BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Motivasi a. Pengertian Motivasi - UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI ORGANISASI DI SEKOLAH MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELAS V SD NEGERI 1 KRACAK - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

  Menurut Hanafiah (2010: 26) Pengertian motivasi belajar ialah merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong, atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri siswa untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

  Menurut Wlodkowsky (Sugihartono,2007: 78) Motivasi merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan.

  Menurut MC. Donald (Sardiman,2007: 73) Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “ feeling “ dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

  Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu termasuk perilaku individu,yang sedang

  7 belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain (Uno, 2011: 27) 1) Menentukan penguatan belajar 2) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai 3) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar 4) Menentukan ketekunan belajar

  Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi yaitu dorongan dasar atau kemauan yang menggerakan seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu sebagai perubahan tingkah laku seseorang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya.

b. Fungsi Motivasi

  Menurut Hamalik (Fathurrohman,2002: 20) ada tiga fungsi motivasi yaitu: 1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan masalah. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan–perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan–perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan mengahadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

c. Ciri – ciri Motivasi

  Menurut Sardiman (2010: 83) motivasi yang ada pada diri setiap manusia itu memiliki delapan ciri-ciri dintaranya sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

  2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). 3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangungan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).

  4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanisme, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

  6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

  7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

d. Macam – macam Motivasi

  Menurut Sardiman (2007: 86) macam–macam motivasi yaitu : 1) Motivasi dilihat dari dasar pembentuknya.

  a. Motif – motif bawaan Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk beristirahat, dorongan seksual.

  b. Motif–motif yang dipelajari.

  Maksudnya motif–motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif– motif ini seringkali disebut dengan motif–motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sama manusia yang lain. Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat–sifat ramah, kooperatif, membina hubungan baik dengan sesama, apalagi orang tua dan guru.

  2) Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

  a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi : kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. b. Motif–motif darurat yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain, dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membala, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

  c. Motif–motif objektif. Dalam hal menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif–motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

  3) Motivasi Intrinsik dan ekstrinsik

  a. Motivasi Intrinsik Yang dimaksud motivasi instrinsik adalah motif–motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh konkret, siswa belajar, karena betul–betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau ketrampilan agar berubah tingkah lakunya. Perlu diketahui bahwa siswa yang mempunyai motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Motif intrinsik berisi tentang :

  b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi Ekstrinsik adalah motif–motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh konkret, siswa belajar karena tahu besok pagi akan ujian dengan harapan akan mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji oleh guru, temannya, dan orang tuanya. Jadi yang penting belajar bukan karena ingin mendapat ilmu, tetapi karena ingin mendapat pujian atau hadiah. Motivasi ekstrinsik juga dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Motif intrinsik berisi tentang :

e. Cara Membangkitkan Motivasi

  Ada beberapa bentuk dan cara untuk membangikitkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah (Sardiman,2007: 92) 1) Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.

  Banyak siswa belajar yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai–nilai pada raport angkanya baik–baik. Angka– angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. 2) Hadiah

  Hadiah dapat juga dikatakan sebagi motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mugkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.

  3) Saingan/kompetensi Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Baik persaingan individu maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 4) Ego–involvement

  Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

  5) Memberi ulangan Siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.

  Oleh karena itu, memberi ulangan juga merupakan motivasi. Tetapi harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan. Dalam hal ini guru juga harus terbuka, maksudnya kalau akan ulangan harus diberitahukan terlebih dahulu kepada siswanya.

  6) Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka motivasi pada diri siswa untuk terus belajar dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

  7) Pujian Apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian yang bersifat positif dan sekaligus merupakan motivasi pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

  8) Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip–prinsip hukuman. 9) Hasrat untuk belajar

  Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Maksudnya hasrat pada diri siswa itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah tentu hasilnya akan lebih baik.

  10) Minat Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. 11) Tujuan yang diakui

  Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujaun yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

2. Prestasi

a. Pengertian Prestasi

  Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan (Hamdami,2011: 137).

  W.J.S Purwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya (Hamdami,2011: 137).

  Harahap memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai–nilai yang terdapat dalam kurikulum (Hamdami,2011: 137).

  Winkel (1996: 226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.

  Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha–usaha belajar (Hamdami,2011: 137).

  Gagne (1985: 40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan ketrampilan (Hamdami,2011: 137).

  Prestasi belajar dalam bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor : kogntif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. (Hamdami,2011: 138)

  Jadi dapat disimpulakan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolakm dan menilai informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap studi seletah mengalami proses belajar mengajar. Pretasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi–rendahnya prestasi belajar siswa.

b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar

  a) Faktor Internal

  1. Kecerdasan Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

  Kemampuain ini sangat ditentukan oleh tinggi–rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecapakan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

  2. Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis Uzer dan Lilis (Hamdami,2011: 140) mengatakan bahwa faktor jasmaniah, yaitu pancaindra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya seperti mengalami cacat tubuh, sakit atau perkembangan yang tidak sempurna akan membawa kelainan tingkah laku.

  3. Sikap Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk merekasi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, acuh tak acuh.

  Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan.

  4. Minat Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati.

  5. Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalm arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu dengan kepastian masing–masing.

  6. Motivasi Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.

  b) Faktor Eksternal

  1. Keadaan keluarga Hasbullah 1994:46 (Hamdami,2011: 138) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama–tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pendangan hidup keagamaan.

  2. Keadaan sekolah Lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat–alat pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dengan siswa yng kurang baik akan mempengaruhi hasil belajarnya.

  3. Lingkungan masyarakat Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari–hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada.

3. Belajar

a. Pengertian Belajar

  Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari–hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami atau tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari–hari kita merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan tidak ada ruang dan waktu dimana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.

  Santrock dan yussen (Sugiharto,2007: 74) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.

  Raber (Sugiharto,2007: 74) mendefinisikan belajar dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan.

  Kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

  Burton dalam sebuah buku “The Guidance of Learning Aktivitas“ (Aunurrahman,2010: 35) merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dengan lingkungannya.

  H.C. Witherington (Aunurrahman,2010: 35) mengemukakan bahwa belajar suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecapakan, sikap, kebiasaan, kepribadian, atau suatu pengertian.

  Abdillah (Aunurrahman,2010: 35) belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut asepk–aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

  Slameto (2010: 2) belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalamm interaksi dengan lingkungannya.

  Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu dapat berhasil dengan baik. Ketika seorang anak mendapatkan hasil tes yang bagus tidak bisa dikatakan sebagai belajar apabila hasil tesnya itu didapatkan dengan cara yang tidak benar, misalnya hasil mencontek.

  Dari beberapa definisi belajar, dapat disimpulakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yan terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada kenyataanya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.

b. Tujuan Belajar

  Menurut Sardiman (2007: 26) tujuan belajar ada tiga yaitu : 1) Untuk mendapatakan pengetahuan

  Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkarya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol. Peranan guru untuk meningkatkan tingkat pengetahuan siswa bisa dilakukan dengan pemberian tugas–tugas bacaan, model kuliah (presentasi), dan lain sebagainya. Dengan cara demikian anak didik/siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya dan sekaligus akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berpikir dalam rangka memperkarya pengetahuannya. 2) Penanaman konsep dan ketrampilan

  Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu ketrampilan. Jadi soal ketrampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Ketrampilan jasmaniah adalah ketrampilan yang dilihat , diamati, sehingga akan menitikberatkan pada ketrampialn gerak/penampialan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan ketrampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah–masalah ketrampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan–persoalan penghayatan, dan ketrampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaiakan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

  Ketrampilan memang dapat dididik yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Demikian juga mengungkapakam perasaan melalui bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosa kata atau tata bahasa, semua memerlukan banyak latihan.

  3) Pembentukan sikap Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati–hati dalam pendekatannya.

  Untuk itu dibutuhkan kecapakan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

  Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai–nilai. Oleh karena itu guru tidak sekedar pengajar, tetapi betul–betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai–nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai–nilai itu kepada anak didiknya akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk mempraktikkan segala sesautu yang sudah dipelajarinya. Cara berinteraksi atau metode–metode yang dapat digunakan misalnya, diskusi, demonstrasi, bermain peran.

  Jadi pada intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap mental/nilai–nilai.

  Pencapaian tujuan belajar berarti akan mengahsilkan hasil belajar.

c. Prinsip – prinsip Belajar

  Menurut Slameto (2010: 27) ada beberapa prinsip–prinsip belajar yaitu : a) Berdasarkan persyaratan yang diperlukan untuk belajar

  1) Dalam belajar setiap siswa harus di usahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. 2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcemen dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai instruksional.

  3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana dapat mengembangkan kemampuan bereksplorasi belajar efektif.

  4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungan

  b) Sesuai hakekat belajar 1) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangan 2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery 3) Belajar adalah proses kongtiunitas hubungan antara pengertian yang satu dengan yang lain sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus diberikan menimbulkan response yang diharapkan.

  c) Sesuai materi /bahan yang harus dipelajari 1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus terstruktur , penyajian yang sederhana, sehingga siswa menangkap pengertiannya. 2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai

d. Teori Belajar

  Beberapa tokoh psikologi belajar, memilik persepsi dalam penekanan tersendiri tentang hakekat belajar dan proses ke arah perubahan sebagai hasil belajar. Berikut ini adalah beberapa kelompok teroi yang memberikan pandangan khusus tentang belajar (Aunurrahman, 2010: 39). Yaitu : 1) Behaviorisme

  Para penganut teori behaviorisme meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian–kejadian di dalam lingkungannya yang memberikan pengalaman–pengalaman tertentu kepadanya. Behaviorisme menekankan pada apa yang dapat dilihat yaitu tingkah laku, dan kurang memperhatiakn apa yang terjadi di dalam pikiran karena tidak dapat dilihat. Sebagaimana pada kebanyakan aliran psikologi belajar lainnya, behaviorisme juga melihat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. 2) Kognitivisme

  Kognitivisme merupakan salah satu teori belajar dalam berbagai pembahasan juga sering disebut model kognitif atau model perseptual. Menurut teori belajar ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan–tujuannya. Karena itu belajar menurut kognitivisme diartikan sebagai perubahan persepsi dan pemahaman.

  Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu dapat dilihat sebagaimana perubahan tingkah laku. Perubahan ini tidak selalu dapat dilihat sebagaimana perubahan tingkah laku. Teori ini menekankan bahwa bagian–bagian suatu situasi saling berhubungan dengan konteks seluruh situasi tersebut.

  3) Teori Belajar Psikologi Sosial Pandangan psikologi sosial secara mendasar mengungkapkan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses alami.

  Semua orang mempunyai keinginan untuk belajar tanpa dapat dibendung oleh orang lain. Hal ini pada dasarnya disebabkan karena setiap orang memiliki rasa ingin tahu, ingin menyerap informasi, ingin mengambil keputusan serta ingin memecahkan masalah.

  Menurut teori psikologi sosial proses belajar jarang sekali merupakan proses yang terjadi dalam keadaan menyendiri, akan tetapi melalui interaksi–interaksi. Interaksi–interaksi dapat : (1). Searah yaitu bilamana adanya stimuli dari luar menyebabkan timbulnya respons, (2). Dua arah, yaitu apabila tingkah laku yang terjadi merupakan hasil interaksi antara individu yang belajar dengan lingkungannya atau sebaliknya.

  4) Teori Belajar Gagne Teori belajar yang disusun Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara Behaviorisme dan Kognitivisme yang berpangkal pada teroi pengolahan informasi. Menurut Gagne cara berpikir seseorang tergantung pada : (1). Ketrampilan apa yang telah dimilikinya, (2). Ketrampilan serta hirarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas. Dengan demikian menurut Gagne di dalam proses belajar teradapat dua fenomena yaitu : meningkatnya ketrampilan intelektual sejalan dengan meningktanya umur serta latihan yang diperoleh individu, dan belajar akan lebih cepat bilamana strategi kognitif dapat dipakai dalam memecahkan masalah secara lebih efisien.

e. Masalah Kesulitan Belajar

  Guru dalam proses pembelajaran akan menjumpai berbagai macam perilaku peserta didik. Ada yang aktif mengikuti pelajaran, sering bertanya, mencatat, rajin mengerjakan tugas, namun ada juga yang masa bodoh, meninggalkan pelajaran, pasif tidak pernah bertanya, kalau ditanya diam saja, tidak pernah mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Kalau dicermati gejala–gejala tersebut sebenarnya menunjukkan adanya hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik. Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berwujud dalam berbagai macam gejala, baik gejala kognitif, efektif, maupun psikomotor (Sugiharto,2007: 153)

  Moh. Surya (Sugiharto,2007: 154) mengemukakan ciri–ciri anak yang mengalami kesulitan belajar yaitu : a) Menunjukkan adanya hasil belajar yang rendah.

  b) Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan.

  c) Lambat dalam melakukan tugas–tugas kegiatan belajar. d) Menunjukkan sikap–sikap yang kurang wajar.

  e) Menunjukkan perilaku yang berkelainan.

  f) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.

4. Metode Bermain Peran

a. Pengertian Metode Bermain peran

  Metode pembelajaran merupakan cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Dalam pembelajaran terdapat beragam jenis metode pembelajaran. Masing– masing metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Guru dapat memilih metode yang dipandang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Salah satunya dengan metode Bermain peran

  Menurut Uno (2011: 25) Pengertian dari bermain peran disini ialah sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna (jati diri) di dalam lingkungan sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari, adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Dalam kehidupan nyata , setiap orang mempunyai cara yang unik dalam berhubungan dengan orang lain. Masing-masing dalam kehidupan memainkan sesuatu yang dinamakan peran. Oleh karena itu untuk dapat memahami diri sendiri dan orang lain (masyarakat) sangatlah penting bagi kita untuk menyadari peran dan bagaimana peran tersebut dilakukan. Untuk kebutuhan ini, kita mampu menempatkan diri dalam posisi atau situasi orang lain dann mengalami/mendalami sebanyak mungkin pikiran dann perasaan orang lain tersebut. Kemampuan ini sebagai kunci individu untuk memahami dirinya dan orang lain yang pada akhirnya dapat berhubungan dengan orang lain /masyarakat.

  Menurut Sagala (2011: 213) bermain peran ialah berasal dari kata sosio dan drama sosio berarti sosial menunujuk pada obyeknya yaitu masyarakat menunujukan pada kegiatan-kegiatan sosial, dan drama berarti mempertunjikan atau memperlihatkan. Sosial atau masyarakat terdiri dari manusia yang satu sama lain terjalin hubungan yang dikatakan hubungan sosial. Drama dalam pengertian luas adalah mempertunjukann suatu keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami seseorang.

  Menurut Sugihartono (2007: 83) metode bermain peran merupakan metode pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan pengahayatan anak didik dengan cara anak didik memerankan tokoh, baik tokoh hidup atau benda mati. Metode ini dapat mengemabangakn penghayatan, tanggungjawab, dan terampil dalam memaknai materi yang dipelajari.

  Menurut Hamalik (2005: 199) bermain peranan atau teknik sosiodrama adalah suatu jenis teknik simulasi yang umumnya digunakan untuk pendidikan sosial dan hubungan antar-insani. Teknik itu berkaitan dengan studi kasus, tetapi kasus tersebut melibatkan individu manusia dan tingkah laku mereka atau interaksi antar individu tersebut dalam bentuk dramatisi. Para siswa berpartisipasi sebagai pemain dengan peran tertentu atau sebagai pengamat (observer) bergantung pada tujuan dari penerapan teknik tersebut.

  Guru menggunakan metode atau teknik sosiodrama dalam proses belajar menagajar memiliki tujuan agar siswa dapat memahami perasaan orang lain, dapat tepa seliro dan toleransi. Kita mengetahui sering terjadinya perselisihan dalam pergaulan hidup antar kita, dapat disebabkan karena salah paham. Maka dengan sosiodrama mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainakan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Siswa bisa belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya (Roestiyah,2008: 90).

  Jadi sosiodrama ialah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya siswa mendapat tugas dari guru untuk mendramatisirkan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem agar siswa dapat memecahkan masalah yang muncul dari suatu situai sosial.

b. Langkah – langkah Metode Bermain Peran

  Menurut Roestiyah (2008: 90) dalam melaksanakan metode ini agar berhasil dengan efektif, maka perlu mempertimbangkan langkah– langkah sebagai berikut :

  1) Guru harus menerangkan kepada siswa bahwa dengan jalan bermain peran siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat.

  2) Guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan, masing– masing siswa akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya . 3) Guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat anak, dan mampu menjelaskan dengan menarik, sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu. 4) Agar siswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa meceritakan sambil untuk mengatur adegan pertama.

  5) Adegan pertamanya yaitu guru memilih siswa dari setiap kelompok. Setiap kelompok dipilih satu untuk mewakili kelompoknya bermain peran di depan. 6) Adegan kedua yaitu guru membuat lintingan yang di dalamnya tertulis peran yang akan dimainkan (ketua, wakil kerua, sekretaris, bendahara, anggota). Kemudian siswa yang maju di depan ditugaskan untuk mengambil lintingan dan dibuka. Siswa memainkan peran sesuai lintingan yang didapat. Misalnya siswa yang mendapat lintingan bertuliskan ketua maka siswa tersebut harus memerankan tugas sebagai ketua. 7) Adegan ketiga siswa yang sudah mendapatkan perannya masing- masing dituntut untuk memerankan tugas sesuai tugasnya.

  8) Adegan yang dimainkan adalah adegan rapat dalam pemilihan ketua kelas yang baru. Siswa yang tidak di pilih berlaku sebagai anggota. Tugas ketua adalah memimpin jalannya rapat, wakil ketua mendampingi ketua dalam rapat, tugas sekretaris adalah mencatat hasil rapat, dan bendahara adalah menyampaikan hasil keuangan kelas. Dan tugas anggota yang lain adalah mendengarkan dan melihat jalannya rapat.

c. Tujuan Metode Bermain Peran

  Tujuan bemain peran sesuai dengan jenis belajar adalah sebagai berikut (Hamalik,2005: 199) 1) Belajar dengan berbuat. Siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan ketrampilan–ketrampilan interaktif atau ketrampilan–ketrampilan reaktif.

  2) Belajar melalui peniruan (imitasi). Siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.

  3) Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi) perilaku para pemain/pemegang peran yang telah ditampilkan.

  Tujuannya adalah untuk mengembangkan prosedur–prosedur kognitif dan prinsip–prinsip yang mendasari perilaku ketrampilan yang telah didramatisasiakn. 4) Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki ketrampilan–ketrampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya.

d. Kelebihan Metode Bermain Peran

  Menurut Syaiful (2010: 89) kelebihan metode bermain peran yaitu : 1) Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseleruhan. Dengan demikian daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.

  2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia. Menurut Roestiyah (2008: 93) kelebihan metode bermain peran yaitu :

  1) Siswa akan lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran, karena masalah-masalah sosial sangat berguna bagi mereka.

  2) Mudah memahami masalah-masalah sosial, karena siswa bermain peranan sendiri.

  3) Bagi siswa dengan beperan seperti orang lain, maka ia dapat menempatkan diri seperti watak orang lain itu.

  4) Siswa dapat merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, toleransi dan cinta terhadap sesama. 5) Penonton tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.

  e. Kelemahan Metode Bermain Peran

  Menurut Roestiyah (2008: 92) kelemahan metode sosiodrama/bermain peran yaitu : 1) Jika guru tidak menguasi tujuan instruksional penggunaan teknik ini, maka bermain peran ini tidak akan berhasil.

  2) Jika guru tidak memahami langkah–langkah pelaksanaan metode ini, sehingga akan mengacaukan berlangsungnya kegiatan bermain peran ini.

  f. Cara mengatasi kelemahan-kelemahan Metode Bermain Peran

  1) Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk memperkenalkan metode ini.

  2) Guru harus memilih masalah yang urgen sehingga menarik minat anak.

  3) Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan pertama.

  4) Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan dimainkan harus sesuai dengan waktu yang tersedia.

5. Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

  Istilah Pendidikan Kewarganegaraan menurut Rosyada (2003: 6) secara subtantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan, melainkan juga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia (global society). Dengan demikian, orientasi Pendidikan Kewarganegaraan secara substantif lebih luas cakupannya dari istilah Pendidikan Kewarganegaraan.

  Pendidikan Kewarganegaraan menurut Azra (Tukiran,2009: 2) adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas daripada Pendidikan Demokrasi dan pendidikan HAM. Karena, Pendidikan Kewarganegaraan mencakup kajian dan pembahasan tentang pemerintahan, konstitusi, dan lembaga – lembaga demokrasi, hak dan kewajiban warga negara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan warga negara dalam masyarakat madani, pengetahuan tentang lembaga–lembaga sistem yang terdapat dalam pemerintahan,warisan politik, administrasi publik dan sistem hukum pengetahuan tentang proses seperti kewarganegaraan aktif, efleksi kritis, penyelidikan dan kerja sama, keadilan,sosial, pengertian antar budaya dan kelestarian lingkungan hidup dan hak asasi manusia oleh

  Pendidikan Kewarganegaraan menurut Zamroni (Tukiran,2009: 3) adalah Pendidikan Kewarganegaraan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesdaran kepada generasi baru bahwa demokrai ialah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak- hak warga masyarakat. Demokrasi ialah suatu learning proses yang tidak dapat begitu saja meniru dan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi. Selain itu Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki

  

political knowledge, awarenes, attitude, political efficacy dan political

participation , serta kemampuan mengambil keputusan politik secara

  rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi masyarakat dan bangsa.

  Istilah Pendidikan Kewarganegaraan pada satu sisi identik dengan Pendidikan Kewarganegaraan, namun disisi lain istilah Pendidikan Kewarganegaraan menurut rosyada (Tukiran,2009: 3) secara substantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara, melainkan juga membangunn kesiapan warga negara menjadi warga dunia (global society) Dengan demikian, orientasi Pendidikan Kewarganegaraansecara substantif lebih luas cakupannya dari istilah Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

  Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut (Faturahman,2011: 7).

  1) Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

  2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3) Berkembang cecara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat indonesia agar hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

  Dalam BSNP, ruang Lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

  1) Persatuan dan kesatuan bangsa meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan

  2) Norma dan hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan daerah, norma–norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internaional.

  3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

  4) Kebutuhan warga negara meliputi : Hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

  5) Konstitusi Negara meliputi : Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,konstitusi–konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia. Hubungan dasar dengan konstitusi. 6) Kekuasaan dan politik meliputi : Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat

  Demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani. Sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat madani. 7) Pancasila meliputi : kedudukan pancasil sebagai dasar negara dan ideologi negara. Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengalaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari- hari,pancasila sebagai ideologi terbuka.

  8) Globalisasi meliputi ; Globalisasi di lingkungan, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisai . Hubungan

  Internasional dan organisasi Internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

  Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan pada pembinaan sikap dan kemampuan bela negara. Jadi, berbeda dengan wajib latih yang lebih ditekankan pada aspek fisik. Pendidikan Kewarganegaraanlebih ditekankan pada aspek kognitif dan afektif.(sikap/kepribadian) bela negara dalam rangka peningkatan dan kelangsungan hidup bangsa indonesia.

  Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraanini termasuk ke dalam kelompok mata kuliah umum. Ini berarti bahwa mata kuliah tersebut wajib di ikuti oleh setiap mahasiswa di indonesia. Dengan demikian jelaslah bahwa sebagai bagian dari MKU, mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan mengacu kepada pebentukan kepribadian mahasiswa (suatu kuliah pengembangan kepribadian) sebagai warga negara indonesia.

6. Organisasi di Sekolah

  1) Standar Kompetensi : 3. Memahami kebebasan berorganisasi 2) Kompetensi Dasar : 3.2 Meneyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat.

  3) Indikator : menjelaskan tujuan, anggota, struktur, dan tata tertib berbagai organisasi di sekolah dan masyarakat.

B. Kerangka Berpikir

  Pendidikan Kewarganegaaran merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosia kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Banyak hal-hal yang menarik dipelajari dalam Pendidikan Kewarganegaaran tetapi terkadang siswa kurang tertarik pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaaran.

  Akan tetapi kebanyakan siswa lebih senang belajar ilmu eksakta daripada harus mempelajari Pendidikan Kewarganegaaran. Hal ini disebabkan selama ini dalam belajar Pendidikan Kewarganegaaran guru dalam menyampaikan materi kepada siswa kurang dapat menarik perhatian siswa untuk belajar sehingga siswa merasa dalam belajar, belajar itu merasa bosan apalagi dengan materi yang banyak dipelajari.

  Salah satu cara yang digunakan untuk menarik siswa dalam belajar Pendidikan Kewarganegaaran adalah dengan menggunakan metode yang menarik bagi siswa untuk belajar. Dengan penggunaan Bermain peran diharapkan siswa akan lebih tertarik dalam mempelajari Pendidikan Kewarganegaaran, karena siswa tidak bosan dalam menerima materi. Bermain peran ini merupakan metode tentang bagaimana siswa bermain peran sesuai dengan tugasnya masing-masing.

  Oleh karena itu dengan menggunakan bermain peran siswa akan lebih mudah memahami materi Pendidikan Kewarganegaaran, dan pada akhirnya motivasi siswa dalam belajar akan naik sehinnga prestasi belajar yang diperoleh juga akan meningkat.

  Penggunaan pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa, seperti yang tergambar pada skema sebagai berikut: Rendahnya Motivasi dan

  Kondisi Awal Prestasi belajar

  Siklus I Menggunakan

  Tindakan Pembelajaran Metode

  Bermain Peran Siklus II

  Melalui Pembelajaran Pembelajaran Metode

  Kondisi Akhir Bermain Peran dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar PKn bagi kls V

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir Penelitian

C. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka karangan berfikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Pembelajaran menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaaran di SD Negeri 1 Kracak Ajibarang”.