5.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1501387252Bab 5 KERANGKA STRATEGIS PEMBIAYAAN

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h – ( – (

  I

  2

  2

  1

  1

  7

  7

  2

  2

  2

  2

  1 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i BAB

  K erangka S trategi P embiayaan

  5

  4

  esuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena

  S

  itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunanprasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

5.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h ( ( – 2 –

  2

  1

  1

  7

  7

  2

  2

  2

  2

  1 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4 . Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5 . Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

  a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

  b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h ( ( –

  2 2 –

  1

  1

  7

  7

  2

  2

  2

  2

  1 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

  a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

  • Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

  Tingkat kerawanan air minum. -

  b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk Program peningkatan derajat kesehatan

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h – ( – (

  I

  2

  2

  1

  1

  7

  7

  2

  2

  2

  2

  1 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

  mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

5.2 PROFIL APBD KABUPATEN MANGGARAI

  Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h ( (

  2

  2

  1 1 – –

  7

  7

  2

  2

  2

  2

  1 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

  Tahun I-2008 Tahun II-2009 Tahun III-2010 Tahun IV-2011 Tahun V-2012 Pendapatan Daerah % Rp Rp % Rp % Rp % Rp %

Pendapatan Asli Daerah 17,589,308,701.00 3.333 19,453,939,439.00 5.0483 30,381,955,211.00 6.4431 29,912,737,000.00 5.90426 40,205,314,000.00 7.3852963

Pajak Daerah 3,594,426,992.00 20.44 4,166,374,069.00 21.417 3,314,836,118.00 10.9105 4,049,246,000.00 13.5369 4,239,848,000.00 10.545492 Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan 6,671,738,904.00

  37.93 9,629,133,459.00 49.497 18,501,208,540.00 60.8954 17,197,531,000.00 57.4923 23,292,185,000.00 57.933101 Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 580,597,081.00 688,026,271.00 688,026,271.00 2,548,181,000.00 2,500,000,000.00 3.301 3.5367 2.26459 8.51872 6.2180835 Lain-Lain PAD 6,742,545,724.00

  38.33 4,970,405,550.00 25.55 7,877,884,282.00 25.9295 6,117,778,000.00 20.4521 10,173,281,000.00 25.303324 Dana Perimbangan 504,204,682,497.00 95.54 365,902,571,307.00 94.952 358,099,517,414.00 75.9421 410,018,495,000.00 80.9305 489,965,534,000.00 90.001551

Dana Bagi Hasil 22,720,436,339.00 4.506 16,553,854,728.00 4.5241 15,901,974,414.00 4.44066 16,850,175,000.00 4.10961 12,576,362,000.00 2.566785

  382,534,840,000.00 232,277,815,000.00 299,504,433,000.00 331,864,620,000.00 423,461,620,000.00 Dana Alokasi Umum 75.87 63.481 83.6372 80.9389 86.426818 Dana Alokasi Khusus 65,116,000,000.00

  12.91 66,221,043,000.00 18.098 42,693,100,000.00 11.9221 61,178,700,000.00 14.921 53,719,440,000.00 10.963922

Lain-Lain Pendapatan yang Sah 5,921,600,000.00 1.122 1,845,350.00 0.0005 83,061,258,468.00 17.6148 64,294,509,000.00 12.6906 14,225,918,000.00 2.6131526

Pendapatan Hibah 3,500,000,000.00

  59.11 Dana Darurat DBH Pajak dari Pemda Lainnya 2,676,450,000.00 Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 31,301,387,000.00 Bantuan Keuangan Provinsi/ Pemda Lain Pendapatan Lainnya

40.89 4.7772

  2,421,600,000.00 3,968,000,000.00

Total Pendapatan 527,715,591,198.00 100 385,356,510,656.00 100 471,542,731,093.00 100 506,630,128,000.00 99.5254 544,396,766,000.00 100

  Dengan melihat kondisi riil perkembanngan data di atas menunjukkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami kenaikan yang signifikan. Sumber utama dari Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD Yang Sah. PAD hanya memberikan kontribusi sebesar 3,3-7,38% dari total Pendapatan Daerah.

  Namun demikian kenaikan tersebut menunjukkan tingkat perkembangan perekonomian yang cukup baik sehingga mampu menunjang kenaikan pendapatan asli daerah. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan ekonomi memberi dampak positif bagi peningkatan pendapatan asli daerah yang ditunjukkan dengan meningkatnya ability to pay atau kemampuan daya bayar masyarakat terhadap pendapatan asli daerah. Perkembangan ekonomi dan kemampuan daya bayar masyarakat bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan naiknya pendapatan asli daerah, karena pemerintah tetap melakukan upaya optimalisasi yaitu dengan melakukan perbaikan manajemen pemungutan dan ekspansi pembangunan diberbagai bidang yang memberi dampak kepada penerimaan daerah seperti pengembangan sektor pariwisata, serta sentra-sentra perekonmian masyarakat.

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h – ( (

  2

  2

  1 7 –

  1

  7

  2

  2

  2

  2

  1 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

  Pendapatan daerah sebagian besar ditopang dari dana perimbangan. Dana Perimbangan tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami fluktuasi, yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp358.099.517.414,00, tahun 2011 sebesar Rp410.018.495.000,00 menjadi sebesar Rp489.965.534.000,00 pada tahun 2012 atau rata-rata kenaikan sebesar 50%. Sedangkan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan yaitu tahun 2008 Rp504.20.682.497,00 dan tahun 2009 365.902.571.307,00. Kondisi ini disebabkan kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dalam mengalokasikan dana kepada daerah-daerah. Dana Perimbangan memberi kontribusi APBD Kabupaten Manggarai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 rata-rata sebesar 87,5%.

  Perkembangan Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah mengalami perkembangan yang cukup fluktuatif. Hal ini terjadi karena komponen-komponen Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah memiliki kerentanan terhadap setiap kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Dari komponen tersebut, maka Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki peningkatan yang cukup stabil dibandingkan dengan komponen lainnya. Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki peranan yang sangat besar dalam memenuhi kemampuan fiskal dareah, untuk itu diharapkan Pemerintah Pusat konsisten dalam meningkatkan alokasi dana kepada Pemerintah Daerah. Sedangkan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Penyesuaian, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah perkembangannya sangat fluktuatif, sehingga sulit untuk memprediksi nilai nominal dari komponen tersebut.

Tabel 5.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

  Belanja Tidak Langsung 280,902,605,505.00 Belanja Daerah Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Tahun I-2008 Tahun II- 2009 Tahun III-2010 Tahun IV-2011 Tahun V-2012 53.24 242,891,472,840.00 62.861 273,729,397,568.00 61.0334 52.90546 313,320,756,000.00 53.0947966

Tabel 7.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

  Belanja Hibah 1,008,802,800.00 0.1912 34,792,855,861.00 9.0045 14,731,570,000.00 3.2847 14,719,455,000.00 2.691487 Belanja Subsidi Belanja Bunga Belanja Pegawai 267,415,721,704.00 50.684 192,664,711,676.00 49.862 235,287,165,395.00 52.462 249,836,560,000.00 45.6832 291,540,412,000.00 49.4039369 289,334,379,000.00 Belanja Bantuan Sosial Bantuan Pemda lain 5,000,000,000.00 13,040,320,000.00 20,110,650,000.00 7,444,200,000.00 1.4109 2,286,058,563.00 0.5916 3,049,214,040.00 0.67988 1,967,714,000.00 0.359801 Belanja Tidak Terduga 33,881,001.00 107,526,740.00 2,700,000,000.00 19,698,330,000.00 15,780,344,000.00 Belanja Langsung 246,714,901,313.00 46.76 143,504,453,179.00 37.139 174,761,392,260.00 38.9666 47.09454 276,794,992,000.00 46.9052034 963,118,133.00 6,000,000,000.00 Belanja M odal 176,009,249,590.00 33.359 96,590,721,135.00 24.998 24.3815 144,230,405,000.00 26.37286 28.1645902 Belanja Barang & Jasa 70,705,651,723.00 13.401 46,913,732,044.00 12.141 65,412,470,466.00 14.585 88,812,188,000.00 16.23951 83,873,735,000.00 14.2130989 Belanja Pegawai

  257,555,038,000.00 24,512,445,000.00 4.482157 26,717,575,000.00 4.52751432 Total Belanja 527,615,506,818.00 100 386,395,926,019.00 100 448,490,789,828.00 100 100 100 109,348,921,794.00 166,203,682,000.00 546,889,417,000.00 590,115,748,000.00

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h ( ( –

  2 2 –

  1

  1

  7

  7

  2

  2

  2

  2

  1 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

  Dari tabel di atas menunjukkan bahwa belanja daerah mengalami fluktuasi dari tahun 2010 sebesar Rp 448.490.789.828,00 dan tahun 2011 naik sebesar Rp546.889.417.000,00 menjadi sebesar Rp 590.115.748.000,00 pada tahun 2012. Berdasarkan klasifikasi belanja yaitu Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Jumlah belanja langsung merupakan porsi yang terbesar, pada Tahun 2010 sebesar Rp 143.504.453.179,00 atau 37.139% dari total belanja daerah, dan pada Tahun 2012 sebesar Rp 276.794.992.000,00 atau 46,9% dari total belanja daerah.

  Belanja daerah mengalami kenaikan, namun bila dilihat masing-masing komponen perkembangannya mengalami fluktuasi, yaitu:  Kenaikan belanja tidak langsung terutama pada belanja pegawai karena adanya kenaikan beban gaji dan tunjangan pegawai.

   Kenaikan belanja barang dan jasa dalam belanja langsung karena meningkatnya kegiatan penyelenggaran pemerintahan, namun tidak diikuti dengan meningkatnya sarana dan prasana, hal ini ditunjukkan dengan menurunnya belanja modal. Tahun I-2008 Tahun II- 2009 Tahun III-2010 Tahun IV-2011 Tahun V-2012

Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

  Pembiayaan Daerah % Rp Rp % Rp % Rp % Rp % Penerimaan Pembiayaan 21,377,434,424.00

  95.53 20,185,276,280.00 95.28 18,145,860,917.00 94.7769 38,984,787,000.00 92.8546 49,718,982,000.00 92.553843 Penggunaan SiLPA 21,377,434,424.00 20,185,276,280.00 18,145,860,917.00 38,925,993,000 49,219,847,000 Pencairan Dana Cadangan 58,794,000 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah

  Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pinjaman  58,794,000 499,135,000 Piutang Daerah

  Pengeluaran Pembiayaan 1,000,000,000.00 4.469 1,000,000,000.00 4.7203 1,000,000,000.00 5.22306 3,000,000,000.00 7.14545 4,000,000,000.00 7.4461575 Pembentukan Dana Cadangan 1,000,000,000.00 1,000,000,000.00 1,000,000,000.00 Penyertaan M odal

  3,000,000,000.00 4,000,000,000.00 Pembayaran Pokok Pinjaman

Total Pembiayaan 22,377,434,424.0 0 100 21,185,276,280 .00 100 19,145,860,917.0 0 100 41,984,787,0 00.00 100 53,718,982,0 00.00 100

Pemberian Pinjaman Daerah

  Dalam pembiayaan daerah yang perlu diperhatikan adalah kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan suatu manajemen kas yang mampu memanfaatkan unsur penerimaan dan pengeluaran secara efisien dan efektif serta pada sisi lain menciptakan likuiditas keuangan yang memadai bagi pemerintah daerah. Pembiayaan daerah dipengaruhi oleh surplus/defisit anggaran, yaitu dalam memanfaatkan surplus dan menutup defisit.

  a. Penerimaan Pembiayaan

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h ( (

  2 2 – –

  1

  1

  7

  7

  2

  2

  2

  2

  1 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

  Penerimaan pembiayan berasal dari Silpa tahun lalu dan penerimaan kembali pinjaman daerah. Pada tahun 2010 total pembiayaan penerimaan Rp. 18.146 milyar dan meningkat pada tahun 2012 sebesar Rp. 49.719 milyar atau 86,3% b. Pengeluaran Pembiayaan

  Pengeluaran pembiayaan dimanfaatkan untuk penyertaan modal (investasi) pada PT Bank NTT, pengeluaran daerah dan pemberi pinjaman daerah. Tahun 2010 total pengeluaran pembiayaan sebsar Rp. 1 Milyar dan kemudian tahun 2012 naik sebesar Rp. 4 milyar.

  c. Selisih Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Selisih antara penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan menghasilkan pembiayaan neto, dimana dalam tiga tahun berturut-turut pembiayaan neto di Kabupaten Manggarai selalu positif.

5.3 PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

  5.3.1 PERKEMBANGAN INVESTASI PEMBANGUNAN CIPTA KARYA BERSUMBER DARI APBN DALAM 5 TAHUN TERAKHIR

Tabel 5.4 APBN Cipta Karya di Kabupaten Manggarai Dalam 5 Tahun Terakhir

  Sektor Alokasi Tahun 1-2010 Alokasi Tahun 2-2011 Alokasi Tahun 3-2012 Alokasi Tahun 4-2013 Alokasi Tahun 5-2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

  Pengembangan Air Minum 2.810.770 7,010,568 Pengembangan PLP

  Pengembangan Permukiman 383.410 2.250.000 Penataan Bangunan & Lingkungan 2.050.493 3.050.000 1.105.000

  Total 2.433.903 5.860.770 10.365.568

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h ( – (

  2

  2

  1

  1

  7

  7

  2

  2

  2

  2

  1 – 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

Tabel 5.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Manggarai dalam 5 Tahun Terakhir

  Jenis DAK Tahun 2-2010 Tahun 3-2011 Tahun 4-2012 Tahun 5-2013 Tahun 5-2014 (1) (3) (4) (5) (6) (6)

  DAK Air Minum 1.057.100 1.114.510 1.620.110 DAK Sanitasi

  736.800 1.321.950 1.612.340

  5.3.2 PERKEMBANGAN INVESTASI PEMBANGUNAN CIPTA KARYA BERSUMBER DARI APBD DALAM 5 TAHUN TERAKHIR

Tabel 5.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

  Tahun 1-2010 Tahun 2-2011 Tahun 3-2012 Tahun 4-2013 Tahun 5-2014 Sektor Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi %

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pengembangan Air Minum Pengembangan PLP Pengembangan Permukiman

  600.000 Penataan Bangunan & Lingkungan Total Belanja APBD

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h – – ( (

  2

  2

  1

  1

  7

  7

  2

  2

  2

  2

  1 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

Tabel 5.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir

  Tahun 1-2010 Tahun 2-2011 Tahun 3-2012 Tahun 4-2013 Tahun 5-2014 Sektor Alokasi DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB

  APBN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

  Pengembangan Air Minum 2.810.770 7,010,568 Pengembangan PPLP

  Pengembangan Permukiman 383.410 2.250.000 600.000 Penataan Bangunan & 2.050.493 3.050.000

  1.105.000 Lingkungan Total Belanja APBD 2.433.903 5.860.770 600.000 10.365.568

5.4 PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

5.4.1 Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan

Tabel 9.8 Proyeksi pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

  Realisasi Proyeksi

Persentase

  Komponen APBD 2010 2011 2012 Pertumbuhan 2013 2014 2015 2016 2017

(5)

(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (9) (10)

  

Pendapatan Asli Daerah 30,381,955.00 29,912,737.00 40,205,324.00 40,205,324.00 80,410,648.00 120,615,972.00 160,821,296.00 201,026,620.00

Dana Perimbangan 358,099,517.00 410,018,495.00 489,965,534.00 0.15 563,460,364.10 1,126,920,728.20 1,690,381,092.30 2,253,841,456.40 2,817,301,820.50

DAU 299,504,433.00 331,864,620.00 423,461,620.00 423,461,620.00 846,923,240.00 1,270,384,860.00 1,693,846,480.00 2,117,308,100.00

  

DBH 15,901,974.00 16,850,175.00 12,576,362.00 12,576,362.00 25,152,724.00 37,729,086.00 50,305,448.00 62,881,810.00

DAK 42,693,100.00 61,178,700.00 47,058,870.00 47,058,870.00 94,117,740.00 141,176,610.00 188,235,480.00 235,294,350.00

DAK Air M inum 1,057,100.00 1,114,510.00 1,620,110.00 0.01 1,636,311.10 3,272,622.20 4,908,933.30 6,545,244.40 8,181,555.50

DAK Sanitasi 736,800.00 1,321,950.00 1,612,340.00 1,612,340.00 3,224,680.00 4,837,020.00 6,449,360.00 8,061,700.00

Lain-lain Pendapat an yang Sah

  14,225,918.00 28,451,836.00 42,677,754.00 56,903,672.00 71,129,590.00 83,061,258.00 64,294,509.00 14,225,918.00

  

Total APBD 831,436,137.00 916,555,696.00 1,030,726,078.00 1,104,237,109.20 2,208,474,218.40 3,312,711,327.60 4,416,948,436.80 5,521,185,546.00

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h – ( – (

  I

  2

  2

  1

  1

  7

  7

  2

  2

  2

  2

  1 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

5.5 ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

5.5.1 ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

1. Pendapatan Daerah

  

a) Pertumbuhan pendapatan daerah Kabupaten Manggarai selama 5 (lima) tahun mengalami fluktuasi,

dimana pada tahun 2007 meningkat sebesar 22.39% dari Rp. 401.183.335.064 pada tahun 2006 menjadi Rp. 490.992.665.762 pada tahun 2007. Pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp. 527.715.591.198 atau naik 7.48%. Selanjutnya pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 26.98% menjadi Rp. 385.356.510.656, hal ini disebabkan pemekaran Kabupaten Manggarai menjadi kabupaten manggarai dan kabupaten manggarai timur yang berdampak pada penurunan penerimaan dana perimbangan dan pada tahun 2010 meningkat sebesar 22.37% menjadi Rp. 471,542,731,093.00. Dari perkembangan tersebut, maka rata-rata laju pertumbuhan pendapatan daerah kabupaten manggarai adalah 6.31% per tahun.

  

b) Pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah, pertumbuhan PAD Kabupaten Manggarai dari tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami peningkatan rata-rata 17.07% yaitu dari Rp. 17.325.208.456 pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp. 30.381.955.211 pada tahun 2010. Meskipun disadari bahwa selama periode tersebut perubahan PAD yang terjadi setiap tahun tidak sama, namun kecenderungan meningkat terus dari tahun ke tahun. Selama tahun 2006 – 2010 kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah rata-rata 4.54%. Hal ini memperlihatkan peranan yang sangat kecil. Dengan pertumbuhan positif yang cenderung naik dan kontribusi PAD masih sangat kecil diharapkan strategi intensifikasi dan ekstensifikasi PAD terus ditingkatkan untuk mengembangkan peluang-peluang ekonomi yang potensial di masyarakat menjadi

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h – ( – (

  2

  2

  1

  1

  7

  7

  2

  2

  2

  2

  1 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

  d) Pada komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah, menunjukkan laju pertumbuhan rata-rata 59.77% pertahun, dan kontribusi terhadap pendapatan daerah rata-rata 4.46%.

  2. Belanja Daerah Belanja daerah mengalami peningkatan sepanjang 2006 – 2008, kecuali tahun 2009 mengalami penurunan

  26.77% sehingga rata-rata pertumbuhan belanja 6.13% pertahun. Penurunan tersebut sebagai dampak pemekaran kabupaten, dimana pendapatan dari dana perimbangan sebagai salah satu sumber pendanaan untuk membiayai belanja berkurang.

  Belanja daerah juga diarahkan pada peningkatan proporsi belanja untuk memihak kepentingan public disamping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerintahan. Untuk kepentingan ini, gambaran tentang realisasi belanja daerah dapat diamati melalui struktur belanja daerah berdasarkan penerima manfaat, yaitu untuk pemenuhan aparatur dan pemenuhan publik

  2. Pembiayaan

  a. Penerimaan Pembiayaan

  Penerimaan pembiayaan tahun 2006 – 2010 berasal dari SILPA tahun lalu dan penerimaan kembali pinjaman. Pada tahun 2006, total penerimaan pembiayaan sebesar Rp. 15.520.749.766 dan terus mengalami peningkatan menjadi Rp. 158.145.860.917 (2010). SILPA yang besar pada satu sisi memperkuat likuiditas dan pada sisi lain menghilangkan peluang pemerintah untuk melayani masyarakat secara optimal.

  b. Pengeluaran Pembiayaan

  Pengeluaran pembiyaan tahun 2006-2010 digunakan untuk Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, Pemberian Pinjaman Daerah dan Pembayaran Utang Jatuh Tempo. Pada tahun 2006, total pengeluaran pembiayaan sebesar Rp. 2.080.136.020 kemudian menjadi Rp. 4.000.000.000 (2010). Hal ini disebabkan karena penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah meningkat dari Rp. 1.000.000.000 menjadi Rp. 4.000.000.000

  c. Pembiayaan Netto

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h – – ( (

  2

  2

  1

  1

  7

  7

  2

  2

  2

  2

  1 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

  Strategi ini dimaksudkan agar sumber-sumber pendanaan yang ada dapat dimaksimalkan terutama dalam pemenuhan kebutuhan pendanaan pembangunan dan pengembangan program infrastruktur di Kabupaten Manggarai.

1. Strategi Mengoptimalkan Sumber-sumber Pendanaan

  APBD merupakan sumber pendanaan utama dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur di Kabupaten Manggarai. Secara umum APBD merupakan penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja, dan Pembiayaan.

  Secara detail komponen-komponen pendapatan dan pembiayaan dapat menjadi sumber pendanaan infrastruktur. Berdasarkan kondisi dan kecenderungan pengalokasian anggaran, maka strategi pengoptimalan penggunaan APBD untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur Kabupaten Manggarai dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Penetapan Kebutuhan Program Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur Kabupaten Manggarai

  Penetapan kebutuhan program pembangunan dan pengembangan infrastruktur perlu untuk dilaksanakan untuk menstrukturkan dan mengintegrasikan langkah-langkah pembangunan infrastruktur di Kabupaten Manggarai. Program ditetapkan berdasarkan target-target pembangunan infrastruktur sebagaimana telah ditetapkan di dalam RPJMD, RPJMN, SPM, maupun MDGs. Untuk tahap awal kebutuhan program pembangunan infrastruktur ini akan dihitung sampai dengan tahun 2015 (disesuaikan dengan masa perencanaan RPJMD). Secara detail, kebutuhan program-program pembangunan infrastruktur ditetapkan berdasarkan target-target pembangunan yang ada. Adapun target-target pembangunan infrastruktur secara garis besar dijelaskan sebagai berikut : Penetapan program meliputi identifikasi program-program pembangunan fisik infrastruktur infrastruktur maupun program non-fisik infrastruktur (kampanye, advokasi, maupun capacity building). Pembangunan program non-fisik tidak kalah penting dari pembangunan fisik terutama guna optimalisasi pemanfaatan infrastruktur yang akan dibangun. Program-program yang diidentifikasikan di atas juga akan disusun dengan perencanaan detail teknis dan kebutuhan pendanaannya.

  b) Penetapan Kebutuhan Anggaran Infrastruktur Perkotaan

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h ( (

  2

  2

  1 7 –

  1

  7

  2

  2

  2

  2

  1 – 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

  kampanye dan advokasi adalah untuk menggugah dan meningkatkan kesadaran serta pengetahuan tentang infrastruktur serta dampak yang ditimbulkannya.  Kebutuhan anggaran dan program pembangunan non-fisik infrastruktur perkotaan Pembangunan non-fisik terutama ditujukan untuk mendukung perubahan perilaku infrastruktur masyarakat maupun pemerintah, serta meningkatkan efisiensi pengelolaan infrastruktur melalui peningkatan kualitas sumberdaya pengelola layanan infrastruktur. (seperti kampanye dan advokasi, maupun program capacity building untuk pejabat pemerintah Kabupaten Manggarai).

   Kebutuhan anggaran operasional dan pemeliharaan layanan infrastruktur terbangun. Kebutuhan ini penting untuk dihitung terutama dalam kaitannya dengan kelanggengan penyelenggaraan layanan infrastruktur Kabupaten Manggarai. Kebutuhan anggaran ini dapat diturunkan dari kebutuhan total operasional dan pemeliharaan prasarana terbangun dikurangi dengan retribusi infrastruktur yang dapat dikumpulkan. Besaran kebutuhan anggaran pembangunan dan pengembangan infrastruktur perkotaan di atas akan menjadi landasan bagi pengembangan strategi pendanaan lainnya.

c) Estimasi Kekuatan Pendanaan Internal Kabupaten Manggarai untuk Infrastruktur

  Kekuatan pendanaan internal kabupaten dapat diturunkan dari pendapatan pajak daerah (komponen PAD) serta pendapatan bagi hasil pajak/non-pajak dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi (komponen dana perimbangan). Komponen lain tidak dapat dijadikan sebagai komponen kekuatan internal terutama mengingat karakteristik masing-masing komponen. Seperti misalnya pendapatan retribusi yang akan kembali digunakan untuk kepentingan layanan yang dikenai retribusi (dan biasanya masih memerlukan subsidi untuk tetap menjalankan layanan tersebut). Sedangkan DAU diturunkan berdasarkan celah fiskal kabupaten, dan DAK yang sangat tergantung dengan program pemerintah pusat yang sangat top down. Dengan kondisi yang ada, maka estimasi pajak daerah ditetapkan dengan melihat proporsinya terhadap penerimaan PAD (pertumbuhan pajak daerah menunjukkan pertumbuhan yang sangat fluktuatif, sedangkan besaran proporsinya terhadap PAD memperlihatkan besaran yang

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h – ( (

  2

  2

  1

  1

  7

  7

  2 2 –

  2

  2

  1 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

  d) Penetapan Komitmen Pendanaan untuk Pengelolaan Infrastruktur

  Dengan diestimasikannya kekuatan pendanaan internal kabupaten, selanjutnya penetapan komitmen pendanaan untuk pengelolaan layanan infrastruktur perlu dibentuk. Komitmen yang dimaksud adalah besaran proporsi pendanaan infrastruktur terhadap total pendanaan internal Kabupaten Manggarai. Penetapan proporsi anggaran untuk infrastruktur akan dibentuk berdasarkan kesepakatan dengan DPRD Kabupaten Manggarai. Dengan terbentuknya komitmen ini, maka pemilahan program berdasarkan sumber pendapatan akan dapat dilakukan dengan lebih cermat dan obyektif. Langkah ini lebih lanjut dapat menunjukkan celah fiskal untuk layanan infrastruktur Kabupaten Manggarai. Dengan kata lain akan terlihat gap pendanaan yang ditunjukkan melalui kapasitas fiscal Kabupaten Manggarai dengan kebutuhan pendanaan untuk layanan infrastruktur perkotaan.

  e) Pemilahan program yang akan didanai dengan anggaran internal Kabupaten Manggarai

  Berdasarkan identifikasi program serta besaran kebutuhan pendanaannya, maka selanjutnya Pemerintah Kabupaten Manggarai akan memilah program-program infrastruktur yang akan didanai dengan pendanaan internal kabupaten itu sendiri. Program-program pembangunan infrastruktur yang belum ter-cover selanjutnya akan didanai melalui sumber-sumber lainnya.

  f) Pengusulan perbaikan alokasi DAU untuk layanan infrastruktur

  Mengingat layanan infrastruktur merupakan salah satu layanan publik yang menjadi urusan wajib kabupaten, maka Pemerintah Kabupaten Manggarai akan memperhitungkan proporsi untuk pendaaan layanan infrastruktur berdasarkan perhitungan gap fiskal di atas. Dengan pengalokasian dana DAU yang lebih jelas untuk menutupi gap fiscal layanan infrastruktur, maka pembangunan dan pengembangan layanan infrastruktur Kabupaten Manggarai akan dapat dilaksanakan dengan lebih efisien, terarah dan lebih obyektif.

  g) Penetapan proporsi pendanaan infrastruktur dalam DAK

  DAK sangat berkaitan dengan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat. Oleh karena itu, besaran DAK

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h ( (

   Identifikasi program pembangunan infrastruktur kabupaten Manggarai yang tidak dapat tercover oleh

  Sebagaimana disebutkan di atas, maka untuk tahap ini, Pemerintah Kabupaten akan menetapkan program- program pembangunan infrastruktur yang tidak mampu didanai dengan pendanaan internal kabupaten untuk diusulkan dibiayai dengan RPI2JM ataupun dana anggaran APBD Provinsi NTT. Langkah-langkah yang akan diambil untuk menerapkan strategi pemanfaatan RPI2JM adalah sebagai berikut :

   Mengidentifikasikan program pembangunan infrastruktur Kabupaten Manggarai skala besar serta besarnya dana anggaran yang dibutuhkan. Setelah itu Pemerintah Kabuppaten akan berusaha mengkaji untuk membentuk komitmen pembentukan dana cadangan untuk pembiayaan program tersebut.

  Untuk dapat menggunakan surplus anggaran di atas, maka Pemerintah Kabupaten Manggarai akan mengkaji langkah-langkah berikut :  Mengidentifikasikan besaran-besaran defisit anggaran layanan infrastruktur untuk kemudian dibiayai melalui surplus anggaran.

   Penyertaan modal untuk pengelolaan infrastruktur perkotaan; ataupun  Memasukkan sebagian surplus anggaran ke dalam dana cadangan guna membiayai program pembangunan infrastruktur kabupaten skala besar.

  Sebagaimana telah dijelaskan di atas, surplus anggaran merupakan salah satu sumber pendanaan yang dapat digunakan untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur Kabupaten Manggarai. Permasalahan yang berkaitan dengan surplus anggaran ini adalah bahwa surplus anggaran tidak dapat diprediksikan besarannya hingga akhir tahun fiskal berjalan. Secara garis besar surplus anggaran dapat digunakan untuk keperluan- keperluan sebagai berikut :  Penggunaan surplus anggaran untuk pembiayaan belanja deficit layanan infrastruktur perkotaan.

  1 1 ) ) K K a a b b u u p p a a t t e e n n M M a a n n g g g g a a r r a a i i

  2

  2

  2

  2

  7 7 – –

  1

  1

  2

  2

h) Memanfaatkan surplus anggaran untuk pendanaan layanan infrastruktur perkotaan

i) Memanfaatkan Anggaran Pemerintah Pusat dan Anggaran Provinsi

  R R e e v v i i e e w w R R e e n n c c a a n n a a T T e e r r p p a a d d u u d d a a n n P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r J J a a n n g g k k a a M M e e n n e e n n g g a a h h ( (

  2

  2

  1 7 –

  1

  7

  2

  2

  2

  2

  1 – 1 ) ) K a b u p a t e n M a n g g a r a i K a b u p a t e n M a n g g a r a i

   Identifikasi program pembangunan infrastruktur Kabupaten Manggarai yang tidak tercover dengan pendanaan internal.  Membentuk proposal usulan program terpilih kepada Pemerintah Provinsi NTT yang terdiri dari proposal administrasi, usulan teknis dan proposal pembiayaan program.  Menyampaikan proposal serta membentuk komitmen pendanaan kepada Provinsi NTT.

  j) Memaksimalkan Pendanaan Sektor Swasta dan Masyarakat

  Mengingat investasi infrastruktur skala kabupaten umumnya belum mampu menarik minat swasta, maka pemerintah Kabupaten Manggarai akan lebih mengembangkan program infrastruktur melalui kontrak-kontrak kerja infrastruktur dengan pihak swasta. Selain itu Pemerintah Kabupaten Manggarai juga akan memberikan kemudahan kepada pihak swasta yang selama ini telah menyelenggarakan layanan-layanan yang selama ini telah dikelola oleh pihak swasta. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Manggarai akan melakukan :  Identifikasi layanan infrastruktur yang dapat dilakukan oleh swasta dan masyarakat.