BUKU AJAR: KEDOKTERAN KELUARGA - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

  

BUKU AJAR

KEDOKTERAN KELUARGA

Disusun oleh :

dr. Merry Tiyas Anggraini, M.Kes

dr. Andra Novitasari

dr. M. Riza Setiawan

  

Reviewer

dr. Aisyah Lahdji, MM, MMR

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

  

2015

  VISI & MISI Visi

  pendekatan kedokteran keluarga dan kedokteran okupasi yang islami berbasis teknologi dan berwawasan internasional pada tahun 2034

  Misi

  1. Menyelenggarakan pendidikan kedokteran yang unggul berbasis Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) dan Standar Kompetensi dan Karakter Dokter Muhammadiyah (SKKDM).

  2. Menyelenggarakan penelitian di bidang kedokteran dasar, kedoteran klinik, kedokteran komunitas, kedokteran okupasi dan kedokteran islam guna mendukung pengembangan pendidikan kedokteran dan kesehatan masyarakat.

  3. Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat di bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat.

  4. Mengembangkan dan memperkuat manajemen fakultas untuk mencapai kemandirian.

  5. Mengembangkan dan menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan baik nasional maupun internasional.

  K A T A P E N G A N T A R

  Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT atas limpahan Penyusunan buku ajar ini bertujuan untuk membantu mahasiswa mempelajari penyakit-penyakit yang menjadi kompetensinya, sehingga mahasiswa memiliki kompetensi yang memadai untuk membuat diagnosis yang tepat, memberi penanganan awal atau tuntas, dan melakukan rujukan secara tepat dalam rangka penatalaksanaan pasien. Buku ajar ini ditujukan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran pada Tahap Pendidikan Akademik, mengingat buku ajar ini berisi ringkasan materi pembekalan Ilmu kedokteran keluarga.

  Akhirnya penulis tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun buku ajar ini. Mengingat ketidaksempurnaan buku ajar ini, penulis juga akan berterima kasih atas berbagai masukan dan kritikan demi kesempurnaan buku ajar ini dimasa datang. Semarang, September 2015 Tim Penyusun

  

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................

  Kata Pengantar ................................................................................................ Daftar Isi ................................................................................................ Sub Pokok Bahasan Kedokteran Keluarga dan Implementasinya dalam Sistem Kesehatan Nasional ..................................................................

  Sejarah Perkembangan Kedokteran Keluarga ................................................. Dokter Keluarga dalam Sistem Kesehatan Nasional ...................................... Peran Dokter Keluarga dalam Pembangunan Nasional .................................. Dokter Keluarga di Indonesia ......................................................................... Kebijakan Pengembangan Dokter Keluarga di Indonesia .............................. Peran Dokter Keluarga dalam Sistem Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ...... Program Pengembangan Dokter Keluarga di Indonesia ................................. Standar Kompetensi Dokter Keluarga ............................................................ Sub Pokok Bahasan Prinsip dan Karakteristik Pelayanan Dokter Keluarga ....................................

  Pengertian Pelayanan Dokter Keluarga .......................................................... Pengertian Dokter Keluarga ............................................................................ Pengertian Ilmu Kedokteran Keluarga ............................................................ Peran Dokter Keluarga .................................................................................... Pelayanan Kedokteran Keluarga ..................................................................... Karakteristik Pelayanan Kedokteran Keluarga ............................................... Asas – Asas dalam Pelayanan Dokter Keluarga ............................................. Praktik Dokter Keluarga ................................................................................. Peralatan dan Tenaga Pelaksana ..................................................................... Pelayanan pada Praktik Dokter Keluarga ....................................................... Pembiayaan Pelayanan Dokter Keluarga ........................................................ Sub Pokok Bahasan

  Dinamika, Peran dan Pengaruh Keluarga ....................................................... Definisi ................................................................................................ Bentuk Keluarga ..............................................................................................

  Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan .................................................................. Penentuan Sehat atau Tidaknya Keluarga ....................................................... Siklus Kehidupan Keluarga ............................................................................. Karakteristik Keluarga Sehat .......................................................................... Keluarga dalam Keadaan Krisis ...................................................................... Genogram ................................................................................................ Keluarga dan Konsultasi Medis ...................................................................... Keluarga dan Kesehatan .................................................................................. Pengaruh Keluarga terhadap Kesehatan .......................................................... Pengaruh Kesehatan terhadap Keluarga .......................................................... Sub Pokok Bahasan Penyelenggaraan Kedokteran Menyeluruh Terpadu, Berkesinambungan Dan Pelayanan yang Berprinsip ......................................................................

  Pelayanan yang Berprinsip Pencegahan .......................................................... Home Visit ................................................................................................ Konseling Metode CEA (Catharsis Education Action) .................................. Catharsis atau Pembersihan ............................................................................. Education atau Edukasi ................................................................................... Konseling Modifikasi Gaya Hidup ................................................................. Perubahan Perilaku .......................................................................................... Enam Langkah untuk Perubahan Perilaku ...................................................... Tingkatan Perubahan ....................................................................................... Tahap Perubahan Kebiasaan Berhubungan dengan Merokok ........................ Konseling Keluarga ......................................................................................... Palliative Care ................................................................................................ Pengertian Palliative Care Menurut Beberapa Ahli ........................................ Tujuan Palliative Care .....................................................................................

  Ruang Lingkup Kegiatan Palliative Care ........................................................ Aspek Medikolegal dalam Palliative Care ...................................................... Prinsip – Prinsip Palliative Care .....................................................................

  Palliative Care Plan ......................................................................................... Peran Spiritual dalam Palliative Care ............................................................. Dafatra Pustaka ...............................................................................................

  

ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

Diskripsi singkat

  merupakan salah satu ilmu dasar untuk mewujudkan tujuan fakultas kedokteran UNIMUS yaitu menciptakan dokter yang mampu melakukan pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga. Setelah mempelajari buku ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan llmu Kedokteran Keluarga, yang menjadi bekal dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer.

  Sub Pokok Bahasan :

  1. Kedokteran Keluarga dan wawasannya dalam Sistem Kesehatan Nasional

  2. Prinsip dan Karakteristik Pelayanan Dokter Keluarga

  3. Dinamika, Peran dan Pengaruh Keluarga

  4. Penyelenggaraan Pelayanan Kedokteran Menyeluruh Terpadu, Berkesinambungan dan Pelayanan yang berprinsip pencegahan

1. Deskripsi Singkat

  Wawasan ilmu kedokteran telah dikemukakan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Komisi Bidang Ilmu Kedokteran pada tahun1995, yaitu: mencakup ilmu-ilmu pengetahuan yang mempelajari proses tumbuh kembang manusia mulai dari saat pembuahan sampai dengan akhir hayat, serta berbagai konsep yang melandasi hidup dan kehidupan mulai pada tingkat molekuler sampai dengan tingkat individu utuh. Jadi bidang garapan utama studi ilmu kedokteran adalah perubahan, penyimpangan atau keadaan tidak optimalnya fungsi organ tubuh secara terpadu pada tingkat individu utuh sampai tingkat molekuler, dan adanya faktor genetik.

  Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mempelajari:

  • Dinamika kehidupan keluarga dalam lingkungannya
  • Pengaruh penyakit dan keturunan terhadap fungsi keluarga

  Pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit

  • serta permasalahan kesehatan keluarga Berbagai cara pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi
  • Berdasarkan hal ini maka dalam membuat kurikulum terintegrasi

  Kedokteran Keluarga diperlukan metoda agar pengetahuan dalam kuliah- kuliah dapat dihimpun menjadi satu kesatuan yang juga diberikan oleh berbagai disiplin ilmu dari Fakultas Kedokteran.

2. Relevansi

  Dokter harus memiliki kemampuan yang harus dikuasai agar kompeten melaksanakan tugas, fungsi, dan perannya dalam Upaya Kesehatan Masyarakat dan atau perorangan. Kemampuan tersebut dijabarkan dari tujuh area kompetensi yang harus dikuasai menurut Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).

  Disiplin ilmu kedokteran keluarga memberikan pengetahuan yang akan digunakan untuk mencapai kompetensi dasar pada area kompetensi tersebut dalam SKDI. Pada kompetensi dasar, dokter harus mampu menerapkan dasar- dasar ilmu biomedik, ilmu klinis, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga. Dokter harus mampu menjelaskan dan menerapkan ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Dokter juga harus mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat.

  Setelah menyelesaikan disiplin ilmu ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang pelayanan kesehatan/asuhan medis yang didukung oleh pengetahuan kedokteran terkini secara menyeluruh (holistik), paripurna (komprehensif), terpadu, berkesinambungan untuk menyelesaikan semua keluhan dari pengguna jasa/pasien sebagai komponen keluarganya dengan tidak memandang umur, jenis kelamin dan sesuai dengan kemampuan sosialnya.

3. Kompetensi Standar Kompetensi

  Pada kompetensi dasar, dokter harus mampu menerapkan dasar-dasar ilmu kedokteran keluarga. Dokter harus mampu menjelaskan dan menerapkan ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Dokter juga harus mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat.

  Kompetensi Dasar:

  Mampu menjelaskan tentang:

  1. Kedokteran Keluarga dan wawasannya dalam Sistem Kesehatan Nasional

  2. Prinsip dan Karakteristik Pelayanan Dokter Keluarga

  3. Dinamika, Peran dan Pengaruh Keluarga

  4. Penyelenggaraan Pelayanan Kedokteran Menyeluruh Terpadu, dan Berkesinambungan dan Pelayanan yang berprinsip pencegahan

  Indikator :

  mahasiswa mampu menjelaskan tentang Kedokteran Keluarga dalam Sistem Kesehatan Nasional, Kedokteran keluarga dan prinsip-prinsipnya, Dinamika, Peran dan Pengaruh Keluarga Pelayanan kedokteran menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, Pelayanan yang berprinsip pencegahan.

  

SUB POKOK BAHASAN

KEDOKTERAN KELUARGA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL

1. Pendahuluan

  a. Deskripsi singkat : Sub pokok bahasan ini akan membahas tentang pelayanan kesehatan dengan prinsip kedokteran keluarga dan implementasinya dalam sistem kesehatan nasional di Indonesia. Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanya oleh orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat Indonesia. Sistem Kesehatan Nasional tahun 2004 menggariskan bahwa untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) strata pertama melalui puskesmas. Penyelenggaraan UKP akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang terpencil.

  b. Relevansi Pengetahuan ini dapat digunakan untuk menjelaskan tentang pelayanan kesehatan, kedokteran keluarga dan implentasinya dalam Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia.

  c. Kompetensi Standar Kompetensi:

  Pada kompetensi dasar, dokter harus mampu menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinis, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga. Dokter harus mampu menjelaskan dan menerapkan ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Dokter juga harus mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat. Kompetensi Dasar : Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai : 2) Sejarah perkembangan kedokteran keluarga di Indonesia dan di Negara-negara lain.

  3) Kedokteran keluarga dalam Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia

2. Penyajian

  Terwujudnya keadaan sehat adalah hak asasi manusia dan sekaligus modal dasar keberhasilan pembangunan bangsa. Definisi sehat meliputi keadaan sejahtera sempurna yang dinilai dari keadaan fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Undang- undang No. 23 tahun 1992, sehat didefenisikan sebagai suatu keadaan badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

  Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, yang saling terkait dan mempengaruhi. Jika salah satu faktor bermasalah atau terganggu maka akan mempengaruhi faktor-faktor lainnya dan selanjutnya akan berdampak pada derajat kesehatan masyarakat. Blum, 1974 mengemukakan empat faktor utama yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat adalah sebagai berikut:

  1.Perilaku, hal yang berkaitan dengan kebiasaan atau gaya hidup yang

  dianut dan diperlihatkan oleh masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

  2.Lingkungan, suatu keadaan sekitar dalam bentuk lingkungan fisik dan

  lingkungan nonfisik yang saling berinteraksi dan mempengaruhi kesehatan seseorang.

  3.Pelayanan kesehatan, meliputi akses, keterjangkauan, dan mutu pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat.

  4.Keturunan, merupakn kualitas dan kuantitas genetik yang bersifat

  diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Pengaruh masing- masing faktor terhadap kesehatan bersifat komplek baik secara

  Pelayanan Kesehatan

  Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus dilaksanakan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan yang cukup penting adalah peneyelenggaraan pelayanan kesehatan (Blum, 1976), jika pelayanan kesehatan tidak tersedia (available), tidak tercapai (accesible), tidak terjangkau (affordable), tidak terpadu (integrated), dan atau tidak bermutu (quality) tentu sulit diharapkan terwujudnya keadaan sehat tersebut.

  Pengertian pelayanan kesehatan yang dimaksudkan di sini mencakup bidang yang amat luas sekali. Secara umum dapat diartikan sebagai setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.

  Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan (promotif), mencegah (preventif), dan menyembuhkan penyakit (kuratif) serta dalam memulihkan kesehatan (rehabilitatif) perseorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat. Hodgetts dan Cascio, 1983 mengklasifikasikan pelayanan kesehatan menjadi dua macam.

  1.Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Public Health Services)

  Merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya untuk memelihara, menigkatkan kesehatan (promotif) serta mencegah penyakit (preventif), dan sasaran utamanya adalah kelompok masyarakat.

2.Pelayanan Kesehatan Perorangan (Medical Services)

  Merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya untuk menyembuhkan (kuratif) dan memulihkan kesehatan Kedua bentuk pelayanan kesehatan ini mempunyai ciri-ciri tersendiri. Jika pelayanan kesehatan tersebut terutama ditujukan untuk menyembuhkan penyakit (curative) dan memulihkan kesehatan (rehabilitative) disebut dengan nama pelayanan kedokteran. Sedangkan jika pelayanan kesehatan tersebut terutama ditujukan untuk meningkatkan kesehatan (promotive) dan mencegah penyakit (preventive) disebut dengan nama pelayanan kesehatan masyarakat.

  Sasaran kedua bentuk pelayanan kesehatan ini juga berbeda. Sasaran pelayanan kedokteran adalah perseorangan dan keluarga. Sedangkan sasaran utama pelayanan kesehatan masyarakat adalah kelompok dan masyarakat. Pelayanan kedokteran yang sasaran utamanya adalah keluarga disebut dengan nama pelayanan dokter keluarga (family practice).

  Penyelenggara pelayanan kesehatan tergantung dari kebijakan kesehatan di setiap negara. Perbedaan menyelenggaraan kesehatan ini disebabkan karena adanya peran dari sektor pemerintahan dan sektor swasta. Pelayanan kesehatan masyarakat lebih ditekankan pada pemerintah sedangkan untuk pelayanan kesehatan perorangan dipercayakan kepada sektor swasta tetapi masih melibatkan pemerintah. Diharapkan dengan kombinasi dan kerjasama lintas sektor dan lintas program, derajat kesehatan masyarakat yang diimpikan dapat terwujud sesuai dengan visi “Indonesia Sehat 2010”.

  Suatu pelayanan kesehatan harus memiliki ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat tertentu. Hal ini ditujukan agar pelayanan kesehatan yang diberikan lebih maksimal dan menyeluruh serta dapat membantu pribadi atau kelompok yang membutuhkan. Tersedia, mudah dicapai, penyebaran merata, mandiri, efektif, efisien, menyeluruh dan lengkap, berkesinambungan, terpadu, dapat diterima, wajar, dapat dijangkau, dan bermutu, merupakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan. Banyak sarana pelayanan kesehatan, di mana masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab dan kewewenangan yang jelas. Diharapkan adanya suatu hubungan atau kerjasama dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan antara sarana

  Primary Health Care

  Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di tingkat primer, dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama di bawah naungan peraturan dan perundangan. Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006 menetapkan sembilan karakteristik pelayanan primer yaitu: komprehensif dan holistik, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, pasien sebagai bagian integral keluarga, mempertimbangkan lingkungan (tempat tinggal dan kerja), menjunjung tinggi etika dan hukum, sadar biaya dan sadar mutu, dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan.

  Implementasi konsep primary health care dalam pelayanan kesehatan berbeda, antara negara-negara berkembang dengan negara-negara maju. Indonesia contohnya, sebagai salah satu negara berkembang, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan primer diselenggarakan secara terpadu melalui pelayanan kesehatan primer. Hal ini karena masalah kesehatan masyarakat Indonesia masih dominan dan jumlah serta kategori petugas atau sarana kesehatan masih terbatas. Sedangkan di negara-negara maju, pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan secara terpisah dari pelayanan kesehatan masyarakat melalui pelayanan dokter keluarga. Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh petugas dan sarana kesehatan masyarakat yang didirikan khusus untuk hal tersebut,

  Kompetensi Dokter Keluarga yang Diharapkan

  Seorang dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dibandingkan seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Hal ini sangat perlu ditekankan karena begitu banyak permasalahan kesehatan yang harus dibenahi. Mellinium Development Goals (MDG’s), target pencapaian derajat kesehatan yang lebih baik, merupakan suatu program dibidang kesehatan yang dijalankan dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan

  MDG’s yang ditargetkan pada tahun 2015 menuntut seorang dokter memiliki kompetensi lebih dalam merealisasikan program tersebut. Dalam mewujudkan MDG’s seorang tenaga medis diharapkan mampu mengobservasi, mendiagnosis, memberikan terapi yang tepat, dan melakukan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera, dan melahirkan. Program MDG’s yang dicanangkan oleh pemerintah ini juga berkaitan dengan globalisasi kesehatan, di mana kesiapan dan kemantapan tenaga kesehatan suatu negara akan menjadi sorotan publik di seluruh dunia. Globalisasi dunia menuntut sorang dokter atau tenaga kesehatan untuk lebih maksimal dalam memberikan pelayanan kesehatan.

  Paradigma sehat yang lebih menekankan pada kualitas hidup dari pada sekedar penyembuhan penyakit, membutuh tenaga kesehatan yang profesionalisme yang diutamakan pada dokter pelayanan primer. Dokter pelayanan primer adalah dokter keluarga yang memberikan pelayanan pertama secara berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga, dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Pendekatan dokter keluarga sebagai primary health care merupakan suatu solusi dan jalan dalam mewujudkan kualitas kesehatan individu dan masyarakat yang lebih baik. Di sisi lain, pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum berkembang dengan baik dan sebagaimana mestinya karena tidak ditopang oleh sistem pembiayaan kesehatan yang sesuai. Diharapkan dengan adanya sistem pembiayaan ini, pelayanan dokter keluarga dapat terselenggara dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Sistem pembiayaan yang selama ini berlaku bukan fee for services, dalam arti kata, biaya pengobatan dibayar bukan atas pelayanan yang diberikan oleh seorang dokter.

  Selain itu, pengetahuan dan keterampilan dokter belum memuaskan, dimana kompetensi yang dimiliki belum cukup untuk menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga. Dalam pelaksanaannya, dari seorang dokter kesehatan. Standar dan kompetensi-kompetensi yang telah ditetap harus dipenuhi sebagaimana mestinya. Mampu menjalin komunikasi yang efektif, melakukan prosedur klinis dan kedaruratan klinis, mampu mengaplikasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu kedokteran, dapat memanfaatkan dan mendayagunakan segala umber yang ada di sekitar, mampu menggunakan sistem teknologi dan informasi, belajar sepanjang hayat, dan memiliki sikap profesional dalam keseharian adalah beberapa hal dari sekian banyak hal yang harus dimiliki, dikuasai, dan dilaksanakan oleh seorang dokter keluarga.

  Pedekatan yang dilakukan dalam mengupayakan pelayanan dokter keluarga ditengah-tengah masyarakat hendaklah dilakukan secara berkesinambungan. Dengan adanya peningkatan ke arah tersebut berarti penerapannya akan semakin mantap. Walaupun masalah kesehatan di Indonesia masih dipengaruhi oleh berbagai tatanan dan kondisi dari masyarakat dan negara ini sendiri, namun tidak menutup kemungkinan upaya pemerintah dalam mengusahakan praktik layanan dokter keluarga dalam masyaraat akan menjadi solusi dari masalah kesehatan yang ada di Indonesia.

  Pendekatan dokter keluarga sebagai primary health care adalah sebuah cita- cita yang akan menjadi sebuah perubahan besar di tengah kondisi kesehatan Indonesia yang sangat memprihatinkan. Pendekatan ini mungkin akan menjadi solusi dalam memperbaiki status kesehatan masyarakat yang masih tertinggal jauh bila dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya, yaitu peringkat ke-111 dari 172 negara yang dinilai, atau satu tingkat lebih baik dari Vietnam namun jauh tertinggal dari Malaysia, Thailand dan Singapura. Tugas ini adalah PR untuk semua sektor yang terlibat dan terkait serta masyarakat itu sendiri tentunya.

  Wawasan ilmu kedokteran telah dikemukakan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Komisi Bidang Ilmu Kedokteran pada tahun 1995, yaitu: mencakup ilmu-ilmu pengetahuan yang mempelajari proses tumbuh kembang manusia mulai dari saat pembuahan sampai dengan akhir hayat, serta berbagai konsep yang melandasi hidup dan kehidupan mulai pada tingkat studi ilmu kedokteran adalah perubahan, penyimpangan atau keadaan tidak optimalnya fungsi organ tubuh secara terpadu pada tingkat individu utuh sampai tingkat molekuler, dan adanya faktor genetik. Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mempelajari:

  Dinamika kehidupan keluarga dalam lingkungannya - Pengaruh penyakit dan keturunan terhadap fungsi keluarga - Pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit - serta permasalahan kesehatan keluarga

  • Berbagai cara pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi keluarga dalam keadaan normal. Jika ditinjau dan prinsip pokoknya, maka pelayanan dokter keluarga yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah kesehatan keluarga secara keseluruhan, sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan di lapangan tidak berjalan dengan memuaskan. Muncul berbagai masalah dalam sub sistem kesehatan, yang kalau dirinci terbagi sebagai berikut:

  A. Problematika Sub Sistem Pelayanan Kesehatan

  1. Komersialisasi dalam pelayanan kesehatan

  2. Menurunnya etos profesionalisme dokter. Mutu pelayanan dokter umum dirasakan jauh dari memuaskan. Banyak dokter umum yang menyelenggarakan pelayanan di bawah standar. Hal ini mungkin disebabkan karena dokter umum tersebut tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan klinis serta tidak mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.

  3. Meningkatnya orientasi pada spesialis dan sub spesialis.

  4. Pelayanan kesehatan terkotak-kotak (fragmented health services)

  5. Hubungan dokter-pasien renggang, perhatian dokter seringkali hanya terhadap keluhan, bukan pada penderita secara keseluruhan.

  B. Problematika Sub Sistem Pembiayaan Kesehatan canggih dan karena pelayanan yang terkotak-kotak.

  2. Daya beli masyarakat menurun. Pelayanan dokter keluarga mempunyai posisi strategis dalam keberhasilan penatalaksanaan subsistem pelayanan kesehatan, karena perannya dalam mengalihkan orientasi kuratif ke orientasi komprehensif, mengedepankan upaya promotif preventif sehingga seimbang dengan upaya kuratif dan rehabilitatif, mengubah pelayanan yang fragmentatif ke pelayanan yang integratif berjenjang, dengan menjadikan pelayanan primer sebagai ujung tombak. Peran dokter keluarga dalam penatalaksanaan subsistem pembiayaan kesehatan diwujudkan oleh kesediaannya untuk menerima pembayaran secara praupaya yang juga bermakna mengendalikan biaya pelayanan kesehatan. Peranan kedokteran keluarga dtharapkan mampu mewujudkan pelayanan berkualitas yang diinginkan masyarakat.

SEJARAH PERKEMBANGAN KEDOKTERAN KELUARGA

  Perkembangan spesialisasi dan atau subspesialisasi kedokteran berjalan sangat pesat. Hingga saat ini jumlah spesialisasi dan subspesialisasi bidang kedokteran tidak kurang dari 57 macam. Perkembangan spesialisasi dan atau subspesialisasi seperti ini, disamping mendatangkan banyak manfaat yakni makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan, yang antara lain ditandai oleh turunnya angka kesakitan, angka cacat dan angka kematian, ternyata juga mendatangkan banyak masalah. Salah satu dari masalah yang dimaksud dan dipandang cukup penting adalah makin berkurangnya minat dokter menyelenggarakan pelayanan dokter umum. Sesungguhnya, dengan makin berkembangnya spesialisasi dan atau subspesialisasi tersebut, secara bertahap minat dokter menyelenggarakan pelayanan dokter umum makin berkurang. Oleh Millis (1966) penyebab makin berkurangnya minat dokter menyelenggarakan pelayanan dokter umum ini, disimpulkan sebagai berikut: dengan dokter spesialis.

  2. Karena kesempatan memperdalam pengetahuan dan keterampilan sebagai dokter umum dibandingkan dengan dokter spesialis makin kurang.

  3. Karena makin buruknya kondisi kerja dokter umum dibandingkan dengan dokter spesialis. Demikianlah akibat makin berkurangnya jumlah dokter yang menyelenggarakan pelayanan dokter umum. Sementara iru jumlah dokter yang menyelenggarakan pelayanan dokter spesialis makin bertambah, menyebabkan timbulnya berbagai masalah lainnya. Berbagai masalah yang dimaksud, jika diperinci menurut subsistem kesehatan secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :

  1. Subsistem Pelayanan Kesehatan Masalah yang paling menonjol yang ditemukan pada Subsistem Pelayanan Kesehatan ialah pelayanan kesehatan tersebut menjadi terkotak-kotak (fragmented heatlh Services), amat tergantung pada berbagai peralatan kedokteran canggih serta cenderung mengorganisasi pelayanan kesehatan yang lebih majemuk. Keadaan yang seperti ini tentu merugikan masyarakat, karena mesyarakat akan sulit mendapatkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh (comprehensive health services). Pasien akhirnya bagaikan berbelanja ke banyak toko. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tanpa tahu kegunaan dan manfaatnya. Lebih lanjut lagi karena pelayanan yang terkotak-kotak ini, maka hubungan dokter- pasien menjadi renggang. Sering ditemukan perhatian dokter hanya pada keluhan yang disampaikan saja, bukan terhadap diri penderita secara keseluruhan.

  2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan Masalah yang paling menonjol yang ditemukan pada Subsistem Pembiayaan Kesehatan ialah biaya kesehatan menjadi sangat meningkat. dipergunakannya berbagai peralatan canggih, tetapi juga karena pelayanan kesehatan tersebut telah terkotak-kotak. Akibatnya pemeriksaan kedokteran yang sama sering dilakukan berulang-ulang, yang tentu saja akan memberatkan pasien.

  Selain itu, untuk para dokter yang tetap menyelenggarakan pelayanan dokter umum, ditemukan pula masalah lainnya. Masalah tersebut ialah mutu pelayanan yang diselenggarakan ternyata tidak memuaskan. Penyebabnya adalah karena para dokter umum tersebut tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan klinis serta tidak mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran. Adanya keadaan yang seperti ini tentunya tidak menguntungkan semua pihak. Jalan keluar yang diajukan, secara umum dapat dibedakan atas 4 macam:

  1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter umum sehingga dapat mengejar berbagai ketinggalan yang dimilikinya.

  2. Menggantikan dokter umum dengan dokter keluarga yang terdidik secara khusus.

  3. Melatih semua dokter (termasuk spesialis) dalam filosofi dan teknik pelayanan kesehatan yang menyeluruh.

  4. Menciptakan keadaan lingkungan yang dapat memacu terselenggaranya pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu. Jalan keluar yang pertama, di Amerika Serikat dimotori oleh The American Academy of General Practice yang didirikan pada tahun 1947. Organisasi ini aktif menyelenggarakan berbagai program pendidikan tambahan untuk dokter umum. Hasil yang diperoleh cukup menggembirakan karena secara bertahap berbagi ketinggalan dokter umum dapat diatasi.

  Pada tahun 1959, The American Medical Association menyusun suatu rancangan pendidikan khusus yang bersifat formal. Sejak tahun 1969, di Amerika Serikat dokter keluarga dipandang sebagai salah satu dokter Demikianlah, sesuai dengan latar belakang tersebut dan juga berbagai peristiwa khusus yang terjadi di masing-masing negara, akhirnya gerakan dokter keluarga tersebut mulai bermunculan. Ringkasan sejarah perkembangan yang dimaksud untuk beberapa negara, secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Inggris Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Inggris telah dimulai sejak tahun 1844, tetapi pada waktu itu banyak mendapat tantangan. Barulah kemudian pada tahun 1952, praktik dokter keluarga ini mendapat pengakuan yakni dengan berhasil didirikannya Royal College of General Practice.

  2. Australia Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Australia telah dimulai sejak tahun 1958, yakni dengan didirikannya the College of General Practice yang pada waktu itu aktif menyelenggarakan program pendidikan kedokteran berkelanjutan berikut ujiannya yang telah dimulai sejak tahun 1960. Kegiatan ini secara resmi diakui pada tahun 1973, yakni dengan mulai diselenggarakannya Family program oleh pemerintah federal.

  3. Filipina Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Filipina telah dimulai sejak tahun 1960 tetapi secara melembaga baru dikenal sejak tahun 1972, yakni dengan didirikannya The Philipine Academy of Family Physicians. Organisasi ini aktif menyelenggarakan pendidikan dokter keluarga.

  4. Singapura Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Singapura telah dimulai sejak 1971, dan sejak tahun 1972 aktif

  5. Indonesia Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai sejak 1981, yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada tahun 1990, melalui kongresnya yang kedua di Bogor, nama organisasi diubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia. Namun pelayanan kedokteran keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat penagkuan, baik dari profesi kedokteran dan ataupun dari pemerintah.

  Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga pada tahun 1972, yang dikenal dengan nama World Organization of National College, Academic and Academic Association of General Practitioners/Family Physician (WONCA). Indonesia adalah anggota WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia.

DOKTER KELUARGA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL

  Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dirumuskan sebagai implementasi Undang-undang No. 23 tahun 1989 tentang Kesehatan. Perinsip dasar dari SKN adalah pelaksanaan salah satu amanat pembukaan UUD 1945, yaitu mensejahterakan rakyat Indonesia. Perinsip dasar ini sekaligus salah satu aspek tugas negara (yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh masyarakat) dengan sendirinya tersusun dalam suatu kerangka yang dengan sendirinya mulai dan visi-misi-tujuan program, dan rencana pelaksanaan sampai implementasi dan susunan standar operasional. Kerangka utama SKN dapat disimpulkan terdiri atas 3 bagian. Pertama, pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya, kedua Ketahanan Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ketiga adalah pemberdayaan manusia Indonesia agar mampu memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

  Pelaksanaan SKN dengan sendirinya menjadi tanggung jawab Dept Kesejahteraan Rakyat (Kesra). Rumusan upaya kesehatan dilaksanakan secara holistik, komprehensif dan integratif pada 4 bidang sasaran utama, yaitu usaha-usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kita ambil contoh bidang kuratif, yang maksudnya menyembuhkan orang yang sudah sakit. Pelayanan kuratif dalam SKN tersusun dalam 3 strata, pertama pelayanan primer yang dilaksanakan di Puskesmas dan praktek dokter umum swasta yang umumnya dilaksanakan sore hari. Strata kedua adalah pelayanan sekunder yang dilaksanakan oleh rumah sakit tipe C dan tipe B, disertai praktek dokter spesialis. Strata ketiga adalah pelayanan tertier, yaitu upaya penyembuhan bagi pasien yang memerlukan teknologi tinggi dan bersangkutan dengan proses keilmuan yang rumit.

  Sistem dokter keluarga sebagai bagian struktur SKN sudah berjalan sangat bagus di negara maju. Sistem dokter keluarga selalu dikaitkan dengan sistem asuransi kesehatan baik yang resmi dari negara/seperti Jamkesmas di Indonesia, maupun yang diusahakan oleh swasta. Setiap keluarga atau orang per orang diwajibkan mengikatkan diri pada seorang dokter keluarga. Pasien tidak perlu membayar dokter karena dokter keluarga mendapat gaji dari asuransi. Dokter keluarga itulah yang membimbing, mengasuh pasien beserta keluarganya, termasuk mengirim sekaligus memandu rujukan yang diperlukan. Dokter spesialis yang merawat wajib berkomumikasi aktif dengan dokter keluarga yang merujuk. Selain itu rumah sakit harus mengacu segala prosedur yang akan dilaksanakan dengan ketentuan yang disepakati dengan asuransi (jamkesmas). Hal ini diperlukan berhubung secara filosofis selalu ada perbedaan interes (orientasi) antara kaum profesional kedokteran dengan perusahaan asuransi. Secara profesional (juga pasien) selalu menghendaki yang maksimal terbaik, terbaru, sebaliknya perusahaan asuransi selalu berorientasi pada manfaat, efisiensi dan hemat. Di sinilah peran yang sangat penting dari dokter keluarga.

  Pada hakikatnya, kegiatan-kaegiatan yang tercakup dalam sistem pelayanan kesehatan, dan (2) pembiayaan upaya kesehatan. dlam hal ini, Sistem Kesehatan di suatu wilayah sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah tersebut melalui pemberian pelayanan kesehatan dan melindungi masyarakat dari kerugian akibat mengeluarkan banyak biaya karena penyakit yang dideritanya. Atau dengan kata lain, Sistem Kesehatan suatu wilayah memiliki tiga tujuan pokok, yaitu: 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat wilayah yang bersangkutan.

  2. Merespons harapan-harapan atau kebutuhan masyarakat wilayah yang bersangkutan sesuai hak asasi manusia.

  3. Memberikan perlindungan finansial terhadap kemungkinan dikeluarkannya biaya akibat penyakit yang diderita oleh masyarakat yang bersangkutan. Sistem Kesehatan mempunyai empat fungsi, yaitu : 1. Pelayanan kesehatan.

  Merupakan proses memberikan dan mengelola masukan di dalam kegiatan produksi jasa kesehatan yang terjadi dalam suatu tatanan organisasi tertentu, dimana mengarah kepada perlu dilakukannya serangkaian intervensi terhadap masalah-masalah kesehatan yang ada. Dalam hal ini, unsur penting yang perlu diperhatikan adalah hubungan antara pemberi pelayanan dengan pengguna pelayanan, akuntabilitas pemberi pelayanan, manajemen pelayanan, dan hubungan antara berbagai pemberi pelayanan yang ada.

  2. Pembiayaan kesehatan Terdiri dari tiga proses, yaitu:

  • proses penarikan dana dari sumber dana (primer, yaitu rumah tangga atau perusahaan, maupun sekunder, yaitu pemerintah dan lembaga- lembaga donor).
  • pengalokasian dana untuk kegiatan-kegiatan para pemberi pelayanan.

  3. Pengembangan sumber daya kesehatan tidak hanya berupa dana, tetapi juga tenaga kesehatan, obat, peralatan kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Pengembangan sumber daya kesehatan melibatkan berbagai organisasi yang menghasilkan sumber daya tersebut, seperti lembaga pendidikan tenaga kesehatan, industria farmasi, lembaga penelitian kesehatan, dan lain-lain.

  4. Pengawasan dan pengarahan adalah fungsi yang harus dipegang oleh aparat pemerintah yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. Pengawasan dan pengarahan ini pada hakikatnya terdiri atas penetapan kebijakan kesehatan, pengaturan di bidang kesehatan, serta penilaian kinerja dan penyediaan informasi kesehatan.

  Pada saat organisasi-organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas menjadi otonom, maka sistem kesehatan menghadapi ancaman berupa terfragmentasinya pelayanan kesehatan. Fragmentasi dapat terjadi di antara penyedia pelayanan setingkat (rumah sakit, klinik rawat jalan, atau program kesehatan masyarakat) atau di antara pelayanan kesehatan dasar dengan pelayanan kesehatan rujukan. Fragmentasi semacam ini menimbulkan dampak negatif, baik terhadap efisiensi maupun pemerataan dalam pelayanan rujukan. Pelayanan kedokteran keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistem kesehatan nasional karena dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terintegrasi, menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, sehingga diharapkan tujuan pokok sistem kesehatan nasional dapat tercapai, yaitu meningkatkan derajat kesehatan seluruh masyarakat.

  NASIONAL

  Berhasilnya upaya kesehatan menyebabkan munculnya pola penyakit yang berbeda sehingga peran dokter dalam berbagai upaya pelayanan kesehatan pun berubah. Dalam upaya kuratif,dokter masa kini harus siap untuk menolong pasien, bukan saja yang berpenyakit akut tetapi juga yang berpenyakit kronis,penyakit degeneratif dan harus siap membantu kliennya agar dapat hidup sehat dalam kondisi lingkungan yang lebih rumit masa sekarang ini. Untuk itu ia harus mengenal kepribadian dan lingkungan pasiennya. Upaya prevensi pun bergeser dari orientasi kesehatan masyarakat lebih kearah kesehatan perorangan (private health). Dampak pesatnya perkembangan spesialisasi dan sub spesialisasi telah menyebabkan fragmentasi profesi, hilangnya hubungan dokter-pasien akibat pelayanan kedokteran yang semakin berorientasi ke keterampilan laboratorium dan teknis. Dampak lainnya adalah meningkatnya biaya kesehatan sebagai dampak dari pelayanan spesialistis dan bergantung pada teknologi. Biaya perawatan demikian tingginya dan penanganan spesialistis demikian menonjolnya sehingga kasus-kasus yang telah lanjut memerlukan perawatan canggih dan spesialistik. Beberapa penilaian juga juga menyimpulkan bahwa pendidikan dokter yang menekankan pada pengajaran klinik di ruang perawatan tidak memberikan kemampuan yang memadai kepada peserta didik untuk menangani kasus-kasus di masyarakat dengan pendekatannya yang tentunya sangat berbeda.

  Pengaruh berbagai faktor ini, mendorong kesadaran pentingnya peningkatan jumlah dan mutu jajaran pelayanan kesehatan tingkat primer. Disiplin ini berkembang secara epistemologis atas dasar dorogan kebutuhan akan layanan yang kemudian dikenanl sebagai disiplin kedokteran keluarga. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Dokter Keluarga Sedunia (WONCA) telah menekankan pentingnya peranan dokter keluarga (DK) ini dalam mencapai pemerataan pelayanan kesehatan.

  Konsep dokter keluarga di Indonesia pertama diajukan oleh IDI pada tahun 1980 sebagai hasil Muktamar ke –17 dengan latar belakang sebagai berikut:

  1. DK sebagai alternatif pengembangan karier dokter disamping karir spesialis

  2. DK untuk memenuhi tuntutan pelayanan kesehatan yang termaksud pada SKN pada waktu itu. Masalah mutu pada waktu itu masih belum menjadi sorotan benar

  3. DK untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan dengan menerapkan sistem pelayanan kesehatan terkendali

  4. DK untuk menahan dampak negatif spesialisasi Dalam Mukernya yang ke-18 IDI menetapkan definisi DK sebagai berikut: Dokter Keluarga adalah dokter yang memberi pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat pada keluarga sehingga ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak anya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya Dengan definisi demikian IDI menggambarkan ciri pelayanan DK sebagai berikut:

  1. DK melayani penderita tidak hanya sebagai individu tetapi sebagai anggota satu keluarga bakan anggota masyarakatnya

  2. DK memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan memberikan perhatian kepada penderitanya secara lengkap dan sempurna,jauh melebihi apa yang dikeluhkannya

  3. DK memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan utama meningkatkan derajat kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobatinya penyakit sedini mungkin

  4. DK mengutamakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan itu sebaik-baiknya