5.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 22c34e2490 BAB V05. BAB V ASPEK PEMBIAYAAN

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e - e l - l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1

  1

  6

  6

  2

  2

  2

  2 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN SOLOK SELATAN

5.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

  engan diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2010 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintahan

  D

  daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahan daerah dimaksud meliputi: Urusan Wajib dan Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah tersebut secara umum berperan menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1 1 - -

  6

  6

  2

  2

  2

  2

  pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik ( public service) langsung kepada masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah

  

Development function atau adaptive function. Fungsi ketiga adalah pemerintah

  umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan (regulative function). Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan dukungan anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Solok Selatan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu juga merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya kesinambungan serta konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan menuju tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.

  Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1 1 - -

  6

  6

  2

  2

  2

  2

  sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat tercapai. Mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Solok Selatan didasarkan pada Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD (KUA) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam membahas dan menyepakati PPA yang selanjutnya menjadi bahan utama penyusunan RAPBD, oleh karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Rencana program dan kegiatan beserta anggarannya dimaksud dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) serta rencana pelaksanaannya sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

  

9.2 PROFIL ANGGARANA PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

KABUPATEN SOLOK SELATAN

  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan APBD Kabupaten Solok Selatan disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

  1. Partisipasi Masyarakat

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1 1 - -

  6

  6

  2

  2

  2

  2 Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses

  penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.

  2. Transparansi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat yang meliputi: tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/ obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, maupun akuntansinya merupakan wujud pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan DPRD kepada rakyat.

  3. Disiplin Anggaran Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas masyarakat di daerah sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien dan efektif.

  Anggaran yang tersedia pada setiap pos/ rekening merupakan batas tertinggi belanja/ pengeluaran. Oleh karena itu, tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan melampaui batas kredit anggaran yang ditetapkan.

  4. Keadilan Anggaran Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama, sedangkan masyarakat yang

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1 1 - -

  6

  6

  2

  2

  2

  2

  mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan beban yang tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain daripada itu dalam mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan.

  Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-hak dan tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat, adanya beban pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak langsung oleh kelompok masyarakat melalui mekanisme pajak/ retribusi, serta adanya keharusan untuk merasionalkan anggaran yang lebih menguntungkan bagi kepentingan masyarakat dan mampu merangsang pertumbuhan ekonomi daerah sesuai mekanisme pasar.

  5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan:

  a. Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai; b. Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan harga satuan yang rasional.

  6. Taat Azas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n - 2 -

  2

  1

  1

  6

  6

  2

  2

  2

  2

  boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peraturan daerah lainnya.

  Pendapatan daerah merupakan penerimaan uang melalui kas rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah Kabupaten Solok Selatan terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan lain-lain PAD yang sah. Kondisi umum masing- masing sumber pendapatan daerah Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai berikut: Berikut akan disampaikan profil APBD Kabupaten Solok Selatan terkait :\

  a. Belanja Daerah

  b. Pendapatan Daerah

  c. Pembiayaan Daerah

1) Komponen Pengeluaran Belanja

  Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan kabupaten yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja dalam rangka pelaksanaan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1 1 - -

  6

  6

  2

  2

  2

  2 Sedangkan pelaksanaan urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan

  pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi keunggulan daerah, seperti: perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan dan pariwisata.

  Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti:

  a. Belanja Pegawai;

  b. Bunga;

  c. Subsidi;

  d. Hibah;

  e. Bantuan Sosial;

  f. Belanja Bagi Hasil;

  g. Bantuan Keuangan; h. Bantuan Tidak Terduga.

  Sedangkan Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti: a. Belanja Pegawai;

  b. Belanja Barang dan Jasa; c. Belanja Modal.

  Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Solok Selatan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2 2 - 1 -

  1

  6

  6

  2

  2

  2

  2

2) Komponen Pembiayaan

  Pembiayaan adalah semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Anggaran defisit manakala anggaran belanja lebih besar daripada anggaran pendapatan dan sebaliknya akan terjadi anggaran surplus manakala anggaran pendapatan lebih besar dari anggaran belanjanya. Selama 2 (dua) tahun terakhir APBD Kabupaten Solok Selatan selalu mengalami defisit. Dalam hal ini terjadi anggaran defisit tersebut maka Pemerintah Daerah memiliki alternatif sumber-sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup anggaran defisit. Sumber-sumber dimaksud adalah: Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Lalu (SiLPA) tahun sebelumnya, penerimaan dana cadangan, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan pembiayaan lain-lain.

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n - 2 -

  2

  1

  1

  6

  6

  2

  2

  2

  2 Tabel 5.1

  Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir Kabupaten Solok Selatan

  U r a i a n / 2010 2011 2012 Description

  • 1 -2 -3 -4

1. Pendapatan Asli Daerah 7360,81 14787,38 22054,66

  1.1. Pajak Daerah 1990,12 4 334,40 2 339,17

  1.2. Restribusi Daerah 2903,23 5 071,28 5 267,64

  1.3. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1115,65 1 860,07 1 737,43 yang Dipisahkan

  1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1351,81 3 521,64 12 710,42

2. Dana Perimbangan 318 123,01 332 954,66 435 164,53

  2.1. Bagi Hasil Pajak 26113,19 24 700,02 26 990,02

  2.2. Bagi Hasil Sumber Daya Alam 1129,77 15 912,56 11 193,77

  2.3. Dana Alokasi Umum 245504,1 264 086,20 315 024,09

  2.4. Dana Alokasi Khusus 28514,8 28 255,88 34 030,91

  2.5. Dana Perimbangan Lainnya 16861,19 ,00 47 925,74

  

3. Lain-lain Pendapatan Yang Sah 16959,89 91 734,75 4 183,47

Jumlah/Total 342443,7 439 476,78 461 402,66 Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Solok Selatan

  Source : Regional Financing Board of Solok Selatan Regency

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1

  1

  6 6 - -

  2

  2

  2

  2 Tabel 9.2

  Perkembangan Belanja Daerah Daerah dalam 5 Tahun Terakhir Kabupaten Solok Selatan

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2 2 - 1 -

  1

  6

  6

  2

  2

  2 U r a i a n / 2010 2011 2012

  2

  Description

  • 1
  • 2 -3 -4

  Belanja Operasi Be l a nja Pe ga wa i 165832,74 188 689,33 223 326,49 Be l a nja Ba ra ng 49994,27 74 752,58 89 480,38 Be l a nja Bunga 0,00 0,00 0,00 Be l a nja Subs i di 0,00 0,00 0,00 Be l a nja Hi ba h 16532,78 5 447,89 7 594,19 Be l a nja Ba ntua n Sos i a l 1385,09 4 077,22 3 698,48 Be l a nja Ba ntua n Ke ua nga n 9035,69 7 506,07 14 469,95

  Jumlah Belanja Operasi 242780,57 280 473,09 338 569,48 Belanja Modal Be l a nja Ta na h 4834,18 3 772,08 6 452,82 Be l a nja Pe ra l a ta n da n Me s i n 8864,91 24 588,30 19 690,92 Be l a nja Ge dung da n Ba nguna n 23738,68 26 885,87 34 496,06 Be l a nja Ja l a n, Iri ga s i da n Ja ri nga n

  35476,04 56 855,23 82 260,80 Be l a nja As e t Te ta p La i nnya 2724,78 245,65 2 907,02 Be l a nja As e t La i nnya

  0,00 0,00 0,00 Jumlah Belanja Modal 75638,59 112 347,13 145 807,63

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1

  1

  6 6 - -

  2

  2

  2

  2 Tabel 9.3

  Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir Kabupaten Solok Selatan

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u - n - n

  2

  2

  1

  1

  6

  6

  2

  2

  2

  2

5.3 PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

  Kajian Profil Investasi perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

  

5.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya bersumber dari

APBN dalam 5 tahun terakhir

  Pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011).

  Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut:

Tabel 5.4 Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten Solok Selatan dalam 5 Tahun Terakhir

  

(x Rp1000)

Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Sektor Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

  5.493.956,- 2.739.812,- 1.270.800,- - 8.876.629,- Pengembangan Air Minum

  750.000,- 60.000,- - - - Pengembangan PLP

  • Pengembangan Permukiman - - Penataan Bangunan & 2.930.109,- 155.472,- Lingkungan

  Total

  2.020.800,- 9.032.101,-

  5.493.956,- 5.669.921,- Sumber : Data Emonitoring Bid CK Tahun 2010-2014 Keterangan : (- ) Tidak Ada kegiatan yang Didanai APBN pada Sektor

  Pagu anggaran seperti yang terlihat pada tabel diatas di totalkan dari seluruh

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h - - h u u n n

  2

  2

  1

  1

  6

  6

  2

  2

  2

  2

  kegiatan APBN di luar kegiatan Pemberdayaan yang diberikan oleh pusat ke Kabupaten Solok Selatan.

  Selain sektor diatas terdapat juga penganggaran prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya. Di Kabupaten Solok Selatan setiap tahunnya dana DAK terus meningkat, walaupun peningkatannya tidak begitu signifikan. Dana DAK di Kabupaten Solok Selatan pada di gunakan untuk saluran air bersih PDAM di kawasan- kawasan pengembangan di Kabupaten Solok Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini :

  Tabel 5.5 Perkembangan Realisasi DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Solok Selatan dalam 5 Tahun Terakhir

  

Jenis DAK Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

585.768.000 594.100.000 784.520.000 1.229.980.000 237.632.000

  DAK Air Minum DAK Sanitasi 458.262.000 649.700.000 648.110.000 1.006.370.000 290.063.000

  Sumber: data DAK Randal Prop Sumbar

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u - n - n

  2

  2

  1

  1

  6

  6

  2

  2

  2

  2

5.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya bersumber dari APBD dalam 5 tahun terakhir

  Perkembangan investasi Pembangunan Cipta Karya yang bersumber dari APBD merupakan suatu cara untuk melihat pendanaan oleh Kabupaten Solok Selatan untuk mendukung kegiatan Bidang Cipta Karya.

  Pemerintah Kabupaten Solok Selatan memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun terakhir.

Tabel 5.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Sektor Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 (x1000) (x1000) (x1000) (x1000) (x1000) Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi APB APB AP APB APB D D BD D D % % % % % dalam 5 Tahun Terakhir Pengembangan Permukiman Pengembangan PPLP Pengembangan Air Minum Total Belanja APBD Karya Total Belanja APBD Bidang Cipta Penataan Bangunan dan Sumber :

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1 1 - -

  6

  6

  2

  2

  2

  2 Selain data tersebut diatas pemerintah daerah, di dorong untuk mengalokasikan

  Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai Dana Pendamping Kegiatan APBN di Kabupaten Solok Selatan.

Tabel 5.7 Sektor Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Tahun 2014 Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 APBN APBN APBN APBN APBN Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir (x1000) (x1000) (x1000) (x1000) (x1000) DD UB DD UB DD UB DD UB DD UB PPLP Pengembangan Minum Pengembangan Air

  • - - - - 8.876.629 237.632 1.270.800 2.739.812 5.493.956 - - - - - - - - 60.000 750.000 Penataan Bangunan Permukiman - Pengembangan dan Lingkungan 154.472 2.930.109 - 750.000 - - - -
  • - - - - - - - - - - - Keterangan : Data Emonitoring per sektor Total

  

9.091.101 237.632 2.020.800 5.669.921 750.000 5.493.956

- - -

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1 1 - -

  6

  6

  2

  2

  2

  2

  

5.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya

bersumber dari APBN dalam 5 tahun terakhir

  Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, air limbah dan persampahan. Pemerintah Kabupaten Solok Selatan mempunyai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun dalam kondisi ini PDAM Kabupaten Solok Selatan memiliki Status Kurang Sehat.

  

5.3.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya bersumber dari

Swasta dalam 5 tahun terakhir

  Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melaluis kema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost- recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non- cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No.67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan

  Tahun Kab Solok Selatan Bidang Cipta Karya

  2

  Rupiah 2008 2009 2010

  120,000,000,000.00 140,000,000,000.00 160,000,000,000.00 180,000,000,000.00 200,000,000,000.00

Gambar 5.1 Perkembangan Alokasi Belanja Daerah Bidang Cipta Karya Tahun 2009 – 2010 Sumber: Perhitungan APBD Kabupaten Solok Selatan

  Perkembangan alokasi anggaran belanja daerah untuk bidang keciptakaryaan yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Solok Selatan dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

  Pendanaan Bidang Keciptakaryaan

  landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Namun dilihat dari perkembangan dan diskusi dengan Tim Satgas Kabupaten Solok Selatan belum ada menjalin kerjasam dengan swasta untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR).

  2

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  6 6 - -

  1

  1

  2

  2

  • 20,000,000,000.00 40,000,000,000.00 60,000,000,000.00 80,000,000,000.00 100,000,000,000.00

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1 1 - -

  6

  6

  2

  2

  2

  2

5.2.5 Permasalahan Keuangan Kabupaten Solok Selatan

1. Kondisi Keuangan Pemerintah Kabupaten Solok Selatan

  Permasalahan utama pada kondisi keuangan Pemerintah Kabupaten Solok Selatan adalah pada upaya optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), permasalahan yang masih dijumpai adalah: a. Kecilnya potensi PAD, yang menyebabkan ketergantungan Pemerintah

  Daerah kepada Dana Perimbangan;

  b. Secara teknis penentuan target PAD oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) belum sepenuhnya didasarkan pada potensi pendapatan yang ada; c. Keterlambatan informasi dan penyaluran Dana Perimbangan dan Bagi

  Hasil sehingga belum dapat ditepatinya pencairan Dana Perimbangan dan Bagi Hasil; d. Beberapa target PAD utamanya pada lain-lain PAD tidak dapat terealisasi karena terkait dengan permasalahan yang melingkupinya dan memerlukan langkah-langkah pemecahan masalah secara komprehensif; e. Beberapa perusahaan daerah masih memerlukan peningkatan manajemen pengelolaan sehingga dapat memberikan kontribusi kepada

  PAD;

  f. Perlu upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah dengan memperhatikan keseimbangan dengan potensi yang ada; g. Perlu adanya upaya penggalian sumber-sumber pendapatan daerah yang baru dengan tetap memperhatikan kemampuan masyarakat dan potensi yang ada serta tidak memberatkan dunia usaha dan masyarakat;

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1 1 - -

  6

  6

  2

  2

  2

  2

  h. Dalam hal pelayanan perlu ditempuh melalui penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pajak dan retribusi daerah serta meningkatkan ketaatan wajib pajak dan pembayar retribusi daerah. Permasalahan lain adalah di dalam perencanaan maupun pelaksanaan Belanja Daerah. Pada tahap perencanaan masih dijumpai beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD dan perencanaan strategis daerah serta masih ditemukan adanya ketidaksesuaian antara target kinerja yang akan dicapai dengan perincian kegiatan dan anggaran yang akan dilaksanakan. Demikian juga dalam hal penetapan target kinerja keluaran (output) dan hasil (output) tidak jelas indikator capaian kinerjanya. Sedangkan pada tahap pelaksanaan, umumnya terkendala pada ketersediaan waktu pelaksanaan khususnya pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan pada APBD Perubahan.

  

5.4 PROYEKSI dan RENCANA INVESTASI PEMBANGUAN BIDANG CIPTA

KARYA

5.4.1 Proyeksi APBD 5 Tahun ke depan

  Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n -

  2 2 -

  1

  1

  6

  6

  2

  2

  2

  2 Hasil shift share menunjukkan semua sektor memiliki change dan NS atau

  Prij positif, yang berarti semua sektor maju lebih cepat dari kota/kabupaten lain di Sumatera Barat. Change terbesar yang menunjukkan pertumbuhan sektor terutama ada pada industri pertanian. Posisi kedua ditempati oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, diikuti oleh Sektor Jasa-jasa.

  Hasil tersebut diatas didapat dari uraian langkah tersebut dibawh ini, dan dapat dilihat pada tabel 9.9 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun terakhir

  Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut : 1.

  Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengamenggunakan rumus sebagai berikut:

  Keterangan: Y = Nilai tahun ini Y -1 = Nilai 1 tahun sebelumnya Y -2 = Nilai 2 tahun sebelumnya

  Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH), dan Lain-lain pendapatan yang sah.

2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan Setelah

  diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris sebagai berikut:

  Keterangan: Y n = Nilaipada tahun n r = % pertumbuhan Y = Nilai pada tahun ini n = tahun ke n (1-5)

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1

  1

  6 6 - -

  2

  2

  2

  2 3.

  Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya. Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan. Apabila diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengatotal belanja dan diasumsikan pula bahwa proporsi belanja bidang CiptKarya terhadap APBD sama dengan eksisting maka dapadiketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggarauntuk bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan. Dari data proyeksi APBD tersebut dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR)

1. Net Public Saving

  Net Public Saving atau Tabungan Pemerintan adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalambidangCiptakayra. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

  Net Public Saving = Total Penerimaan Daerah – Belanja Wajib NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) – (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)

  • - Belanja Mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi /tidak bisa dihindari oleh pegawai, belanja barang,

  belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai sesuai peraturan daerah yang berlaku . - Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l - a a - t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1

  1

  6

  6

  2

  2

  2

  2 Hasil perhitungan Net Public Saving (NPS) Kabupaten Solok Selatan selengkapnya tersaji pada tabel 9.11.

2. Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)

  Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

  b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

  c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

  d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1

  1

  5 5 - -

  2

  2

  1

  1

  9

  9 9-24

  Tabel 5.10 Tabel Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

  PDRB SOLOK SELATAN dYi 2011- 2012 NS 2011-2012 P 2011-2012 D 2011-2012 dYi 2011-2012 NS 2011-2012 P 2011-2012 D 2011-2012

  

Pertanian 12702,65 273722,3391 -22,40777775 -260997,2813 12702,65 273722,3391 -22,40777775 -260997,2813

Pertambangan 3991,08 51323,52451 -4,201506295 -47328,243 3991,08 51323,52451 -4,201506295 -47328,243

Industri Pengolahan 3590,29 72231,86639 -5,913129393 -68635,66326 3590,29 72231,86639 -5,913129393 -68635,66326

Listrik, Gas dan Air Bersih 405,28 5825,994232 -0,476934343 -5420,237297 405,28 5825,994232 -0,476934343 -5420,237297

Konstruksi 4980,55 59897,16213 -4,90337143 -54911,70876 4980,55 59897,16213 -4,90337143 -54911,70876

Perdagangan , Hotel dan Restoran 9301,5 143185,0547 -11,72158215 -133871,8331 9301,5 143185,0547 -11,72158215 -133871,8331

Angkutan dan Komunikasi 3471,69 49778,10628 -4,074993463 -46302,34129 3471,69 49778,10628 -4,074993463 -46302,34129

Keuangan, real estat dan jasa

perusahaan 1037,72 17701,03397 -1,449062713 -16661,86491 1037,72 17701,03397 -1,449062713 -16661,86491

Jasa-jasa 5264,61 74307,21302 -6,083023843 -69036,52 5264,61 74307,21302 -6,083023843 -69036,52

Total APBD 44745,37 747972,2943 -61,23138138 -703165,6929 44745,37 747972,2943 -61,23138138 -703165,6929

  Sumber : hasil Analisis

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h h u u n n

  2

  2

  1

  1

  5

  5

  2

  2

  1

  1

  9 - 9 -

  Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintahuntuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut:

  PAD = Pendapatan Asli daerah DBH = Dana Bagi Hasil DAU = Dana Alokasi Umum DBHDR = DBH Dana Reboisasi

  Hasil perhitungan Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah ( Debt Service Coverage Ratio) Kabuptaen Solok Selatan selengkapnya tersaji pada tabel 9.8.

  Tingkat kemandirian keuangan dari keempat wilayah kabupaten/kota penyusun RPI2JM, masih belum menggembirakan. Keuangan masih sangat tergantung pada bantuan pusat/provinsi . Kota Padang memiliki tingkat kemandirian yang lebih bik, di atas 10 persen, namun tetap masih jauh dari harapan. Berdasarkan Bappenas (2003) tingkat kemandirian daerah 0,00 – 33% termasuk kategori Rendah; 34% – 43% Sedang, dan 0,44% – 100% Tinggi. Dengan demikian tingkat kemandirian keuangan keempat wilayah kabupaten/kota masih rendah. Implikasi dari hal ini adalah rendahnya tingkat pembayaran pajak, iuran dan retribusi oleh masyarakat. Hal ini terjadi dapat disebabkan oleh ketidak efektifan penarikan pajak/iuran/retribusi, atau pendapatan masyarakat yang sangat rendah sehingga tidak dapat ditarik pajak/iuran/retribusi.

  K K a a b b u u p p a a t t e e n n S S o o l l o o k k S S e e l l a a t t a a n n T T a a h - u - h u n n

  2

  2

  1

  1

  5

  5

  2

  2

  1

  1

  9

  9 Tabel 5.11

  Net Public Saving (NPS) Kabupaten Solok Selatan POKOK BIAYA ANGSURAN

2009 20915,7 23951,3 221532 232903 33495,81 28787,5 28787,49 1,16355

2010 7360,81 27243 1129,77 245504 242781 36197,49 27885,3 27885,25 1,29809

2011 14800,6 40527,4 15912,6 264086 280473 23028,63 20510,9 20510,88 1,12275

PAD DBH DBHDR DAU BW PEMBILANG PINJAMAN BUNGA LAIN PENYEBUT DSCR

2012 29512,8 36097,1 11193,8 315024 338569 30870,7 28775,2 28775,24 1,07282

  5.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan daerah 5 tahun ke Depan

  Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 54/2005 tentang Pinjaman Daerah, menetapkan persyaratan bagi pemerintah daerah untuk melakukan pinjaman daerah guna mengatasi kesulitan keuangan tersebut yaitu nilai debt service coverage ratio (DSCR) minimal 2,5. Untuk pemerintah daerah yang mempunyai DSCR<2,5 tidak diperbolehkan melakukan pinjaman, atau dinyatakan financial distress, sementara pemerintah daerah yang mempunyai DSCR>2,5 dinyatakan dalam kondisi non financial distress.

  5.4.3 Rencana Kerjasama pemerintah dan swasta Bidang Cipta Karya