PEMIKIRAN KEAGAMAAN RAJA ALI HAJI

PEMIKIRAN KEAGAMAAN RAJA ALI HAJI

Alimuddin Hassan UIN Suska Riau

ABSTRACT

This article aims to describe aspects of intellectual Raja Ali Haji . Knowing full well that the exposure was so much to say perfect . From the aspects of intellectual Raja Ali Haji seen in his writings, presumably Raja Ali Haji agree with the opinion of Imam Ghazali about the power of the pen , namely that " the pen is mightier than the sword thousand ".

Keyword: Raja Ali Haji, Pemikiran Keagamaan

pada “bentuk

U.U. Hamidi Adab dan sopan itu daripada tutur

dalam/batin”nya”.

menyatakan dengan tepat keistimewaan kata juga asalnya, kemudian

Gurindam Duabelas , berikut ini: barulah kepada kelakuan… apabila

Maka dari segala karya Raja Ali berkehendak kepada menurut ilmu

Haji, Gurindam Duabelas merupakan dan berkata-kata yang beradab dan

karya yang sulit dicari bandingannya. sopan,

Keutamaan karya ini bukan semata- mengetahuilah dahulu ilmu yang

mata atas keindahan sajak dan pilihan dua iaitu ‘ilmu wa l-kalam.

kata dalam bentuk yang artistik, tetapi Adapun kelebihan ‘ilmu wa l-

lebih-lebih atas keindahan batinnya, kalam amat besar sehingganya

yakni kandungan pesan-pesannya yang mengatakan sebagian hukama’

amat mendalam, jernih dengan sinar segala pekerajaan pedang boleh

kejelasan yang murni. Gurindam dibuat dengan qalam, adapun

Duabelas agaknya telah ditulis oleh pekerjaan qalam tiada boleh

Raja Ali Haji, sebagai hasil apresiasi dibuat dengan pedang… Ada

beliau atas Surah Ibrahim ayat 24 yang beberapa ribu dan laksa pedang

maksudnya “Kalimat yang baik yang sudah terhunus dengan

bagaikan sebatang pohon yang rindang segores qalam jadi tersarung. 1 berbuah lebat; akarnya terhunjam ke

[Raja Ali Haji, Bustān al-Kātibīn] bumi dan dahannya menjulang ke

2 angkasa.

Hamidi memberikan Ali Haji, dapat dipastikan bahwa aspek

Dari berbagai aspek intelektual Raja

U.U.

penjelasan yang benar dan tepat tentang pemikiran keagamaannya yang paling

kehindahan makna batin Gurindam utama dalam memberikan pencerahan bagi

Duabelas yang digubah oleh Raja Ali Haji masyarakat

sebagai hasil apresiasinya terhadap makna pemikiran agama Raja Ali Haji terangkum

Melayu-Riau.

Pemikiran-

metafor al- Qur’an (Q.s. Ibrāhīm [14]: 24). dengan sangat baik dan padatnya dalam

Kalimat yang baik, menurut Abdullah bentuk puitis yang terdapat pada karya

monumentalnya, Gurindam Duabelas .

2 U.U. Hamidi, Jagat Melayu Dalam Lintas Budaya di Riau

Untuk itu, keistimewaan Gurindam

(Pekanbaru: Bilik Kreatif Press, 2003), 137. Firman Allah itu

Duabelas seutuhnya: tidak saja terletak pada keindahan             “bentuk luar/zahir”, tetapi yang lebih

1 Raja Ali Haji, Bustān al-Kātibīn li Ṣibyān al-Muta‘allīm, Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat (Pulau Penyengat: Yayasan Kebudayaan Indra Sakti, Koleksi

perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya Naskah No. 19, 1983), 5. [Hurup “miring” pada kutipan di atas

teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. (Q.s. Ibrāhīm [14]: dari penulis –AH].

Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.12, No.2 Juli - Desember 2015

2 Yusuf Ali, pada khususnya memang berasal 2 selama ini.... Tiada sekali niat kita hendak dari kalam/firman Allah, ajaran dan agama 4 memperbuat dia hamba.”

yang benar. Akan tetapi, pada umumnya Dalam pandangan Raja Ali Haji kalimat yang baik dapat pula berupa kata

memelihara agama dan menjaga nama yang baik, kalimat yang benar berdasarkan

(baik) sangat penting dan utama. Ia pada pengertian dan pemahaman agama

menyebutkan bahwa tidak mengapa walau dalam mengatur kewajiban manusia

kita dalam kemiskinan dan menjadi rakyat terhadap Allah dan terhadap sesama

biasa asalkan agama dan nama terpelihara manusia. 3 Dengan pengertian disebut dengan baik. Bahkan ia menyatakan dengan

belakang ini, maka Gurindam Duabelas nada keras bahwa seseorang yang tidak termasuk “kalimat yang baik”. Gurindam

menjankan agama dan menjaga/memelihara Duabelas ibarat “pohon” memiliki akar

nama baiknya maka kedudukannya sama yang kokoh (artinya: berasal dari

dengan binatang. Dengan bahasanya sendiri pemahaman agama [al- Qur’an hadis]);

Raja Ali Haji mengungkapkan masalah ini: dahannya menjulang ke angkasa (artinya: 2 “Syahdan yang kita pegang selama ini,

biaralah kita jadi orang miskin atau jadi seantero alam Melayu); daunnya rimbun

jangkauan pengaruhnya

membahana

orang kecil asal jangan kita cacat kepada dan buahnya lebat (artinya: kandungannya 2 agama dan nama. Karena apabila orang

memberi tuntunan yang melindungi diri dan tiada memelihara yang dua perkara itu, menenteramkan jiwa manusia).

tiada guna panjang umur di dunia karena Agama 5 sebagai pedoman dan sama juga dengan binatang.”

tuntunan, menurut Raja Ali Haji, sangat Sikap dan pandangan Raja Ali Haji, penting dalam pri-kehidupan manusia di

seperti ditunjukkan dalam pengalaman dunia ini. Makanya, ia mengawali

hidupnya di atas, semakin mencerminkan penuturan puitisnya prihal kedudukan

bahwa dirinya benar-banar seorang, sekali agama yang sangat penting ini dalam

lagi meminjam istilah Abdul Hadi W. M., Gurindam Duabelas :

“ulil albab”. Karena seorang ulil albab tidak Barangsiapa tiada memegang agama

saja memahamai dan mengajarkan doktrin- sekali-kali tiada boleh dibilangkan

tetapi sekaligus nama mengamalkannya dan memberi suri-

doktrin

agama,

Berpegang teguh pada agama sebagai 6 tauladan bagi masyarakatnya. Sebaliknya, ajaran yang diwahyukan Allah kepada

seseorang mengetahui sebuah perbuatan Rasul-Nya, Muhammad saw. untuk ummat

baik dan tidak dilakukannya; atau seorang manusia, menurut Raja Ali Haji, merupakan

mengetahi suatu perbuatan dilarang agama suatu keniscayaan hidup. Kalau seseorang

dan tetap dilakukannya, menurut Raja Ali melakukan perbuatan yang tidak dapat dibenarkan dan/atau bertentangan dengan

4 ajaran agama, dipahami dan diyakininya, Putten dan Al-Azhar, Di Dalam Berkekalan Persahabatan,

akan merusak martabat dan nama baiknya.

5 Putten dan Al-Azhar, Di Dalam Berkekalan Persahabatan,

Untuk kasus dirinya, misalnya ketika ia 43. 6

Seorang uwlū al al-bāb, layaknya Raja Ali Haji, tentunya

difitnah telah memperhamba seorang

tidak pernah mau mengajarkan/mengatakan sesuatu doktrin

wanita setelah perang Reteh, Raja Ali Haji agama yang ia sendiri tidak/belum amalkan. Pertimbangannya

2 mengatakan, “Maka itu pekerjaan sekali bukan saja demi kehidupan sosiologis (masyarakat tidak akan mau mengikutinya), tetapi juga didasari atas pertimbangan tiada patut kepada agama kita dan kepada teologis (cerminan dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah)

dan kehidupan eskatologis (pantulan dari keyanikan dan

nama kita. Apabila kita berbuat yang

keimanan akan kehidupan akhirat beserta dan siksaan dalam

demikian itu jadi hilanglah nama kita yang

neraka), firman Allah:

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu

Lihat, Abdullah Yusuf Ali, The Meaning of the Holy mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar Qur’an, Maryland: Amana Publications, 2004, 610, catatan kaki

kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang no. 1900.

tidak kamu kerjakan . (Q.s. al- Ṣāf [61]: 2-3)

Alimuddin Hassan: Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji

Haji, dia itu bukan manusia, tetapi syaitan, media mengemukakan ilmu, khususnya Gurindam Duabelas 7 pasal 9: ilmu- ilmu agama Islam.”

tahu pekerjaan tak baik tapi Syair Hukum Nikah, atau sering dikerajakan

juga disebut Syair Suluh Pegawai bukannya manusia ia itulah syaitan .

dimaksudakan oleh Raja Ali Haji untuk Sikap dan pandangan Raja Ali Haji ini tentu

jadikan pedoman dan “suluh” (obar saja telah mengkristal, terpatri dalam

penerang) dalam menerapkan hukum- hatinya seiring pengalaman hidup dalam

hukum Islam, tidak saja dalam masalah mempelajari,

pernikahan, tetapi juga dalam masalah mengamalkan doktrin-doktrin agamanya 8 pembagian harta warisan (hukum faraid).

mengajarkan

dan

berdasarkan al- Qur’an dan al-Hadith dan Akan tetapi, kandungan utama dari syair ijtihad para ulama.

ini, sebagaimana tergambar dalam salah Keluasan ilmu dan pemahaman Raja

satu judulnya, Raja Ali Haji memberikan Ali Haji terhadap doktrin-doktrin agama

nasehat-nasehat tentang perkawinan. Dan dapat ditelusuri dari kekayaan bacaannya

sepertinya, syair ini diperuntukan bagi baik sewaktu menjadi pelajar maupun

kaum lelaki, yaitu nasehat perkawinan: sewaktu menjadi pengajar serta sewaktu

sebelum dilangsungkan perkawinan, saat menjadi penulis. Kitab-kitab keagamaan

dilangsungkan pekawinan maupun hak dan yang menjadi bacaan dan referensinya

kewajiban suami setelah perkawinan dalam sangat banyak dan beragam, seperti telah

berumah tangga.

dipaparkan pada

Syair Hukum Nikah diawali dengan Berdasarkan 9 bacaan dari kitab-kitab pendahuluan yang mengandung tentang

bab

sebelumnya.

karangan ulama besar baik ulama-ulama 10 hukum nikah, seperti terlarangnya sebuah Timur-Tengah

maupun

ulama-ulama

Melayu-Nusantara ini telah membentuk

Jamal D. Rahman, “Raja Ali Haji (1809-1873): Paduka

gagasan dan pemikiran keagamaan Raja Ali

Kakanda dibawa Bertahta”, edisi Maret 2010.

Haji. Dan pada gilirannya, gagasan dan

8 Dalam naskah syair “Hukum Nikah” atau tepatnya syair

pemikiran keagamaannnya itu ia tuangkan

“Suluh Pegawai” yang tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden, juga mengandung syair tentang “hukum faraid”. Menurut

dalam karya-karya yang mengandung unsur

pengakuan Abu Hassan Sham, judul syair “Hukum Faraid” tidak

pemikiran, fiqh, tauhid dan akhlak- pernah tercatat dimana-mana, tetapi itu semata-mata sebutan

darinya karena isi syair tersebut mengandung masalah hukum

tasawuf. Ketiga aspek pemikiran Raja Ali

faraid. Bahkan, lagi-lagi kata Abu Hassan Sham, pengarang syair

Haji akan dipaparkan secara singkat bawah ini tidak diketahui secara pasti, namun karena Raja Ali Haji juga

terkenal seorang ulama, maka berat dugaan kalau syair ini juga

ini.

digubah olehnya. Karenanya, syair “Suluh Pegawai” kalau

dicermati terdiri dari dua kandungan pasal. Pertama tentang syair

“Hukum Faraid” yang terdapat pada halaman 1 hingga 12 yang

Pemikiran Keagamaan: Fiqh

terdiri dari 82 bait syair yang diakhir dengan bait:

Pemikiran Raja Ali Haji bidang Inilah akhir syair beta

Tiadalah hamba panjangkan kata

hukum Islam, khususnya persoalan-

Mohonkan kepada Tuhannya kita

persoalan fiqh, terdapat dalam sejumlah Menerangkan hati jahil dan buta.

Sedangkan kandungan berikutnya baru berkenan dengan

karya-karya syairnya, yaitu Syair Hukum

syair Hukum Nikah. Syair ini terdiri dari lima belas pasal yang

Nikah terdiri dari 325 bait. Mengingat syair ini terdapat dua kandungan dan Syair Siti Sihana serta Syair

yang berbeda, masalah hukum faraid dan hukum nikah, maka

Hukum Faraid . Dari ketiga syair ini, nyata

secara keseluruhan naskah syair ini lebih tepat disebut dengan

sekali bahwa Raja Ali Haji sangat piawai

syair “Suluh Pegawai” Dimana kedua kadungan ini dapat dipedomani oleh pegawai dan pembesar kejaraan. Lihat, Abu

dan mumpuni menungakan gagasan dan

Hassan Sham, Syair-syair Melayu Riau, (Kuala Lumpur:

ilmu keagamaannya lewat “medium” syair. Perpustakaan Negeri Malaysia, 1995), 111 dan 114.

9 Dalam pendahuluan Syair Hukum Nikah, Raja Ali Haji

Prihal hal ini, Jamal D. Rahman

menulis sebanyak 24 (dua pulh empat bit syair) yang di awali

menyatakan, dengan syair bait pembuka (bait 1 dan 2), berbunyi: sebagaimana juga telah

Dengan bismi’Llah permulaan kata/dengan nama Allah

dikutip sebelumnya,

mengungkapkan

Tuhan semsesta

bahwa “syair-syair Raja Ali Haji adalah Hamba mengarang suatu cerita/hukum nikah hendak

dinyata. Inilah tuhan mula disebutkan/hukum nikah disyairkan Sekala pegawai boleh memahamkan/supaya jauh dari perbuatan yang bukan

10 Dalam syairnya ( bait 3 dan 4) Raja Ali Haji menyatakan: Ketahuilah olehmu hai saudara/Hukum nikah banyak

perkara

Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.12, No.2 Juli - Desember 2015

pernikahan, atau dibolehkan/diharuskannya 15 dinikahi. Kemudian, Syair Hukum Nikah sebuah

ini terdiri dari 15 (belas belas) pasal dengan kemampuan seorang lelaki secara fisik dan

pernikahan

menyangkut

total keseluruhan berjumlah 348 bait. materi. 11 Kemudian, Raja Ali Haji

1) Pasal Pertama: Rukun Nikah memberikan tuntunan kepada lelaki untuk

Raja Ali Haji menyebutkan dalam memilih wanita yang baik dinikahi sesuai

syairnya, sebagaimana disebutkan dengan ajaran agama. 12 Pada bagian dalam kitab-kitab fiqh, rukun nikah itu

pendahuluan ini, Raja Ali Haji juga lima perkara, yaitu wali, saksi, ijab- menyebutkan larangan meminang wanita

kabul, serta calon mempelai lelaki dan

13 yang sudah dipinang oleh orang lain; 16 dan wanita, dan dengan disertai beberapa dibolehkannya lelaki memandang wanita

ketentuan dan syarat-syarat yang yang akan dinikahi dengan cara dan batas 17 menyertainya. Setelah syarat dan

yang patut; 14 serta sejumlah wanita haram rukunnya terpenuhi baruh sah wanita itu disebut “bini”. 18

2) Pasal Kedua: Masalah Sekufu;

Fahamkan olehmu dengan kir-kira/Supaya jangan

member cedera.

Pasal Ketika: Mas kawin;

Pada syair bait 5 dan 8 berbunyi:

4) Pasal Keempat: Walimah;

Jika tiada wang nan gerang/Mengantar belanja

anaknya orang

Pasal Kelima: Qismah dan Nushuz;

Syahwat pun ada sedikit terkurang/jika demikian nikah

6) Pasal Kenam: Tanda-tanda Wanita

dilarang.

Uangpun ada di dalam peti/apalagi tuan nan nanti

Nusyuz 19 ;

Diharuskan syara’ engkau turuti/ carilah perempuan yang baik pekerti.

12 Pada bait syairnya Raja Ali Haji mengungkapkan kariteria wanita baik dinikaih:

Pilihlah perempuan yang beragama/ kemudian pilih Syara’ yang mulia hendaklah ikut/akan Allah hendaklah

takut.

bangsa utama Daripada pusat kepada lutut/memandang dia tiadalah Kemudian elok bulan peranama/bakal beranak empat

patut

Syara’ yang kuat hendaklah ikut/Akan Allah hendaklah takut. “Tunkihu al-mar’ah li arba’ li mālihā, wa li nasabihā wa li jamāliha wa li dinīha fadhfar bi thati al-dīn taribat yadaka.” Syair Raja Ali Haji tentang dibolehkannya melihat wanita

dan lima. Bait syair ini berdasarkan gabungan dua hadis Nabi:

yang akan dipinang berdasarkan pada hadis Nabi: Diriwayatkan (Nikahilah

kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah wanita yang bahwa Mughairah ibn Syu’bah pernah meminang seorang wanita,

wanita itu karena

hartanya,

Keturunannya,

taat beragama). [H.R. Ahmad]. Pada bait syair ini Raja Ali Haji lalu ditanya oleh Rasulullah, “Apakah kamu sudah melihatnya?”

ab: “Belum.” Kemudian Nabi Bersabda: tidak menyebutkan “harta” sebagai pertimbangan dalam memilih

Mughairah menjaw

calon istri, sebagimana disebut dalam hadis Nabi. Akan tetapi, “Lihat dia dulu karena dengan melihatnya akan lebih

memungkinkan kelanggengan kamu berdua.” (HR. Tarmidzi, pada bagian bait itu Raja Ali Haji menyebutkan: “bakal beranak

empat dan lima ’, dan ini mendasarkannya pada hadis Nabi 15 lainnya: “Kawinilah wanita yang akan mempunyai banyak anak Pada bitir bait ke 22, 23 dan 24: Haram sekalian ibunya kita/ Anak dan cucu jangan

Nasai dan Ibn Hibban).

karena saya bangga dengan banyaknya kamu di depan umat-

umat lain. ” (HR. Abu Daud dan Ibn Majah). Lihat, Abu Hassan Saudara benar masukkan serta/ menantu menantu

dikata

Sham, Syair-syair Melayu Riau, 142-143.

lengkaplah rata.

Pada syair bait 10 dan 11 menyebutkan tidak dibenarkannya meminang pinangan orang, tetapi kalau pinangan

Mak saudara lalu ke atas/ anak saudara ke bawah lantas orang sebelumnya tidak jadi maka lelaki lain dibolehkan

Kecuali pupuan boleh dilintas / Terkadang patut pula dipintas.

meminangnya: 16 Jangan meminang tunangan orang/pekerjaan itu syara’ Raja Ali Haji menyebutkan

17 Dalam syairnya tertulis:

melarang

Meski beberapa syahwat menggarang/di dalam hatimu Raja Ali Haji men definisi “bini”: “Yaitu perempuan yang

lawan perperang. sudah seketiduran dengan seorang laki-laki dengan jalan yang Jika tiada memang tersangkut/pergilah pinang dengan

halal pada syarak yang mencukupi dengan syarat dan rukunnya.” Ia juga menguraikan syarat dan rukun perkawinan dalam

yang lembut Supaya wali reda mengikut/keluar belanja janganlah

“kamus”nya dengan penjelasan mufassar. Raja Ali Haji, Kitab takut.

Pengetahuan Bahasa 19 , 220.

Bait syair ini berasaskan pada hadis nabi: “Seorang lelaki Firman Allah: tidak boleh meminang wanita yang telah dipinang saudaranya,

       sampai lelaki yang meminang sebelumnya meninggalkan atau mengizinkannya.

14 ” (HR. Bukhari).          Pada syair bait 12, 14, 15 dan 16 tentang boleh melihat     calon pinangan:

Jika bicara sudahlah molek/diharuskan pula kita menilik 

Tapak tangan muka dibalik/atau dihintai dilubang bilik. Dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka Haram memandang akan perempuan/yang harus

nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur dinikai boleh berlawan

mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka Sekalian tubuhnya ayuhai tuan/illa dikecualikan oleh

mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk Tuhan.

menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Daripada pusat kepada lutut/memandang dia tiada patut

besar. (Q.s. al- Nisā [4]: 34).

Alimuddin Hassan: Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji

7) Pasal Ketujuh: Khulu’ Tebus Talak; sementara keduanya tidak memiliki

8) Pasal Kedelapan: Talak; peninggalan harta. Bahkan seorang

9) Pasal Kesembilan: Bilangan Talak; wajib pula memberi nafkah kepada

10) Pasal Kesepuluh: Illa’ dan Zihar; budak dan binatang peliharannya.

11) Pasal Kesebelas: Iddah;

15) Pasal Kelimabelasa: Hiḍanah

12) Pasal Keduabelas: Istibra’; Pada pasal terakhir ini Raja Ali Haji

13) Pasal Ketigabelas: Riḍa.

tentang pengasuhan/ Pada pasal ini Raja Ali Haji

mengulas

pemeliharaan anak ketika kedua orang memberikan pengajaran tentang anak

tuanya bercerai. Ia menyebutkan bahwa sesusuan. Ia menegaskan bahwa anak

apabila anak masih belita hak sesusuan dihukumkan sebagai saudara,

pengasuhannya ada pada ibunya, tetapi sehingga mereka hukumnya haram

kalau sudah berusia tujuh anak saling menikah. 20 Meskipun demikian, diberikan kebebasan untuk memilih

Raja Ali Haji memberikan batasan apakah ikut ibu atau bapaknya. sesusuan, sehingga haram saling

Sekiranya kedua orang tuanya tidak menikah, sebagaimana ia baca dari

diharapkan, hak pengasuhan jatuh pada ajaran agama, yaitu menyusu tidak lebih

atau suadaranya. dari lima kali, 21 dan tidak sempai benar-

kekek/neneknya

Selanjutnya,

Raja Ali Haji benar kenyang. 22 mengingatkan agar suami-istri yang

14) Pasal Keempatbelas: Nafkah sudah bercerai tersebut untuk hati-hati Raja Ali Haji menyatakan, sebagaimana

dalam memilih pasangan (kawin lagi)

tuntunan agama, 25 bahwa seorang suami demi kepentingan anak. berkewajiban 24 menafkahi istrinya, Menurut U.U. Hamidi dan kawan-

terutama terkait sandang, pangan dan kawan, Syair Hukum Nikah ini paling tidak papan. Ia juga menyebutkan kewajiban

memberikan dua sisi penting. Pertama, nafkah kedua dua orang tua kepada

memberikan pedoman dalam kehidupan anak-anak mereka. Sebaliknya, anak

berumah tangga. Kedua, memberikan wajib pula memberi nafkah kepada

kehidupan dan kedua orang tua apabila sudah lanjut

petunjuk

dalam

berhubungan yang harmonis antara suami usia, tidak bisa lagi mencari harti,

dan istri. Keistimewaan syair ini, menurut U.U. Hamidi, terletak dari keberanian pengarangnya

hubungan seksual antara suami istri,              terutama pada saat mendekati istri pada

Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara

malam pertama. Pengarang memberikan

keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang

cara dan teknik berhubungan badan lewat

hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah

bahasa puitis yang indah, sehingga tidak

memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q. al- Nisā [4]: 35).

terkesan vulgar dan porno. Raja Ali Haji

20 Hadis Rasul Allah saw.: ‘An Ibn ‘Abbas ra. Anna al-

tampaknya berasumsi, bahwa lewat paparan

Nabiyya saw. qāla: “wa yuḥarrim al-riḍā’at mā yuḥarrim min al- nasb. ” (Dari Ibn Abbas ra. bahwa sesungguhnya Nabi saw

bahasa puitis yang indah dapat memberikan

bersabda: “Dan diharamkan sepersusuannya, apa-apa yang

bimbingan pendidikan seksual bagi remaja

diharamkan sebab keturunan.” (HR. Bukhari). 21 Hadis Rasul Allah saw.: Dari ‘Aisyah ra. berkata: “Adalah

dan calon pengantin yang akan hidup

pada apa yang turun dari al- Qur’an sepuluh kali susuan yang

berumah tangga. Lukisan seperti dalam

diketahui. Lalu diwafatkan Rasulullah, sedang kalimat lima kali susuan yang dimaklumi itu adalah teramasuk pula apa yang

syair itu dirasa penting oleh Raja Ali Haji

dibaca dari al- 22 Qur’an.” (HR. Bukhari).

karena persoalan pendidikan seks, di

Hadis Rasul Allah saw.: Dari Ibn Mas’ud ra. berkata bahwa Rasu>l Allah bersabda: “Tidaklah dinamakan sesuan melainkan

kalangan “orang timur” dan dunia Melayu

susuan yang menguatkan tulang dan menambahkan daging.” (HR.

pada khususnya tidak pernah diberikan

Bukhari). 23 Rasul Allah saw. bersabda: “Takutlah kepada Allah dalam

secara terbuka apalagi vulgar, tetapi

urusan perempuan, esungguhnya kamu mengembil mereka dengan kepercayaan Allah dan halal bagimu mencapuri mereka dengan kalimat Allah dan diwajibkan atas kamu (suami) memebri nafkah dan pakaian kepada mereka (istri-sitri) dengan cara yang sebaik- baiknya.” (HR. Muslim).

Lihat, Abu Hassan Sham, Syair-syair Melayu Riau, 111-112 24 Q.s. al-Baqarah [2]:233.

dan 139-185.

Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.12, No.2 Juli - Desember 2015

diberikan secara halus dan berupa kiasan. 26 Apabila hendak mengerjakan Malah tidak jarang ada pandangan bahwa

Gurau dan canda tuan dahulukan pendidikan seks tabu diberikan kepada anak

Peluk dan cium hendak banyakkan didik atau masyarakat.

Pujuk dan cumbu pula sertakan. Di tangan Raja Ali Haji, hubungan

Bermain itu hendaklah sabar seksual terlukis dalam baris-baris syair

Dicelah tanjung dua sebembar yang sangat menawan dan indah, dan tentu Janganlah pula gopoh dan ghubar

saja berasaskan pada ajaran agama: Sunnah Agar mendapat lezat yang akbar. Nabi dan al- Qur’an, misalnya ketika ia

Ke atas ke bawah cuba dulu dahulu menuturkan:

Kanan dan kiri bertalu-talu Apabila sudah naik ke rumah

Apabila berdiri roma dan bulu Istrimu itu boleh dijamah

Tatkala itu hilanglah malu. Akan tetapi hendaklah hemah

Dapatkan lezat tiada terhingga Akan sunnat Nabi al-Rahmah. Keduanya sama memuaskan dahaga

Hendaklah tuan bermain-main Keuntungan tiada ternilai harga Bukalah kubah bertudung kain

Laut yang dalam sudah diduga. Cintapun jangan kepada yang lain

Dari deratan kata-kata puitis di atas, Daripada lubang main mahin. 27 Raja Ali Haji dengan nyata sekali

Selanjutnya, berdasarkan hadis memberikan gambaran dan pengajaran Nabi, sebagaimana dibancanya dalam Ihḥyā

hubungan seks (seksiologi) begitu indah. ‘Ulūm al-Dīn karya Imam al-Ghazālī, 28 Namun, pada bagian tertentu dalam

Raja Ali Haji menganjurkan agar terlebih tulisannya, kecuali dipahami untuk dahulu melakuan “pemanasan” (fore play)

“penghiburan” dan untuk “pengajaran” sebelum melakukan penyatuan genital

serta untuk melanggengkan/melestarikan (bersenggama), misalnya bercanda-gurau

suatu kata tertentu, Raja Ali Haji ada sembari bujuk-cumbu dan peluk-cium.

kalanya mempergunakan kata-kata/bahasa- Selain itu, Raja Ali Haji juga menyarankan,

bahasa yang vulgar dan cenderung porno. khususnya kepada lelaki (suami), agar

Kecenderungan semacam itu tidak saja melakukan hubungan badan dengan penuh

terdapat pada karya syairnya, misalnya kesabaran dan tidak tergopoh-gopoh demi

ketika Raja Ali Haji mengekspreikan kata memuaskan dahaga seksual masing-masing. 29 “tarak”, tetapi juga pada karya prosanya,

Dengan untain kata-kata puitis Raja Ali Haji mengubah syair tentang hubungan

intim suami-istri dalam Kitab Hukum

Raja Ali Haji menjelaskan kata “tarak” yang dieksprisikan

Nikah dengan syair dalam Kitab Pengetahuan Bahasa, hal. 229-230; :

lihat juga, Putten, Versified ‘Awai’ Verified: ‘Syair Awai’ by Raja Ali Haji”, dalam Indonesia and Malay World, no.72 (June

1997), 100. Dalam syair ini Raja Ali Haji menceritakan seorang

Lihat, U.U. Hamidi, et.all., Syair Suluh Pegawai (Hukum Shaykh Lebai dengan memiliki karekter bejat yang menodai Nikah) Karangan Raja Ali Haji (Pekanbaru: Dept. P dan K,

hampir semua wanita yang belajar kepadanya. Di samping itu ada 1985), 11-12.

seorang anak muda “berakal tetapi dajjal” berpura-pura ingin pula Kata “ma’īn mahīn” berasal dari al-Qur’an yang

belajar, sehingg menyamar menjadi perempuan dengan nama Siti dimaskudkan Raja Ali Hai alat kelamin wanita (vagina istri)

Lukluk. Kemudian, Siti Lukluk tinggal di rumah Shaykh Lebai sebagai tempat keluarnya air yang hina:

dan satu kamar dengan tiga orang anak gadisnya. Dalam  .        perbincangan “keemapat gadis” itu (Siti Lukluk dan ketiga anak gadis Lebai) mengajukan masing-masing keinginan, tetapi Siti

“Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air Lukluk menginginkan agar al at “kelaminnya” berubah (dari yang hina 28 .” (Q.s. al-Sajadah [32]: 8).

perempuan menjadi lelaki). Selanjutnya, Raja Ali Haji Nabi Muhammad saw. bersabda: “Janganlah seseorang di

menuturkan dengan nada rada forno dan fulgar, seperti kata antara kamu menggauli istrinya seperti binatang buas (yang

Lukluk:

menerkam mangsanya). Sebagai permulaan bagi persetubuhan,

seharusya ada suatu “utusan” antara kamu dan dia. Para sahabat Kami sudah jadi bertukar/tempat nonok keluar zakar bertanya: “Utusan macam apakah ya Rasulullah?” Nabi saw.

Anak dara apabila mendengar/ketiganya pun datang Menjawab: “Ciuman-ciuman dan kata-kata manis.” Dalam hadith

berkelebar.

lainnya, Rasul Allah bersabda: “Idha jama‘a aḥadukum ahlahu Serta dekat membuka kain/Zakar Lukluk dipermain-main falā yatajarradanna mujarrada al-‘iyrayni falyuqaddim al-

Katanya kuasa Rabbil alamin/dengan sebentar jadi talḍḍuf wa al-taqbīl” (Jika seorang di antara kalian hendak

berlain.

menggauli istrinya, maka janganlah melakukannya bak dua ekor Katanya apa gunanya ada/kata Lukluk entahlah adinda unta atau keledai. Hendaklah memulainya dengan belaian kata-

Berkata pula saudara yang muda/Kami terlihat kepada kata (rayuan) dan ciuman (HR. Ibn Majah).

ayahanda.

Alimuddin Hassan: Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji

Kitab Pengetahuan Bahasa , misalnya di saat ia menjelaskan secara mufassar kata

entri, seperti “Ayok”, 30 “Amput” 31 dan

Tatkala masa bulan purnama/Dengan mak bersama- sama Dicocok benda ke lubang lama/Mak pun kembang bulu roma. Rupa-rupanya mak kesedapan benar/Benda itu empunya honar Katanya Lukluk coba beredar/Kepada aku kenankan sebentar. Lukluk bangkit sambil menjimak/Sambil bertanya apa rasanya lemak Jawabnya kuat-kuat janganlah tamak/Sedapnya seperti sayur kurmak. Saudara yang tua ingin terlalu/Katanya berhentilah adik dahulu Hendak kurasa pisang berbulu/Jikalau baik inginlah selalu. Lukluk perpaling kepada yang tua/Diberinya pula sekali dua Yang bungsu berkata sambil tertawa/Sayapun tidak mau kecewa. Lukluk berpaling kepada yang akhir/Dikerjakan pula memecahkan bikir Di luar kelambu di dalam tabir/Tempatpun penuh bercucuran air. Sudah selesai ketiganya/Berkabar pula kepada tolannya Masing-masing ingin hendak merasa/Zakar didapat di dalam taraknya.

30 Dalam Kitab Pengetahuan Bahasa, ketika mengurai kata entri “Ayok” dengan segala direvasinya, seperti “Berayok”;

“Mengayok”; “Diayok” “Ayoklah”; “Terayok”; dan “Berayok- ayokan ”, Raja Ali Haji mengatakan, meskipun ia sendiri mengakui terpaksa untuk mengatakannya, “perkataan kalimat mencarut, tetapi kalau ditinggalkan hilang pulalah satu bahasa.” Karena kata “ayok” itu adalah ungkapan mencarut, menurut Raja Ali Haji, kurang patut untuk dibahasakan secara nyata ( sarīḥ), tetapi sepatutnya disebutkan secara kiasan ( kināyah). Meskipun demikian, agar satu bahasa itu tidak hilang, dengan terpaksa Raja Ali Haji menguraikan makna yang terkandung dalam kata “ayok”,

be rikut ini: “Syahdan adapun arti ayok itu fiil seseorang laki-laki memasukkan

zakarnya kepada faraj perempuan karena berkehendak sedap. Sebab syahwat basyariah adalah perempuan itu berbaring terlentang dan laki-laki duduk bertinggung dan paha perempuan itu ternaik kepada paha laki-laki. Maka apabila masuk zakar laki-laki itu maka menggerakkanlah ia akan punggungnya supaya keluar masuk zakarnya di dalam faraj perempuan itu. Maka perempuan itupun merasa juga nikmat yakni sedap. Dan terkadang pula perempuan menggerakkanlah punggungnya karena hendak memberikan nikmat kepada laki-laki pula. Maka digerakkannya punggungnya itu ke kiri dan ke kanan. Atau karena ia hendak mengenakkan dengan kuat-kuat tepi farajnya itu digesek oleh zakar itu, demikianlah halnya. Dan terkadang ada pula yang baring menyerinding dan ada pula yang mendatangi daripada pihak belakangnya. Dan terkadang ada pula laki-laki itu berdiri dan perempuan itu berbaring pada suatu tempat. Dan masing-masing halnya mana-mana kesukaan antara keduanya. Adapun hingganya yaitu apabila laki-laki itu sudah anzal maninya, maka berhentilah ia. Atau dinantikannya perempuan itu

anzal, maka yaitu yang terlebih baik.” Lihat, Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa , 53-55 31

Ketika ia mengurai sebuah kata entri “Amput”, ia mengatakan ini adalah bahasa mencarut dan lebih kasar dari kata “ayuk”. Kata ini, menurut Raja Ali Haji, kebanyakan diucapakan untuk mengekspresikan ketika seseorang sedang marah besar. Ia menyebutkan bahwa kata ini terpaksa dimuat dalam kamusnya demi membedakan dengan bahasa yang lainnya, dan kalau hanya “dimisalkan” kurang terang/jelas makna yang dikandungnya. Untuk itu, Raja Ali Haji mengingatkan, “inilah bahasa yang amat kasar… siapa yang membaca tentang ini hendaklah jangan dibaca dengan lidah , tetapi hendaklah dibaca dengan hati.” Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 76.

“Tembam” 32 serta

kata entri “Jangah/Jangak”. 33 Kalau membaca karya

Raja Ali Haji baik syair maupun prosa yang bernada fulgar dan forno tentang seks, mungkin seseorang terkesan bahwa pengarangnya terobsesi oleh naluri dan libido seksual. Akan tetapi, ketika merujuk kepada entri-entri yang ada di dalam Kitab Pengetahuan Bahasa secara komprehensif, menurut Jan van der Putten, kita harus menahan anggapan dan pemikiran kita semacam itu terhadap Raja Ali Haji, sebab masalah seksual hanyalah sejumlah kecil “kata-kepada” ditulisnya. Justru entri-entri yang terdapat dalam Kitab Pengetahuan Bahasa , sebagian besar adalah entri kata yang mendefinisikan dan menjelasakan tentang perbuatan baik dan aturan etika-

32 Penjelasan dan uraian tentang kata “tembam”, menurut Raja Ali Haji, lebih masyhur dipergunakan untuk menjelaskan “bentuk

dan sifat” alat kelamin perempuan. Untuk kata “tembam” Raja Ali Haji memberikan uraian, “…. Kemaluannya itu lebar dagingnya tebal sebelah atas, jadi tinggilah tampaknya. Tulangnya jika dirasa dengan tangan jauh ke dalam dan pada tepi lubangnya itu tebal juga dagingnya dan jadilah bangun kemaluannya itu lebar bentuknya tinggi sebelah atasanya dan jika tampak dari sebelah hadapan seolah-olah rupanya binatang

belangkas yang melekap sesuatu.” Raja Ali Haji menambah penjelasannya, pada ghalibnya kebanyakan orang Melayu

menyukai alat kelamin perempuan yang tembam karena lebih mudah membangitkan gairah seksual laki-laki yang lemah syahwat. Akan tetapi, Raja Ali Haji menambahkan dengan nada mengingatkan, “Hai segala tuan-tuan mendengar tentang bicara ini jangalah salah sangka takwil karena jika tiada kuterangkan begini jika membaca logat Melayu yang bukannya bahasa darinya masih tiada putus pengetahuannya terkadang bertanya pula selalu- selalu….” Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 270. 33

Raja Ali Haji memberikan pengertian kata “Jangak” dengan panjang lebar dari berbagai jenis sifat, sikap dan perbuatan tidak baik. Khusus berkaitan dengan perempuan, menurut Raja Ali Haji, dikatakan “jangak” berawal dari perbuatannya suka bersolek secara berlebih-lebihan dengan maksud merebut perhatian laki-laki. Kemudian Raja Ali Haji menambahkan, “Adalah matanya lekat memandang laki-laki itu, dan suka ia duduk kepada pintu-pintu rumah atau tingkap-tingkap sekira-kira

tampak dilihat orang laki-laki pura-puralah ia membuat pekerjaan di situ. Akan tetapi bekerja itu selalu sahaja mengerling kepada laki-laki yang tampak dengan dia itu dan jika ada laki-laki, hampir-hampir dengan dia bercakap-cakap, maka membuat pula ia pura-pura terlepas kain di hadapan laki-laki itu tampaklah susunya dan terkadang jika ia duduk ada laki-laki di belakangnya pura-pura pula ia melepaskan kainnya sebelah punggung ke tikar, jadi tampaklah punggungnya terputih dan lekuk-lekuk sebelah bawah punggung itu tampaklah dilihat laki-laki itu kemudian ia pura-pura

terkejut menutup punggungnya lekas- lekas.” Kemudian, cerita wanita “jangak” berlanjut, ketika gairah seksual

laki-laki itu bangkit dan ingin berhubungan seks dengan wanita itu,

sangatlah gampang mendapatkannya. Sedemikian gampangnya, kata Raja Ali Haji, sehingga laki-laki tidak perlu

mengeluarkan “biaya”, bahkan kalau perempuan itu menghendakinya, terkadang ia yang mengeluarkan “biaya” untuk laki-laki yang mau melayaninya. Selanjutnya, Raja Ali Haji menutup entri “jangak” ini dengan kalimat, “Syahdan tidaklah ia sunyi daripada menaruh kehendak sedia saja lepas seorang- seorang pula, dilawannya berkehendak maka perempuan itulah bernama jangak adanya.” Lihat, Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa , 296.

Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.12, No.2 Juli - Desember 2015

moral sesuai dengan tuntunan agama dan perjalanan dengan kewajiban mengganti adat istiadat. 34 pada hari yang lain.

5. Zakat, berbagai jenis zakat, misalnya lainnya, 35 terutama mengenai fiqh, zakat emas dan zakat fitrah, dan lainya.

Pemikiran keagamaan Raja Ali Haji

dituangkannya dalam Syair Siti Sihana yang di alamatkan kepada kaum perempuan

Pemikiran Keagamaan: Teologi

khususnya, dan kepada siapapun pada Raja Ali Haji menyakini bahwa umumnya. Dalam syair ini pengarangnya

Allah adalah Zat yang Wājib al-Wujūd, memberikan tuntunan dan nasehat kepada

yaitu Tuhan Yang Maha Besar dan Maha perempuan yang ingin memasuki jenjang

Mulia. Dia-lah yang telah menciptakan perkawinan (berumah tangga) agar menjadi

alam semesta dan segala makhluk yang ada. istri baik dan taat. Meskipun demikian,

Oleh karena itu, alam semesta, temasuk syair ini dapat menjadi tuntunan bagi

langit dan bumi serta segala isinya, seperti siapapun, karena kandungan syair ini bukan

manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan, saja tentang fiqh perempuan, tetapi juga

menurut Raja Ali Haji, mustahil ada dengan tentang pengajaran agama Islam (fiqh)

sendirinya. Bahkan ia menegaskan, secara umum. Misalnya, pengarang syair ini

sebagaimana pendapat teologi Islam membicaran masalah-masalah:

( mutakallimīn) pada umumnya, bahwa alam

1. Wuḍu’ (air, tertib wuduk, sunat dan yang semesta beserta makhluk-makhluk di membatkan wuduk), dan masalah mandi

dalamnya diciptakan oleh Allah dari (mandi wajib, mandi sunat). Syair ini

ketiadaan (al- ījād min al-‘adam atau juga membicarakan masalah. 36 creatio ex nihilo ). Allah sebagai pencipta

2. Ḥaid, nifas dan perbedaannya dengan adalah Zat Wajīb al-Wujūd; sementara alam istihadah. Membicarakan larangan-

semesta sebagai tercipta adalah mumkīn al- larangan bagi perempuan di kala junub,

Wujūd. Artinya, alam semesta secara hadas kecil, dan semaktu haid dan nifas,

rasional tidaklah pasti terwujud, karenanya, misalnya dilarang ṣālat, puasa membaca

penentu yang dan menyentuh al- Qur’an, masuk masjid

menyebabkan alam semesta itu terwujud, serta melakukan hubungan suami-istri.

yaitu Pencipta. Pendapat ini menjadi dasar

4. Ṣālat, misalnya waktu masuk ṣālat, argumentasi teologis ( “hujjah al-kalāmī” ) syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, dan

di kalangan mutakallimīn Ash‘ariyah (ahl ṣālat-ṣālat

sunnah wa al- Jamā‘ah) yang dipelopori membatakan ṣālat dana tentang ṣālat

oleh Imam al- Ash‘ari dan dikembangkan berjamaah.

oleh pengikutnya, terutama yang dilakukan

4. Puasa, misalnya mengungkapkan tentang 37 oleh Imam al- Ghazālī. Penciptaan alam nitanya, hal-hal yang dapat membatalkan

semesta, karenanya, menurut Raja Ali Haji, puasa, menahan minum dan makan,

sekaligus menjadi argumentasi teologis menaham melakukan hubungan seks,

pula bagi tanda-tanda (ayat-ayat) adanya menahan muntah, juga tentang sunah

Allah:

dan makruh puasa, denda kifarah bagi Dan lagi tandanya kita dijadikan orang yang melakukan hubungan seks.

Allah Ta’ala dengan hikmatnya, maka Juga

cobalah tilik diri kita baik-baik dengan diperbolehkan tidak puasa, misalnya

tilik pikiran akal kejadian kita, sangat orang yang sudah lanjut dengan

patut tanda ada yang mematutkan. membayar fidya, perempuan yang

Tilik pada segala anggota kita itu yang sedang hamil, orang yang sakit sulit

keras ada patutnya dan yang lembut untuk sembuh, dan bagi orang dalam

ada patutnya dan yang tebal dagingnya

35 Abu Hassan Sham, Puisi-Puisi Raja Ali Haji, 152-155.

36 Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 22.

Putten, “On Sex, Drug, and Good Manner: Raja Ali Haji as 37 Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban, 277- Lexicographer”, JSAS, Vol. 33, No. 3, (2002), 426.

Alimuddin Hassan: Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji

atau kulitnya ada patutnya dan yang al-anfus (jiwa) terdapat tanda-tanda nitis ada patutnya dan segala sendi- 44 keberadaan dan keagungan Allah.

sendi semua ada patutnya tiada lepas Pada bagian awal kutipan di atas, daripada hikmatnya yang indah-indah

Raja Ali Haji mengajak pembaca untuk dan yang ajaib-ajaib.

merenungkan dan memikirkan atau menilik Demikian segala binatang-binatang

penciptaan kedirian dan tumbuh-tumbuhan, apalagi seperti

kesempuranaan

manusia. Pahlawan Nasional Riau lewat langit dan bumi dan awan dan mega 45 “kalam” ini menjelasan seluruh anggota

dan angin dan api dan lainnya. tubuh manusia “ada patutnya tiada lepas Semuanya itu jika dipikirkan dengan

daripada hikmatnya yang indah-indah dan akal yang sempurna semuanya menjadi

ajaib- ajaib”. Ia menyatakan bahwa dengan tanda Allah Ta’ala harus menjadikan

penciptaan manusia yang ”sangat patut sekalian 46 alam ini dengan tiada tanda ada yang mamatutkan.” Pada

mengambil faedah. 38 kutipan bagian akhir, Raja Ali Haji Dari kutipan di atas nyata sekali

masyarakatnya agar bahwa Raja Ali Haji melih at bahwa “alam”

menghimbau

memperhatikan penciptaan alam, seperti (al- 47 ‘ālam atau cosmos): jagad (al-āfāq) penciptaan langit dan bumi, bintang-

48 [“alam besar” (‘ālam al-kabīr atau 49 bintang; binatang-bintang dan tumbuh-

50 makrokosmos)]; dan manusia (al- 51 insān) tumbuhan; serta fenemona alam; dan [“alam kecil” (‘ālam al-ṣaghīr atau 52 entitas alam lainnya. Raja Ali Haji mikrokosmos)] adalah berwujud “dengan

menyatakan b ahwa “Semuanya itu jika hikmatnya” 39 atau dengan istilah lain, dipikirkan dengan akal yang sempurna “bereksistensi teleologis”, yakni diciptakan 53 semuanya menjadi tanda Allah Ta’ala....”

oleh Allah dengan “ḥaqq” (benar); 40 Makanya pemahaman terhadap alam diciptakan dengan tidak “lā‘b” (main-

semesta dan segala isinya sangat tergantung main); 41 dan tidak pula diciptakan dengan kepada bagaimana manusia menggunakan “baṭīl” (palsu). 42 Sebaliknya, alam semesta

mungkin akal yang (dan segala makhluk Allah yang terdapat di 54 dianugrahkan Allah.

semaksimal

dalamnya) diciptakan dengan penuh maksud dan tujuan. 43 Di kalangan teolog

(mutakallimīn) menjadikan alam semesta

44 Firman Allah:

sebagai argumentasi

( “cosmological argument”). Allah sendiri

telah menegaskan dan menunjukkan bahwa pada Kami (Tuhan) akan memperlihatkan kepada mereka tanda- makrokosmos lewat al- āfāq

tanda Kami disegenap ufuk dan dalam diri mereka sendiri, hingga

(cakrawala) dan pada mikrokosmos lewat

nyata bagi mereka bahwa Dia itulah yang benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Q.s. Fuṣṣilat [41]: 53). 45

Raja Ali Haji dianugerahi gelar kehormatan “Pahlawan

Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 22-23. Nasional” itu bukan lantaran berperang dengan mengangkat

pedang/senjata, sebagaimana pahlawan nasional pada umumnya, 40 Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 22.

tetapi lantaran ia “berperang” dengan mengangkat pena/ kalam Firman Allah:

untuk membina bahasa dan memelihara budaya bangsanya dari      serangan budaya bangsa asing yang tidak sejalan dengan budaya luhur Melayu.

Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. 46 Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 22-23. (Q.s. al-Zumar [39]: 5).

48 Q.s. Alu ‘Imrān [3]: 190. Q.s. al- 49 Q.s. al- An‘ām [6]: 97. Naḥl [16]: 79.  .       50 Q.s. al- A’rāf [7]: 58.

41 Firman Allah:

52 ada di antara keduanya dengan bermain-main. (Q.s. al- Rūm [30]: 24.

Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang

51 Q.s. Al-

Ambiyā

53 Q.s. al- Naḥl [16]: 13.

[21]: 16). 54 42 Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 23. Firman Allah:

Firman Allah:

                  Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang

  ada antara keduanya dengan batil (Q.s. Ṣād [38]: 27). 43 Lihat, Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban,

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan dalam 289.

peredaran siang dan malam, terdapat tanda-tanda (sumber-sumber

Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.12, No.2 Juli - Desember 2015

Pemikiran keagamaan Raja Ali Haji 58 lainnya: “Maka apabila sampai ajal dalam bidang teologi tentang kebebasan

mereka itu, tiadalah terkemudian satu jau dan tanggung jawab manusia, menurut 59 pun dan tiada terdahulu satu jua pun.”

Andaya dan Matheson, tampak menjiwai Kematian seseorang, baik karena hampir keseluruhan teks Tuḥfat al-Nafīs.

“mati terbunuh” maupun “mati secara Kehendak Allah dalam pandangan Raja Ali

wajar”, menurut Raja Ali Haji yang Haji memang membatasi manusia dalam

mengklaim dirinya sebagai pengikut Ahl al- menentukan garis dan arah sejarah. Akan

Sunnah wa al- Jamā‘ah, adalah pemenuhan tetapi, unsur-unsur yang membentuk

terhadap ajalnya yang telah ditakdirkan epsiode-episode yang lebih bersifat spesifik

oleh Allah. Berbeda dengan paham dalam perjalanan hubungan manusia

Mu’tazilah yang berpendapat bahwa orang dengan sesamanya ditentukan oleh manusia

yang mati terbunuh bukan mati karena itu sendiri. 55 Jadi dalam pandangan teologis memenuhi ajalnya. Sekiranya orang itu

Raja Ali Haji manusia mempunyai tidak terbunuh tentu saja orang tersebut kebebasan

belum/tidak mati. Dalam pandangan Raja kebebasan untuk berbuat (free will) dan free

Ali Haji bahwa faham Mu‘tazilah semacam acts ) meskipun itu “berjangka dan

ini tidak dapat dibenarkan dan harus terbatas”. Sedangkan kehendak dan 60 ditolak. Raja Ali Haji membantah

kekuasaan Allah yang telah ditentukan pendapat dan faham kaum Mu‘tazilah (predistination), dibahasakan oleh Raja Ali

tersebut dan memberikan penilaian sebagai Haji sebagai “takdir”, yaitu suatu peristiwa

keyakinan yang salah. Karenanya, ia yang tidak dapat dimengerti (peristiwa

menganjurkan masyarakat untuk tidak tragis) dan kejadian yang tak terelakan,

mengikuti faham dan keyakinan Mu’tazilah seperti ia mencontohkan kematian pada

yang bertentangan aqidah Ahl Sunnah wa kakeknya, Raja Haji 56 yang memang telah

al- Jamā‘ah:

tersurat di Lauhil Mahfudz, tulisnya dalam Syahdan pada iktikad Ahlil Sunnah Tuḥfat al-Nafīs:

wa Jama’ah yakni iktikad yang sah, Shahdan apabila sampai- lah sa‘at-nya

orang yang mati dengan sebab dan bilangan janji-nya kadha dan

dibunuh itu maka yaitu mati dengan kadarnya daripada Allah subhanahu

ajalnya jua. Maka ingkar pula iktikad wa Ta’ala dengan sebab hikmat-nya

ulama Muktazilah dengan katanya, yang seperti ayat dalam al- Qur’an:

orang yang mati dengan terbunuh itu bāliqat lā māna‘a limā a‘ṭaytah wa lā

tiada dengan ajalanya, karena sekira rāda limā qaḍaytah wa innahu ‘alā

tiada ia dibunuh tiada ia mati. Maka mā yasha’a qadīr.” 57 iktikad ini kaum salah maka menolak

Raja Ali Haji memperkuat argumentasinya ia ulama Ahli Sunnah wa Jama’ah ini dengan mengutip ayat al- Qur’an

seperti Shaykh Ibrahim Laqani di dalam matan Jauharat al-Tawahid

pelajaran) bagi mereka yang mempunyai akal budi.” (Q.s. Ālu

(sic. Jawharah al- Tawḥīd) dengan

‘Imrān [3]: 190).

katanya… yakni orang yang mati               terbunuh itu kematiannya dengan

 .   sampai ajal umurnya jua. Dan lain

“.... segala sesuatu ada disemua langit dan ada di bumi,

daripada iktikad ini batal jangan di

semuanya dari Dia. Sesungguhnya dalam hal itu ada tanda-tanda

terima yakni jangan dipakai iktikad

bagi kaum berpikir.” (Q.s. al-Jāthiyah [45]: 13). 55 Barbara W. Andaya & Virginia Matheson, “Islamic Thought and Malay Tradition – Writing of Raja Ali Haji of

Riau”, dalam Perceptions of The Past in Southeast Asia,

Firman Allah:

Singapura: Heineman Education Book [Asia] Ltd., 1979, 117. 56 Kalau dalam

 .         Tuḥfat al-Nafīs kematian sebagai takdir tak

terelakan itu, Raja Ali Haji contohkan dengan kematian Raja Haji Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat YDM IV Riau yang terenggut nyawanya dalam peperangan fī

sesaatpun dan tidak (pula) sabīl Allāh melawan penjajah kolonial Belanda. Raja Ali Haji,

mengundurkannya

barang

mendahulukan(nya). (Q.s. Yūnus [10]: 49 Tuḥfat al-Nafīs, 206-207.

59 Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 122. 57 Raja Ali Haji, Tuḥfat al-Nafīs, 206.

60 Raja Ali Haji, Kitab Pengetahuan Bahasa, 122-123.

Alimuddin Hassan: Pemikiran Keagamaan Raja Ali Haji

Mu’tazilah itu. Syahdan adalah bunuh 67 di akhirat kelak. Bagi penghuni surga, itu sebab bagi matinya. Adapun

menurut Raja Ali Haji, akan mendapatkan ajalnya itu janjinya, yaitu mati

kenikmatan- kenikmatan “biologis” berupa terbunuh yang tersurat pada Luh