KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA LANSIA DI YOGYAKARTA

  

KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA LANSIA

DI YOGYAKARTA

  (Dalam Pendekatan Kuantitatif Deskriptif) S k r i p s i

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Oleh:

  Ritta Adriana nuriasta NIM : 049114113

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

HALAMAN MOTTO

HALAMAN PERSEMBAHAN OM AWIGHNAM ASTU NAMA SIDHAM OM NAMA SIVAYA

  

Skripsi ini dipersembahkan untuk :

Sang Hyang Widhi Wasa, (Alm) Nenek dan Kakek, Ibu, dan Bapak, Kakakku Mba’mel, Adik-adikku Ina, dan Ari. OM SANTIH SANTIH SANTIH OM

  ABSTRAK

  

Studi Deskriptif

Kesejahteraan Subyektif Pada Lansia

Di Yogyakarta

  Ritta Adriana Nuriasta 049114113

  Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta Penelitian ini bertujuan menggambarkan kesejahteraan subyektif pada lansia.

  Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan dimana jumlah penduduk lansia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini menyebabkan kita perlu memperhatikan masalah kesejahteraannya. Kesejahteraan subyektif terdiri dari empat komponen yang saling terkait, yaitu kepuasan hidup secara umum, kepuasan pada bagian-bagian khusus (puas terhadap relasi sosial, prestasi yang telah diraih, dll.), afek yang menyenangkan (bangga, antusias, aktif, dll.), dan afek yang tidak menyenangkan (mudah marah, merasa malu, gelisah, dll.). Afek mengacu pada suasana hati dan perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, sedangkan kepuasan hidup mengacu pada penilaian secara kognitif terhadap kepuasan hidup baik itu menilai kepuasan hidup secara umum, atau menilai kepuasan pada bagian-bagian khusus dalam hidup.

  Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Yogyakarta, yang berusia 56 tahun keatas, dan mengerti bahasa Indonesia. Jumlah subyek seluruhnya adalah 105 orang, yang terdiri dari 48 orang laki-laki dan 57 orang wanita. Penelitian ini menggunakan skala untuk mengumpulkan data. Skala yang digunakan ada tiga jenis, yaitu satisfaction with life scale (SWLS) untuk mengukur kesejahteraan subjektif secara umum, positif afective & negatif afective schedule untuk mengukur afek positif dan negatif, dan Riff’s scale untuk

  (PANAS) scale

  mengukur kepuasan hidup pada bagian-bagian khusus. Ketiga skala tersebut memiliki nilai r yang berkisar antara 0,254 hingga 0.686 dan koefisien Alpha berkisar antara ix 0,616 hingga 0,854.

  Berdasarkan pengolahan data dapat dilihat bahwa mean empirik kepuasan hidup secara umum dan afek positif pada para subyek lebih besar dari mean teoritis, sedangkan mean empirik afek negatif dan kepuasan pada bagian-bagian khusus dalam hidup lebih kecil dari mean empirik. Hal ini berarti secara umum sebagian besar subyek merasa puas akan hidupnya meskipun di lain pihak mereka kurang puas terhadap bagian-bagian khusus dalam hidupnya. Selain itu sebagian besar subyek juga memiliki tingkat afek positif yang tinggi dan tingkat afek negatif yang rendah. Hal ini dapat disebabkan karena adanya pengaruh nilai-nilai yang dianut masyarakat, usia dan seringnya mengalami peristiwa-peristiwa yang positif atau negatif. Kata kunci: kesejahteraan subyektif, lansia, kepuasan hidup secara umum, kepuasan pada bagian-bagian khusus, afek positif, afek negatif, SWLS, PANAS, Riff’s scale..

  ABSTRACT

  

Descriptive Study

Subjective Wellbeing On Aged People

In Yogyakarta

  Ritta Adriana Nuriasta 049114113

  Psychology Faculty Sanata Dharma University

  Yogyakarta The goal of this research is to describe subjective wellbeing on aged people. The type of this research is Quantitative Descriptive. This research was done because of the case where the number of aged people increased from year to year, it means that we need to look at their wellbeing.

  The subjects used in this research are aged people who live in Yogyakarta, whose age are 56 years or more, and understand Bahasa Indonesia. All the subjects are 105 people which contains of 48 males and 57 females. This research uses scale for collecting data. There are three kinds of scales used in this research, they are: Satisfaction With Life Scale (SWLS) to measure the subjective wellbeing globally, Positive Affective and Negative Affective Schedule (PANAS) Scale to measure the positive and negative affect, and Riff’s Scale to measure the life satisfaction on specific domain. All three of the scales above have

  r

  score that range between 0.254 to 0.688 and Alpha coefficient ranges between 0.616 to ix 0.854.

  According to the processing of the data we can see that empiric mean life satisfaction globally and positive affect is larger than theoretical mean, while empiric mean, negative affect and satisfaction in specific cases of the life is smaller than empiric mean. It means that most of the subjects get satisfaction in their lives globally, though on the other hand, they get less satisfaction with their lives specifically. Besides, most of the subjects also have high grade of the positive affect and low grade of the negative affect. This can be caused by the influence of the social values of the society, and cases they have met in lives, in positive or negative.

  Keywords: subjective wellbeing, aged people, subjective wellbeing globally, positive and negative affect, SWLS, PANAS, Riff’s Scale.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas anugrahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Kesejahteraan Subyektif Pada Lansia Di Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan memperoleh derajat kesarjanaan (S1) pada Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga, dan bimbingan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

   Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang sepertinya selalu memberikan jalan melalui sudut-sudut tak terduga.

   Kedua orang tua penulis yaitu I Ketut Srikota, S.Pd dan Ni Ketut Tarsi, yang selama ini telah banyak mencemaskanku. Terima kasih untuk tidak berbicara saat penulis tertekan dan memberi ketegasan saat memerlukan pegangan.

   Ibu Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si. selaku pembimbing yang selama ini telah banyak memberi masukan bahan dan acuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

   Mas Gandung, Mbak Nani, Mas Muji, Mas Doni dan Pak ‘Gie atas bantuan dan dukungannya selama penulis kuliah di fakultas psikologi.

   Dosen-dosen Fakultas Psikologi, terutama Pak Didik, Pak Hery, Bu Nimas, Pak Agung, Mbak Etta, Bu Lusi, Bu Dewa, Pak Adi, dan Pak Subagja, terimakasih atas segala ilmu dan pengetahuannya yang sangat membantu dalam menyelesaikan studi di sini  Mbak Mel dan Mbak Ob yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.

   Adik-adik Ina, dan Ari yang hanya dengan mendengarkan cerita mereka membuat penulis mampu tertawa, hal yang terbukti banyak membawa inspirasi.

   Benny yang selalu membantu penulis dalam mengerjakan skripsi dari awal hingga selesai.

   Ony, Uci, Ika & Ita yang selalu membangkitkan semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi.

   Bli Pande, Bli Ngurah, dan mbak Oki yang selalu mendengarkan keluhan penulis, dan memberikan saran yang berguna.

   Mba D, Aya, Ita chan, Dina, Novi, Veni, Mbak Ve, Kaka, Nia, Cita, Nopen, mbak Ika , dan Toa beserta keluarga yang telah memberikan perhatian dan dukungan yang sangat diperlukan penulis.

   Nyoman Oka W. yang selalu menuntut penulis untuk segera menyelesaikan skripsi dan segera pulang.

   Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, matur suksma..

  Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan dari penulis sendiri. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan penulisan Skripsi ini.

  Akhir kata semoga penulisan Skripsi ini bermanfaat bagi yang memerlukan.

  Yogyakarta, September 2009

  Penulis

  

DAFTAR ISI

Hal.

  HALAMAN JUDUL …………............................................................. .............. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................…. .............. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... .............. iii HALAMAN MOTTO ............................................................................ .............. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................…. .............. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... .............. vi ABSTRAK ............................................................................................. .............. vii ABSTRACT............................................................................................ .............. viii HALAMAN PERSETUJUAN PPUBLIKASI KARYA ILMIAH....…. .............. ix KATA PENGANTAR ........................................................................... .............. x DAFTAR ISI .......................................................................................... .............. xiii DAFTAR TABEL ................................................................................. .............. xvii DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... .............. xviii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... ..............

  1 A. Latar Belakang ......................................................................... ..............

  1 B. Tujuan Penelitian ...................................................................... ..............

  8 C. Manfaat Penelitian .................................................................... ..............

  8 BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ ..............

  9 A. Lansia...................................................................................…. ..............

  9 1. Batasan Lansia...................................................................... ..............

  9 2. Perkembangan Lansia..................................………………. ..............

  10 a. Aspek Fisik...................................................................... ..............

  10 b. Aspek Kognitif................................................................. ..............

  11 c. Aspek Sosial Emosi.......................................................... ..............

  12 B. Subjective Well-being (Kesejahteraan Subyektif).................... ..............

  13

  1.Pengertian ............................................................................. ..............

  13 2. Komponen kesejahteraan subyektif...................................... ..............

  14 a.Bagian Kognitif................................................................. ..............

  15 b.Bagian Afektif................................................................... ..............

  17 3. Hal-Hal Yang Mempengaruhi kesejahteraan subyektif........ ..............

  18 a. Kognisi.............................................................................. ..............

  18 b. Kesehatan.......................................................................... ..............

  18 c. Budaya............................................................................... ..............

  19 d. Tempramen........................................................................ ..............

  22 e. Kualitas Relasi Sosial........................................................ ..............

  24 f. Pemenuhan kebutuhan dasar.............................................. ..............

  24 g. Demografi.......................................................................... ..............

  25 h.Usia .................................................................................... ..............

  26 i. Adaptasi............................................................................. ..............

  27 j. Tujuan dan Nilai................................................................. ..............

  27 k. Resources.......................................................................... ..............

  28 l. Pendapatan........................................................................ ..............

  29 m. Standar Perbandingan....................................................... ..............

  30 n. Frekuensi Peristiwa-Peristiwa Dalam Hidup (frequency ............................................................ ..............

  31

  model of life events) 4.Alat Ukur Kesejahteraan Subyektif ...................................... ..............

  32 a.Kesejahteraan Secara Umum ............................................. ..............

  32 b.Kepuasan Pada Bagian Khusus.......................................... ..............

  35 c.Afek positif dan Negatif..................................................... ..............

  37 C. DINAMIKA….......................................................................... ..............

  38 D. PERTANYAAN PENELITIAN............................................... ..............

  39 BAB III METODE PENELITIAN .................................................…... ..............

  40 A. Jenis Penelitian..................................................................…… ..............

  40

  B. Subyek Penelitian..............................................................…… ..............

  41 C. Variabel Penelitian.............................................................…... ..............

  41 D. Definisi Operasional.........................................................…… ..............

  41 1. Kepuasan Hidup Secara Umum....................................…… ..............

  42 2. Kepuasan Pada Bagian-Bagian Khusus Dalam Hidup.…… ..............

  42 3. Tingginya Tingkat Perasaan positif..............................…… ..............

  43 4. Rendahnya Tingkat Perasaan Negatif...........................…… ..............

  44 E. Metode Pengumpulan Data...............................................…… ..............

  44 1. SWLS (Satisfaction with life scale) ..................................... ..............

  45 2. Ryff Scales.....................................................................…... ..............

  45 3. PANAS (Positive and Negative Affect Schedule)..........…... ..............

  46 3.Blue Print Sebelum Adaptasi .........................................…... ..............

  46 a. SWLS (Satisfaction with life scale) ............................... ..............

  46 b. Ryff Scales...............................................................…... ..............

  46 c. PANAS (Positive and Negative Affect Schedule)....…... ..............

  47 F. Penjelasan Kronologis Mutu Instrumen Penelitian........... …... ..............

  47 1. Sebelum Adaptasi................................................................. ..............

  47 a. SWLS (Satisfaction with life scale) ............................... ..............

  47 c. Ryff Scales...............................................................…... ..............

  48 b. PANAS (Positive and Negative Affect Schedule)........... ..............

  48 2. Setelah Adaptasi..........…...................................................... ..............

  49 a. Analisis butir............................................................…... ..............

  49 b. Reliabilitas................................................................…... ..............

  51 G. Metode Analisis Data.........................................................…... ..............

  52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............…… ..............

  58 A. Orientasi Kancah Dan Persiapan Penelitian...................... …... ..............

  58 1. Orientasi Kancah .............................................................…. ..............

  58 2. Persiapan Penelitian..........................................................… ..............

  58 B. Pelaksanaan Penelitian...................................................... …... ..............

  58

  C. Hasil Penelitian .................................................................…... ..............

  59 1. Uji Asumsi............................................................................ ..............

  59 2. Deskripsi Data Penelitian..............................................…… ..............

  60 a. Deskripsi data masing-masing komponen....................… ..............

  60 1. Kepuasan Hidup Secara Umum...........................…… ..............

  60 2. Kepuasan Pada Bagian-Bagian Khusus Dalam Hidup. ..............

  61 3. Positif dan Negatif Afek .............................................. ..............

  64 b. Tingkat Kesejahteraan Subyektif .................................... ..............

  66 D. Pembahasan ......................................................................…… ..............

  69 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................…... ..............

  73 A. Kesimpulan .......................................................................…... ..............

  73 B. Saran .................................................................................…… ..............

  73 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................…… ..............

  75 LAMPIRAN ...................................................................................…… ..............

  78

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Blue Print SWLS ................................................................................

  60 Tabel 4.3. Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik SWLS ...................................

  68 Tabel 4.12. Skor Afek Negatif .............................................................................

  67 Tabel 4.11. Skor Afek Positif ..............................................................................

  67 Tabel 4.10. Skor Kepuasan pada bagian-bagian khusus dalam hidup .................

  66 Tabel 4.9. Skor Kepuasan hidup secara umum ...................................................

  65 Tabel 4.8. Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik PANAS ................................

  65 Tabel 4.7. Hasil Analisis Afek Negatif ................................................................

  63 Tabel 4.6. Hasil Analisis Afek Positif ..................................................................

  62 Tabel 4.5. Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik RYFF ..................................

  61 Tabel 4.4. Hasil Analisis Ryff’s ..........................................................................

  59 Tabel 4.2. Hasil Analisis SWLS ..........................................................................

  46 Tabel 3.2. Blue Print Riff.....................................................................................

  57 Tabel 4.1. Normalitas ..........................................................................................

  57 Tabel 3.10. Kategorisasi skala PANAS...............................................................

  56 Tabel 3.9. Kategorisasi skala Riff ........................................................................

  56 Tabel 3.8. Kategorisasi skala SWLS ...................................................................

  56 Tabel 3.7. Norma kategorisasi PANAS...............................................................

  55 Tabel 3.6. Norma kategorisasi Riff .....................................................................

  52 Tabel 3.5. Norma kategorisasi SWLS .................................................................

  47 Tabel 3.4. Norma Kategorisasi Jenjang ...............................................................

  46 Tabel 3.3. Blue Print PANAS.............................................................................

  69

  

Daftar Lampiran

Skala Sebelum Uji Coba...........................................................…… ..............

  78 Skala Setelah Uji Coba..............................................................…… ..............

  87 Lampiran Data Penelitian..........................................................…… ..............

  95 Reliabilitas Alat Tes .................................................................…… .............. 105

  a. SWLS (Satisfaction with life scale) ............................... .............. 105

  c. Ryff Scales...............................................................…... .............. 106

  b. PANAS (Positive and Negative Affect Schedule)........... .............. 112 Normalitas Alat Tes .................................................................…… .............. 114

  a. SWLS (Satisfaction with life scale) ............................... .............. 114

  c. Ryff Scales...............................................................…... .............. 115

  b. PANAS (Positive and Negative Affect Schedule)........... .............. 116 Deskripsi Data Penelitian..........................................................…… .............. 117

  a. SWLS (Satisfaction with life scale) ............................... .............. 117

  c. Ryff Scales...............................................................…... .............. 117

  b. PANAS (Positive and Negative Affect Schedule).......... .............. 118

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring kemajuan tingkat perawatan kesehatan dan penurunan jumlah

  kelahiran, jumlah penduduk usia lanjut semakin meningkat. Keadaan ini tidak hanya terjadi di negara maju, tapi juga di negara berkembang (Setiono & Hidayati. 2005). Hal ini disebabkan karena majunya tingkat perawatan kesehatan menyebabkan angka harapan hidup meningkat. Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya umur harapan hidup (UHH). Tahun 2004, UHH penduduk Indonesia adalah 66,2 tahun, kemudian meningkat menjadi 69,4 tahun pada tahun 2006. Tahun 2009, UHH diharapkan mencapai 70,6 tahun.

  Sensus Penduduk tahun 1990 menunjukkan jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas besarnya 6,4% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia, atau sekitar 11,3 juta jiwa. Berdasarkan proyeksi Biro Pusat Statistik, pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 7,4% atau sekitar 15,3 juta jiwa. Diperkirakan pada tahun 2005-2010 jumlah penduduk usia lanjut (Usila) akan sama dengan jumlah Balita yaitu 8,5% dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa (DepKes.RI.2007).

  Meningkatnya jumlah lansia secara signifikan menyebabkan pemerintah harus berupaya untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin timbul akibat perubahan bentuk penduduk. Salah satu yang perlu dipertimbangkan adalah masalah kesejahteraan lansia. Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, kesejahteraan penduduk dapat dilihat melalui beberapa

  2 indikator, yaitu usia harapan hidup, pendapatan, tingkat pendidikan serta tingkat pembangunan. Namun karena adanya kesenjangan dalam penduduk, indikator tersebut kurang dapat digunakan untuk melihat kesejahteraan penduduk secara umum. Selain itu lansia merupakan individu unik yang sangat berbeda satu sama lain sehingga sulit untuk dilakukan generalisasi. Oleh karena itu, untuk mengatasi kekurangan tersebut, kesejahteraan dilihat dari sudut pandang subyektif, yaitu dari penilaian lansia itu sendiri. Kesejahteraan yang dimaksud disini adalah apakah lansia sering merasakan emosi-emosi yang positif, misalnya merasa bahagia dan senang, serta jarang merasakan emosi yang negatif, misalnya jarang merasa sedih dan marah.

  Meskipun harapan hidup merupakan indikator penting untuk mengetahui tingkat kualitas hidup pada level nasional, kuantitas hidup kurang dapat menunjukkan tingkat kualitas pada level individual (Qu & Weston. 2003). Panjangnya usia belum tentu bahagia (Sarwono dan Koesoebjono. 2004) hal ini karena masih banyaknya lansia yang hidup pas-pasan bahkan kekurangan. Data dari Departemen komunikasi dan informasi menyatakan sekitar 10 persen atau 1.564.286 orang dari keseluruhan orang lanjut usia (lansia) di Indonesia sebanyak 16.522.311 orang berkategori sebagai terlantar. Indonesia bisa dikatagorikan sebagai negara yang berstruktur tua. Terbukti, pada tahun 2010 diperkirakan jumlah lanjut usia di Indonesia sebesar 24 juta jiwa atau 9,77 persen dari total jumlah penduduk dan pada umumnya mereka lebih banyak tergolong miskin.

  Statsistik Susenas 2004, BPS menunjukan 59,2 persen lansia di Indonesia tergolong miskin. Angka ini merupakan 27 persen dari total penduduk miskin.

  3 Saat ini ada lebih dari 100 juta lansia di negara berkembang yang hidup di bawah garis kemiskinan (penghasilan kurang dari US$ 1 per hari) dan 80 persen diantaranya tidak mempunyai penghasilan tetap (Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesra).

  Masa Lansia sering dimaknai sebagai masa kemunduran, terutama pada keberfungsian fungsi-fungsi fisik dan psikologis. Kemunduran fisik disebabkan kerena adanya karena proses penuaan, yaitu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tetapi. Kemunduran dapat juga mempunyai penyebab psikologis. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan penghidupan pada umumnya dapat menuju kepada keadaan uzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak, akibatnya, orang menurun secara fisik dan mental dan mungkin akan segera mati. Masa lansia bisa jadi juga disertai dengan berbagai penyakit yang menyerang dan menggerogoti kehidupan lansia meskipun tidak semua lansia mengalaminya, namun kebanyakan lansia rentan terhadap penyakit- penyakit tertentu akibat kondisi organ-organ tubuh yang telah mengalami kemunduran juga fungsi imun (kekebalan tubuh) yang juga menurun.

  Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia (Lansia) yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita Lansia adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi (38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23 %). Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan). Masalah-masalah lain seperti kemundurun dari aspek sosial ekonomi. Secara ekonomi, masa lansia merupakan

  4 masa pensiun, produktivitas menurun, sehingga penghasilan juga berkurang bahkan bisa jadi nihil. Hal ini juga menyebabkan lansia menjadi tergantung atau menggantungkan diri pada orang lain seperti pada anak atau keluarga yang lain. Kemunduran dari segi sosial ditandai dengan kehilangan jabatan atau posisi tertentu dalam sebuah organisasi atau masyarakat, yang telah menempatkan dirinya sebagi individu dengan status terhormat, dihargai, memiliki pengaruh, dan didengarkan pendapatnya.

  Meskipun mengalami kemunduran pada beberapa aspek kehidupannya, bukan berarti lansia tidak bisa menikmati kehidupannya. Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa pada usia lansia tingkat kesejahteraan individu sangat tinggi, bahkan lebih tinggi daripada usia dewasa awal dan dewasa tengah (Scott and Ehrlich and Isaacowitz, 2002). Lansia pasti memiliki potensi yang bisa dimanfaatkan untuk mengisi hari-harinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan menghibur.

  Banyak lansia yang masih potensial serta memiliki energi dan semangat untuk berprestasi. Beberapa tokoh mencapai puncak prestasi dalam karirnya justru ketika dia lansia, baik tokoh politisi, ilmuan, dosen, pengusaha, ulama, seniman dll. Sebutlah beberapa tokoh seperti: “Pelukis ternama almahrum Affandi di usia 80-an masih terus aktif melukis, Prof Dr Boedi Darmojo masih aktif cermah dimana-mana termasuk luar negeri, walaupun usiaya diatas 80 tahun, beberapa tokoh international seperti Gladststone memimpin kabinet inggris dalam usia 80 tahun. Plato meningal dunia dalam usia 80 tahun sedang giat bekerja. Galileo menemukan ilmu gaya gerak (gerak) dalam usia 70 tahun. James Watt ahli ilmu

  5 alam Inggris mempelajari bahasa Jerman dalam usia 85 tahun, Ruessel pada usia 94 tahun masih aktif sebagai tokoh penggerak perdamaian international” (Soemartono, 2005).

  Usia lanjut bukan batasan untuk beraktifitas secara maksimal. Dalam usia senjanya, terdapat para lansia yang cukup aktif menghabiskan waktunya. Mereka beramai-ramai menyumbangkan buku koleksinya, mendirikan perpustakaan, dan mengelolanya. Secara resmi, ruangan tersebut bernama perpustakaan lansia Wreda Pustaka milik paguyuban lansia Wreda Kirana. Sejak diresmikan oleh wakil wali kota Haryadi Suyuti pada bulan Mei 2008, perpustakaan tersebut menjadi tempat berkumpul rutin sekitar 30-an lansia, kebanyakan perempuan. Salah satu anggota perpustakaan lansia, Ny. Sudarsono mengatakan: "Kami ini kan sudah tua, tapi kami juga ingin terus beraktifitas. Pokoknya, buat kami, usia lanjut tidak menjadi penghalang," Sesekali, mereka juga bermain permainan yang mengasah otak. "Kita bermain juga kok sesekali. Pakai alat sederhana saja, semodel congklak," papar ibu 4 anak tersebut (Rakhmawati, 2008).

  Salah satu artikel Kompas menyebutkan bahwa terdapat lansia yang masih produktif dimasa pensiun mereka. Masa pensiun sebenarnya bukanlah masa selesai berkarya. Justru pada saat sudah tidak terikat lagi dengan institusi tempat kerja lamanya, orang bisa berkarya untuk dirinya, keluarganya, dan bahkan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Atau, setelah melewati masa nyaman dan semua serba terjamin lantaran suami kerja sepeninggal suami, maka masa kurang nyaman itu dijadikan pendorong untuk melewati ketidaknyamanan, yaitu dengan bekerja (Harianto & Dhaniati. 2008). Seperti yang dilakukan Sawitri (71)

  6 yang dulu hidup berkecukupan. Setelah suaminya meninggal ia menjalani rutinitas baru, yaitu berjualan nasi pecel madiun dengan menggunakan mobil Carry. Hal ini menyebabkan ia mandiri secara finansial, bahkan mampu menggaji empat orang untuk membantunya. Sawitri kini mulai teringankan bebannya, bisa dengan leluasa memberi kepada anak dan cucu yang membutuhkan uang, tanpa harus menunggu jatah pensiun suaminya.

  Selain itu, kompas juga pernah memberi penghargaan pada lima cendekiawan yang semuanya berusia di atas 70 tahun dipilih Kompas sebagai Cendekiawan Berdedikasi. Salah satu aktivitas yang tak pernah mereka tinggalkan adalah menulis, menyebarkan gagasan kepada masyarakat meskipun mereka telah memasuki usia lanjut. Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup lansia yang optimal (Subhan, Tjahjono, Hidayati, Haryono, Laksmi, Walujani, 2008).

  Ada banyak faktor dalam rangka pencapaian Optimum Aging pada lansia. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari lansia itu sendiri ataupun dari lingkungan. Bagaimana penerimaan lansia terhadap masa tuanya dan bagaimana perlakuan lingkungan. Atau bisa juga pengaruh masa lalu, masa kini serta tujuan hidup dimasa depan. E.Hurlock, memberikan beberapa kunci yang dapat menunjang kebahagian pada masa usia lanjut : faktor dari lansia, faktor lingkungsan, dan faktor gabungan. Faktor tersebut antara lain: sikap yang menyenangkan terhadap usia lanjut berkembang sebagai akibat dari kontak pada usia sebelumnya dengan usia lanjut yang menyenangkan, kenangan yang menggembirakan sejak masa

  7 kanak-kanak sampai masa dewasanya, sikap yang realistis terhadap kenyataan dan mau menerima kenyataan tentang perubahan fisik dan psikis sebagai akibat dari usia lanjut yang tidak dapat dihindari, perasaan puas dengan prestasi yang ada sekarang dan prestasi masa lalu, puas dengan status perkawinannya dan kehidupan seksualnya, kesehatan cukup bagus tanpa mengalami masalah kesehatan yang kronis, mempunyai kesempatan untuk memantapkan kepuasan dan pola hidup yang diterima oleh kelompok sosial dimana ia sebagai anggotanya, diterima dan memperoleh respek dari kelompok sosial, bebas untuk mencapai gaya hidup yang diinginkan tanpa intervensi dari luar, terus berpartisipasi dengan kegiatan yang berarti dan menarik, melakukan kegiatan produktif, baik kegiatan dirumah maupun kegiatan yang secara sukarela dilakukan (Syamsuddin, 2008).

  Sementara dalam konteks keindonesiaan yang sangat menekankan nilai- nilai komunal kolektivitas, salah satu faktor yang sangat memberikan kebahagian pada lansia yakni ketika mereka diberikan kesempatan untuk tinggal bersama dengan anak-anaknya dalam satu atap dimasa tuanya serta bisa berkumpul dengan cucunya, sehingga kadang ada istilah cucu kesayangan dll, dan melihat anak-anak mereka berhasil dan sukses dalam kehidupannya hal ini juga berasal dari faktor tingginya tanggung jawab orang tua terhadap anak tingginya tingkat ketergantungan anak pada orang tua (Syamsuddin, 2008). Dalam budaya indonesia lansia merupakan orang yang disegani dan dihormati oleh keluarga dan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan individu untuk meminta pertimbangan pada orang-orang tua. Selain itu wujud penghargaan pada lansia juga terlihat pada acara sungkeman pada saat lebaran yang dilakukan oleh anak-

  8 anak pada orang tua dan pada kakek atau nenek. Tradisi tersebut dapat menyebabkan lansia merasa senang dan merasa dibutuhkan oleh keluarga.

  Dari keterangan diatas, dapat dilihat bahwa di masa lansia terdapat lansia yang merasa kesulitan, sakit dan mengalami kemiskinan, terdapat juga lansia yang tetap bahagia meskipun mereka mengalami berbagai penurunan. Namun bagaimanakah kesejahteraan lansia yang tinggal di Yogyakarta?

  B. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan hidup subjektif pada lansia di Yogyakarta.

  C. Manfaat Penelitian

  Manfaat teoritis Untuk menyumbang penelitian baru tentang lansia.

  Manfaat praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu kita sebagai generasi muda dalam memahami lansia dan agar dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu generasi muda dalam mempersiapkan diri menghadapi masa lansia.

  Pemerintah mengetahui bagaimana kesejahteraan lansia, sehingga dapat membuat kebijakan yang berguna bagi lansia

BAB II LANDASAN TEORI A. Lansia

1. Batasan Lansia

  Dalam buku Life-Span Development disebutkan bahwa masa dewasa akhir dimulai dari usia 60-an dan diperluas sampai sekitar usia 120 tahun, memiliki rentang kehidupan paling panjang dalam periode perkembangan manusia-50 sampai 60 tahun. Kombinasi antara panjangnya masa kehidupan dengan peningkatan dramatis jumlah orang dewasa yang hidup menuju usia tua telah membawa peningkatan perhatian terhadap perbedaan periode masa dewasa akhir.

  Beberapa ahli perkembangan membedakan antara orang tua muda atau usia tua (usia 65 sampai 74 tahun) dan orang tua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes, Smith & Staudinger, Charness & Bosman, 1992; Neugarten, 1980 dalam Santrock, 1997). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4, yaitu: Usia pertengahan (middle age) 45 - 59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas.

  Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia

  10 seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia. Pada penelitian ini peneliti memakai batasan usia 56 tahun. Hal ini kerena penelitian ini akan dilakukan di Indonesia.

2. Perkembangan Lansia

  Perkembangan lansia ini meliputi tiga aspek, yaitu: aspek fisik, aspek kognitif, dan aspek sosial emosi.

a. Aspek Fisik

  Usia lanjut menyebabkan penurunan fisik yang lebih besar dibandingkan periode-periode usia sebelumnya. Jika proses menua mulai berlangsung, di dalam tubuh mulai berlangsung perubahan-perubahan struktural yang merupakan proses degeneratif dan mengakibatkan kemunduran fungsi organ-organ tubuh.

  Beberapa kemunduran organ tubuh diantaranya adalah sebagai berikut: Kulit berubah menjadi tipis, kering, keriput, dan tidak elastis lagi.

  Kulit:

  dengan demikian fungsi kulit sebagai penyekat suhu lingkungan dan perisai terhadap masuknya kuman terganggu.

  Rambut: Rambut rontok, warna menjadi putih, kering, dan tidak mengkilat. Ini berkaitan dengan perubahan degeneratif kulit.

  Jumlah sel otot berkurang, sementara jumlah jaringan ikat

  Otot:

  bertambah, volume otot secara keseluruhan menyusut, fungsinya menurun dan kekuatannya berkurang.

  11

  Jantung dan pembuluh darah: Pada usia lanjut kekuatan mesin pompa

  jantung berkurang. berbagai pembuluh darah penting khusus yang di jantung dan otak mengalami kekakuan. Lapisan intim menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes mellitus, dan kadar kolesterol tinggi yang dapat memudahkan timbulnya penggumpalan darah dan trombosis.

  Tulang: Pada proses menua kadar kapus (kalsium) dalam tulang menurun, akibatnya tulang menjadi kropos (osteoporosis) dan mudah patah.

  Seks: Produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan bertambahnya umur.

  Penurunan fungsi organ tubuh tersebut menyebabkan lansia sering mengalami gangguan kesehatan seperti ginjal, paru dan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Lansia beresiko untuk lebih sering terkena penyakit infeksi, kanker, penyakit jantung koroner, osteoporosis, dan mengalami dementia. Fungís pendengaran dan pengelihatan juga menurun.

  Keadaan fisiologik yang semakin melemah dan daya tahan tubuh lansia yang cenderung menurun terhadap gangguan dari luar akan lebih mempermudah serangan penyakit bila tidak disertai tindakan-tindakan pencegahan dalam hal kesehatan.

b. Aspek Kognitif

  John Horn mengatakan bahwa beberapa kecakapan lansia memang mengalami penurunan, namun yang lainnya tidak. Ia mengatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal-yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-

  12

  

kemampuan verbal yang dimiliki individu -meningkat seiring usia, sedangkan

  kecerdasan mengalir-yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak- menurun secara pasti sejak masa dewasa tengah. Kecakapan lansia dalam berpikir abstrak menurun, namun akumulasi informasi individual dan kecakapan verbal meningkat. Kecepatan memproses informasi juga mengalami penurunan, namun ini dapat dicegah atau dikurangi dampaknya dengan melatih keterampilan kognitif.

c. Aspek Sosial Emosi

  Terdapat beberapa teori sosial mengenai penuaan, diantaranya adalah teori aktivitas dan teori rekonstruksi gangguan sosial. Menurut teori aktivitas, semakin orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil

  

kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemungkinan

mereka merasa puas dengan kehidupannya . Menurut teori rekonstruksi

  gangguan sosial, penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negatif

  

yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari

orang dewasa lanjut dan tidak memadainya penyediaan layanan untuk

mereka. Rekonstruksi sosial dapat terjadi dengan merubah pandangan

dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan dengan menyediakan

  . Kedua teori tersebut menyatakan

  sistem-sistem yang mendukung mereka

  bahwa lansia sebenarnya memiliki kapasitas dan kompetensi yang baik, dan dorongan lansia untuk berpartisipasi aktif di masyarakat dapat meningkatkan kepuasan hidup dan perasaan positif mereka terhadap dirinya sendiri.

  13

B. Subjective Well-being/SWB (Kesejahteraan Subyektif)

1. Pengertian

  (Kesejahteraan subyektif) merupakan istilah yang

  Subjective well-being

  sangat luas yang meliputi berbagai macam cara individu dalam mengevaluasi hidupnya, meliputi konsep- konsep yang terdiri dari kepuasan hidup, emosi yang menyenangkan, kepuasan pada bidang-bidang tertentu (pekerjaan, kesehatan, rasa terpenuhi dan berarti), dan rendahnya tingkat emosi yang tidak menyenangkan. Kesejahteraan subyektif merupakan salah satu komponen good life karena hidup tanpa kegembiraan, kasih sayang, dan rasa terpenuhi dan berarti, serta hanya berisi ketidakpuasan, kemarahan dan depresi tidak dapat disebut sebagai hidup yang ideal. Namun para ahli juga menyatakan bahwa kesejahteraan subjektif bukan merupakan kesuksesan akhir yang diperjuangkan individu. Sering kali orang ingin menjadi bahagia, tapi untuk alasan tertentu mereka menginginkan sesuatu yang bernilai khusus, meskipun tanpa hadirnya perasaan bahagia. jadi, kesejahteraan subjektif merupakan satu-satunya dari sebagian nilai akhir yang menyusun

  good life.

  (Kesejahteraan subyektif) mengacu pada

  Subjective well-being

  bagaimana individu mengevaluasi/menilai kehidupannya, dan meliputi variabel-variabel seperti: kepuasan hidup dan kepuasan pernikahan, depresi dan kecemasan, serta mood dan emosi yang positif (Diener, Suh, and Oishi. 1997). Kesejahteraan subyektif bukan merupakan satu konstruk sederhana; individu dapat merasakan sangat sejahtera bila ia merasa puas akan kondisi

  14 hidupnya (kesejahteraan kognitif), dan/atau jika individu mengalami banyak perasaan yang menyenangkan (kesejahteraan afeksi), dan jika individu merasa ia meningkatkan kualitas hidupnya (kesejahteraan prestasi), (Morrison. 2007).

  Salah satu persoalan yang sedang diteliti adalah jumlah dimensi atau komponen yang diperlukan untuk menggolongkan evaluasi seseorang terhadap hidupnya. Beberapa ahli psikologi seperti Martin E. P. Seligman membedakan antara feelings of meaning, pleasure (meliputi happy

  

emotions ), dan engagement (interest dan “flow”). Dari tradisi humanistic

  (Deci and Ryan; Ryff) meliputi variable seperti feelings of competence,

  

autonomy, growth, social connectedness, and purpose dalam mendefinisikan

  kesejahteraan. Diener memasukan semua konsep tersebut dibawah label kesejahteraan subyektif (Diener, 2003).

2. Komponen kesejahteraan subyektif

  SWB terdiri dari dua bagian terpisah (Diener, 1994) yaitu bagian kognitif dan bagian afektif. Bagian kognitif terdiri dari dua komponen, yaitu kepuasan hidup secara umum dan kepuasan pada bagian-bagian khusus. Bagian afektif juga terdiri dari dua komponen yaitu afek yang menyenangkan, dan afek yang tidak menyenangkan.

  Bagian kognitif mengacu pada penilaian secara kognitif terhadap kepuasan hidup, baik itu menilai kepuasan hidup secara umum, atau menilai kepuasan pada bagian-bagian khusus dalam hidup. Afek mengacu pada mood dan emosi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.

  15 Tingkat SWB yang tinggi, tidak hanya ditunjukkan dengan tidak adanya afek yang tidak menyenangkan, tapi juga hadirnya afek yang menyenangkan, dan kepuasan hidup serta puas akan bagian-bagian khusus dalam hidup. Keempat komponen yang dapat dipisahkan ini harus di assess seluruhnya, karena mungkin saja invidu atau komunitas memiliki tingkat tinggi pada salah satu komponen SWB, tapi mungkin dapat rendah pada komponen yang lain.

a. Bagian Kognitif

  Bagian kognitif merupakan informasi yang berdasarkan penilaian pada hidup seseorang, dimana orang memberikan penilaian terhadap hidupnya berdasarkan harapannya dan kesesuaiannya kehidupan ideal yang mereka cita-citakan, (Diener, 1994).

  Bagian kognitif terdiri dari dua komponen, yaitu penilaian kepuasan hidup secara umum dan penilaian kepuasan terhadap bagian-bagian khusus dalam hidup.

  1. Kepuasan Hidup Secara Umum Kepuasan hidup secara umum merupakan penilaian menyeluruh terhadap hidup individu yang dilakukan oleh individu tersebut.