BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas - UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII B MTs MUHAMMADIYAH PURWOKERTO MELALUI PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas

  1. Pengertian Menurut Trianto (2009) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Higard (Sanjaya, 2011), belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik latihan didalam laboratorium maupun dalam ligkungan alamiah. Menurut Slameto (2010), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

  Menurut Clark (Munandar, 2009), bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan dengan orang lain. Sedangkan menurut Roger (Munandar, 2009), bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan diri untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan

  9 untuk mengekspresikan dan mengaktifkan seluruh kemampuan organisme.

  Terdapat skala kreativitas yang dapat digunakan guru untuk mengetahui kreativitas siswa, skala tersebut meliputi : a. Rasa ingin tahu yang mendalam,

  b. Memiliki daya imajinasi,

  c. Orisinil dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah,

  d. Mampu melihat masalah dari berbagai segi/sudut pandang, e. Sikap berani mengambil resiko.

  Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar merupakan kemampuan seseorang dalam menemukan hubungan-hubungan yang baru untuk menemukan jawaban dari masalah yang datang, baik yang berasal dari diri sendiri maupun lingkungan yang ditunjukan dengan aktivitas : (1) Mempunyai rasa ingin tahu yang mendalam (2) Memiliki daya imajinasi (3) Orisinil dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah (4) Mampu melihat masalah dari berbagai segi/sudut pandang (5) Sikap berani mengambil resiko.

  Dari kelima indikator diatas dapat digambarkan melalui sikap siswa sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sikap Kreativitas Siswa Indikator Sikap siswa

  1) Mempunyai rasa ingin tahu

  a) Bertanya yang mendalam b) Mencari banyak sumber pengetahuan c) Memperhatikan penjelasan dari guru 2) Memiliki daya imajinasi

  a) Mampu mencari hubungan- hubungan baru dari sesuatu yang sudah ada

  b) Mampu mengembangkan

  c) Mampu merencanakan 3) Orisinil dalam ungkapan

  a) Memberikan gagasan gagasan dan dalam b) Mengembangkan gagasan yang pemecahan masalah disampaikan siswa lain

  4) Mampu melihat masalah dari

  a) Mencari banyak kemungkinan berbagai segi/sudut pandang b) Dapat melihat kekurangan

  c) Melibatkan diri dalam masalah yang sulit 5) Sikap berani mengambil

  a) Mempertahankan pendapat resiko b) Memberi/menerima saran ataupun kritik c) Tidak takut dengan kegagalan

  d) Berani membuat dugaan

  2. Kendala dalam mengembangkan kreativitas anak Amabile (Munandar, 2009), mengemukakan empat cara yang mematikan kreativitas, yaitu :

  1). Evaluasi Syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi, paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasi pun dapat mengurangi kreativitas anak.

  2). Hadiah Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian, pemberian hadiah dapat merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.

  3). Persaingan (kompetisi) Persaingan berhubungan erat dengan dua aspek sebelumnya yaitu evaluasi dan hadiah. Persaingan tercipta apabila anak merasa akan dinilai dan yang terbaik akan mendapat hadiah. Maka persaingan juga akan mematikan kreativitas. 4). Lingkungan yang membatasi

  Jika pikiran dan cara belajar siswa dibatasi atau dipaksakan dalam lingkungan yang amat membatasi, minat dan motivasi intrinsik dapat dirusak

  3. Cara mengembangkan kreativitas Menurut Gibbs (Mulyasa, 2006) Kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Hasil penelitian tersebut dapat diterapkan atau ditransfer dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik akan lebih kreatif, jika :

  1). Dikembangkan rasa percaya diri pada peserta didik, dan tidak ada perasaan takut.

  Contoh: guru memotivasi siswa, dengan memberikan pengertian bahwa kesalahan adalah guru yang terbaik menuju keberhasilan, jadi seluruh siswa harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi diantaranya : mengemukakan gagasan/ide dalam berpendapat dan keberanian untuk mengoptimalkan hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada untuk menyelesaikan permasalahan atau soal dikembangkan pada tahapan mengembangkan dan menyajikan hasil karya. 2). Diberi kesempatan untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah.

  Contoh : guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, berpendapat, serta memberikan saran dan kritik pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, hal ini dapat dikembangkan dalam tahapan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 3). Dilibatkan dalam menentukan evaluasi pembelajaran.

  Contoh : guru melibatkan siswa saat mengevaluasi permasalahan atau soal serta pada saat menyimpulkan hasil pembelajaran, hal ini dapat dikembangkan pada kegiatan penutup yaitu guru menunjukan jawaban yang benar dengan bantuan pendapat siswa dan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang dipelajari. 4). Diberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.

  Contoh : guru memerikan kesempatan untuk berkreasi dan menggunakan bermacam-macam cara untuk menyelesaikan permasalahan atau soal, namun tetap dalam pengawasan guru. Hal ini dapat dikembangkan pada tahapan membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

  5). Dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.

  Contoh : guru melibatkan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa dapat aktif untuk bertanya maupun berpendapat, dikembangkan dari kegiatan awal hingga akhir proses pembelajaran. Dalam memberikan permasalahan guru menggunakan soal-soal yang dapat memacu siswa untuk kreatif, dikembangkan pada tahapan mengorganisasikan siswa untuk belajar.

B. Kemampuan Komunikasi Matematika

  1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematika Kata “komunikasi” berasal dari bahasa latin communicare, berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Menurut toda (Liliweri,

  1997) komunikasi sebagai transmisi informasi, seperti pernyataannya yaitu: Communication is an information transformation process which

  originates at mind and ends at a mind . Disini dijelaskan bahwa

  komunikasi sebagai proses perpindahan informasi yang berawal dengan pikiran dan diakhiri dengan pikiran. Seperti halnya komunikasi pada saat pembelajaran dalam suatu KBM merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

  Menurut Mulyana (2008) komunikasi adalah proses berbagi makna melalui prilaku verbal dan non verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Menurut Hardjana (Naim, 2011) komunikasi merupakan proses penyampaian makna dalam bentuk ide atau informasi yang berasal dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu. Pertukaran makna merupakan inti dari kegiatan komunikasi karena dalam komunikasi yang terpenting bukan kata-kata, melainkan makna dari kata-kata. Dalam komunikasi baik pengirim maupun penerima terus-menerus saling memberi dan menerima baik pengaruh maupun dampak dari komunikasi tersebut.

  Menurut Cullen (Liliweri, 1997) mengungkapkan bahwa komunikadi sebagai penggunaan lambang. Yang dinyatakan dalam pernyataannya yaitu : “Communication to designate interaction by means

  of signs an symbols

  ”. Bahwa didalam komunikasi juga terdapat penggunaan lambang ataupun simbol, sama halnya dalam belajar matematika tidak lepas dari penggunaan simbol-simbol maupun lambang. Karena dengan penggunaan lambang akan mudah dipahami.

  Dimyati dan Mujiono (2010) mengatakan bahwa, komunikasi dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual atau suara visual. Hal ini didasarkan bahwa semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan dan kebutuhan orang lain pada diri kita. Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam matematika dan pendidikan matematika kerena melalui komunikasi ide dapat dicerminkan dan dikembangkan serta dapat memperjelas pemahaman.

  Berdasarkan pengertian komunikasi di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu kemampuan komunikasi matematika lisan dan kemampuan komunikasi matematika tertulis. Kemampuan komunikasi matematika lisan adalah kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan gagasan atau ide-ide yang bersifat matematis dan disampaikan secara verbal.

  Sedangkan kemampuan komunikasi matematika tertulis adalah kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan kosa kata, notasi atau simbo-simbol dan struktur matematika untuk menyatakan hubungan, gagasan dan mengekspresikan pemahaman dalam memecahkan masalah secara tertulis.

  2. Indikator Komunikasi Matematika Adapun indikator komunikasi matematika menurut NCTM

  (National Council of teacher Mathematics) (Fachrurazi, 2011) dapat dilihat dari: a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tulisan dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.

  b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide- ide matematik melalui lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual lainnya. c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi.

  Dari ketiga indikator tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu indikator kemampuan komunikasi matematika lisan dan kemampuan komunikasi matematika tertulis. Indikator kemampuan komunikasi matematika lisan sebagai berikut: a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; adapun sub-sub indikatornya adalah (1) Siswa mampu mengajukan pertanyaan, (2) Siswa memberi ide/gagasan, (3) Siswa mampu menjelaskan maksud dari ide atau pendapat yang disampaikan, (4) Siswa mampu menyelesaikan permasalahan.

  b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, mengevaluasi ide-ide matematika secara lisan, maupun dalam bentuk visual lainnya; adapun sub-sub indikatornya adalah (1) Siswa mampu memahami pertanyaan, (2) Siswa mampu menjawab pertanyaan, (3) Siswa mampu memberikan sanggahan, (4) Siswa mampu memberikan solusi.

  c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi. Adapun sub-sub indikatornya adalah (1) Siswa mampu menyebutkan dan menggunakan istilah-istilah matematika, (2) Siswa mampu memberikan solusi yang berbeda, (3) Siswa mampu menggunakan notasi-notasi matematika, (4) Siswa mampu menyimpulkan.

  Adapun indikator kemampuan komunikasi matematika tertulis sebagai berikut : a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika secara tertulis dan menggambarkannya secara visual adapun sub-sub indikatornya adalah

  (1) Siswa mampu menyatakan situasi/permasalahan awal dari bentuk kalimat ke dalam bentuk gambar atau diagram yang tepat, (2) Siswa mampu memilih konsep yang sesuai, (3) Siswa mampu menggunakan simbol-simbol matematika dengan tepat, (4) Siswa mampu menemukan hasil yang benar.

  b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide- ide matematika secara tertulis maupun dalam bentuk visual lainnya.

  Adapun sub-sub indikatornya adalah (1) Siswa mampu mengidentifikasikan masalah, (2) Siswa mampu menentukan rumus/cara yang tepat untuk permasalahan yang ada, (3) Siswa mampu mengaplikasikan konsep dengan benar, (4) Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan baik dan benar melalui proses yang tepat.

  c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi. Adapun sub-sub indikatornya adalah (1) Siswa mampu menggambarkan kondisi awal ke dalam model matematika dalam (bentuk gambar, diagram, kalimat matematika) yang tepat, (2) Siswa mampu menentukan cara/rumus yang sesuai dengan permasalahan, (3) Siswa mampu menggunakan istilah-istilah dan notasi-notasi yang tepat, (4) Siswa mampu menyusun struktur penyelesaian yang benar dan diikuti hasil akhir yang benar pula.

C. Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFE)

  1. Pengertian Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFE) Menurut Suyatno (2009) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuri. Menurut teori atau pengalaman agar kelompok kohesif (kompak- partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 siswa heterogen. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

  b. Menyajikan informasi.

  c. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.

  d. Membimbing kelompok belajar dan bekerja.

  e. Evaluasi.

  f. Memberi penghargaan.

  Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah-langkah yang berbeda-beda. Adapun tipe model pembelajaran kooperatif salah satunya yaitu pembelajaran Student Facilitator and

  

Explaining (SFE). Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

  (SFE) merupakan pembelajaran dimana siswa atau peserta didik mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya.

  Menurut Riyanto (2009) pembelajaran Student Facilitator and

  

Explaining (SFE) merupakan pembelajaran dengan maksud siswa atau

  peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara dan menyampaikan ide/pendapatnya sendiri.

  Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) (Huda, 2013) merupakan rangkai penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara terbuka, membarikan kesempatan siswa untuk mejelaskan kembali kepada rekan-rekannya, dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa.

  Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan ide/pendapatnya pada siswa lain.

  Adapun langkah-langkah pembelajaran Student Facilitator and

  Explaining (SFE) yaitu sebagai berikut: a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

  b. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya.

  Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran.

  d. Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa.

  e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.

  f. Penutup.

  Suyatno (2009) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran

  Student Facilitator and Explaining (SFE) adalah sebagai berikut :

  a. Informasi kompetensi b. Sajian materi.

  c. Siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya.

  d. Kesimpulan dan evaluasi.

  e. Refleksi.

  2. Kelebihan dan Kelemahan Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru, tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa kelebihan dan kelemahan pembelajaran Student

  Facilitator and Explaining (SFE) yaitu sebagai berikut:

  a. Kelebihan 1). Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain untuk mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi.

  2). Siswa lain dapat lebih mudah menerima, memahami materi karena fasilitator menggunakan bahasa sesuai dengan umur siswa.

  b. Kelemahan Adapun kelemahan tentang pembelajaran Student Facilitator

  and Explaining (SFE) yaitu sebagai berikut:

  1). Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.

  2). Banyak siswa yang kurang aktif.

D. Uraian Materi

  Pada mata pelajaran matematika MTs Muhammadiyah Purwokerto semester 2 pokok bahasan garis singgung lingkaran.

  Standar Kompetensi: Menentukan unsur bagian lingkaran serta ukurannya 4. Kompetensi Dasar: 4.4 Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran.

  5.5 Melukis lingkaran dalam dan lingkaran luar suatu segitiga. Indikator materi yang harus dicapai:

  4.4.1 Menggambarkan garis singgung melalui suatu titik di luar lingkaran dan menyimpulkan sifat-sifat garis singgung tersebut.

  4.4.2 Menentukan jari-jari lingkaran dari suatu gambar.

  4.4.3 Menggambarkan kedudukan dua lingkaran dan menjelaskan kedudukan lingkaran tersebut.

  4.4.4 Menggambarkan garis singgung persekutuan luar dan garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran.

  4.4.5 Menentukan panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran.

  4.4.6 Menentukan panjang salah satu jari-jari lingkaran.

  4.4.7 Menentukan panjang tali untuk mengikat suatu benda berpenampang lingkaran.

  5.5.1 Menggambarkan lingkaran dalam segitiga dan lingkaran luar segitiga.

  5.5.2 Menenentukan panjang jari-jari lingkaran dalam segitiga, luas lingkaran dalam segitiga, panjang jari-jari lingkaran luar segitiga.

E. Kerangka Berfikir

  Pembelajaran yang diduga dapat melibatkan siswa secara aktif sehingga kreativitas dan kemampuan komunikasi matematika siswa dapat ditingkatkan adalah pembelajaran Student Facilitator And Explaining

  (SFE) . Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFE) ini

  merupakan pembelajaran yang efektif untuk melatih siswa dalam menggungkapkan/menyampaikan ide atau gagasannya sendiri.

  Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFE) terdiri dari empat langkah. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : Langkah pertama, yaitu guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran. Guru bisa meminta siswa mencatat apa yang telah mereka ketahui atau yang bisa dilakukan, berkaitan dengan aspek apapun. Guru juga bisa meminta siswa untuk bertukar pikiran dengan teman sebangku sehingga mereka bisa lebih percaya diri. Melalui kegiatan ini dapat membuat siswa memiliki rasa ingin tahu yang mendalam dan memiliki daya imajinasi.

  Langkah kedua, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran. Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep. Guru meminta siswa maju untuk menjelaskan apa yang dia ketahui atau apa yang dapat dia lakukan . siswa lain boleh bertanya, dan siswa yang maju memiliki hak untuk berkata “lewat” jika dia tidak yakin atas jawabanya dan guru dapat menambahkan jawaban dari siswa yang maju. Melalui kegiatan ini siswa dapat menyampaikan ide/gagasan secara orisinil dalam memecahkan masalah, siswa mampu mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tulisan dan mendemonstrasikannya secara visual, siswa juga dapat mempunyai sikap berani mengambil resiko.

  Langkah ketiga, yaitu guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa. Pada saat siswa maju menunjukkan atau menjelaskan apa yang mereka ketahui kepada siswa lain. Guru mencatat poin-poin penting untuk diulang, agar tidak terjadi perbedaan konsep antara guru dan siswa.

  Sehingga siswa tidak merasa dirinya selalu salah. Hal yang demikian bisa membuat siswa lebih percaya diri untuk menyampaikan atau menjelaskan ide atau pendapat yang dimiliki. Melalui kegiatan ini siswa mampu memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika melalui lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual lainny dan siswa mampu menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur- strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan- hubungan.

  Langkah keempat, yaitu guru menerangkan semua materi yang disajikan saat ini. Setelah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide atau pendapatnya, guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu dari awal hingga akhir. Melalui kegiatan ini siswa mampu melihat masalah dari berbagai segi/sudut pandang.

  Berdasarkan penjelasan diatas maka pembelajaran Student

  Facilitator and Explaining (SFE) diharapkan dapat meningkatkan

  kreativitas dan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII B MTs Muhammadiyah Purwokerto.

F. Hipotesis Tindakan

  Dari kerangka berfikir diatas, hipotesis tindakan dirumuskan sebagai berikut : Melalui pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE), maka kreativitas dan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII B MTs Muhammadiyah Purwokerto meningkat.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 BANDA ACEH

0 4 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBANTUAN KARTU SOAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 ULUJAMI

0 0 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran - PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) DENGAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 CAM

0 0 18

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PELAJARAN EKONOMI Shaleha,Junaidi,Sulistyarini

0 0 17

PENERAPAN KOLABORASI METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X DI SMK 2 LINGSAR LILIK HIDAYATI SMK 2 Lingsar Lombok Barat

0 0 10

PENERAPAN STRATEGI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII-D PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SURABAYA SKRIPSI

0 0 16

BAB II IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR - IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI MEMAHAMI TATACARA SHOLAT JUMA

0 1 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian - IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI MEMAHAMI TATACARA SHOLAT JUMAT DI SMP

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN Tegalayu No. 96 Tahun Ajaran 20162017)

1 1 24

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS BAGI SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN

0 0 19