Sarjana, Malang.

Rapar, Jan Hendrik. (1996).Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Romlah. (2010).Psikologi Pendidikan. Malang: UMM Press.

Salam, Burhanudin. (2000). Etika Individual.Jakarta: Rineka Cipta.

Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. (2002). Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju.

Soejitno Irmim, Abdul Rochim. (2006). Menjadi Guru Yang Bisa Digugu dan Ditiru. Penerbit: Seyma Media.

Subini, Nini. (2012).Jangan Jadi Guru Karbitan!. Jakarta: PT. Buku Kita.

Suriasumantri, Jujun S. (1998). ”Penelitian Ilmiah, Kefilsafatan, dan Keagamaan: Mencari Paradigma Kebersamaan,” Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Tinjauan Antardisiplin Ilmu, Harun Nasution et al. Bandung: Penerbit Nuansa dan Pusjarlit.

Sukardjo, Ukim Komarudin. (2010). Landasan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syar’i, Ahmad. (2005).Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Tobroni. (2008). Pendidikan Islam, Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritual.

Malang: UMM Press.

Ulwan, Abdullah Nasih. Tarbiyatu al-Aulad fi al-Islam, Terj. Saifullah Kamalie, Hery Noer Ali,Pedoman Pendidikan Anak Dalan Islam. (jilid II). Semarang: CV Asy-Syifa’.


(20)

Ya’qub, Hamzah. (1996). Etika Islam: Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar).Jakarta: CV. Diponegoro.

Zed, Mestika. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Dari Internet:

Gaya Hidup Remaja Masa Kini, Diakses pada: 09-09-2012, pukul 10.00 WIB

(http://www.kainsutera.com/info-remaja/perlunya-etiket-dalam-dunia-remaja-masa-kini.html).

Merosotnya Moral Remaja, diakses pada Kamis, 13-09-2012 dari,

http://kaindea.wordpress.com/2008/08/10/merosotnya-moral-remaja/.

Undang-Undang Republik Indonesia No20 Tahun 2003 Tentang Sistem Guru Nasional,

diakses pada Kamis, 13-09-2012 dari,

http://archive.web.dikti.go.id/2009/UUno20th2003-Sisdiknas.htm.

Kumpulan Peribahasa Indonesia dan Artinya,diakses pada minggu, 16-09-2013, pukul 08.00 WIB. Dari: http://www.zebhi.com/2010/02/kumpulan-peribahasa-indonesia-arti.html

Kamus Besar Bahsa Indonesia, diakses pada, tanggal 20-09-2012, dari

http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada, Kamis, 13-09-2012 dari: http://Kamusbahasaindonesia.org/guru.


(21)

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada, Kamis, 13-09-2012 dari: http://Kamusbahasaindonesia.org/murid.

Tujuan Mempelajari Etika, diakses pada, sabtu, 29-09-2012 dari:

http://doguroto.blogspot.com/2010/04/tujuan-mempelajari-etika.html. Yenny Kasim,Keutamaan Menuntut Ilmu,diakses pada hari sabtu, tanggal 29-09-2012,

dari http://www.scribd.com/doc/31127809/KEUTAMAAN-MENUNTUT-ILMU.

Software:

HR. Muslim, Kitab: Kepemimpinan, Bab: Barang Siapa Berperang Untuk Riya’ dan Ingin Dipuji, No. Hadits: 3527. Sumber: Software Hadits Eksplorer,

Ensiklopedi Sunnah Nabawi Berdasarkan 9 Kitab.

HR. Ibnu Majah, Kitab: Mukaddimah, Bab: Keutamaan Ulama’ dan Dorongan Untuk Menuntut Ilmu, No. Hadits: 220. Sumber: Software Hadits Eksplorer,


(22)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Agama Islam merupakan agama yang memuliakan ilmu. Ini dibuktikan oleh Allah SWT. dengan mengutus Rasulullah Muhammad SAW. kepada umatnya untuk menyampaikan ajaran Islam, mengajarkan iman dan ilmu pada manusia. Iman, ilmu dan amal bagaikan pohon hijau yang senantiasa memberi kesejukan saat orang berteduh. Namun jika iman, ilmu dan amal telah terpisahkan, tidak lain hanyalah seperti batang pohon kering yang tertanam di tanah. Allah berfirman dalam al-Qur’an:

ﺴﺴـ ْذِإ ﺴﲔِِْﺆُْﺒ ﻰﺴﺴ ُﻪﱠ ﺒ ﱠ ﺴ ْﺪﺴﺴ

ْ ِﻬ ﱢﺴﺰُـﺴو ِﻪِﺎﺴﺒﺴء ْ ِﻬْﺴﺴ ﻮُْـﺴـ ْ ِﻬِ ُْـﺴأ ْ ِ ًﻮُ ﺴر ْ ِﻬِ ﺴﺚ

ﲔُِ ﺳل ﺴﺴﺿ ِﺴ ُ ْﺴـ ْ ِ ﺒﻮُﺎﺴ ْنِإﺴو ﺴﺔﺴ ْ ِْﳊﺒﺴو ﺴبﺎﺴِ ْﺒ ُ ُﻬُﱢﺴُـﺴو

1

“Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW. diutus oleh Allah SWT. kepada umatnya untuk menanamkan ilmu sekaligus mensucikan jiwa mereka. Mensucikan berarti, membersihkan dari sifat-sifat buruk yang merupakan kebiasaan sebagian besar masyarakat Makkah pada masa itu, misalnya, syirik, dengki, sombong serta prilaku buruk lainnya seperti mabuk-mabukan, merampas hak orang lain dan sebagainya. Nabi Muhammad SAW. membongkar pola pikir masyarakat penyembah berhala hingga mereka menyadari kewajibannya yakni menyembah Allah SWT. sebagai pencipta, pengatur, dan pemelihara umat manusia. Pensucian jiwa dan penyadaran sikap bertauhid dilakukan oleh Nabi Muhammad


(23)

SAW. melalui pengajaran dan pendidkan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi masyarakat pada waktu itu.

Muhammad SAW. sudah menunjukan kesempurnaan sebagai seorang guru, karena beliau dalam pelaksanaan pembelajarannya sudah mencakup semua aspek yang ditetapkan oleh oleh para ahli pendidikan bahwa pendidkan harus bersifat kognitif (Rasulullah SAW. menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain), bersifat psikomotorik (Rasulullah SAW. melatih keterampilan jasmani kepada para sahabatnya), bersifat afektif (Rasulullah SAW. selalu menanamkan nilai dan keyakinan kepada sahabatnya).

Muhammad SAW adalah sosok guru yang ideal, apa yang dilakukannya adalah yang saat ini sering dikenal dengan sebutan Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam dunia pendidikan. pendidikan merupakan sebuah proses mewariskan nilai kehidupan serta bekal di masa mendatang. Persoalan pendidkanpun telah banyak dibicarakan oleh masyarakat dari berbagai disiplin ilmu, sebab pendidikan merupakan jalur utama menuju perubahan dan dengan pendidikan, serangkaian proses pemberdayaaan menuju kedewasaan terjadi, baik secara akal, mental maupun moral.

Sebagaimana tujuan pendidikan yaitu untuk mencetak Insān Kāmil (manusia sempurna) di muka bumi. Sehingga tidak akan sempurna seseorang jika hanya baik akhlaknya namun tidak cerdas akalnya, demikian juga jika hanya cerdas akalnya namun tidak memiliki moral dan etika yang baik. Sebagaimana harapan dari pendidikan adalah untuk memberikan penyadaran terhadap apa yang diketahuinya, kemudian pengetahuan tersebut harus direalisasikan sendiri dan selanjutnya


(24)

mengadakan penelitian serta mengetahui hubungan kasual, yaitu alasan dan alur pikirnya.2

Dalam dunia pendidikan ada komponen penting yang tidak bisa terpisahkan demi berlangsungnya proses pendidikan, yaitu guru dan murid. Jika tidak ada keduanya maka tidak akan pernah terjadi proses pemindahan ilmu pengetahuan atau

transfer of knowledge,dan inilah yang menjadi inti dari adanya proses pendidikan. Ibarat sebuah kendaraan umum adalah pendidikan, maka guru adalah sopir yang mengendarai, serta menentukan arah laju kendaraan tersebut dan bertanggungjawab atas keselamatan para penumpangnya. Dalam hal ini, murid-lah yang berperan sebagai penumpang yang ikut serta dalam laju mobil itu. Maka penumpang tidak boleh salah dalam memilih kendaraan yang sesuai dengan kebutuhannya, serta sang sopir tidak boleh sembarangan ketika mengemudi, harus mematuhi segala aturan atau norma dan kode etik mengemudi yang baik agar sampai pada tujuan sesuai harapan. Begitu juga dengan pendidikan, yakni guru dan murid, keduanya memiliki tata cara dan norma-norma etis yang berlaku dalam proses belajarnya sehingga mampu mecapai hasil yang maksimal.

Akan tetapi realita yang didapatkan masih jauh dari apa yang diharapkan, tidak jarang para guru masih suka memelihara penyakit pada profesinya, seperti penyakit asal masuk kelas, tidak punya selera, atau guru yang memiliki wawasan tidak luas, dan lain sebagainya. Siapapun tentu tidak ingin hal ini yang menjadi warisan pada muridnya, sudah pasti semua orang ingin yang terbaik untuk dirinya maupun generasinya.

Apa yang manjadi tujuan dalam pendidikan terkadang tidak sejalan dengan apa yang diusahakan, banyak kalangan yang mensinyalir merosotnya budi pekerti di


(25)

kalangan anak dan remaja. Tentu dalam hal ini orang tua dan para guru lebih paham akan permasalahan etika dan etiket yang terjadi di kalangan remaja saat ini. Seringkali orangtua kecewa ketika melihat tingkah remaja saat ini. Mulai dari tata krama terhadap orang dewasa, kelakuan ugal-ugalan di jalan raya, tidak serius dalam menuntut ilmu, hingga sederet perilaku lain yang menyimpang, seperti seks bebas dan penggunaan narkoba. Bentrok antar anak dan orang tua, ataupun guru kerap terjadi, ini disebabkan karena kurangnya memahami etika dan tata cara sopan santun dengan baik. Padahal dalam hal ini, orang tua dan guru turut memiliki peran terpenting untuk merubah generasinya ke arah yang lebih baik, dengan cara memperbaiki cara mendidik serta memperhatikan karakteistik dan kebutuhan murid. Berbagai kalangan menganggap bahwa dihapusnya pelajaran budi pekerti dari kurikulum pendidikan indonesia menjadi salah satu penyebab merosotnya etika dan budi pekerti murid saat ini.3

Tidak jarang penulis mendengar terjadi kasus asusila di kalangan anak remaja, tragisnya lagi terjadi pada anak usia Sekolah Dasar (SD). Sering juga terdengar bahwa si A yang nota bene adalah anak usia SD dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) melakukan kasus asusila terhadap temannya yang sama adalah SD maupun SMP juga, ketika di tanya sering mereka jawab bahwa mereka meniru adegan ciuman yang di tayangkan pada film-film. bahkan lebih rusaknya lagi, anak-anak remaja dewasa ini tidak jarang kita saksikan mereka berjalan dan berciuman dengan lawan jenisnya yang sama sekali bukan saudaranya, itu terjadi didepan umum, mereka menganggap seolah-olah itu hal yang biasa, demikian juga dengan orang-orang yang menyaksikan hal itu, seakan mereka menutup mata dengan hal itu. Lebih parah lagi adalah terjadi di kalangan mahasiswa di perguruan tinggi yang merupakan agen of change. Dapat


(26)

dilihat hampir 75% mahasiswa baik diperguruan tinggi negeri maupun swasta, menggunakan busana yang tidak patut untuk dipakai dalam menuntut ilmu. Para guru juga seakan-akan melihatnya sebagai hal yang suatu hal yang baik, padahal secara yuridis sangat bertentangan dengan aturan akademik.4

Dalam dunia pendidikan, sesungguhnya persoalan etika sangat perlu diperhatikan, sebab pada dasarnya tujuan pendidikan tidaklah hanya ingin mencetak generasi yang berotak cerdas dan berketerampilan saja, melainkan mencetak manusia yang sempurna dan berbudi pekerti luhur. Hal ini selaras dengan undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 Pasal III yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”5

Dengan demikian, pendidikan pada prinsipnya telah memikul amanah keselamatan bangsanya dimasa mendatang, amanah untuk mewariskan nilai-nilai kehidupan sebagai penolong kehidupan masa depan. Namun apabila dalam proses belajar dan mengajar saja persoalan etika sudah diabaikan oleh murid maupun guru maka bagaimana mungkin bisa mewujudkan fungsi pendidikan. Dalam sebuah peribahasa indonesia mengatakan bahwa:

“Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi”

Artinya: Menuntut ilmu hendaknya sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung agar mencapai hasil yang baik.”6

4

Merosotnya Moral Remaja, diakses pada Kamis, 13-09-2012 dari, http://kaindea.wordpress.com/2008/08/10/merosotnya-moral-remaja/.

5

Undang-Undang Republik Indonesia No20 Tahun 2003 Tentang Sistem Gurua Nasional,

diakses pada Kamis, 13-09-2012 dari, http://archive.web.dikti.go.id/2009/UUno20th2003-Sisdiknas.htm.


(27)

Dari peribahasa di atas, maka dalam penelitian ini sesungguhnya penulis ingin membicarakan tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang guru dan murid dalam menuntut ilmu sehingga bisa mencapai hasil yang maksimal. Sebab, apabila hendak menuntut ilmu saja sudah tidak menunjukkan rasa keseriusan, tidak adanya niat, kurangnya menghargai guru atau bahkan kurang menghargai ilmu itu sendiri maka mustahil seseorang akan mencapai hasil terbaik jika bukan karena sebuah mukjizat.

Beberapa tokoh muslim zaman silam yang kini namanya tidak asing lagi di dunia pendidikan pernah menyinggung permasalahan tersebut dalam berbagai karyanya serta telah menjadi objek penelitian, pendidikan, perdebatan dan sebagainya oleh para pakar pendidikan sesudahnya, diantaranya yaitu “Tahzib Al-Akhlak – Pendidikan Akhlak, dan “Al-Fauz Al-Asghar = Keuntungan Kecil” oleh Ibnu Maskawaih (Meninggal 1030 M.), “Adab Al-Mu’allimin = sopan santun guru-guru” oleh Ibnu Sahnun (meninggal 256 H.), “Arrisalah Al-Mufashalahli-ah walil Mu’allimin waahkamil Mu’allimin Walmuta’allimin = uraian panjang tentang keadaan guru-guru dan keadaan guru dan murid” oleh Abil Hasan Al-Qabisy (meninggal 1012 M.), “Ihya “ulumuddin = menghidupkan ilmu agama” oleh Al-Ghazali (meninggal 1111 M.), “Mukaddimah” oleh Ibnu Khaldun (meninggal 1406 M.), “Al-Mu’id Adabil Mufid Wal Musrafid = keterangan tentang tata cara orang yang memberi faedah dan orang yang mengambil faedah” oleh Abd. Basith Al-Almawy (meninggal 981 H.), “Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum” oleh Syeikh Burhan Al-Islam Al-Zarnuji, “Adab Al-‘Alim wa Al-Muta’allim” K.H.M Hasyim Asy’ari dan buku-buku pendidikan Islam lainnya.7


(28)

Dengan demikian, melihat banyaknya para tokoh yang telah membicarakan adab atau etika dalam menuntut ilmu dan menjadikan sebuah karya berharganya sabagai warisan pada kita, maka ini merupakan salah satu bukti betapa pentingnya memperhatikan etika dan tata cara dalam menuntut ilmu agar mampu menuai hasil sempurna. Hal serupa sebenarnya telah diungkapkan oleh salah satu tokoh yang sangat dikenal di kalangan masyarakat sebagai orang yang mempunyai integritas tinggi dibidang moral dan keilmuan. Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang akrab dikenal dengan nama Hamka, Ia adalah salah seorang cendekiawan dan ulama terkemuka di Indonesia. Dengan pemikirannya dari berbagai disiplin ilmu, antara lain, Tafsir, tasawuf, fiqh, sejarah, filsafat dan sastra. Bagi penulis, sangat banyak para ahli baik dari dunia pendidikan maupun tidak, telah mengadakan penelitian atau mengkaji Hamka dari berbagai sudut keahlian yang dimilikinya, seperti teologi Islam, tasawuf, tafsir, ilmu kalam bahkan pendidikan dan lain sebagainya. Namun, menurut sepengetahuan penulis, masih sangat jarang bahkan nyaris belum ada yang membahas dan meneliti secara mendalam pemikiran Hamka dari sudut etika, lebih khususnya lagi etika dalam proses pendidikan. Padahal, Hamka yang juga salah satu tokoh filsafat sebenarnya telah banyak membahas permasalahan etika secara utuh pada karyanya, diantaranya Falsafah Hidup,8 Lembaga Hidup,9 Lembaga Budi,10 Tasawuf Modern,11 Pandangan Hidup Muslim,12 dan lain-lain. Dari karya-karyanya ini ada bagian yang menyebutkan etika untuk seorang guru dalam bekerja dan juga etika murid dalam menuntut ilmu, hanya saja masih tercampur dengan pembahasan etika atau akhlak secara luas.

8

Hamka,Falsafah Hidup(Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1984).

9

Hamka,Lembaga Hidup(Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1984).

10

Hamka,Lembaga Budi(Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1983).


(29)

Hamka telah membahas permasalahan etika bagi guru dan murid dengan cara yang sedikit berbeda. Jika penulis melihat beberapa tokoh yang telah membahas permasalahan ini, seperti al-Ghazali, yang menyoroti tentang etika belajar yang harus dimiliki oleh soerang peserta didik ketika berada dalam majlis ilmu, serta mengupas sekilas saja tentang etika guru. Kemudian az-Zarnuji yang dalam pembahasannya lebih dominan pada etika belajar murid serta keutamaan ilmu. Ibn Maskawaih yang berbicara tentang cara mendidik anak, dan dalam hal ini orangtua-lah yang memiliki tanggung jawab terbesar pada pendidikan anak. Abdullah Nasih Ulwan yang juga menyoroti tentang pandidikan anak. Pembahasan ini akan penulis kupas pada bab kedua dari penelitian ini. Namun, berbeda dengan pandangan di atas, Hamka pun telah membahas secara lengkap tentang etika guru dan murid, mulai dari etika guru terhadap profeseinya, etika guru dalam bekerja dan etika guru kepada murid. Di samping itu, Hamka juga berbicara tentang etika murid, yakni etika murid kepada guru, etika murid dalam menuntut ilmu serta etika murid kepada sesama temannya. Pembahasan tentang pemikiran Hamka tersebut akan penulis uraikan pada bab keempat dalam penelitian ini.

Dengan demikian, inilah yang menjadi dasar ketertarikan penulis untuk meneliti secara khusus buah pemikiran Hamka tentang etika bagi guru dan murid dalam proses pendidikan dari beberapa karyanya yang relevan untuk menjadikan sebuah sumbangan sederhana dibidang pendidikan.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas maka jelaslah alasan mengapa penulis memilih judul “Analisis Terhadap Pemikiran Hamka Tentang Etika Guru dan Murid” sebagai penelitian ini. Harapan penulis semoga penelitian sederhana ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan khusunya bagi peneliti selanjutnya.


(30)

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, agar lebih jelas dan tidak terjadi kesalah pahaman dalam penelitian skripsi ini, maka penulis mencoba untuk membatasi permasalahan yang akan dibahas. Dalam skripsi ini penulis akan membahas mengenai pandangan Hamka tentang konsep etika guru dan murid, seperti etika guru tehadap ilmu, terhadap perofesi dan muridnya, serta etika murid terhadap ilmu, terhadap guru dan juga kepada sesama murid.

Dengan demikian, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Hamka tentang konsep etika seorang guru? 2. Bagaimana pandangan Hamka tentang konsep etika murid?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pandangan Hamka tentang konsep etika seorang guru. 2. Untuk mengetahui pandangan Hamka tentang konsep etika murid.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dan manfaat. Dalam hal ini penulis membagi dalam dua perspektif, yang pertama secara teoritis dan yang kedua secara praktis dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran baru bagi khazanah ilmu pengetahuan khususnya pada kaum guru agar mampu mendidik muridnya sesuai dengan etika yang baik.

2. Secara Praktis a. Bagi penulis


(31)

Untuk meningkatkan penalaran, keluasan wawasan serta kemampuan pemahaman dan analisis penulis tentang etika guru dan murid dalam menuntut ilmu.

b. Bagi masyarakat

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan moral etika yang berharga kepada masyarakat luas terutama kepada para orangtua dan guru agar mampu mengajarkan dan menerapkan etika yang baik terhadap dirinya maupun generasinya.

c. Bagi lembaga pendidikan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam pembentukan perilaku pada bagi guru dan murid agar disesuaikan dengan kemaslahatan secara umum serta sesuai dengan ajaran Islam.

d. Bagi kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan referensi dan pijakan bagi peneliti-peneliti selanjutnya, dan lebih penting lagi, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wawasan dan keilmuan yang dapat dipertanggung jawabkan dalam lingkup akademik.

1.5 Definisi Operasional

Untuk lebih mempermudah terhadap pembahasan dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang sangat erat kaitannya dengan penelitian ini, di antaranya adalah:

1. Etika adalah berasal dari bahasa yunani kuno, dalam bentuk tunggal ethos


(32)

habitat, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha artinya adalah adat kebiasaan.13 Di dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,14 etika memiliki arti: Pertama, Ilmu pengetahuan tentang moral, kedua, peraturan tentang kelakuan yang benar dan salah. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).15 Dari sini dapat penulis pahami bahwa etika merupakan suatu ilmu yang menentukan nilai baik dan buruk dari tingkah laku dan kebiasaan seseorang. Serupa dengan ini, Tobroni dalam bukunya mengatakan, jika membahas soal etika yakni telah membahas tentang yang baik dan yang buruk. Etika adalah soal ukuran atau norma.16

2. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan, mulai dari tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), pendidikan dasar, hingga menengah.17 Dengan demikian maka guru adalah orang yang bertugas untuk mengajar dan menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.18 Sedangkan Nini Subini menyampaikan bahwa secara umum guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan.19

13

K. Bertens,ETIKA(Jakarta: PT Gramedia Utama, 1993), hal. 4.

14

Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991), hal. 408.

15

Kamus Besar Bahsa Indonesia, diakses pada, tanggal 20-09-2012, dari http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php.

16

Tobroni, Pendidikan Islam, Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritual, (Malang: UMM Press, 2008), hal. 26.

17

Nini Subini,Jangan Jadi Guru Karbitan!(Jakarta: PT. Buku Kita, 2012), hal. 9.

18


(33)

3. Murid adalah orang (anak) yang sedang berguru (belajar, bersekolah).20 Sehingga menurut Hasan Basri, tugas utama dari Murid adalah belajar, menuntut ilmu, dan mempraktekkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.21

1.6 Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan ini adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.22 Pada penelitian ini nantinya jawaban dari rumusan masalah akan ditemukan dari data yang diperoleh dari data pustaka yakni dari buku-buku, jurnal, internet dan sebagainya.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian yang mencoba menemukan, menggali dan menganalisis kualitas-kualitas tertentu dari obyek studi. Sasaran penelitian ini terbatas, namun dengan keterbatasan sasaran penelitian yang ada itu digali sebanyak mungkin data mengenai sasaran penelitian.23 Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif ini lebih mengutamakan kualitas data daripada kuantitas sasaran penelitian.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan filosofis untuk menganalisis teks agar mendapatkan makna secara mendalam hingga ke akar permasalahan yang diteliti. Penelitian ini membutuhkan analisis yang mendalam serta teliti karena ditinjau dari sudut pandang seseorang.

20

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada, Kamis, 13-09-2012 dari: http://Kamusbahasaindonesia.org/murid.

21

Hasan Basri,OpCit.,hal. 89.

22

Mestika Zed,Metode Penelitian Kepustakaan(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hal. 3.


(34)

2. Sumber Data

Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian.24 Oleh karena itu, sumber data berarti asal mula dari mana data itu diperoleh atau berasal. Adapun sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber pertama.25 Karena penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka sumber utamanya adalah buku. Buku yang yang akan menjadi sumber primer utama dalam penelitian ini adalah buku-buku karya Hamka yang memiliki kaitan dengan penelitian ini diantaranyaFalsafah

Hidup, Lembaga Hidup, Lembaga Budi. Ketiga buku tersebut

merupakan buku inti dan paling banyak penulis gunakan untuk mendeskripsikan pemikiran Hamka dalam masalah tersebut. Di samping itu, ada beberapa buku karangan Hamka yang penulis gunakan sebagai sumber primer yang bersifat pendukung primer utama, seperti: Tasawuf Modern, Pandangan Hidup Muslim, Akhlakul Karimah.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder.26 Data sekunder ini diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan etika menuntut ilmu bagi guru dan murid seperti,

Ihya ‘Ulumuddin, Ta’limul Muta’allim, Etika dan Profesi Pendidikan, Pendidikan Etika, Filsafat Etika Islam, Ensiklopedia Etika Islam,

24

Ibid, hal. 123.


(35)

Falsafah Pendidikan Islam, Etika, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Teknik ini dilakukan untuk mencari data atau hal-hal yang variabel berupa bukti tertulis yang diperoleh dari buku induk (sumber utama) serta buku-buku Etika lainnya. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya yang ada hubungannya dengan topik pembahasan yang diteliti. Dokumen merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif. Bahan dokumenter dalam penelitian kualitatif sering disebut penelitian kepustakaan. Penggunaannya disarankan untuk dokumenter yang primer dengan cara mengidentifikasi, mencatat, dan mengumpulkan bahan dari dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.27

4. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan menganalisisnya. Dalam tahap ini penulis menggunakan Metode deskriptif analisis kritis atau yang disebut dengan metode analisis ktiris. Metode ananlisis kritis sesungguhnya merupakan pengembangan dari metode dekriptif, yakni metode yang mendeskripsikan gagasan manusia tanpa suatu analisis yang bersifat kritis. Jujun S. Suriasumantri menguraikan


(36)

tentang merode analisis kritis dalam sebuah buku,28bahwa metode deskriptif sering dikenal dengan sebutan deskriptif analitis. Namun baginya dengan menonjolkan sifat kritis dalam meneliti merupakan sangat penting dalam sebuah penelitian. Sehingga pada dasarnya metode deskriptif ini dikembangkan menjadi “metode deskriptif analisis kritis”, Namun karena terdengar terlalu panjang maka disingkat menjadi “analisis kritis” dengan aspek deskripsi sudah termasuk di dalamnya.

Objek kajian metode analisis kritis adalah gagasan atau ide manusia yang terkandung dalam bentuk media cetak, baik berupa naskah primer atau naskah sekunder. Tujuan dari metode ini adalah mengkaji gagasan primer mengenai suatu ruang lingkup permasalahan yang dipercaya oleh gagasan sekunder yang relevan. Dari sini maka fokus penelitian analisis kritis sesunggahnya hanyalah mendeskripsikan, membahas dan mengkritik gagasan primer yang selanjutnya dikonfrontasikan dengan gagasan primer atau sekunder yang lain dalam upaya melakukan studi yang berupa perbandingan, hubungan ataupun pengembangan model. Langkah-langkah yang digunakan dalam menggunakan metode ini adalah:

a. Mendeskripsikan gagasan primer yang merupakan objek penelitian utama. Kemudian,

b. Membahas gagasan primer tersebut. Yakni memberi penafsiran peneliti yang orisinal terhadap gagasan yang telah dideskripsikan,

28


(37)

c. Memberi kritik terhadap gagasan primer yang telah ditafsirkan tersebut. Tujuan kritik dalam analisi kritis adalah menyimpulkan kelebihan atau kekurangan dari suatu gagasan primer,

d. Melakukan studi analitik. Yaitu studi terhadap serangkaian gagasan primer dalam bentuk perbandingan, hubungan atau pengembangan model rasional serta penelitian historis.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh hasil yang sistematis, terarah dan menyeluruh sebagaimana judul yang akan diteliti, serta untuk memahami hasil penelitian ini, maka demikianlah gambaran sistematika penulisannya:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan yang menggambarkan secara garis besar materi yang akan dibahas dalam penelitian ini.

BAB II KAJIAN TEORITIK TENTANG ETIKA GURU DAN MURID

Bab II berisi beberapa kajian teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji. Adapun beberapa teori tersebut yaitu mengenai etika, khususnya etika bagi guru dan murid berdasarkan pemikiran para pakar pendidikan. BAB III BIOGRAFI HAMKA

Bab IV ini akan memuat sekilas dari riwayat hidup dan pendidikan Hamka, karya-karyanya serta pemikirannya tentang pendidikan dan etika.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS.

Adapun beberapa permasalahan yang akan dipaparkan dan dianalisis di dalam bab ini adalah bagaimana etika guru dan murid dalam proses belajar mengajar


(38)

yang ditinjau dari pandangan Hamka yang menjadi objek penelitian dalam hal ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab terakhir, penulis berusaha memberikan kesimpulan dari seluruh pembahasan pada bab sebelumnya dan saran sebagai ringkasan dan gambaran tentang penelitian ini.


(1)

3. Murid adalah orang (anak) yang sedang berguru (belajar, bersekolah).20 Sehingga menurut Hasan Basri, tugas utama dari Murid adalah belajar, menuntut ilmu, dan mempraktekkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.21

1.6 Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan ini adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.22 Pada penelitian ini nantinya jawaban dari rumusan masalah akan ditemukan dari data yang diperoleh dari data pustaka yakni dari buku-buku, jurnal, internet dan sebagainya.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian yang mencoba menemukan, menggali dan menganalisis kualitas-kualitas tertentu dari obyek studi. Sasaran penelitian ini terbatas, namun dengan keterbatasan sasaran penelitian yang ada itu digali sebanyak mungkin data mengenai sasaran penelitian.23 Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif ini lebih mengutamakan kualitas data daripada kuantitas sasaran penelitian.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan filosofis untuk menganalisis teks agar mendapatkan makna secara mendalam hingga ke akar permasalahan yang diteliti. Penelitian ini membutuhkan analisis yang mendalam serta teliti karena ditinjau dari sudut pandang seseorang.

20

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada, Kamis, 13-09-2012 dari: http://Kamusbahasaindonesia.org/murid.

21

Hasan Basri,OpCit.,hal. 89.

22

Mestika Zed,Metode Penelitian Kepustakaan(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hal. 3.

23

Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Sosial(Sidoarjo: Airlangga University Press, 2001), hal. 29.


(2)

2. Sumber Data

Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian.24 Oleh karena itu, sumber data berarti asal mula dari mana data itu diperoleh atau berasal. Adapun sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber pertama.25 Karena penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka sumber utamanya adalah buku. Buku yang yang akan menjadi sumber primer utama dalam penelitian ini adalah buku-buku karya Hamka yang memiliki kaitan dengan penelitian ini diantaranyaFalsafah Hidup, Lembaga Hidup, Lembaga Budi. Ketiga buku tersebut merupakan buku inti dan paling banyak penulis gunakan untuk mendeskripsikan pemikiran Hamka dalam masalah tersebut. Di samping itu, ada beberapa buku karangan Hamka yang penulis gunakan sebagai sumber primer yang bersifat pendukung primer utama, seperti: Tasawuf Modern, Pandangan Hidup Muslim, Akhlakul Karimah.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder.26 Data sekunder ini diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan etika menuntut ilmu bagi guru dan murid seperti, Ihya ‘Ulumuddin, Ta’limul Muta’allim, Etika dan Profesi Pendidikan, Pendidikan Etika, Filsafat Etika Islam, Ensiklopedia Etika Islam,

24

Ibid, hal. 123.

25

Ibid, hal. 128.

26


(3)

Falsafah Pendidikan Islam, Etika, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Teknik ini dilakukan untuk mencari data atau hal-hal yang variabel berupa bukti tertulis yang diperoleh dari buku induk (sumber utama) serta buku-buku Etika lainnya. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya yang ada hubungannya dengan topik pembahasan yang diteliti. Dokumen merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif. Bahan dokumenter dalam penelitian kualitatif sering disebut penelitian kepustakaan. Penggunaannya disarankan untuk dokumenter yang primer dengan cara mengidentifikasi, mencatat, dan mengumpulkan bahan dari dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.27

4. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan menganalisisnya. Dalam tahap ini penulis menggunakan Metode deskriptif analisis kritis atau yang disebut dengan metode analisis ktiris. Metode ananlisis kritis sesungguhnya merupakan pengembangan dari metode dekriptif, yakni metode yang mendeskripsikan gagasan manusia tanpa suatu analisis yang bersifat kritis. Jujun S. Suriasumantri menguraikan

27

Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian (Bandung: Mandar Maju, 2002), 86-87.


(4)

tentang merode analisis kritis dalam sebuah buku,28bahwa metode deskriptif sering dikenal dengan sebutan deskriptif analitis. Namun baginya dengan menonjolkan sifat kritis dalam meneliti merupakan sangat penting dalam sebuah penelitian. Sehingga pada dasarnya metode deskriptif ini dikembangkan menjadi “metode deskriptif analisis kritis”, Namun karena terdengar terlalu panjang maka disingkat menjadi “analisis kritis” dengan aspek deskripsi sudah termasuk di dalamnya.

Objek kajian metode analisis kritis adalah gagasan atau ide manusia yang terkandung dalam bentuk media cetak, baik berupa naskah primer atau naskah sekunder. Tujuan dari metode ini adalah mengkaji gagasan primer mengenai suatu ruang lingkup permasalahan yang dipercaya oleh gagasan sekunder yang relevan. Dari sini maka fokus penelitian analisis kritis sesunggahnya hanyalah mendeskripsikan, membahas dan mengkritik gagasan primer yang selanjutnya dikonfrontasikan dengan gagasan primer atau sekunder yang lain dalam upaya melakukan studi yang berupa perbandingan, hubungan ataupun pengembangan model. Langkah-langkah yang digunakan dalam menggunakan metode ini adalah:

a. Mendeskripsikan gagasan primer yang merupakan objek penelitian utama. Kemudian,

b. Membahas gagasan primer tersebut. Yakni memberi penafsiran peneliti yang orisinal terhadap gagasan yang telah dideskripsikan,

28

Jujun S. Suriasumantri, ”Penelitian Ilmiah, Kefilsafatan, dan Keagamaan: Mencari Paradigma Kebersamaan,” Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Tinjauan Antardisiplin Ilmu, Harun Nasution,et al.,(Bandung: Penerbit Nuansa dan Pusjarlit, 1998), hal. 44-47.


(5)

c. Memberi kritik terhadap gagasan primer yang telah ditafsirkan tersebut. Tujuan kritik dalam analisi kritis adalah menyimpulkan kelebihan atau kekurangan dari suatu gagasan primer,

d. Melakukan studi analitik. Yaitu studi terhadap serangkaian gagasan primer dalam bentuk perbandingan, hubungan atau pengembangan model rasional serta penelitian historis.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh hasil yang sistematis, terarah dan menyeluruh sebagaimana judul yang akan diteliti, serta untuk memahami hasil penelitian ini, maka demikianlah gambaran sistematika penulisannya:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan yang menggambarkan secara garis besar materi yang akan dibahas dalam penelitian ini.

BAB II KAJIAN TEORITIK TENTANG ETIKA GURU DAN MURID

Bab II berisi beberapa kajian teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji. Adapun beberapa teori tersebut yaitu mengenai etika, khususnya etika bagi guru dan murid berdasarkan pemikiran para pakar pendidikan. BAB III BIOGRAFI HAMKA

Bab IV ini akan memuat sekilas dari riwayat hidup dan pendidikan Hamka, karya-karyanya serta pemikirannya tentang pendidikan dan etika.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS.

Adapun beberapa permasalahan yang akan dipaparkan dan dianalisis di dalam bab ini adalah bagaimana etika guru dan murid dalam proses belajar mengajar


(6)

yang ditinjau dari pandangan Hamka yang menjadi objek penelitian dalam hal ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab terakhir, penulis berusaha memberikan kesimpulan dari seluruh pembahasan pada bab sebelumnya dan saran sebagai ringkasan dan gambaran tentang penelitian ini.