PENDIDIKAN DAMAI DALAM ISLAM (KONSTRUKSI DARI PEMIKIRAN ASGHAR ALI ENGINEER TAHUN 1939-2007)

  STAIN Salatiga iiiiiiiiiiiiiin

  07TD1011142.01

PENDIDIKAN DAMAI DALAM ISLAM

(KONSTRUKSI DARI PEMIKIRAN

ASGHAR ALI ENGINEER

  

TAHUN 1939-2007)

S K R IP S I

  

Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Strata I

Dalam Ilmu Tarbiyah

  

F A I S A L F I

NIM : 111 02 049

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA JLStadion No.03 Telp. (0298) 323706, Fax. 323433, Salatiga, 50721

  Website: www. Stainsalatiaa.ac.id E-mail :administrasi @sta:nsallatiga.ac.id

DEKLARASI

  Bism illahirrahmanirrcihim Assalamualaikum Wr. Wb.

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan Sidang Munaqasah Skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Wallahulmuwafiq Ila Aqwamitthariq Wassalamualaikum Wr. Wb.

  Salatiga, 28 September 2007 Penulis

  FAIS ALFI NIM : 111 02 049

DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Tentara pelajar No. 2 Telp. (0298) 323706, 323443, fax. (0298) 323443 salatiga 50712

  http:Avww.stainsalatiga.ac.id email: akademik @stainsalatiga.ac.id

  NOTA PEMBIMBING

  Salatiga, 26 September 2007 Lampiran : 3 Eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

  Kepada Yth, Ketua STAIN Salatiga Di Tempat Assalamualaikum Wr. Wb.

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara: Nama : FAIS ALFI NIM : 11102049 Jurusan : TARBIYAH Progdi : PAI Judul : Pendidikan Damai Dalam Islam (Konstruksi dari Pemikiran Asghar Ali

  Engineer 1939-2007) Sudah dapat diajukan dalam sidang Munaqasah. Demikian surat ini, harap menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamualaikum Wr. Wb.

  embimbing Dr. Moh. SaerozL M.Ag

  ■F

  N I P .150247014 DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TIN G G I AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  JL.Stadion No.03 Telp. (0298) 323706, Fax. 323433, Saiatiga, 50721 Website: www. Stainsalatiga.ac.id E-mail :administrasi (gstainsallatiga.ac.id

  

PENGESAHAN

PENDIDIKAN DAMAI DALAM ISLAM

(KONSTRUKSI DARI PEMIKIRAN ASGHAR ALI ENGINEER

TAHUN 1939-2007)

  

FA1S ALFI

NIM. 11102049

  Telah diuji di depan Sidang Munaqasyah pada tanggal 03 Oktober 2007 atau yang bertepatan dengan tanggal 21 Ramadhan 1428 H, dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Tarbiyah.

  Salatiga, 21 Ramadhan 1428

  K

  03 Oktober 2007 S Panitia Munaqasyah

  

MOTTO

“M I NA L A Q ID A H IL A T S A U R A H ”

HASSAN HANAFI

  PER SEM BA H A N

Skripsi ini dipersembahkan pada :

  Orang Tuaku tercinta dan juga kepada manusia-manusia yang cinta akan kedamaian dalam hidup

KATA PENGANTAR

  Puji Syukur terpanjatkan kepada Allah SWT yang M aha Pengasih dan Penyayang kepada seluruh makhluk-Nya. Shalawat serta Salam kepada Nabi Muhammad SAW yang mana telah membawa ajaran yang begitu revolusioner (Islam) agar ummatnya selalu dalam jalan kebenaran.

  Dengan terselesaikannya skripsi berjudul “ Pendidikan Damai dalam Islam (Konstruksi dari Pemikiran Asghar Ali Engineer Tahun 1939-2007)”, penulis pantas mengucapkan terima-kasih yang tak terhingga kepada orang-orang yang telah banyak membantu, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Diantaranya adalah:

  1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga

  2. Bapak Fatchurrahman, M.Pd selaku Kaprogdi PAI

  3. Bapak Dr. H. Moh. Saerozi, M.Ag selaku pembimbing yang telah banyak m em bm tu ditengah-tengah kesibukan beliau, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan tepat waktu

  4. Kepada Abahku (H. Syafi’) aim dan Ibuku, dengan doa dan kesabarannya yang selalu mendorong penulis agar cepat menyelesaikan studinya. Adik-adiku ( Dek Nuroh, Farikh dan Nuris)

  5. Masku dan Nengku yang tak bosan-bosannya memeberi nasehat kepada penulis, dan tak lupa pula adik-adik keponakanku (Dek Atik, Utaf, Neli, Risa, Alfan, dan Vina)

  6. Sahabat-sahabatku di kepengurusan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Cabang Kota Salatiga, yang mana kita berproses bersama (Huda, Dhamer, Lukman, Agung, Gus Lutf:, Lilik, Turvi, Siun, Masykur, Ali, Hasyim, Lina). Dan tak lupa pula sahabat-sahabat PMII Komisariat dan Rayon.

  7. Teman terbaikku (Aniq, Indah, Khusnul, Ana)

  8. Teman-teman seangkatanku (Riza, Eko Cremild, Chemoth, Agus, Teteh, Ika, Umam, Umi, Eni, dw i’, Ani, Wisnu, Dai) dan yang lain yang tak bisa tersebutkan satu-persatu

  9. Para Amir Mujahidin (Roy, Pay, Azin)

  10. Orang-orang yang telah meminjami beberapa buku buat bahan skripsi (Agus Jumhadi, Thole, Anas, Hern) Kepada mereka semua, ataupun yang belum sempat tersebut penulis sampaikan

  

Jazakumullah Khairan Kasir an, amin. Terakhir penulis berharap, mudah-mudahan

  tulisan ini bermanfaat bagi penulis ataupun pembaca pada umumnya dalam membangun dunia yang penuh dengan cinta-kasih antar manusia agar tercipta satu dunia yang damai. Kritik dan saran' tentu sangat penulis harapkan dari semua pihak, demi perbaikan tulisan ini selanjutnya. Terima-kasih, Wallahulmuwafiq Ila

  Aqwanitthariq. Wassalam.

  Salatiga, 05 Oktober 2007 Penulis,

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

BABI

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

  Islam sebagai suatu ajaran, menjunjung tinggi nilai-nilai cinta kasih antar sesama manusia dan sangat menentang kekerasan dalam bentuk apapun.

  Ajaran Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan suatu rahmat bagi alam semesta, yaitu kesejahtraan bagi setiap orang tanpa memandang latar belakang agama, tingkat sosial, ekonomi, dan kebangsaanya. Hal tersebut bermaksud agar tercipta satu tatanan masyarakat yang kondusif, hidup rukun, damai dan sejahtera.

  Dasar berpijak yang harus diaplikasikan bagi umat Islam adalah semangat humanitas dan universalitas Islam. Semangat humanitas menerangkan bahwa Islam merupakan agama kemanusiaan. Dengan kata lain, semangat Islam itu sejalan dengan cita-cita kemanusiaan pada umumnya.

  Sedangkan kerasulan atau misi Nabi Muhammad adalah untuk mewujudkan rahmat bagi seluruh alam, bukan semata-mata untuk menguntungkan kaum Islam semata. Dalam al-Qur’an surat Al-Anbiya’ 107 ditegaskan:

  Artinya: Dan engkau (Muhammad) tiadalah kami utus, melainkan

  untuk menjadi rahmat bagi Alam semesta ( Al-Anbiya ’ :107).] 1

1 Departemen Agama RI, Al~Quran dan Terjemahan, Mahkota, Surabaya, 1989, him. 508

  Islam seharusnya muncul sebagai agama yang universal, agama general yang visible dalam penyebaran wacana dan gerakan perdamaian. Kesempatan ini pula yang tidak boleh di abaikan dalam Islam untuk menjadi pemain utama dalam memben uk dunia menuju kedamaian sejati.

  Agama sesungguhnya merupakan satu panduan moralitas manusia. Dengan panduan ini manusia akan menemukan nilai-nilai kemanusiaanya.

  Kesadaran beragama akan memebangkitkan kesadaran tentang betapa pentingnya dan bernilainya kehadiran manusia lain, yang mungkin memeliliki perbedaan, keunikan tersendiri dan bahkan tidak seperti yang kita pahami.

  Islam dewasa ini, menurut Asghar Ali Engineer menjadi agama yang paling banyak diperbincangkan, baik dikalangan umat Islam ataupun non- Islam. Banyak orang berfikir, Islam mencetak fanatisme dan kekerasan, sebagian orang yang lain menegaskan bahwa Islam adalah agama damai dan memiliki daya pikat spiritual yang dalam. Banyak orang beranggapan bahwa Islam adalah agama pendorong teror, dan sementara pada pihak lain meyakini Islam sebagai agama yang memberikan ketenangan batin dan kearifan.2

  Perbedaan sudut pandang dalam memahami ajaran Islam tersebut menurut Asghar, berakibat pada perbedaan setiap orang melihat Islam dari sudut yang diinginkannya. Pemahaman itu berimplikasi pada munculnya

2 Asghar Ali Engineer, Liberalisasi Teologi Islam : Dalam Membangun Teologi Damai

  

Dalam Islam, teij. Rizqon Khamami, Alena Bintang Jendela Aksara,Yogyakarta, cet. Ke-1, Mei sejumlah pendekatan terhadap Islam yang berbeda-beda dan setiap manusia berusaha melihat refleksi pendekatan dirinya pada ajaran Islam.

  Munculnya beragan fenomena gerakan jihad dalam dunia Islam, memeberikan kesan seakan-akan Islam mewajibkan pemeluknya untuk berperang dalam menyelesaikan segala permasalahan. Hal tersebut menimbulkan kesan Islam menolak keras perdamaian dan melegitimasi segala bentuk kekerasan yang dilakukan. Hal tersebut bisa saja tejadi karena adanya asumsi yang mengatakan, bahwasanya perdamaian tersebut hanya akan memperkuat hegemoni kekuatan non-Islam.

  Tentang perdamaian, Seorang pemikir Islam dari India, Asghar Ali Engineer mengatakan:

  “Perdamaian adalah perkara yang paling mendasar dalam Islam. Pada kenyataanya, sebagaimana dibeberkan oleh banyak Sarjana dan Ulama, Islam dalam Bahasa Arab berarti menciptakan kedamaian dan tunduk kepada kehendak Allah SWT. Ini adalah tugas yang mengikat setiap muslim untuk berusaha menciptakan perdamaian. Jihad sesungguhnya adalah bekerja untuk perdamaian dan keadilan dalam dunia.”3

  Hal di atas bisa dipahami, bahwa inti ajaran agama yang paling penting adalah bagaimana seorang manusia berusaha untuk menciptakan satu perdamaian di muka bumi, inilah yang disebut jihad dalam Islam dalam prespektif Asghar Ali Engineer.

  Pemahaman tentang jihad bukan seperti sekarang yang banyak disaksikan, yang identik dengan kekerasan, teror dan ketakutan. Ia juga mengambil contoh, salah satu nama Allah SWT adalah Salam (Damai). Seseorang muslim jika ingin di sebut sebagai hamba Tuhan, maka seorang muslim tersebut harus menjalankan kewajiban agama, yaitu menciptakan kedamaian di atas bumi. Konsep tersebut sama halnya konsep iman dalam sudut pandang Asghar. 4

  Damai (peace) seperti dikatakan oleh Asghar Ali Engineer, adalah salah satu inti dari beberapa ajaran Islam, karena dalam Islam sendiri ada beberapa nilai-nilai yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh seorang muslim yang lebih penting daripada sebatas menjalankan ritual keagamaan. Islam adalah sebuah agama dalam pengertian teknis dan sosial-revolutif bertujuan untuk menjadikan satu persaudaraan yang universal (universal brotherhood), kesetaraan (equality) dan keadilan sosial (social justice) demi tercapainya satu masyarakat yang ideal menurut Islam .5

  Aspek agama merupakan aspek yang sangat rentan terhadap konflik. Kekerasan menggunakan dalih untuk menegakkan ajaran agama, memang sudah menjadi tragedi kemanusiaan yang sudah sejak lama menghiasi perjalanan umat manusia. Ajaran agama apapun dilihat dari sisi normatif, tidak akan mendorong dan menganjurkan pengikutnya untuk melakukan kekerasan. Tapi secara historis-faktual seringkali dijumpai tindak kekerasan yang dilakukan oleh sebagaian anggota masyarakat yang mengatasnamakan agama

  4 Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, teij. Agung Prihantoro, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, cet. Ke-2, Januari 2003, him. 12 Keinginan untuk hidup secara damai dan harmoni telah menjadi perhatian banyak pihak. Upaya untuk menyelesaikan kekerasan menemui tantangan yang semakin kompleks, hal ini bisa saja terjadi karena budaya kekerasan memang menjadi bagian budaya dari masyarakat. Agama sendiri yang semula diturunkan untuk menciptakan keadilan dan perdamain justru di jadikan alasan untuk saling membunuh antar golongan.

  Banyak perselisiahan antar agama yang terjadi, dalam sudut pandang Asghar merupakan akibat dari terlalu banyaknya penekanan pada aspek ritual dengan mengorbankan nilai-nilai inti pada satu sisi dan penyalahgunaan agama demi kepentingan ekonomi, politik dan kepentingan pribadi0

  Pendidikan damai memang sangat diperlukan, budaya kekerasan harus dirubah menuju budaya perdamaian (culture o f peace) dan anti-pengunaan kekerasan (non-violence). Untuk itu perlu untuk mengembangkan pemahaman kritis mengenai akar-akar konflik dan kekerasan, sehingga upaya untuk mencitrakan Islam sebagai agama yang damai dapat diwujudkan.

  Berdasarkan hal di atas, dan begitu besarnya perhatian dan usaha yang dicurahkan Asghar Ali Engineer untuk menampilkan ajaran Islam yang penuh cinta-kasih dan anti kekerasan (non-vilolence) penulis tertarik untuk mengangkat skripsi yang berjudul “PENDIDIKAN DAMAI DALAM

  

ISLAM ( KONSTRUKSI DARI PEMIKIRAN ASGHAR ALI

ENGINEER TAHUN 1939-2007 )”. 6

B. FOKUS PENELITIAAN Fokus penelitian ini adalah, mengkaji pemikiran Asghar Ali Engineer.

  Studi ini khusus membahas tentang pendidikan damai dalam Islam, yaitu metode Asghar membuat masyarakat muslim sadar bahwa Islam adalah agama yang damai dan berusaha untuk mempelopori kedamaian di dunia.

C. RUMUSAN MASALAH

  Berdasar dari latar belakang di atas, maka dapat di ambil beberapa pokok permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut, antara lain :

  1. Bagaimana biografi intelektual dan sosio-kultur Asghar Ali Engineer ?

  2. Bagaimana konsep Islam sebagai ajaran damai menurut Asghar Ali Engineer ?

  3. Bagaimana konstruksi pemikiran Asghar Ali Engineer dalam pendidikan damai Islam ?

D. TUJUAN

  Dengan mengugkapkan uraian diatas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah :

  1. Mengetahui sosok Asghar Ali Engineer, mulai dari biografi Intelektual, latar belakang sosio-kulturnya.

  2. Menegetahui konsep Islam sebagai ajaran damai menurut Asghar Ali Engineer.

  3. Mengetahui konstruksi pemikiran Asghar dalam pendidikan damai Islam

E. HASIL PENELITIAN

  Adapun manfaat yang akan di capai dari penelitian ini adalah :

  1. Dengan adanya penelitian, dapat diketahui konsep Asghar Ali Engineer tentang Pendidikan Damai dalam Islam.

  2. Memberikan sumbangan informasi dan dapat memeperkaya cakrawala tentang pemikiran Asghar Ali Engineer tentang pendidikan damai dalam Islam, yang dapat di jadikan pedoman bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

  • *F. TELAAH PUSTAKA

  Penulis belum menemukan tulisan yang secara khusus membahas dan mengupas secara komperhensip tentang pemikiran Asghar Ali Engineer selain karya-karya terjemahanya. Sejauh penulis ketahui, biasanya buku-buku tentang Asghar Ali Engineer merupakan buku-buku terjemahan dari beberapa karya Asghar yang beredar.

  Hal yang perlu dicatat adalah, penelitian tentang pemikiran Asghar Ali Engineer yang di paparkan disini merupakan penelitian yang hanya difokuskan pada “Pendidikan Damai dalam Islam” supaya tercipta sebuah masyarakat yang santun dan cinta kedamaian. Sejauh yang penulis ketahui, kajian tentang pemikiran Asghar sendiri telah di diangkat sebagai skripsi oleh M. Syukron' dan Jumhadi* tetapi dengan sudut pandang yang lain. 7

  8

  8 Penelitian ini walaupun sama-sama mengkaji pemikiran Asghar, tetapi penulis mengambil titik tekan pada konsep-konsep perdamaian prespektif

  Asghar. Hal tersebut oimaksudkan sebagai sesuatu yang relatif baru, guna menambah informasi serta dapat memperkaya wacana dari pemikiran Asghar tentang pendidikan damai, yang kemudian dapat di jadikan pedoman bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

  G. METODE PENELITIAN

  1. Metode Pengumpulan Data Skripsi ini menggunakan metode Library Reseach, yaitu penelitian yang dilakukan di perpustakaan, dimana obyek penelitian biasanya digali lewat beragam informasi kepustakaan ( buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran majalah dan dokumen),9 yang kebetulan penulis banyak mengambil referensi dari tulisan-tulisan yang mana nara sumbernya dari Asghar Ali

  Engineer sendiri atau tulisan-tulisan yang masih berhubungan dengan tema skripsi yang penulis kerjakan.

  2. Sumber Data Sumber-sumber yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini ialah beberapa karya Asghar Ali Engineer baik yang dengan tulisan asli ataupun karyanya yang sudah diterjemahkan.

  Adapun sumber data utama yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: a. Asghar Ali Engineer, Liberalisasi Teologi Islam : Dalam Membangun

  Teologi Damai Dalam Islam.10 1

  1

  b. Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan."

  c. Asghar Ali Engineer, Devolusi Negara Islam.12

  d. Asghar Ali Engineer, Asal-Usul dan Perkembangan Islam : Analisis Pertumbuhan Sosio-Ekonomi.13

  e. Asghar Ali Engineer, Islam dan Pembebasan.14

  f. Asghar Ali Engineer, Islam And Liberation Theology Essays On Liberative Elements In Islam15

  Penulis juga mengambil sumber tulisan penunjang yang temanya sama dengan tema yang penulis angkat, yang mana sumbernya dapat di pertanggung-jawabkan. Adapun sumber tersebut adalah :

  a. Hassan Hanafi, Agama, Kekerasan, dan Islam Kontemporer.16

  b. Abdul Qadir Saleh, Agama Kekerasan 17

  10 Judul asli: On Devloping Theology O f Peace In Islam, teij. Rizqon Khamami, Alena Bintang Jendela Aksara,Yogyakarta, cet. Ke-1, Mei 2004.

  11 Judul asli: Islam And Liberation Theology, teij. Agung Prihantoro, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, cet. Ke-2, Januari 2003

  12 Judul asli: Islamic State, teij. Imam Muttaqin, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, cet. Ke-1, Desember 2000

  13 Judul asli: The Origin An Development O f Islam An Essay On It's Socio-Economic Gowth, teij. Imam Baihaqi, Pustaka Pelajar, Yoyakarta, cet-Ke-1, November 1999

  14 Judul asli: Islam And Its Relevance To Our Age, teij. Hanif Salim, LKIS, Yogyakarta, cct. Ke-2, Mei 2007

  

15 Sterling Publisher Private Limited L-10, Green Park Exstension, New Delhi, 1990

  16 Terj. Ahmad Najib, Jendela, Yogyakarta, cet.Ke-1, November 2001

  3. Metode Analisis Data Dari data yang pernah penulis peroleh, maka untuk menganalisis data dipakai metode-metode sebagai berikut: a. Metode Anslisia isi ( Content Analysis )

  Dalam menganalisis data, penulis mengunakan analisis isi, Content

  Analysis, yaitu analis terhadap makna yang terkandung dalam gagasan

  Asghar Ali Engineer, termasuk bagimana ide gagasan itu muncul, dan apa yang melatarbelakangi ide itu dimunculkan. Analisis ini juga bertumpu pada metode analisis Deskriptif, yaitu dengan cara menguraikan masalah yang sedang dibahas secara teratur mengenai seluruh konsepsi pandangan tokoh yang bersangkutan pandangan tokoh yang bersangkutan.18 Metode ini digunakan sebagai pendekatan untuk menguraikan dan melukiskan pandangan tokoh tersebut dan untuk menjelaskan suatu fakta (pandangan), yaitu benar atau salah, Anlisis ini bertolak pada Hermenuetika, dengan kata lain bagaimana mecari penjelasan, arti, makna teks (nash) dalam rangka memahami jalan pikiran pengarang atau sesuatu yang disebut dalam teks.19

  18 Anton Bakker dan Achmad Charts Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, 1990, hlm.65

  11 b. Cara berfikir Deduktif

  Yaitu suatu metode untuk memperoleh satu kesimpulan yang berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum dan bertitik tolak dari pengetahuan yang bersifat umum itu, kita hendak menilai suatu kejadian yang bersifat khusus.20

H. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

  Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam membaca skrpsi ini, maka di susunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar sebagai berikut: BAB I : Bab ini merupakan bab pembuka, atau bab pendahuluan.

  Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, telaah pustaka, fokous penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Dalam bab ini membahas tentang riwayat hidup Asghar Ali Engineer, yang meliputi biografi Asghar, setting sosio­

  kultural, pendidikan Asghar Ali dan karir akademik, karya-karya tulisan sehingga memunculkan pendidikan damai Islam.

  12 : Bab tiga ini membahas konsep Asghar tentang pendidikan

  BAB III

  perdamaian dalam Islam. Pembahasan dimulai dari faktor empirik dan ideologi dalam kekerasan dan juga konsep teologi perdamaian dalam Islam prespektif Asghar, dan juga pandangannya tentang Jihad dalam konteks perdamaian.

  

BAB IV : Pada bab ini membahas bagaimana konstruksi pemikiran

Asghar Ali Engineer dalam pendidikan damai Islam, untuk

  megantisipasi budaya kekerasan yang ada dalam masyarakat, guna mewujudkan masyarakat yang ideal menurut Islam

  

BABY : Bab ini merupakan bab terakhir, yang terdiri dari

  kesimpulan, saran-saran dan penutup

  

BABU

BOGRAFI DAN LATAR BELAKANG

SOSIO KULTURAL ASGHAR ALI ENGINEER

A. BIOGRAFI

  Asghar Ali Engineer dilahirkan dalam keluarga Muslim yang taat di Salumba, Rajasthan, dekat Udiapur pada 10 Maret 1939 dalam keluarga yang berafiliasi kepada Syi’ah Ismaili.1 Ayahnya bernama Syeikh Qurban Husain dan ibunya bernama Maryam, ayahnya menjadi seorang amil (pegawai yang bekerja di Masjid yang mengelola semacam zak at). Sejak kecil Asghar telah diperkenalkan dengan pendidikan agama tradisional dan sejarah kebudayaan Islam klasik maupun modem, ia juga diberi pelajaran mengenai tafsir al- Qur’an, (komentar atau penjelasan atas firman tuhan), ta ’wil (makna ayat al- Qur’an yang tersenbunyi), fiqih ( yurisprudensi) dan hadis (perkataan Nabi).

  Asghar juga belajar bahasa Arab dari ayahnya dan selanjutnya ia menekuni serta mengembangkannya sendiri. Ia telah diajarkan seluruh karya utama dari Fatimi Da’wah oleh Sayedna Harim, Sayedna Qadi Nu’man, Sayedna Muayyad Shirazi, Sayedna Hamidudin Kirmani, Sayedna Hatim Al-Razi, Sayedna Jafar Manshur Al-Yaman.2

  1 Artikel M. Agus Nurwanto “Asghar Ali Engineer: Sang Teolog Pembebasan", diakses di: n Perdamaian.com,

2 Robby H. Abror, “Gugatan Epistimologis-Liberatif Asghar Ali Engineer” dalam Epistimologi Kiri, AR-RUZZ, Jogjakarta, cet. Ke-?., Januari 2006, him. 299.

B. SETTING SOSIO KULTURAL

  Asghai Ali Engineer adalah pemikir Islam modem dari India yang cukup dikenal luas di Indonesia. Pemikiran-pemikirannya mengenai pluralisme, Islam sebagai ideologi pembebasan dan kesetaraan gender telah dibaca oleh kalangan terdidik di Indonesia, juga yang tidak boleh dilupakan adalah pandangan-pandanganya yang menolak keras ide tentang negara Islam dengan semata-mata mencontoh preseden klasik pada zaman Nabi dan sahabat.

  Pada masa kecilnya, Asghar menyaksikan eksploitasi atas nama agama terjadi di India. Fenomena tersebut terjadi semenjak ayahnya sendiri berperan sebagai ulama Bohra. Dirinya menyesalkan sistem eksploitatif tersebut, namun ia tidak menemukan jalan lain, seakan-akan ia tidak punya alternatif lain dalam memaknai kehidupan. Pada usia yang masih muda, sampailah Asghar Ali pada suatu kesimpulan bahwa institusi keagamaan dapat dijadikan sebagai pemuas ambisi penguasa, padahal menurutnya, ketika membaca al-Qur'an, ia sangat yakin bahwa tujuan agama yang sebenarnya adalah memperkaya kehidupan batin serta mendekatkan diri kepada Allah.3

  Akumulasi dari seluruh pengalaman pada masa kecil hingga beranjak dewasa tersebut memberi Asghar sebuah pandangan baru tentang hidup dan maknanya. Asghar sampai pada kesimpulan bahwa akal sangat penting bagi pembangunan intelektual manusia, tapi itu pun belum cukup. Wahyu

  3 Artikel ini diambil dari hasil Talk Show Perspektif Progresif Seri Khazanah Progresif ke-10 kerjasama P3M dan 97,5 Jakarta News FM, pada Senin, 28 Pebruari - Jumat, 3 Maret 2005, dibedah sebuah buku karya Asghar Ali Engineer beijudul Islam Masa Kini yang diterbitkan oleh

  15 menurutnya, adalah sumber petunjuk yang sangat penting untuk membangun kehidupan batiniah. Akal menurutnya, memainkan peran sangat krusial dalam kehidupan manusia dan signifikansinya tidak dapat diabaikan, tapi tak disangkal bahwa ia tetap memiliki keterbatasan dan tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai makna akhir dan tujuan hidup. Berawal dari situ, Asghar menarik satu kesimpulan bahwa wahyulah yang lebih dibutuhkan dalam menjawab berbagai persoalan tersebut.4

  Asghar adalah seorang intelektual muslim yang sekaligus aktifis sosial yang membangun karirnya sebagai seorang ilmuwan, jurnalis, reformer sosial, dan aktifis masyarakat. Ia sangat perduli dengan berbagi permasalahan yang dialami masyarakat, saat dunia tertidur, dengan mata tebuka lebar ia menulis buku, artikel, kolom, mengkonsep memorandum tentang hak-hak rakyat, atau merencanakan langkah selanjutnya melawan pemimpin Bohras.

  Pada saat itu, banyak orang yang terlantar dan hidup menderita dalam ke tidakpastian yang disebabkan meletusnya kerusuhan kota yang sangat mengerikan. Hal tersebut yang telah menggugah hatinya untuk mendengarkan jeritan kesengsaran keluarga-keluarga yang di serang, berbicara dengan para polisi, merekam kesaksian para aktifis politik dan sosial, serta merinci pengalamannya kemudian ditulis dalam majalah “Mingguan politik” dan “Ekonomi Bombay”, sangat banyak figur kota yang diekspos olehnya dalam ulasannya tentang berbagai kerusuhan komunal pada masa pasca- kemerdekaan India.5 Hidup yang bermakna, bagi Asghar Ali Engineer hanya dapat dicapai kalau seseorang mampu menghormati orang lain tanpa terjebak dalam sekat- sekat yang diciptakan bagi kepentingan kekuasaan. Agama adalah sumber untuk menciptakan perdamaian, itulah esensi agama. Mereka yang menggunakan dalih agama untuk melakukan kekerasan adalah mereka yang bermain dengan kekuasaan. Menjadi orang beragama yang baik berarti tidak menyakiti sesama manusia, dan menjadi manusia yang baik berarti tidak terjebak pada simbol-simbol agama.

  Kekerasan menurutnya, tidak akan menghasilkan apa pun kecuali kehancuran. Perdamaian, yang didalamnya berisi tentang keadilan dan harmoni sosial merupakan pilihan dari dua hal: non-violence (anti kekerasan) atau non-existence (anti eksisitensi). Demi menegakkan perdamaian, Asghar Ali Engineer memilih yang pertama (anti-kekerasan), pilihan itu acap membawanya pada situasi rumit di dalam masyarakat India yang memiliki spektrum luas dalam agama, kelompok, etnis, dan kasta. Akibatnya, ia tak hanya dipandang sebagai musuh oleh kelompok yang berbeda, tetapi juga di dalam kelompok yang sama dengannya.6

  Asghar Ali menggambarkan pertemuannya dengan Mahant Gyndas (salah satu tOKoh Hindu yang berpengaruh di Ayodhya) pasca kasus

5 Robby H. Abror, op.cit., him. 297 0 Artikel Maria Hartiningsih dan Imam Prihadiyoko, dalam Makna Hidup Bagi Dr.

  Asghar Ali, di akses dari: Ali dan Perdamaian.com pembakaran Masjid Babri di Ayodhya dan insiden kekerasan di Sabarmati Express yang menewaskan 59 orang. Dalam Ayodyc’s Voice tanggal 9 Oktober 2003. la menanyakan kepada Mahant: “Kapan Kuil Ramjanambhooni dibangun di bekas reruntuhan Masjid Babri?”, lantas Mahant mengatakan, “Kuil itu hanya akan dibangun kalau orang Hindu dan Muslim bekerja bersama membangunnya, kalau tidak sepakat tunggu keputusan pengadilan.

  Kuil itu tak bisa dibangun di atas tumpahnya darah manusia”. Asghar mengambil satu kesimpulan dalam pertemuan tersebut, bahwa kebersatuan Hindu-Islam lebih penting dibandingkan kuil. Kelompok Sangh Parivar dan kelompoknya yang agresif yang mengatasnamakan suara otentik dari 800 juta umat Hindu di India, menganggap suara Mahant tidak berhak mewakili orang Hindu, tetapi setidaknya suara yang mewakili kemanusiaan universal itu mulai mengganggu banyak yang penuh prasangka dan kebencian.7

  Sebagai seorang aktifis sosial ia sendiri juga sering mengalami kekerasan. Pada tahun 2000 ia diserang oleh kelompok yang dipimpin oleh Sayedna Mohammed Burdanuddin, Kepala Komunitas Bohra, ketika pulang dari seminar mengenai harmoni sosial. Serangan itu tidak terlepas dari kegiatan Ali dan organisasinya “Gerakan Reformis Bohra” yang membela kelompok Dawoodi Bohra, suatu komunitas kecil Islam yang berbeda aliran dengan kelompok Islam arus utama. Sebagian besar anggota kelompok itu adalah pedagang. Organisasi itu juga melakukan advokasi untuk demokratisasi manajemen komunitas dan akuntabilitas dana komunitas, serta

  Banyak dari cita-c'tanya yang belum terpenuhi, yaitu agenda reformasinya yang belum sepenuhnya membebaskan daerahnya dari keterkungkungan, meskipun Ia mempunyai waktu dan terdorong pula oleh tindakan-tindakan yang melampaui batas yang telah dilakuan oleh Imam Besar Bohras. Rekomendasi Komisi Nathawani yang seharusnya membuat perasaan menjadi menyenangkan dalam masyarakat yang beradab, telah di buang ke dalam keranjang sampah sejarah. Pertanyaan yang muncul dalam benak Asghar adalah “Mengapa seseorang harus menantang pemimpin spiritual dari sebuah mitos agama yang berpengaruh di India sebelah Barat?”. Lantas ia mengambil satu kesimpulan, bahwa orang-orang muslim tidak bisa menagkap substansi dari perjuangannya.9

  meminta pemerintah menghentikan penarikan pajak yar.g tinggi oleh para pemuka agama. Perjuangannya menolak kekerasan komunal membuat Asghar beberapa kali diserang; di antaranya di Calcutta tahun 1977, Hyderabad tahun 1977 dan 1981, serta di Mesir tahun 1983.8 la mempertahankan langkah hidupnya dengan menggunakan dua ruangan kecil ai apartemennya yang dilengkapi perabot yang sangat terbatas dalam melakukan berbagai aktifitas intelektualnya. Inisiatif-inisiatif reformisnya muncul karena ia telah merasakan sendiri bagaimana dianiaya dan diserang secara fisik. Hal tersebut berlangsung pada saat ia melakukan kampanye-kampanye publiknya melawan komunalisme.

  • *lbid

  Sosok Asghar Ali Engineer bukan hanya seorang pemikir, tetapi juga seorang aktifis. Kebetulan, ia merupakan pemimpin salah satu kelompok

  Syi ’ah lsm a’iliyah, Daudi Bohras (Guzare Daudi) yang berpusat di Bombay

  India. Melalui wewenang keagamaan yang ia miliki, Asghar Ali berusaha menerapkan gagasan-gagasannya. Untuk itu ia harus menghadapi reaksi generasi tua yang cenderung bersikap konservatif, mempertahankan kemapanan.

  Daudi Bohras, sebagai satu kelompok yang dipimpin oleh Asghar, banyak membentuk wataknya sebagai seorang aktifis sosial. Para pengikut Daudi Bohras dipimpin oleh Imam sebagai pengganti Nabi yang dijuluki

  Amiru

  7 Mukminin. Mereka mengenal 21 orang Imam. Imam mereka yang terakhir Mawlana Abu ‘1-Qasim al-Thayyib yang menghilang pada tahun 526 H. Akan tetapi mereka masih percaya bahwa ia masih hidup hingga sekarang. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh para Da’i (dari perkataan itu berasal ungkapan Daudi) yang selalu berhubungan dengan Imam terakhir itu.10

  Menjadi seorang Da’i tidaklah mudah. Ia harus mempunyai 94 kualifikasi yang diringkas dalam 4 kelompok:

  1. Kualifikasi-kualifikasi pendidikan

  2. Kualifikasi-kualifikasi administratif

  3. Kualifikasi-kualifikasi moral dan teoritikal, dan

  4. Kualifikasi-kualifikasi keluarga dan kepribadian.11

  10 Eko Prasetyo, Islam Kiri: Jalan Menuju Revolusi Sosial. INSIST, Yogyakarta, cet Ke- 2, Febuari 2004, him. 23

  Hal yang menarik adalah bahwa di antara kualifikasi itu, seorang Da’i harus tampil sebagai pembela umat yang tertindas dan berjuang melawan kezaliman. Asghar memenuhi semua kriteria seperti disebutkan di atas, maka ia juga disebut sebagai seorang Da’i.

  Memahami posisi Asghar seperti disebutkan di atas, maka tidak heran mengapa Asghar Ali Engineer begitu lantang dalam menyoroti berbagai kezaliman dan penindasan yang terjadi dalam masyarakat. Ia menganjurkan bukan sekedar merumuskan teologi transformatif akan tetapi lebih dari itu.

  Asghar Ali menghimbau generasi muda Islam untuk merekonstruksi teologi radikal transformatif. Wacana tentang teologi pembebasan muncul di kalangan gereja Katolik di Amerika Latin, yang ternyata tidak direstui Vatikan. Pada saat itu Asghar justru menulis artikel tentang “Teologi

  Pembebasan dalam Islam”. Tulisan-tulisan dalam buku itu sarat dengan analisa filosofikal dan historikal untuk merumuskan teologi pembebasan dalam konteks modern.12

  Asghar harus melintasi kerasnya hidup sebagai seorang aktifis sosial sendirian, namun ia tetap konsisten memerangi obskurantisme, intoleransi dan kemunafikan religius. Selama hampir dua dekade, ia bergulat dalam pergerakan dan ini betul-betul menganggu status quo dan merupakan ancaman bagi kemapanan muslim, politik dan agama. Keprihatinan dan kegelisahannnya telah mendorong untuk menggugat segala bentuk kemapanan

  12 Djohan Effendi, “Memikirkan Kembali Kita Asumsi Pemikiran Kita,” dalam Asghar Ali Engineer, Islam dan Pemebebasan ,LKIS, Yogyakarta, cet.Ke-2, Mei 2007, him. xii yang menindas dan membodohi kaum yang lemah, sekalipun harus berhadapan dengan pemimpin teras spiritual. Semangat revolusioner Asghar cenderung bersifat praksis ketimbang teoritis. Hal itu tercermin dalam seluruh karyanya yang bersifat gugatan epistimologis dan liberatifhya.

  Semangat Asghar yang begitu revolusioner tidak terlepas dari keyakinannya, bahwa pembebasan seringkah lahir dari kekuatan orang yang justru mengalami penderitaan, mengingat dia dapat memahami benar tentang penderitaan sesama manusia. Islam menurutnya, datang dari strata yang rendah dalam masyarakat yang didalamnya memiliki dua aspek, yaitu kemiskinan dan penderitaan. Seperti ia mencontohkan, jika Yesus terlahir dalam keluarga tukang kayu, maka Muhammad SAW pada masa kecilnya adalah penggembala onta. Islam hadir dan mendeklarasikan bahwa manusia sederajat dan sejajar di hadapan Allah. Islam juga mengajarkan supaya manusia jangan pernah melakukan pembedaan ataupun diskriminasi, semua orang harus mengupayakan terwujudnya kesejajaran.13

  Sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW di masa-masa permulaan menyebarkan Islam juga menjadikan isnspirasi baginya, misalnya Asghar Ali sampai pada kesimpulan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang revolusioner, baik dalam ucapan maupun dalam tindakan, dan beliau berjuang untuk melakukan perubahan-perubahan secara radikal dalam struktur masyarakat di zamannya. Sejarah Nabi adalah sejarah perubahan sosial untuk

  13 Harian Kompas, 2002, Dr. Ali: Islam Pembawa Kebebeasan, diakses melalui:

  22 menentang sistem yang timpang. Dengan kata lain, sosok Muhammad menurut Asghar, dilahirkan sebagai voice o f social reform, dengan demikian juga sama dengan Nabi-Nabi sebelumnya. Seperti Nabi Musa yang dianggap sebagai pembebas kaumnya yang mana ditindas oleh arogansi dan kesewenang-wenangan Fir’aun.14

  Bertolak dari telaah kesejarahan terhadap dakwah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW tersebut, Asghar merevisi konsep dan pengertian

  

mukmin dan kafir, dengan mengambil sudut pandang yang berbeda dengan

  apa yang umum sebagai mana dipahami oleh umat Islam sekarang. Ia mengatakan bahwa, ’’orang-orang kafir dalam arti yang sesungguhnya adalah orang-orang yang menumpuk kekayaan dan terus membiarkan kezaliman dalam masyarakat serta merintangi upaya-upaya menegakkan keadilan”.

  Dengan demikian bagi Asghar Ali, seorang mukmin sejati bukanlah sekedar orang yang percaya kepada Allah akan tetapi juga ia harus seorang mujahid yang berjuang menegakkan keadilan, melawan kezaliman dan penindasan, kalau ia tidak berjuang menegakkan keadilan dan melawan kezaliman serta penindasan, terlebih ia justru mendukung sistem dan struktur masyarakat yang tidak adil, meskipun ia percaya kepada Tuhan, orang itu dalam pandangan Asghar masih dianggap tergolong sebagai orang kafir.15 14 Agus Nurwanto, dalam Asghar Ali Engineer: Sang Teolog Pembebasan, op. c it.

  23 C. PENDIDIKAN ASGHAR ALI ENGINEER DAN KARIR AKADEMIK Pendidikan yang ditempuh Asghar adalah pendidikan agama dan juga pendidikan sekular. la adalah lulusan terbaik sipil dari Indore (M.P) dengan tanda kehormatan, serta mengabdi selama dua puluh tahun sebagai seorang insinyur di Korporasi Kota Praja Bombay dan kemudian mengundurkan diri secara sukarela untuk menerjunkan dirinya ke dalam gerakan reformasi Bohra.16

  Ia mulai memainkan peran penting dalam gerakan reformasi dari tahun 1972, ketika terjadi pemberontakan di Udapur. Asghar telah menulis beberapa artikel tentang gerakan reformasi di beberapa koran India terkemuka seperti

  The Times o f India, Indian Express, Statesman, Telegraph, The Hindu, dan

  sebagainya. Ia terpilih dengan suara bulat sebagai Sekretaris Umum Dewan Pengurus Pusaat Masyarakat Dawoodi Bohra dalam konferensinya yang pertama di Udapur pada tahun 1977. Ia mencurakan waktu dan pikiranya demi urusan besar pada waktu itu, yaitu gerakan reformasi dan menginternasionalisasikan gerakan reformasi, baik melalui tulisan-tulisan maupun ceramah-ceramahnya.17

  Asghar juga menghasilkan karya atas masalah yang tak kalah berat, yaitu tentang “kekerasan komunal dan komunalisme di India” sejak pecahnya kerusuhan besar pertama di Jalapur, India, pada tahun 1961. Karyanya ini dipertimbangkan sebagai pelopor dan telah diakui oleh Universitas Calcutta

  16 Robby H. Abror, op.cit., him. 300

  17 Ibid., him. 300 yang kemudian menganugerahkan Gelar Kehormatan (D.Lit) pada bulan Februari 1983.18

  Sebagai seorang Intelektual muslim terkemuka, Asghar Ali Engineer sering diundang untuk konferensi-konferensi internasional tentang Islam oleh berbagai pihak, baik oleh pemerintah maupun universitas. Asghar juga me nberi kuliah di beberapa universitas terkemuka di berbagai negara, antara lain Amerika, Kanada, Indonesia, Malaysia, Jerman, Prancis, Lebanon,

  Thailand, Pakistan, Sri Langka, Yaman, Meksiko, Mesir, Jepang, Uzbekistan, Rusia, dan sebagainya, ia juga mengajar di seluruh universitas di India. Ia telah menerima beberapa penghargaan atas karyanya tentang pemahaman interreligius. Pandangan-pandangannya tentang berbagai hal, termasuk kesetaraan hubungan perempuan dan laki-laki serta dekonstruksi teks, dituliskan dalam lebih dari 40 buku dan ratusan artikel di media massa.

  Tahun 1997 pada Hari Republik India, Ia juga diberi penghargaan

  

“National Communal Harmony Award ” oleh pemerintah India, atas berbagai

  karyanya dalam mempromosikan harmoni komunal kepada dunia.19 Seluruh upayanya itu membuat Asghar Ali terpilih sebagai penerima penghargaan Nobel alternatif, The Right Livelihood Awards tahun 2004.20

  18 Ibid, him. 300

  19 Ib id , him. 301 20 Harian Kompas, op.cit.

  25 E. KARYA TULIS Asghar merupakan penulis yang produktif yang telah melahirkan lebih dari 40 (empat puluh) buku, tetapi dalam skripsi ini penulis hanya memeperdalami beberapa karya Asghar Ali Engineer, antara lain:

  1. Asghar Ali Engineer, Liberalisasi Teologi Islam : Dalam

  Membangun Teologi Damai Dalam Islam, terj. Rizqon

  Khamarni, Alena Bintang Jendela Aksara,Yogyakarta, cet. K.e-1, Mei 2004.

  2. Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, terj.

  Agung Prihantoro, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, cet. Ke-2, Januari 2003

  3. Asghar Ali Engineer, Devolusi Negara Islam, terj. Imam Muttaqin, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, cet. Ke-1, Desember 2000 4. Asghar Ali Engineer, Asal-Usul dan Perkembangan Islam, terj.

  Imam Baihaqi, Pustaka Pelajar, Yoyakarta, cet-Ke-1, November 1999

  Tiga pokok soal yang mendasari pemikiran-pemikiran Asghar dalam berbagai karyanya. Pertama, mengenai hubungan antara akal dan wahyu yang saling menunjang. Kedua, mengenai pluralitas dan diversitas agama sebagai keniscayaan. Baginya, fanatisme dan sektarianisme keagamaan adalah merusak karena cenderung menggiring manusia untuk mengumandangkan

  26

  

“truth claim ”, yang dengannya keyakinan tertentu dianggap sebagai satu-

  satunya kebenaran dan yang lain adalah salah. Ketiga, mengenai watak keberagamaan yang tercermin dalam sensitivitas dan empati terhadap penderitaan kelompok masyarakat lemah.

BAB III KONSEP ASGHAR ALI ENGINEER TENTANG PERDAMAIAN DALAM ISLAM A. FAKTOR EMPIRIK DAN IDEOLOGI DALAM KEKERASAN Islam dewasa ini, menurut Asghar Ali Engineer menjadi agama yang

  paling banyak diperdebatkan. Banyak orang berfikir, Islam mencetak fanatisme dan kekerasan dan sebagian orang yang lain menegaskan bahwa Islam adalah agama damai dan memiliki daya pikat spiritual yang dalam. Banyak orang beranggapan bahwa Islam adalah agama pendorong teror, dan sementara pada pihak lain tidak kurang banyaknya orang meyakini Islam sebagai agama yang memberikan ketenangan batin dan kearifan.1 Perbedaan sudut pandang dalam memahami ajaran Islam tersebut menurut Asghar, berakibat pada perbedaan setiap orang melihat Islam dari sudut yang diinginkannya. Pemahaman itu berimplikasi pada munculnya sejumlah pendekatan terhadap Islam yang berbeda-beda dan setiap manusia berusaha melihat refleksi pendekatan dirinya dalam Islam.

  Islam identik dengan kekerasan, tidak saja dalam benak non-muslim semata, tetapi arumsi tersebut juga ada dalam benak seorang muslim. Kata