PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH, BIAYA, DAN KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA BBM 2008

  

PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH,

BIAYA, DAN KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH

  

ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH

KENAIKAN HARGA BBM 2008

Studi Kasus: Industri Bakpia Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

  

Oleh:

Veronica Andriati

NIM: 051324029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

  

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH,

BIAYA, DAN KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH

  

ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH

KENAIKAN HARGA BBM 2008

Studi Kasus: Industri Bakpia Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

  

Oleh:

Veronica Andriati

NIM: 051324029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

  

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu akan dibukakan (Matius 7: 8)

  Skripsi ini aku persembahkan untuk: Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu membantu aku dikala aku sedih dan bimbang. Bapak dan Ibuku yang selalu mendukung aku dikala senang dan susah, dan adikku yang aku sayangi.

HALAMAN MOTO

  Tidak ada orang yang menyalakan pelita

  lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya dibawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya diatas kaki dian, supaya semua orang yang masuk kedalam rumah dapat melihat cahayanya (Lukas 8:16).

  Kunci menuju sukses: cerdas, jujur, bijak melakukan instrospeksi diri dan berdoa. Keberhasilan tidak diukur dengan apa

  yang anda raih, namun kegagalan yang telah anda hadapi, dan keberanian yang membuat anda tetap berjuang melawan rintangan yang datang bertubi-tubi (Orison Swett Maden)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  

ABSTRAK

PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH, BIAYA, DAN

KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA BBM 2008

  Studi Kasus: Industri Bakpia Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Veronica Andriati 051324029 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2009

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah tenaga kerja, omzet penjualan, upah tenaga kerja, biaya produksi dan keuntungan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.

  Penelitian ini merupakan studi perbandingan yang menguji perbedaan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 21 industri bakpia, dan seluruhnya digunakan dalam sampel. Dalam pengambilan sampel penulis menggunakan data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pendukung. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pemilik industri bakpia di Kecamatan Ngaglik. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak terdapat perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, namun tenaga kerja mengalami penurunan jika diihat dari rata-rata sesudah kenaikan harga BBM; (2) tidak terdapat perbedaan omzet penjualan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, namun omzet penjualan mengalami kenaikan jika diihat dari rata-rata sesudah kenaikan harga BBM; (3) tidak terdapat perbedaan upah pekerja sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, namun upah pekerja mengalami peningkatan jika diihat dari rata-rata sesudah kenaikan harga BBM; (4) tidak terdapat perbedaan biaya produksi sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, namun, biaya produksi mengalami peningkatan jika diihat dari rata-rata sesudah kenaikan harga BBM; dan (5) tidak terdapat perbedaan keuntungan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, namun keuntungan mengalami peningkatan jika diihat dari rata-rata sesudah kenaikan harga BBM.

  

ABSTRACT

DIFFERENCES BETWEEN TOTAL OF LABORS, TURNOVER,

SALARY, COST, AND UMKM PROFIT IN YOGYAKARTA SPECIAL

  

REGION

PRE AND POST THE INCREASE OF FUEL PRICE IN 2008

Case Study: Bakpia Industry, Ngaglik Subdistrict Sleman Regency

Yogyakarta Special Region

  

Veronica Andriati

051324029

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  

2009

  This research intended to know whether there any difference between the total of labors, sales turnover, labors salary, production cost, and profit pre and post the increase of fuel price.

  This research was comparative study of which test the difference pre and post the increase of fuel price. Population in this research was 21 bakpi industries, and all were used as sample. In sample drawing, the author used primary data as main data and secondary data as supporting data. Primary data was gained through interview with bakpia industry owner in Ngaglik Subdistrict. The data gained was then analyzed by using t-test.

  The result of this research shows that: (1) there is no difference between total of labors pre and post the increase of fuel price, however labors decreased when it is seen from the average increase of fuel price; (2) there is no difference between sales difference pre and post the increase of fuel price, however sales turnover increased if it is seen from the average post the increase fuel price; (3) there is no difference between the salary of labors pre and post the increase of fuel price, however the labors increased if it is seen from the average post the increase of fuel price; (4) there is no difference of production cost pre and post the increase of fuel price; there is not difference on profit pre and post the increase of fuel price, however the profit increase if it is seen from the average post the increase of fuel price.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul ”PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH, BIAYA, DAN KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH

  ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA BBM 2008: STUDI KASUS INDUSTRI BAKPIA KECAMATAN NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA” Studi Kasus Industri Bakpia Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

  Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian dan kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada:

  1. Bapak Drs. T. Sarkim. M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Kaprodi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Bapak Indra Darmawan, S. E., M. Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan kritik dan saran yang membangun mulai dari perencanaan sampai skripsi selesai.

  5. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan banyak membantu selama penulisan skripsi ini.

  6. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, yang telah memberikan segala dukungan, nasehat, dan masukannya.

  7. Bapak Y. M. V. Mudayen, S.pd., yang memberikan segala dukungan, nasehat, masukannya.

  8. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., yang memberikan atas segala dukungan, nasehat, dan masukannya.

  9. Seluruh dosen yang telah membantu penulis selama kuliah maupun mengerjakan skripsi.

  10. Mba Titin, yang selalu membantu dalam administrasi dan kelancaran selama perkuliahan.

  11. Bapak dan Ibu pemilik industri bakpia di kecamatan Ngaglik Sleman Yogyakarta, trima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

  12. Mba Emmy (P2KPM), trima kasih telah membatu dengan baik penyediaan data jumlah industri.

  13. Bapakku Almatius Paiman trimakasih atas doa, kepercayaan, serta kasih sayang serta segala hal yang telah diberikan pada penulis. Dan penulis berharap akan selalu dapat membahagiakan Bapak setiap waktu.

  14. Ibuku Atalia Murtiyati trimakasih telah melahirkan, memberikan kasih sayang, memberi semangat, dan doa, tanpa Ibu penulis tidak akan berhasil seperti ini. Penulis juga berharap dapat membahagiakan Ibu setiap waktu.

  15. Untuk adikku Lukas Daryadi yang telah mendukung penulis, sekolahnya yang semangat ya.

  16. Untuk Simbah putri dan Simbah-simbah ku yang telah ada di Surga, trima kasih atas kasih sayang kalian dan doa penulis akan selalu ada untuk Simbah.

  17. Sodara-sodaraku (Mba Endang, Maria, Ria, Echa, Le Nana, Le Miko, Mba Ririn) yang telah membantu dan mendukung penulis selama kuliah dan mengerjakan skripsi trima kasih semuanya.

  18. Teman-teman kos gatotkaca 8 (Mba Endar yang selalu menemani aku, Mba Elis yang membuat suasana jadi bermakna, Lani yang mengajari penulis bahasa inggris, Mba Niken yang membantu mengirimkan pulsa, dan teman- teman kos lain Vita, Desi, Mba Rosa) trima kasih tanpa kalian kos jadi sepi dan pastinya penulis akan kangen suasana kos. Dan semoga mesti kita berpisah dapat bertemu kembali.

  19. Teman-teman ku PE angkatan 2005 (Lezty, Lia, Ika, Dwik, Lely, Nian, Rinda, Nia, Katrina, Yosepin, Ita, Prima, Tina, Mery, Kiki, Ig, Anton, Jo2,

  Rinto, Darwis, Ari, Hendrikus), harus tetep semangat ya.......hari esok yang indah menanti kalian.

  Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga selalu mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga nantinya penulis dapat memperbaikinya.

  Akhir kata, penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun pihak-pihak yang membutuhkan .

  Yogyakarta,

  26 Agustus 2009 Veronica Andriati

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL.................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................iv HALAMAN MOTO................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................vii ABSTRAK............................................................................................................viii ABSTRACT............................................................................................................ix KATA PENGANTAR.............................................................................................x DAFTAR ISI.........................................................................................................xiv DAFTAR TABEL................................................................................................xvii DAFTAR GAMBAR............................................................................................xix

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................................1 B. Batasan Masalah....................................................................................4 C. Rumusan Masalah..................................................................................4 D. Tujuan Penelitian...................................................................................5 E. Manfaat Penelitian …….............…......................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Kecil............................................................................................7

  B. Kenaikan Harga BBM..........................................................................11

  C. BBM Sebagai Input Vital Produksi......................................................13

  D. Hal-Hal Yang Dipengaruhi Kenaikan Harga BBM.............................15

  E. Hasil Penelitian Terdahulu...................................................................25

  F. Kerangka Berpikir................................................................................25

  G. Hipotesis Penelitian..............................................................................27

  BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian.....................................................................................29 B. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................30 C. Subjek dan Objek Penelitian................................................................30 D. Populasi dan Sampel............................................................................31 E. Variabel Penelitian...............................................................................32 F. Teknik Pengambilan Sampel................................................................34 G. Teknik Pengumpulan Data...................................................................34 H. Teknik Analisis Data............................................................................37 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Lokasi Umum Penelitian......................................................49 B. Keadan Demografi...............................................................................50 C. Sarana dan Prasarana...........................................................................54 D. Organisasi Kecamatan Ngaglik...........................................................61 E. Peran Pemerintah Daerah Sleman pada UMKM.................................61 F. Gambaran Industri Bakpia...................................................................62 G. Deskripsi Responden...........................................................................72

  BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data………………………….……………………………..74 B. Pembahasan.........................................................................................87 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..........................................................................................97 B. Saran....................................................................................................99 C. Keterbatasan......................................................................................100 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Tabel II.1 Bagan Arus Kenaikan Harga BBM Tabel III.1 Populasi Industri Bakpia Di Kecamatan Ngaglik Kabupaten

  Sleman 2007 Tabel III.2 Kisi-kisi Wawancara Yang Dipergunakan Tabel IV.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Ngaglik Berdasarkan Agama Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Ngaglik Berdasarkan Usia Tabel IV.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Ngaglik Berdasarkan Mata

  Pencaharian Tabel IV.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Ngaglik Berdasarkan Tingkat

  Pendidikan Tabel IV.5 Sarana Transportansi di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.6 Sarana Komunikasi di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.7 Sarana Pendidikan di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.8 Sarana Pengairan di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.9 Sarana Perekonomian di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.10 Sarana Kesehatan di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.11 Sarana Peribadatan di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.12 Sarana Pariwisata di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.13 Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Kecamatan Ngaglik Tabel IV.14 Data Responden Industri Bakpia Kecamatan Ngaglik Tabel V.1 Statistik Deskriptif Jumlah Tenaga Kerja Tabel V.2 Paired Sampel Test Jumlah Tenaga Kerja Tabel V.3 Statistik Deskriptif Omzet Penjualan Tabel V.4 Paired Sampel Test Omzet Penjualan Tabel V.5 Statistik Deskriptif Upah Tenaga Kerja Tabel V.6 Paired Sampel Test Upah Tenaga Kerja Tabel V.7 Statistik Deskriptif Biaya Produksi Tabel V.8 Paired Sampel Test Biaya Produksi Tabel V.9 Statistik Deskriptif Keuntungan Tabel V.10 Paired Sampel Test Keuntungan

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar II. 1 Untung, BEP, Rugi Gambar II.2 Biaya Total, Biaya Tetap, dan Biaya Berubah Total Gambar II.3 Biaya Tetap Rata-rata, Biaya Berubah Rata-rata, dan Biaya Total

  Rata-rata Gambar II.4 Grafik Break-Even

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Naiknya harga minyak dunia berdampak pada Indonesia. Pemerintah harus menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mengikuti

  harga minyak dunia walaupun nantinya mengakibatkan pro dan kontra. 24 Mei 2008 pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi, harga premium menjadi Rp 6.000/liter, solar menjadi Rp 5500/liter, dan minyak tanah menjadi Rp 2500/liter. Pada setiap kenaikan harga BBM, pemerintah memberikan alasan yang berbeda-beda seperti beban anggaran akibat krisis (1998), penyelundupan BBM (2000 dan 2001), tingginya harga minyak dunia (2003 dan 2005), dan pada tahun 2008 pemerintah menaikan harga BBM dengan alasan pemerataan atau realokasi subsidi dari orang kaya ke orang miskin (Abimanyu, 2008).

  Kenaikan harga BBM dapat mengakibatkan daya beli masyarakat berkurang dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi menurun. Karena, naiknya harga BBM mempengaruhi segala bidang ekonomi. Masyarakat suka atau tidak suka akan menerima dampak dari kenaikan harga BBM.

  Di sektor industri, kenaikan harga BBM berpengaruh pada proses produksi yang menggunakan BBM. Proses produksi terpengaruh karena harga bahan baku yang bertambah akibat biaya transportsi yang

  1

  meningkat, selain itu biaya untuk distribusi hasil produksi juga meningkat.

  Salah satu industri yang terkena dampak kenaikan harga BBM tahun 2008 adalah industri yang tergolong dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Berdasarkan data BPS tahun 2007 di Indonesia jumlah UMKM periode 2005-2006 mengalami peningkatan sebesar 9,19 persen. Tentunya hal ini sangat menguntungkan karena UMKM dapat menciptakan PDB nasional menurut harga berlaku tahun 2006 sebesar 53,28 persen lebih besar jika dibandingkan dengan usaha besar yang sebesar 46,72 persen. UMKM juga memberikan kontribusi total nilai ekspor nasional tahun 2006 sebesar 15,7 persen. Selain itu juga pada tahun 2006 dapat menyerap tenaga kerja sebesar 96,18 persen dari total penyerapan tenaga kerja di Indonesia (Kusumo, 2008: 5-10).

  Di Yogyakarta sendiri banyak terdapat jenis industri kecil dari industri kerajinan perak, gerabah, batik sampai industri pengolahan makanan. BPS Provinsi DIY (2008: 310) menyatakan bahwa jumlah industri kecil di DIY tahun 2007 adalah 4.804 unit dengan jumlah tenaga yang terserap sebanyak 49.614 pekerja. Industri pengolahan makanan memberikan 29,75 persen terhadap penyerapan tenaga kerja. Nilai output yang dihasilkan oleh industri makanan dan minuman 62,30 persen dari seluruh output yang terbentuk (BPS Provinsi DIY, 2008: 310).

  Bakpia adalah makanan khas dari Yogyakarta, sebagian besar industri yang memproduksinya termasuk dalam industri kecil dan rumah tangga. Industri ini mempunyai aset bersih kurang dari 200 juta, dan mempunyai pekerja antara 1-19 orang, sehingga untuk memperluas usahanya sangat sulit. Belum lagi mereka harus menghadapi kenaikan harga BBM yang berimbas pada naiknya harga bahan baku dan biaya pemasaran. Mereka menghadapi masalah besar untuk mempertahankan usahanya. Kenaikan harga-harga bahan baku membuat produsen terpaksa menaikan harga jual produknya. Masalah yang selanjutnya akan timbul adalah terjadi penurunan jumlah pendapatan. Sungguh sangat memprihatinkan disatu sisi UMKM memberikan manfat yang sangat besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan. Namun, disisi lain mengalami banyak tantangan dari perubahan perekonomian seperti kenaikan harga BBM yang meningkatkan biaya produksi.

  Kenaikan harga BBM telah berlalu selama 1 tahun namun dampaknya masih terasa. Kenaikan harga BBM dapat mengganggu kegiatan produksi industri kecil. Didalam industri kecil yang akan terganggu adalah jumlah tenaga kerja, omzet, upah, biaya, dan keuntungan. Perusahaan akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan dengan mengurangi tenaga kerja karena omzet perusahaan menurun. Upah pekerja pun akan menerima imbasnya karena dengan naiknya harga BBM pendapatan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Dengan berkurangnya omzet dan bertambahnya beban maka akan mengurangi keuntungan. Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul ”PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH, BIAYA, DAN KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA BBM 2008 : STUDI KASUS INDUSTRI BAKPIA KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”.

  B. Batasan Masalah

  Kenaikan harga BBM mempengaruhi banyak sektor seperti, biaya angkutan umum yang meningkat, harga makanan meningkat, harga minuman meningkat, biaya sekolah naik dan meningkatnya inflasi. Karena keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan penulis maka dalam penelitian ini perbedaan setelah 1(satu) tahun kenaikan BBM hanya dibatasi terhadap jumlah tenaga kerja, omzet, upah, biaya dan keuntungan.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Apakah terdapat perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM?

  2. Apakah terdapat perbedaan omzet penjualan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM?

  3. Apakah terdapat perbedaan upah tenaga kerja sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM?

  4. Apakah terdapat perbedaan biaya produksi sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM?

  5. Apakah terdapat perbedaan keuntungan perusahaan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM?

  D. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis perbedaan kenaikan harga BBM setelah 1 (satu) tahun terhadap jumlah tenaga kerja, omzet penjualan, upah pekerja, biaya, dan keuntungan.

  E. Manfaat Penelitian

  Hasil dari pelaksanan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

  1. Industri Bakpia Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Peneliti mengharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk mempertahankan dan memperluas usahanya sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak.

  2. Pemerintah Hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu pertimbangan dan bahan evaluasi untuk mengembangkan industri rumah tangga baru.

  Selain itu penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi pemerintah bila ingin menaikan harga BBM dimasa yang akan datang, sehingga dapat dijadikan dasar kebijakan selanjutnya.

  3. Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan penelitian selanjutnya tentang dampak kenaikan harga BBM terhadap jumlah tenaga kerja, omzet, upah, biaya, dan keuntungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Kecil Pengusaha kecil banyak kita temukan dimana-mana. Pedagang

  kaki lima dan pedagang asongan bahkan pengusaha yang berada di pasar juga termasuk pengusaha kecil. Kriteria usaha kecil sangat luas, dapat terlihat dari UU Usaha kecil No 5 Tahun 1995 (Iwantoro, 2002: 4). Kriteria usaha kecil dapat kita lihat dengan Undang-Undang Usaha Kecil Nomor 5 Tahun 1995, yang disebut usaha kecil adalah usaha yang memenuhi kriteria:

  1. Memiliki kekayaan (aset) bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, tempat usaha.

  2. Memiliki hasil penjualan tahunan (omzet) paling banyak Rp 1 miliar.

  3. Milik warga negara Indonesia.

  4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung oleh usaha besar atau usaha menengah, berbentuk badan usaha perseorangan, badan usaha tidak berbadan hukum, atau usaha berbadan hukum, termasuk koperasi.

  Menurut Zimmerer dan Norman (2005: 11-13) potensi kelemahan bisnis kecil adalah pendapatan yang tidak pasti, resiko kehilangan seluruh investasi, waktu kerja lama dan memerlukan kerja keras, mutu hidup yang rendah sampai bisnis mapan, ketegangan mental yang tinggi, tanggung jawab penuh, mudah muncul sikap keputus-asaan. Pendapatan wirausahawan tidak pasti, ini dikarenakan perusahan kecil pada masa awal usahanya sangat sulit memperoleh pendapatan besar. Akibatnya adalah para pemilik membayar beban-beban yang harus dibayarkan dan sisanya adalah pendapatannya. Risiko kegagalan pada bisnis kecil juga sangat tinggi, risiko ini dapat diatasi dengan selalu belajar dari pengalaman. Sehingga seseorang yang mendirikan usaha harus siap rugi dan siap untung.

  Untuk membangun suatu usaha memanglah mudah, tetapi untuk mempertahankan dan membuat maju sangat sulit. Membutuhkan waktu yang sangat lama dan kerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Karena itu wirausahawan mengorbankan waktu untuk keluarganya yang digunakan untuk mengembangkan bisnisnya sampai mapan. Selain waktu yang banyak dalam mengelola usaha juga ketegangan dan kekhawatiran yang tinggi, karena mereka terkadang mengorbankan apa saja yang dimiliki supaya usahanya dapat berhasil.

  Dengan mempunyai tanggung jawab yang penuh terhadap segala keputusan, apakah usahanya akan berhasil atau gagal itu semua tergantung dari keputusan wirausahawan. Sikap keputus-asaan pengusaha harus dapat di atasi karena semakin maju pasti akan dapat tantangan dan hambatan.

  Dengan sikap optimis akan dapat menyelesaikan segala tantangan dan hambatan tersebut.

  Menurut Susilo (2008: 137) faktor penentu kinerja atau ketahanan usaha kecil pada masa krisis adalah faktor permintan pasar, kenaikan harga input dan kelangkan barang input. Faktor permintan pasar akan menentukan ketahan industri kecil karena bila permintan pasar tetap atau bahkan mengalami peningkatan permintan pada saat terjadi krisis maka usaha kecil tersebut dapat bertahan. Kenaikan harga input dan kelangkan barang input juga dapat mempengaruhi ketahanan usaha kecil. Keadan krisis tetapi bahan baku masih tersedia dengan harga yang relatif tetap maka dapat mempertahankan bahkan meningkatkan usaha kecil ditengah kondisi krisis ekonomi.

  Dilihat dari pengolahannya produk pangan dapat digolongkan atas produk primer, sekunder, dan tersier (Iwantoro, 2002: 72). Produk primer adalah produk tanpa pengolahan seperti beras, jagung, singkong, ikan, sayur dan lainnya. Produk sekunder adalah produk setengah jadi seperti tepung, susu, tempe, tahu, minyak sayur, dan lainnya. Produk tersier adalah produk jadi seperti roti, biskuit, makanan dalam kaleng, dan makanan jadi restoran.

  Menurut hasil Susenas 1980 dan 1987 dapat diketahui pola pergeseran permintan produk tersebut pada 1980, total pengeluaran masyarakat untuk konsumsi pangan, pangsa produk primer adalah 62%, produk sekunder 27% dan produk tersier 11%. Dan pada tahun 1987 pangsa produk primer turun menjadi 57%, produk sekunder turun menjadi 23% dan produk tersier meningkat menjadi 20% (Iwantoro, 2002: 73). Pada data tersebut dapat disimpulkan bahwa industri makanan jadi menunjukkan perkembangan permintaan yang pesat. Sehingga pada masa mendatang industri ini mempunyai prospek yang bagus.

  Berdasarkan data BPS tahun 2007 perkembangan jumlah usaha kecil dan rumah tangga tahun 2005 terdapat 2.916.025 unit pada tahun 2006 menjadi 3.184.109 unit. Sehingga pada tahun 2006 jumlah usaha kecil menengah mengalami peningkatan sebesar 9,19 persen. Manfaat dari berdirinya usaha-usaha kecil ini tentunya sangat banyak yaitu dapat mengurangi pengangguran dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Di Yogyakarta sendiri banyak terdapat jenis industri kecil dan rumah tangga, Dinas Perindustrian menyatakan bahwa jumlah industri kecil di DIY tahun 2007 adalah 4.804 unit (BPS Provinsi DIY, 2008: 310). Dengan jumlah 29,75 persen adalah industri pengolahan makanan. Ini dapat dikarenakan jumlah permintaan terhadap industri pengolahan makanan meningkat akibat pertambahan penduduk dan permintaan para wisatawan asing atau domestik. Masih kurangnya peran pemerintah untuk membantu usaha industri kecil dan rumah tangga membuat usaha ini kurang berkembang pesat. Dengan modal seadanya dan pengolahan yang tradisional industri ini tetap berusaha untuk bertahan. Padahal bila industri seperti ini ditingkatkan jumlahnya akan dapat mengurangi pengangguran ditengah krisis ekonomi yang belum membaik.

B. Kenaikan Harga BBM

  Kenaikan harga BBM pada tahun 2000 sampai 2008 terjadi banyak isu yang beredar, sehingga mengakibatkan kenaikan harga minyak. Tahun 2005 naiknya harga minyak karena berkurangnya pasokan. Tahun 2006 harga minyak meningkat karena meningkatnya ketegangan geopolitik di Iran dan Nigeria. Terdapat isu Iran menguji coba nuklir dan menghambat pasokan dari Nigeria. Tahun 2007 kenaikan BBM karena banyaknya tekanan di Timur Tengah ditambah dengan kekhawatiran kekurangan suplai.

  Sedangkan pada kenaikan harga BBM pada tahun 2008 dikarenakan spekulan dan adanya anggapan dimana dunia sulit memenuhi kebutuhan minyak (Sidik, 2008). Para investor khawatir atas ketersediaan pasokan minyak dan menganggap saham minyak sangat menguntungkan.

  Maka hal ini diikuti para spekulan yang memandang hal ini akan menguntungkan pula. Sehingga dengan ketersediaan saham yang terbatas, sementara yang membutuhkan banyak. Maka harga dibidang energipun meningkat dan dianggap menguntungkan.

  Kenaikan BBM setiap tahun terjadi, seperti pada tahun 1998 naiknya harga BBM karena krisis. Pada tahun 2000 dan 2001 pemerintah menaikan harga BBM karena penyelundupan BBM terjadi di mana-mana, karena harga BBM didalam negeri lebih murah daripada diluar negeri.

  Kenaikkan harga BBM pada tahun 2003 dan 2005 pemerintah memberikan alasan karena tingginya harga minyak dunia, pemerintah menaikkan harga karena menyesuaikan harga. Kenaikan BBM 24 Mei 2008 merupakan kenaikan kedua selama pemerintahan SBY-JK.

  Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, premium dari Rp 4.500/liter menjadi Rp 6.000/liter, solar dari Rp 4300/liter menjadi Rp 5500/liter, minyak tanah dari Rp 2000/liter menjadi Rp 2500/liter.

  Kenaikkan harga BBM pada tahun 2008 ini pemerintah memberikan alasan pemerataan atau relokasi subsidi dari orang kaya ke orang miskin.

  Karena ketika pemerintah menaikan harga BBM, pemerintah juga memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai) (Business News, 26 Mei 2008).

   Tabel II.1 Bagan Arus Kenaikan Harga BBM Harga bahan pokok

  Faktor meningkat fundamental dan biaya (supply-

  Kenaikan harga transportasi demand) dan

BBM

naik non fundamental (geopolitik, dll)

  Keterangan: Mengganggu

: menyebabkan kegiatan

produksi usaha : mengakibatkan kecil

  Kenaikan harga BBM merupakan langkah yang rasional karena beban APBN yang semakin parah. Suman (2008) menunjukkan anggaran APBN yang digunakan untuk subsidi listrik, bahan bakar, dan subsidi pangan adalah 32%. Maka diharapkan dengan naiknya harga BBM dapat mengurangi beban anggaran akibat subsidi. Karena subsisi yang selama ini pemerintah keluarkan tidak dinikmati oleh masyarakat menengah kebawah. Subsidi tersebut dinikmati oleh masyarakat menengah keatas.

  Mereka membeli bahan bakar subsidi seperti solar atau premium untuk bahan bakar mobil.

  Kenaikan harga BBM mengakibatkan biaya transportasi naik dan harga bahan pokok pun meningkat. Kenaikan harga BBM sangat memberatkan industri kecil. Kenaikan harga BBM dapat mengganggu kegiatan produksi. Mereka harus pintar untuk mengatasi segala masalah akibat fluktuasi harga minyak dunia yang akan mempengaruhi harga minyak dalam negeri. Perusahaan dapat mengatasinya dengan menekan ongkos produksi seperti penggantian sumber energi dari minyak menjadi gas alam. Mengurangi penggunaan alat-alat yang menggunakan listrik yang tidak digunakan. Selain itu juga dibutuhkan peran pemerintah untuk membantu industri kecil untuk berkembang disaat perekonomian yang tidak stabil dengan memberikan kemudahan kredit.

C. BBM Sebagai Input Vital Produksi

  Input (masukan) adalah faktor produksi atau sumber-sumber daya (resources) barang dan jasa yang digunakan untuk menghasilkan barang

  dan jasa yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa lain atau yang digunakan dalam proses produksi (Gilarso, 2003: 303). Input faktor- faktor produksi dapat mempengaruhi hasil produksi, karena bila ditambah maka output atau hasil produksi tertentu akan bertambah juga.

  Kegiatan produksi pada awalnya menggunakan tenaga manusia, namun setelah revolusi industri, tenaga manusia diganti dengan mesin- mesin. Pada awalnya penggunaan mesin tersebut menggunakan genset dan pada akhirnya mesin-mesin tersebut menggunakan minyak. Banyak perusahaan yang beralih menggunakan minyak karena minyak lebih murah dan praktis. Maka semenjak itu konsumsi minyak bertambah.

  Dilihat dari sisi pemakai BBM, sektor Industri merupakan pemakai BBM ketiga setelah transportasi dan rumah tangga (Hidayat, 2005). Namun BBM adalah energi yang dibutuhkan dalam proses produksi. Selama tahun 1990-2000 tingkat konsumsi BBM sektor industri terhadap total konsumsi BBM dalam negeri rata-rata sebesar 21% setiap tahunnya.

  Konsumsi BBM di sektor industri mengalami kenaikan karena diakibatkan pertambahan jumlah penduduk. Namun konsumsi BBM di industri sempat turun pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997. Banyak industri yang menghentikan produksinya dan ada yang tetap menjalankan produksinya mengurangi jumlah produksi. Hal ini terjadi pada industri makan, minuman, industri tekstil, pakaian jadi, industri kulit. Menurut Hidayat (2005) memasuki tahun 2000 konsumsi BBM di sektor industri meningkat karena perekonomian semakin stabil.

D. Hal-Hal Yang Dipengaruhi Kenaikan Harga BBM

  1. Tenaga Kerja Kerja manusia (labor) dalam ilmu ekonomi diartikan segala usaha manusia, baik jasmani maupun rohani, yang dicurahkan dalam proses peningkatan kegunaan ekonomi (Gilarso, 2004: 89). Garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja (Dumairy, 1996:74). Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja (Gilarso, 2004: 90).

  Batas usia kerja atau penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas (BPS, 2007: 57). Setiap orang yang sudah berusia 15 tahun keatas tergolong sebagai tenaga kerja. Peningkatan batas usia kerja dari 10 tahun keatas menjadi 15 tahun keatas dikarenakan konsekuensi program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Bukan tenaga kerja adalah penduduk yang belum berada dalam batas usia kerja.

  Tenaga kerja dibedakan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (Dumairy, 1996:74). Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengagguran. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi (BPS, 2009: xiv).

  2. Omzet Penjualan Penjualan (selling) artinya proses menjual. Menjual (sale) adalah menyerahkan sesuatu kepada pembeli dengan harga tertentu (Nafarin.

  2007: 96). Penjualan menggambarkan hasil dari penjualan barang/jasa kepada pembeli atau langganan selama satu periode tertentu (Manullang, 2002:316). Agar perusahaan tidak mengalami kerugian karena terlalu banyak memproduksi barang/jasa maka perusahaan harus memperkirakan besarnya penjualan atau dinamakan dengan ramalan jual. Ramalan jual adalah proses aktivitas memperkirakan produk yang akan dijual dimasa mendatang dalam keadaan tertentu dan di buat data yang pernah terjadi dan atau mungkin akan terjadi.

  Teknik membuat ramalan jualan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif atau gabungan keduanya (Nafarin, 2007: 96-99).

  Ramalan kualitatif dapat dilakukan dengan menekankan pertimbangan dan keahlian dari para tenaga penjualan. Berdasarkan survei informal dari pelanggan utama perusahaan yang dilakukan oleh bagian penjualan. Mengunakan pertimbanga eksekutif tingkat atas dalam perusahaan itu. Meminta pendapat para pakar, orang yang ahli dan berpengalaman dimintai pertimbangan untuk meramalkan jualan.

  Survei konsumen, dilakukan dengan meneliti konsumen.

  Ramalan Kuantitatif dapat dilakukan dengan 4 metode. Yang pertama adalah analisis lini produk seperti keputusan sementara jalur produk baru yang akan diperkenalkan, jalur produk lama yang akan dihapus dan inovasi terbaru. Metode distribusi probabilitas dengan cara menaksir variasi produk yang akan dijual lalu menentukan nilai probabilitas. Analisis tren dan regresi dengan menggunakan metode statistik

  Omzet penjualan seimbang bila hasil dari penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk produksi atau Break Even Point. Dapat diperoleh dimana total cost/biaya total sama dengan total

  revenue /peneriman total (TC=TR). Dalam keadan ini perusahaan tidak

  mengalami untung atau rugi. Bila perusahaan memperoleh penjualan lebih kecil jumlahnya dari biaya yang dikeluarkan untuk produksi berarti perusahaan mengalami kerugian (TC>TR). Sedangkan bila (TC<TR) maka yang terjadi adalah perusahaan mengalami untung.

  Kondisi seperti ini yang diinginkan setiap perusahaan yaitu mendapatkan laba sebesar-besarnya.

  Gambar II. 1 Untung, BEP, Rugi RP TR TC

  Untung (TC<TR) BEP (TR=TC)

Rugi (TC>TR)

Q

  Sumber: Gilarso, 2003: 136

  3. Upah Pekerja Upah adalah pembayaran kepada pemilik sumber daya tenaga kerja. Harga yang harus dibayar untuk penggunaan tenaga kerja pada kurun waktu tertentu (Gilarso, 2004: 415). Upah dibedakan menjadi dua pengertian yaitu upah nominal dan upah riil. Upah nominal/uang adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran ke atas tenaga mental atau fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja (Sukirno, 2005: 351). Secara singkat upah nominal yaitu sejumlah uang yang diterima, sedangkan upah riil yaitu jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan upah uang itu (Gilarso, 2003: 211).

  Sistem pengupahan adalah sistem yang menentukan bagaimana upah diatur dan diterapkan. Menurut Simanjuntak (1985: 110) sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan tiga fungsi upah yaitu: menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang, dan menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja. Gilarso (2003: 215) menunjukkan lima hal yang menentukan tingkat upah yang berlaku dalam masyarakat yaitu tingkat harga, produktivitas kerja, struktur ekonomi nasional, peraturan pemerintah, keadilan dan perikemanusiaan.

  Tingkat harga dapat menentukan upah, ini terjadi apabila harga- harga kebutuhan hidup naik. Kaum buruh dan para pegawai akan menuntut agar gaji disesuaikan dan tingkat upah akan naik. Sebaliknya dengan naiknya gaji akan membuat harga menjadi semakin naik.

  Produktivitas kerja juga menentukan upah, bila produktifitas tenaga kerja rendah maka upah yang didapat juga rendah. Struktur ekonomi nasional juga mempengaruhi tingkat upah. Misalnya bila banyak pengangguran, buruh akan sulit menuntut kenaikan upah, orang terpaksa menerima upah yang rendah asalkan mendapat pekerjaan. Peraturan pemerintah dengan Undang-Undangnya mempengaruhi tingkat upah pula. Yang terakhir adalah keadilan dan perikemanusian, dimana bila karyawan telah bekerja dengan sebaik-baiknya dia berhak menerima upah yang sekurang-kurangnya cukup untuk hidup layak dengan keluarganya.

  Tingkat upah para pekerja di Indonesia, khususnya pekerja rendahan atau buruh kasar sangat rendah (Dumairy, 1996:84). Selain itu juga ada perbedaan penerimaan upah antara pekerja perempuan dan laki-laki. Pekerja perempuan menerima upah lebih rendah dari pekerja laki-laki.

  4. Biaya Produksi Biaya produksi (production cost) perusahaan adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktor- faktor produksi yang akan digunakan untuk menciptakan barang- barang yang diproduksikan perusahaan tersebut (Sumarsono, 2007:151). Biaya yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit.

  Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan. Sedangkan biaya

  implisit (ongkos tersembunyi) adalah taksiran pengeluaran terhadap

  faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri (Sukirno, 2005: 208).

  Didalam menganalisis biaya produksi dibedakan dua jangka waktu yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Biaya jangka pendek adalah jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. Sedangkan biaya jangka panjang adalah jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan (Sukirno, 2005: 209). Pada periode perencanaan jangka panjang, semua input (faktor produksi) dapat diubah skalanya (variabel) dan semua faktor produksi dapat mengalami perubahan. Proses produksi dapat ditingkatkan kegiatannya dengan memperbesar produksinya dan produsen dapat merubah baik biaya faktor produksi variabel maupun biaya produksi tetapnya (Sumarsono, 2007:167-168).

  Biaya produksi jangka pendek yang diperlukan dalam menghasilkan suatu produk dapat dibedakan menjadi dua bagian yang pertama biaya total dan jenis-jenis biaya total terdiri dari total cost, total fixed cost, total variabel cost, yang kedua biaya rata-rata dan

  marjinal terdiri dari average fixed cost, average variabel cost, average cost , dan marginal cost (Sukirno, 2005: 209-212).

  Total cost/biaya total (TC) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang. Biaya total suatu perusahaan dalam jangka pendek tergantung pada ukuran perusahaan dan pada tingkat

  output yang diproduksi. Total cost didapat dari menjumlahkan biaya

  tetap dan biaya variabel. Total fixed cost/biaya tetap total (TFC) adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan walaupun perusahaan tidak berproduksi. Biaya ini adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Total variabel

  cost /biaya berubah rata-rata (TVC) adalah biaya yang dikeluarkan

  apabila berproduksi dan besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya barang yang diproduksi. Semakin banyak barang yang di produksi biaya variabelnya semakin besar begitu juga sebaliknya.

  Gambar II.2 Biaya Total, Biaya Tetap, dan Biaya Berubah Total Produksi Biaya TC TVC TFC TFC Sumber: Sukirno, 2005: 213 Produksi Jumlah

  Average fixed cost /biaya tetap rata-rata (AFC) adalah biaya tetap total (TFC) dibagi dengan jumlah barang yang diproduksi (Q).

  Average variabel cost /biaya berubah rata-rata (AVC) adalah biaya

  berubah total (TVC) dibagi dengan jumlah barang yang diproduksi (Q). Average cost/biaya total rata-rata (AC) adalah biaya yang dapat dihitung dengan biaya total (TC) di bagi sejumlah barang yang diproduksi (Q). Marginal cost/biaya marginal (MC) adalah tambahan biaya yang disebabkan karena tambahan satu unit produksi.

  Gambar II.3 Biaya Tetap Rata-rata, Biaya Berubah Rata-rata, Produksi Biaya dan Biaya Total Rata-rata AC Sumber: Gilarso, 2003: 139 Jumlah AFC AVC= AC - AFC Produksi