PENGARUH VARIASI CHORD LENGTH DAN SUDUT KEMIRINGAN SUDU (PITCH) TERHADAP UNJUK KERJA TURBIN ANGIN TIGA SUDU POROS HORISONTAL Mardi, I Made Mara, I Kade Wiratama Jurusan Teknik Mesin F.T. Universitas Mataram Jl. Majapahit No.62 Mataram, Nusa Tenggara Barat
PENGARUH VARIASI CHORD LENGTH
DAN SUDUT KEMIRINGAN SUDU (PITCH) TERHADAP UNJUK KERJA
Mardi, I Made Mara, I Kade Wiratama
Jurusan Teknik Mesin F.T. Universitas Mataram
Jl. Majapahit No.62 Mataram, Nusa Tenggara Barat, 83125
Email : mardi110110@gmail.com
ABSTRACT
Demand for electricity in Indonesia is very high, especially in Lombok island, it is required the
renewable source of alternative energy such as wind. West Nusa Tenggara (NTB) region has
wind speed about 3.4 m/s to 5.3 m/s which belong to relatively low wind speeds, it is required
the wind turbine which can operate at low wind speeds. Chord length and pitch angle on wind
turbine blades should be considered because it can affect the performance of the wind
turbine.The purpose of this research is to determine the effect of chord length and pitch
angle of the wind turbine to the coefficient power, tip speed ratio (TSR), and rotor speed on a
horizontal axis wind turbine. In this research used 1 meter blade diameter with 3 blades. Pitch
o o o oangle used are 0°, 5°, 10 , 15 , 20 , and 25 with chord length of blades are 125 mm, 140 mm,
and 155 mm at 4 m/s wind speed.The results showed that the maximum coefficient power is 0.0597 with 2.900 tip
speed ratio at 221.64 rpm rotor speed on chord length of blade is 125 mm with 5° pitch angle.
Based on the statistic analysis shows that chord length and pitch angle significantly influence
the coefficient power, tip speed ratio, and the rotor speed.Keywords : Wind turbines, chord length, pitch angle, tip speed ratio, coefficient power
PENDAHULUAN
Dewasa ini, kita ketahui bersama kebutuhan akan energi di Indonesia sangat tinggi khususnya di pulau Lombok, terbukti dengan dibangunnya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang bertempat di Taman Jeranjang Desa Kebon Ayu Kecamatan Gerung yang berbahan bakar batu bara. Energi yang digunakan di Indonesia sebagian besar berasal dari energi fosil yang berbentuk minyak bumi dan gas bumi yang ketersediaanya semakin berkurang.
Dengan semakin berkurangnya ketersediaan energi fosil, maka pemerintah mendorong untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap energi fosil dan meningkatkan pemanfaatan sumber energi alternatif yang terbarukan seperti hydropower, geothermal, energi matahari, energi angin, biogas, biomasa, energi kelautan (arus pasang-surut, gelombang, dan OTEC = Ocean Thermal Energy Conversion) sampai ke bioenergi (biodiesel dan bioetanol).
Keseluruhan sumber energi tersebut potensial untuk segera dikembangkan dalam rangka ketahanan energi nasional.
Angin merupakan sumber daya alam yang tidak akan habis. Berbeda dengan sumber daya alam yang berasal dari fosil seperti batu bara, gas dan minyak. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi angin yang banyak, namun sampai saat ini tenaga angin masih jarang dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Potensi angin di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berada di kawasan Indonesia Timur tidak bisa lepas dari pantai. Kawasan pantai memiliki kecepatan angin yang lebih tinggi dibandingkan dengan energi angin di daratan. Dengan memanfaatkan energi angin, maka diharapkan Indonesia akan memiliki pasokan tenaga listrik yang lebih banyak. Syarat untuk membangkitkan listrik berkapasitas 10 kW dibutuhkan angin dengan kecepatan minimal 2,5 m/s sampai 4 m/ s. Angin di wilayah Nusa Tenggara
Barat (NTB) mempunyai kecepatan antara 3,4 m/s sampai 5,3 m/s. Berarti daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki potensi angin yang belum diolah secara maksimal (Ardianto, 2008 dalam Sardi, 2014).
Berdasarka n data yang didapat dari BMKG Stasiun Kalimatologi Kediri - NTB kecepatan angin rata-rata bulan Januari pada tahun 2014 adalah 3 knot, Pebruari 3 knot, Maret 2 knot, April 2 knot, Mei 1 knot, Juni 1 knot, Juli 1 knot, Agustus 4 knot, September 5 knot, Oktober 6 knot, Nopember 5 knot dan Desember 5 knot. Pada tahun 2015 di bulan Januari 7 knot, Pebruari 5 knot.
Untuk memanfaatkan energi angin di pulau Lombok yang kecepatan anginnya tergolong dalam kecepatan angin yang rendah diperlukan sebuah alat yaitu turbin angin. Turbin angin ini dapat menangkap energi angin dan kemudian menggerakkan generator sehingga menghasilkan energi listrik. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam perancangan turbin angin supaya dapat bekerja dalam kecepatan angin yang rendah.
Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah perancangan bilah untuk turbin angin yang meliputi ukuran (jari-jari rotor), penampang airfoil, panjang chord, dan sudut pitch bilah (Piggot, 2001 dalam Muttaqin dkk, 2011).
Karakteristi k kecepatan angin yang rendah dapat dimanfaatkan dengan menggunakan turbin angin kecepatan rendah berskala kecil dengan bilah berdiameter 1 meter sampai dengan 3 meter. Konfigurasi turbin angin yang biasa digunakan adalah tipe HAWT dengan bilah berjumlah 3 buah dan tipe airfoil bilah NREL S83n (Buhl, 2009 dalam Muttaqin dkk, 2011).
Panjang chord pada bilah turbin angin harus dipertimbangkan. Bagian pangkal bilah merupakan daerah dengan tangkapan angin yang kecil, sedangkan bagian ujung bilah merupakan daerah penghasil torsi yang paling besar. Dengan membuat bagian pangkal lebih lebar daripada bagian ujung, maka turbin akan lebih mudah untuk mulai berputar pada kecepatan angin yang rendah (Piggot, 2001 dalam Muttaqin dkk, 2011).
Parameter lain yang harus diperhatikan dalam merancang bilah turbin angin adalah penentuan sudut pitch bilah turbin. Parameter tersebut akan mempengaruhi performansi dari turbin angin, yaitu kecepatan sudut rotor, kecepatan angin optimal, dan koefisien daya (Muttaqin dkk, 2011). Penampang airfoil tipe NREL S833 akan menghasilkan daya, putaran, dan torsi yang maksimum pada sudut 10o dengan kecepatan 3,23 m/s (Faqihuddin dkk, 2014).
Menurut Muttaqin dkk (2011), dalam penelitianya untuk menentukan Sudut Pitch Optimal untuk Prototipe Turbin Angin Skala Kecil dengan sudu Airfoil NREL dimana pada penelitian ini menghasilkan koefisien daya (Cp) maksimum 0,545 pada sudut pitch 10o dengan kecepatan angin 7,5 m/s. Sedangkan Faqihuddin dkk (2014), mengemukakan dalam penelitiannya bahwa sudut pitch optimal turbin angin dengan sudu Airfoil NREL adalah sebesar 10o, dengan daya maksimal dan putaran rotor optimal pada sudut 10o adalah 1,673 W dan 561 Rpm, koefisien daya maksimal dan TSR pada sudut pitch 10o sebesar 0,21 dan TSR sebesar 6,3 pada kecepatan angin 3,23 m/s. digunakan adalah
25 o ), bahan yang
mm, Chord length 155 mm), sudut kemiringan sudu (0 o , 5 o , 10 o , 15 o , 20 o ,
length 125 mm, Chord length 140
sudu yang digunakan (Chord
Chord length
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental yaitu mengamati secara langsung objek penelitian untuk mendapatkan data berupa pengaruh chord length dan sudut kemiringan sudu terhadap koefisien daya pada turbin angin poros horisontal.
(5)
Cp = T . / .A. v 3
(4) Koefisien daya ialah perbandingan antara daya yang dihasilkan oleh rotor dengan daya angin.
: P R = T .
Daya rotor adalah daya yang terkandung dalam angin yang dapat dikonversi oleh rotor, dihitung dengan persamaan
T = m. g .r (3)
METODE PENELITIAN
(2) Torsi diukur dengan sistem rope break, komponen sistem rope break: timbangan digital, tali nilon.
Tip speed ratio
(1)
P w = .A.v 3
Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa dengan kecepatan angin 16 m/s dan pada sudut serang 12o gaya angkat maksimum yaitu sebesar 33,5509 N. Daya angin
Menutut Lubis (2012), telah menganalisis aerodinamika airfoil NACA 2412 pada sayap pesawat model tipe glider dengan menggunakan software berbasis computional fluid dynamic untuk memperoleh gaya angkat maksimum.
Nurcahyadi dkk (2008), memaparkan bahwa ketebalan sebuah airfoil simetri sangat berpengaruh terhadap daya angkat dan daya hambat yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja airfoil tertinggi dengan koefisien angkat sebesar 3,16 dicapai oleh airfoil dengan lokasi ketebalan maksimum pada 40% panjang dengan sudut serang 20o dan kecepatan angin sebesar 8,9 m/s.
Fei-Bin dkk (2013), meneliti tiga buah turbin dengan sudu yang berbeda yang menggunakan profil airfoil NACA 4418, turbin yang pertama dengan menggunakan sudu Optimum Twist sudu yang kedua untapered and optimum twist, yang ketiga untapered and untwisted, dan koefisien daya maksimum (Cp) sebesar 0,428 dengan menggunakan sudu Optimum Twist dan untapered and optimum twist tetapi tip speed ratio yang berbeda, λ = 4,92 untuk sudu Optimum Twist dan λ = 4,32 untuk sudu untapered and optimum twist, sedangkan sudu untapered and untwisted memiliki Cp sebesar 0,210 dan λ = 3,86.
TINJAUAN PUSTAKA
Polyvinyl chloride
Tabel 1 Analisa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1 susunan
pitch terhadap putaran rotor .
5
6
4
3
2
1
statistik untuk putaran rotor (rpm) Dari Tabel 1 diperoleh F hitung untuk sudut pitch sebesar 27519,234, apabila angka ini dikonfirmasikan dengan F tabel pada taraf signifikan 5% dimana dk pembilang = 5 dan dk penyebut = 72 diperoleh nilai F tabel = 2,34 maka F tabel < F hitung sehingga dapat disimpulkan bahwa sudut pitch sangat berpengaruh terhadap putaran rotor. Chord length juga berpengaruh signifikan terhadap putaran rotor hal ini terbukti dari F tabel 3,12 < F hitung 794,964 dimana F tabel diperoleh dari dk pembilang = 2 dan dk penyebut = 72 dengan taraf signifikan 5%.
Adapun rangkaian alat pengujian peformance engine adalah sebagai berikut:
putaran turbin. Analisa statistik ini menggunakan ANOVA dua arah dengan bantuan software SPSS 16.0
length dan sudut pitch terhadap
Berikut ini adalah tabel analisa statistik untuk mengetahui pengaruh chord
hubungan sudut
alat penelitian Keterangan:
(PVC) digunakan sebagai material sudu, lem epoxy untuk perekat sudu, kayu dan besi siku yang digunakan untuk rangka turbin, besi berdiameter 2 cm sebagai poros, bantalan, paku. Alat yang diperlukan dalam melakukan penelitian Penggaris, Jangka sorong, Mesin gerinda, Mesin bor, Multimeter, Tachometer, Anemometer, Kipas angin, Mesin bubut, Geregaji, Spidol, Mesin las, Timbangan digital, dan Palu.
25 o .
Sudut pitch mksimum terjadi pada sudut pitch 5 o dengan putaran maksimum masing- masing chord length adalah 221,64 rpm untuk chord length 125 mm, 186,46 rpm untuk chord length 140 mm dan 178,74 rpm untuk chord length 155 mm. Ketika menaikkan sudut pitch 10 o putaran rotor menurun menjadi 214,26 rpm untuk chord length 125 mm, 178,74 rpm untuk chord length 140 mm dan 174,48 rpm untuk chord length 155 mm dan penurunan putaran rotor terus berlanjut sampai sudut pitch 25 o . Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya chord length dapat meningkatan daya tangkap angin namun mengurangi daya dorong, dengan berkurangnya daya dorong maka putaran rotor juga menurun (Larson, 2008). Jika dibandingkan sudut pitch pada satu chord length saja, maka dengan menaikkan sudut pitch menyebabkan luasan tangkapan angin semakin kecil yang juga menyebabkan putaran rotor menurun. Artinya bahwa sudut pitch 5 o memiliki luasan tangkapan angin yang lebih besar dibandingkan sudut pitch 10 o , 15 o , 20 o ,
2 menunjukkan bahwa perbedaan sudut pitch akan berpengaruh terhadap putaran rotor yang dihasilkan oleh turbin, pada sudut pitch 0 o rotor belum berputar. Hal ini dikarenakan pada sudu dengan jenis airfoil simetris ketika sudut pitch 0 o gaya angkat akan sama dengan gaya hambat sehingga tidak mampu untuk memutar sudu turbin.
Pada Gambar
6. Rope break
5. Poros
4. Bantalan
3. Rotor
2. Wind Tunel
1. Kipas angin
Gambar 2 Grafik
Gambar 3 Grafik
maksimum diperoleh pada sudut 5 o yaitu 2,459 untuk chord length 125 mm, 1,965 untuk chord length 140 mm dan 1,844 untuk chord length
Gambar 4 Grafik
hubungan sudut
pitch terhadap tip speed ratio
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat hubungan sudut pitch terhadap tip speed
ratio yang
dihasilkan turbin angin. Sudut pitch yang menghasilakn
tip speed
155 mm. Pada penambahan sudut
Tabel 2 Analisa
pitch 10 o
sampai 25 o nilai tip speed ratio terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena
tip speed ratio
berbanding lurus dengan putaran yang dihasilkan turbin angin yang dinyatakan dalam persamaan (2).
Berikut ini adalah tabel analisa statistik untuk mengetahui pengaruh chord length dan sudut pitch terhadap tip speed ratio. Analisa statistik ini menggunakan ANOVA dua arah dengan bantuan software SPSS 16.0.
Tabel 3 Analisa
statistik untuk tip
speed ratio (TSR)
statistik untuk daya rotor (Watt) Dari Tabel 2 diperoleh Fhitung untuk sudut pitch sebesar 14020,779 apabila angka ini dikonfirmasikan dengan Ftabel pada taraf signifikan 5% dimana dk pembilang = 5 dan dk penyebut = 72 diperoleh nilai Ftabel = 2,34 maka Ftabel < Fhitung sehingga dapat disimpulkan bahwa sudut pitch sangat berpengaruh terhadap daya rotor dan chord length juga sangat berpengaruh terhadap daya rotor. Hal ini terbukti dari Ftabel 3,12 < Fhitung 698,197 dimana Ftabel diperoleh dari dk pembilang = 2 dan dk penyebut = 72 dengan taraf signifikan 5%.
Berikut ini adalah tabel analisa statistik untuk mengetahui pengaruh chord length dan sudut pitch terhadap daya rotor. Analisa statistik ini menggunakan ANOVA dua arah dengan bantuan software SPSS 16.0
hubungan sudut
chord length 140
pitch terhadap daya
rotor Berdasarka n Gambar 3 di atas dapat dilihat pengaruh sudut
pitch terhadap daya
rotor turbin. Pada sudut pitch 0 o tidak ada daya rotor yang dihasilkan, hal ini disebabkan karena pada sudut pitch 0 o rotor tidak berputar.
Ketika sudut pitch dinaikkan sudu berputar dan pada sudut pitch
5 o didapatkan daya rotor maksimum yaitu 1,799 Watt pada sudu dengan
chord length 125
mm, 1,446 Watt pada sudu dengan
mm, 1,353 Watt pada sudu dengan
sudut serang menjadi lebih kecil sehingga gaya lift juga semakin kecil. Penurunan gaya lift menyebabkan torsi yang dapat dihasilkan oleh sudu juga berkurang sehingga putaran poros yang dihasilkan juga berkurang. Pengurangan putaran poros tersebut menurunkan daya mekanik yang dihasilkan oleh turbin angin.
chord length 155
mm. Hal ini disebabkan karena pada sudut pitch 5 o didapatkan putaran sisa yang lebih besar dibandingkan sudut pitch 10 o , 15 o ,
20 o , 25 o dengan massa pengereman yang hampir sama.
Menurut Zhang (2008) dalam Faqihuddin dkk.
(2014), penurunan unjuk kerja tersebut terjadi karena dengan menambah sudut pitch akan mengakibatkan sudut serang efektif berubah. Jika sudut serang efektif berubah maka gaya
lift juga berubah.
Penambahan sudut
pitch menyebabkan
Jika melihat data berdasarkan analisa statistik anova untuk tip speed ratio (TSR) maka terlihat bahwa dengan dilakukannya variasi sudut pitch berpengaruh sangat nyata terhadap tip speed ratio dengan taraf signifikan 5% hal ini terbukti dari nilai Fhitung 47692,43 > Ftabel 2,34 dimana dimana Ftabel diperoleh dari dk pembilang = 5 dan dk penyebut = 72 dengan taraf signifikan 5% dan chord length juga sangat berpengaruh terhadap tip speed ratio hal ini terbukti dari Ftabel 3,12 < Fhitung 2596,891 dimana Ftabel diperoleh dari dk pembilang = 2 dan dk penyebut = 72 dengan taraf signifikan 5%.
Gambar 5 Grafik
2. Chord length dan sudut pitch memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tip
Berikut ini adalah tabel analisa statistik untuk mengetahui pengaruh chord length dan sudut pitch terhadap koefisien daya. Analisa statistik ini menggunakan ANOVA dua arah dengan bantuan software SPSS 16.0.
Tabel 4 Analisa
statistik untuk koefisien daya (CP) Dari Tabel 4 diperoleh Fhitung untuk sudut pitch sebesar 13885,78, apabila angka ini dikonfirmasikan dengan Ftabel pada taraf signifikan 5% dimana dk pembilang = 5 dan dk penyebut = 72 diperoleh nilai Ftabel = 2,34 maka Ftabel < Fhitung sehingga dapat disimpulkan bahwa sudut pitch sangat berpengaruh terhadap koefisien daya. Chord length juga berpengaruh signifikan terhadap koefisien daya hal ini terbukti dari Ftabel 3,12 < Fhitung 693,1584 dimana Ftabel diperoleh dari dk pembilang = 2 dan dk penyebut = 72 dengan taraf signifikan 5%.
SIMPULAN
Dari data hasil penelitian dan pembahasan tentang pengruh variasi chord length dan sudut kemiringan sudu terhadan unjuk kerja turbin angin diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Chord length dan sudut pitch memiliki pengaruh yang signifikan terhadap koefisien daya.
speed ratio (TSR).
Hal ini disebabkan pada sudut pitch
3. Chord length dan sudut pitch memiliki pengaruh yang signifikan terhadap putaran rotor (rpm).
4. Chord length dan sudut pitch memiliki pengaruh yang signifikan terhadap daya rotor (Watt).
SARAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin memberikan beberapa saran yang nantinya dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
1. Pembuatan sudu sebaiknya memilih material yang lebih ringan dan kuat.
2. Menggunakn torsi meter guna mendapatkan hasil yang lebih akurat.
5 o didapat daya rotor maksimum, dan dengan menaikan sudut pitch, daya rotor yang dihasilkan menurun sehingga koefisien daya juga menurun. Artinya bahwa semakin besar daya rotor maka koefisien daya juga meningkatkan dan sebaliknya jika daya rotor kecil maka koefisien daya yang dihasilkan juga kecil, seperti dapat dilihat pada persamaan (5) .
pitch 25 o .
hubungan sudut
mm, chord length 140 mm dan chord
pitch terhadap koefisien daya .
Pada Gambar
5 menunjukan grafik pengaruh sudut
pitch terhadap
koefisien daya pada
chord length 125
length 155 mm.
koefisien daya terus menurun hingga mencapai sudut
koefisien daya didapat dari perbandingan daya rotor dengan daya angin. Dari Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa pada sudut
pitch 0 o
sudu belum berputar sehingga daya rotor 0 dan koefisien daya juga
0. Pada sudut pitch
5 o sudu sudah berputar dan pada sudut ini koefisien daya maksimum terjadi, yaitu masing-masing sebesar 0,0597 untuk chord length
125 mm, 0,0480 untuk chord length 140 mm, dan 0,0449 untuk chord length 155 mm. Koefisien daya mengalami penurunan pada sudut pitch 10 o yaitu sebesar 0,0564 untuk chord length 125 mm, 0,0452 untuk chord length 140 mm, dan 0,0437 untuk chord
length 155 mm,
3. Gunakan jumlah sudu lebih dari 3
Wind Turbine (HAWT) Blade Shapes Using Experimental and Numerical Methods,
untuk kecepatan angin yang rendah.
Pesawat Model Tipe Glider Dengan Menggunakan Software Berbasis Computional Fluid Dynamic Untuk Memperoleh Gaya Angkat Maksimum,
DAFTAR PUSTAKA
http://dc361. 4shared.com/ doc/ qMqF7pdQ / preview.html.
Jurnal
[10] Kusbiantoro,
A., Soenoko, R., Sutikno, D., 2013,
Pengaruh Panjang Lengkung Sudu Terhadap Unjuk Kerja Turbin Angin Poros Vertikal Savonius,
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
[11] Larson, J., 2008, The
Effect of Cord Length and Taper on Wind Turbine Blade Design,
Turbinator Technologies, AME 40463, Senior Design.
[12] Lubis, M.M., 2012, Analisis
Aerodinamika Airfoil Naca 2412 Pada Sayap
[1] Anonim 1.,
e- Dinamis, ISSN, Volume
Jenis Turbin Angin,
II, No.2 September, p.27.
[13] Lungan, F., 2008,
Perancangan Dan
Pembuatan
Turbin Angin Sumbu Horizontal Tiga Sudu Berdiameter 3,5 Meter Dengan Modifikasi Pemotongan Dan Pengaturan Sudut Pitch,
Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung.
[14] Mayhaacer., 2013, Aeromodelling (3 September 2014)
[15] Muthya, P.R., 2009, Wind
Energy, Asian
and Pacific Centre for Transfer of Technology Of the United Nations –
indoenergi. com/2012/07/ jenis-jenis- turbin- angin.html. (3 September 2014)
[9] IndoEnergi., 2012, Jenis–
(24 September 2014)
[5] Faqihuddin, M.F., Nizam, M., Tjahjana, Dominicus, D.D.P., 2014,
[2] Astacala., 2013,
Turbin Angin Poros Vertikal
org/wp/ 2013/06/ perkembangan
[3] Atmadi, S., Fitroh, A.J., 2007,
Penyederhana an Geometri Sudu Turbin Angin Untuk Kemudahan Proses Produksi,
Jurnal Ilmiah Teknologi Energi, ISSN, Vol.1, No.5, Agustus, Bidang Konversi Energi Dirgantara, Lapan, Rumpin, Bogor, Indonesia.
[4] Defiaryanto., 2013, Desain
Turbin Angin Sumbu Horizontal,
https:// defiaryanto. files.wordpress .com/2013/10/ desain-turbin- angin- horizontal.pdf.
(8 Agustus- 2014)
Karakteristik Model Turbin Angin Untwisted Blade Dengan Menggunakan Tipe Airfoil NREL S833 Pada Kecepatan Angin Rendah,
Department of Aeronautics and Astronautics, National Cheng Kung University.
MEKANIKA Volume 12 Nomor 2, Maret 2014.
[6] Hantoro, R., 2010, Turbin
Angin Sebagai Penyedia Energi Yang Berkelanjutan Untuk Kepulauan Indonesia,
Report Research, Research Institutions and Community Service, ITS.
[7] Hau, E., 2006,
Wind Turbines : Fundamentals, Technologies, Application, Economics,
Springer, New York. [8] Fei-Bin, H.,
Chi-Jeng, B., Wen-Tong, C., 2013, The
Performance Test of Three Different Horizontal Axis
Konsep Dasar Angin
- pembangkit- listrik-ramah- lingkungan/. (3 September 2014)
2011, http:// teknergi.wordp ress. com/ 2011/08/07/ perkembangan
2013, Tinjauan
Airfoil, http:// panggih15.
wordpress. com/ 2010/01/30/ teori-airfoil/.
(24 September 2014)
[21] Sardi., 2014 ,
Pengaruh
Variasi Jumlah Sudu Dan Variasi Besar Sudut SuduTerhadap
Unjuk Kerja Turbin Angin PorosHorizontal,
Tugas Akhir, Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Mataram. [22] Sijabat.L.,
Pustaka, http:// repository.
Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiya h Yogyakarta.
usu.ac.id/ bitstream/ 123456789 / 39452/4/ Chapter %20II.pdf (28 September 2014)
[23] Statistik Indonesia., 2012, Data
Rata-rata Kecepatan Angin di Indonesia,
(3 Januari 2015)
[24] Sucipto., 2008,
Perancangan Dan Pembuatan Turbin Angin Aksial Sumbu Horizontal Dua Sudu Dengan Diameter 3,5 Meter, Teknik
Mesin, Institut Teknologi Bandung.
[25] Teknergi,.
[20] Raharjo.P., 2010, Teori
a, Jurnal Ilmiah
Semesta
Teknika, Vol. 11, No. 1,Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP).
Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology,
Lokasi
Pengaruh
[19] Nurcahyadi, T., Sudarja., 2008,
Yogyakarta: ANDI
jitu memilih metode statistic
penelitian
dengan SPSS.2005. Strategi
Sumatera Utara. [18] Nugroho, B. A.
[16] Muttaqin, F.R., Widjiantoro, B.L., Musyafa, L., 2011,
Ketebalan
Maksimum
Airfoil SimetrisTerhadap
Koefisien
Angkat AerodinamisnyPemilihan Sudut Pitch Optimal Untuk Prototipe Turbin Angin Skala Kecil Dengan Tipe Bilah Non- Uniform Airfoil NREL S83n,
dan Analisis Pengaruh Variasi Kecepatan dan Jumlah Sudu Terhadap Daya dan Putaran Turbin Angin Vertikal Axis Savonius Dengan Menggunakan Sudu Pengarah,
F., 2013 Uji Eksperimental
F.H., Mauritz,
ITS Surabaya Indonesia. [17] Napitupulu,
- teknologi- energi/ (3 September 2014)
Jurnal Dinamis,
II, No.12, Januari, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
ISSN , Volume