BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - FANDI AKHMAD BAB I
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama
lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interst atau value (Kertajaya, 2008).Keperawatan komunitas ialah sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasi keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dengan kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan komprehensif dan umum serta tidak terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang bersifat episodik (American Nurse
Association , 2004).
Keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, kontinue, sistematis, dinamis dan berkesinambungan, dalam rangka memecahkan kesehatan klien keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).
Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008).
Latihan range of motion ( ROM ) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). Kelemahan otot penggerak tangan dan kaki diakibatkan karena hilangnya kontrol motorik di otak. Salah satu dampak dari kelemahan otot ini adalah terjadinya kekekuan sendi dan pemendekan otot. Sendi itu ibarat engsel pintu atau jendela, jika lama tidak digerakkan maka akan mengalami kemacetan.
Dalam istilah medis keadaan ini dinamakan dengan keterbatasan ROM. Keterbatasan ROM adalah efek umum dari imobilisasi. Sesegera mungkin setelah kondisi medis stabil tenaga medis memberikan latihan ROM pasif untuk menjaga sendi agar tidak mengalami kekakuan atau kemacetan. ROM pasif adalah latihan gerak sendi menggunakan tenaga dari orang lain.Supaya pencegahan kekakuan sendi dan pemendekan otot lebih optimal, keluarga akan dilibatkan untuk melakukan latihan ROM. Fisioterapis akan mengajarkan kepada keluarga pasien stroke untuk membantu pasien melakukan latihan ROM ini setidaknya tiga kali dalam sehari.
Stroke adalah suatu sindroma yang mempunyai karakteristik suatu serangan mendadak, nonkonvulsif yang disebabkan karena gangguan peredaran darah non traumatik. Stroke merupakan sidrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih yang dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang menetap lebihdari 24 jam tanpa penyebab lain kecuali gangguan pembuluh darah otak (Tarwoto, dkk 2007).
Sebagian besar stroke terjadi secara mendadak, berlangsung secara cepat, dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (Completed stroke). Kemudian, stroke bertambah buruk dalam beberapa ja, dan kematian jaringan otak meluas (Stroke in evolution) dalam 1-2 hari. Stroke terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba_tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel-sel di otak. Kematian jaringan otak ini dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan tersebut. Stroke terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli. Emboli bisa berupa kolesterol atau udara. Pada orang berusia lanjut, stroke atau penyakit pembuluh darah otak sering terjadi akibat pembekuan darah atau akibat perdarahan didalam otak (Adi, 2012).
Stroke dibagi dua jenis, yaitu stroke hemoragik dan iskemik. Untuk stroke hemoragik, hampir 70% menyerang penderita hipertensi.
Sedangkan iskemik 75,2% diderita oleh kaum pria dengan prevalensi berupa hipertensi, kebiasaan merokok, dan mengonsumsi alkohol. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal, lalu darah merembes ke suatu daerah di otak dan merusaknya. Pada stroke iskemik berhentinya aliran darah ke otak yang disebabkan oleh penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis), atau tersumbatnya pembuluh darah ke otak yang dikarenakan pembekuan darah (Adi, 2012).
WHO (World Health Organitation) (2010) mendefinisikan stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain vasikuler.Berdasarkan World Health Organitation (WHO) tahun 2012 menunjukan 17,5 juta orang didunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56 juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari ¾ kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal sisanya mengalami cacat permanen (Stroke forum, 2015).Stroke berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Proses rehabilitasi tergantung pada gejala yang dialami dan seberapa parah gejala tersebut. Selama melalui masa rehabilitasi, pasien akan didampingi dan dibantu oleh sejumlah ahli yang meliputi dokter, psikolog, terapis bicara, fisioterapis, dan perawat.
Dampak stroke dapat bersifat meluas dan berlangsung lama. Untuk dapat benar-benar pulih, penderita harus melakukan rehabilitasi dalam jangka waktu yang cukup panjang. Namun, sebagian besar penderita stroke sangat sulit untuk bisa pulih sepenuhnya. Beberapa dampak yang ditimbulkan akibat stroke antara lain, dampak fisik serangan stroke. Ada beberapa dampak fisik yang dapat terjadi akibat serangan stroke, antara lain kelumpuhan pada salah satu bagian tubuh, terganggunya koordinasi dan keseimbangan tubuh.
Rehabilitasi atau pemulihan adalah suatu program yang disusun untuk memberi kemampuan kepada penderita yang mengalami disabilitas fisik dan atau penyakit kronis, agar mereka dapat hidup atau bekerja sepenuhnya sesuai dengan kapasitasnya (Harsono, 1996). Rehabilitasi pasca stroke merupakan suatu upaya rehabilitasi stroke terpadu yang melibatkan berbagai disiplin ilmu kedokteran dan merupakan kumpulan program yang meliputi pelatihan, penggunaan modalitas, alat-alat, dan juga obat-obatan. Makin dini rehabilitasi dimulai, maka dampaknya akan semakin baik.
Manfaat yang bisa diperoleh antara lain mengoptimalkan pemulihan, menghindari kontraktur (kekakuan) sendi, mencegah pengecilan otot, dan mencegah komplikasi akibat tirah baring terlalu lama (seperti luka pada punggung dan area yang mengalami tekanan terus menerus di tempat tidur). Sangat dianjurkan untuk sesegera mungkin memulai langkah-langkah dalam rangka rehabilitasi pasca stroke. Bahkan pada penderita stroke yang mengalami koma sekalipun, bisa mulai dilakukan latihan gerakan-gerakan secara pasif (dengan digerakkan orang lain) jika kondisi penderita sudah stabil. Ketika penderita sudah sadar, bisa dilanjutkan dengan latihan aktif oleh penderita itu sendiri.Latihan gerak sendi aktif adalah klien menggunakan ototnya untuk melakukan gerakan (Hoeman, 1996) dan intinya tidak ada ketidaknyamanan. Menggambarkan gerakan sistematik, dengan rangkaian urutan selama atau setiap tahap. Menampilkan setiap latihan 3x dan rangkaian latihan 2x sehari (Kozier, 1995).
Latihan gerak sendi pasif adalah perawat menggerakkan anggota gerak dan memerintahkan keikutsertaan klien agar terjadi gerakan penuh (Hoeman, 1996). Latihan gerak sendi pada anggota gerak atas menurut Hoeman (1996) adalah : (a). Fleksi/ekstensi Dukung lengan dengan pergelangan tangan dan siku, angkat lengan lurus melewati kepala klien, istirahatkan lengan terlentang diatas kepala di tempat tidur (b). Abduksi/adduksi Dukung lengan di pergelangan dengan telapak tangan dan siku dari tubuhnya klien, geser lengan menjauh menyamping dari badan, biarkan lengan berputar dan berbalik sehingga mencapai sudut 90º dari bahu,(c). Siku fleksi/ekstensi Dukung siku dan pergelangan tangan, tekuk lengan klien sehingga lengan menyentuh ke bahu, luruskan lengan ke depan (d). Pergelangan tangan Dukung pergelangan tangan dan tangan klien dan jari-jari dengan jari yang lain; tekuk pergelangan tangan ke depan dan menggenggam, tekuk pergelangan tangan ke belakang dan tegakkan jari-jari, gerakkan pergelangan tangan ke lateral. (e). Jari fleksi/ekstensi Dukung tangan klien dengan memegang telapak tangan, tekuk semua jari sekali, luruskan semua jari sekali.
Latihan gerak sendi pada anggota gerak bawah menurut Hoeman (1996) adalah: (a). Pinggul fleksi Dukung dari bawah lutut dan tumit klien, angkat lutut mengarah ke dada, tekuk pinggul sedapat mungkin, biarkan lutut menekuk sedikit atau dengan toleransi klien (b). Pinggul fleksi/kekuatan dukung dari bawah lutut dan tumit klien, mengangkat kaki klien diluruskan setinggi mungkin, pegang sampai hitungan kelima (c).
Lutut fleksi/ekstensi dukung kaki bila perlu tumit dan belakang lutut, tekuk setinggi 90 derajat dan luruskan lutut. (d). Jari kaki fleksi/ekstensi dukung telapak kaki klien, tekuk semua jari menurun dan dorong semua jari ke belakang (e). Tumit inverse/eversi dukung kaki klien di tempat tidur dengan satu tangan dan pegang telapak kaki dengan tangan yang lain, putar telapak kaki keluar, putar telapak kaki ke dalam. Mengingat pentingnya rehabilitasi pada klien post stroke, maka perlu ditingkatkan motivasi klien untuk mencegah komplikasi dengan cara menekankan manfaat latihan, serta menjelaskan bahwa pemulihan terjadi secara berangsur-angsur sehingga perlu ketekunan dalam latihan dan perlunya meningkatkan partisipasi keluarga yang menunggu dalam membantu pelaksanaan mobilisasi dini.
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia adalah terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah kematian yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun (Yastroki,2012). Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%), sedangkan berdasarkan diagnosis Nakes/gejala diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang (12,1%) (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Di Jawa Tengah jumlah kasus stroke tahun 2013 sebanyak 40.972 terdiri dari stroke hemoragik sebanyak 12.542 dan non hemoragik 28.430. jumlah kasus stroke tahun 2013 tertinggi di kota Magelang sebesar 14.459 kasus dan terendah di Jepara 15 kasus (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013).
Jumlah kasus penyakit stroke yang ditemukan oleh Puskesmas di Kabupaten Purbalingga sebanyak 33 kasus, 7 kasus stroke hemoragik dan 26 kasus stroke non hemoragik (Profil Kesehatan Kabupaten Purbalingga, 2016). Kasus penderita stroke di wilayah Puskesmas Padamara yang terjaring atau ditemukan di tahun 2017 ada 5 pasien penderita stroke didesa Padamara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas makapenulis menarik kesimpulan bahwa rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Pemberian Terapi Aktifitas ROM Berpengaruh Pada Pemulihan Lansia Dengan Kelemahan Anggota Gerak Akibat Stroke di Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga?”
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Laporan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi aktifitas ROM pada lansia penderita stroke.
D. Manfaat Penulisan
1) Bagi Peneliti Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan tindakan ROM mengenai Pengaruh Terapi Aktifitas ROM Pada Lansia Penderita Stroke Di Puskesmas Padamara. 2) Bagi masyarakat atau masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat atau keluarga terhadap terapi aktifitas ROM pada penderita stroke.
3) Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan dalam bidang keperawatan dalam menagani masalah stroke.
4) Bagi Institusi Kesehatan Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam mengelola kasus Stroke. Juga diharapkan menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pengelolaan kasus Stroke