PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG
PENGERING PADI ENERGI SURYA
DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajad sarjana S-1
Diajukan oleh :
P. Susilo Hadi
NIM : 085214060
Kepada
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PADDY SOLAR DRYER
WITH HEIGHT VARIATION OF CHIMNEY
FINAL PROJECT
Presented as Partial fulfillment of the Requirements
To Obtain the Sarjana Teknik Degree
By :
P. Susilo Hadi
Student Number : 085214060
To
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR
PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN
VARIASI TINGGI CEROBONG
Disusun oleh :
Nama : P. Susilo Hadi NIM : 085214060Telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T.
Tanggal : …………………………
TUGAS AKHIR
PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN
VARIASI TINGGI CEROBONG
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : P. Susilo Hadi NIM : 085214060Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal 25 Januari 2012
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji :
Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Ir.Petrus Kanisius Purwadi,M.T …………… Sekretaris : I Gusti Ketut Puja, S. T., M. T. ……………
Anggota : Ir.Franciscus Asisi Rusdi Sambada,M.T.
…………… Yogyakarta, 26 Januari 2012 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta Dekan ( Paulina Heruningsih Prima Rosa S.Si.,M.Sc.)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapatkarya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi di sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka Yogyakarta, 26 Januari 2012P. Susilo Hadi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
anugrah-Nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat tersusun dan dapat terselesaikan
dengan lancar. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan yang
berupa dorongan, motivasi, doa, sarana, materi sehingga dapat terselesaikannya
Tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuannya, antara lain1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa S.Si.,M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Ir. PK. Purwadi, M.T, selaku ketua Program Studi Teknik Mesin.
4. Bapak Ir, FA. Rusdi Sambada, M.T., selaku dosen Pembimbing Utama Tugas Akhir.
5. Segenap staf pengajar Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga sangat berguna dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
6. Segenap staf karyawan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
7. Aditya Nugrahanto, teman seperjuangan dalam pembuatan Tugas Akhir ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa khususnya angkatan 2008 yang telah berjuang bersama dan memberikan masukan-masukan serta dorongan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
9. Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan Laporan Tugas akhir.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu
diperbaiki dalam penulisan Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan
masukan dan kritik, serta saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakannya.
Semoga penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis
maupun pembaca. Terima kasih.Yogyakarta, 26 Januari 2012 P.Susilo Hadi
INTISARI
Pengeringan merupakan salah satu proses yang penting pada pengolahan hasilpertanian terutama padi. Pada umumnya pengeringan dilakukan dengan penjemuran
langsung,tetapi cara ini kurang efektif karena waktu yang dibutuhkan relatif lebih
lama. Salah satu alternatif mengatasi masalah tersebut adalah dengan alat pengering
menggunakan energi surya, disamping lebih efisien juga lebih ramah lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui energi berguna, efisiensi kolektor, efisiensi
pengambilan kadar air, efisiensi sistem,penurunan massa padi dan tarikan tambahan
yang dihasilkan oleh cerobong.Ukuran kotak absorber adalah 2 m x 1 m, dengan tinggi rak pengering 0,8 m.
Variabel yang divariasikan adalah tinggi cerobong yaitu tinggi cerobong 0,1 m
dengan 2 m dan proses pengeringannya. Variabel yang diukur adalah
temperatur,kelembaban dan energi surya yang datang. Pengukuran temperatur dan
kelembaban dilakukan untuk udara masuk kolektor, udara keluar kolektor dan udara
keluar kotak pengering.Hasil penelitian menunjukkan bahwa energi berguna, efisiensi kolektor dan
efisiensi sistem pengeringan alat pengering padi dengan tinggi cerobong 2 m lebih
rendah 55,5 %,35,7 % dan 21,6 % dari alat pengering padi dengan tinggi cerobong
0,1 m. Efisiensi pengambilan kadar air dan tarikan pada cerobong pengering padi
dengan tinggi cerobong 2 m lebih tinggi 38,1 % dan 96,5 % dari alat pengering
dengan tinggi cerobong 0,1 m. Penurunan massa padi untuk pengeringan dengan alat
pengering lebih tinggi 200 % dari pengeringan konvensional. Kata kunci : padi, absorber, cerobong.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………....…… i TITLE PAGE ..2.1 Dasar Teori ………………………………………………………... 5
……...…………………………………………...….. 13 3.2 Variabel yang Divariasikan ..
3.1 Skema Alat ..
2.6 Penelitian yang Pernah Dilakukan ……………………………....... 11 BAB III METODE PENELITIAN ………...…………………………………. 13
2.5 Ta rikan Tambahan Pada Cerobong (∆p) ….....……........……..…... 9
2.4 Efisiensi ……...…..………………………………………………... 6
2.3 Energi Berguna ………..…............................................................... 6
2.2 Prinsip Kerja .. …...…………………..…………………………... 6
BAB II LAND ASAN TEORI …....…………………………………………... 5
.………………………………………………………..………... ii HALAMAN PERSETUJUA N …………………………………………………. iii
LEMBAR PENGESAHAN ...…………………...…………………………….... iv
1.4 Manfaat ……………….….……………………………………….. 4
1.3 Tujuan Penelitian ....……….……..……………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah ……..….……..……………………………….. 2
1.1 Latar Belakang ………………..……………………………….…. 1
…………………………………………………..………... xii
DAFTAR TABEL ….……………………………………………………………. xvii
BAB I PENDAHULUAN . …………………………………………………... 1
INTISARI ………………………………………………………………………. ix
DAFTAR IS I ……………………………………………………………………. x DAFTAR GAMBARLEMBAR PERNYATAAN .....……………………………………………..….. v
KATA PENGANTAR …….....…………………………………………………. vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... viii
……...…………………………...….. 14
3.4 Langkah Penelitian ..
………………………..……………...……… 15
3.5 Pengolahan dan Analisa Data ……………………………………. 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
17 ….……………………….......…..…
4.1 Data Penelitian ……..………………………………………….….. 17
4.2 Perhit ungan Data ……………………………………………….…. 42
4.3 Grafik Hasil Perhitungan ….............................................................. 48
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 54
5 .I Kesimpulan …................................................................................... 54
5.2 Saran ............................................................................................. 55
5.3 Penutup ............................................................................................. 55 Daftar Pustaka ……………………………………………………... 56 Lampiran ........................................................................................... 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alat pengering energi surya ......................................................... 5 Gambar 2.2Pengering energi surya ……........................................................... 10
Gambar 3.1 Pengering energi surya dengan tampak depan dan tampak belakang ……….............................................................................. 13Gambar 3.2 Pengering energi surya dengan tampak samping …...................... 14Gambar 3.3 Posisi-posi si pengukuran ………………………………………… 15Gambar 4.1 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggicerobong 0,1 m pengambilan data pertama ..
…………………… 18
Gambar 4.2 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggicerobong 0,1 m pe ngambilan data pertama ….…………………. 18
Gambar 4.3 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggicerobong 0,1 m pengambilan data pertama ..
……………………. 19
Gambar 4.4 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 0,1 m pengambilandata pertama ……………………………………………………... 19
Gambar 4.5 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 0,1 m pengambilandata pertama ……………………………………………………... 20
Gambar 4.6 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 0,1 m pengambilan datapertama ... ………………………………………………………… 20
Gambar 4.7 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 0,1 mpengambi lan data pertama ……………………….……………… 21
Gambar 4.8 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggicerobong 2 m pengambilan data kedua …………………………. 22
Gambar 4.9 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggicerobong 2 m pengambilan data kedua ………….………………. 23
Gambar 4.10 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggicerobong 2 m pengambilan data kedua ………………………….. 23
Gambar 4.11 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilandata kedua ………………………………………..….................... 24
Gambar 4.12 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilandata kedua ...................................................................................... 24
Gambar 4.13 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan datakedua …………………………………………………………….. 25
Gambar 4.14 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 mpengambilan data kedua ………………………………...……….. 25
Gambar 4.15 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggicerobong 2 m pengambilan data ketiga ………….……………… 26
Gambar 4.16 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggicerobong 2 m pengambilan data ketiga ..
………………. ……….. 27
Gambar 4.17 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggiGambar 4.18 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilancerobong 2 m pengambilan data keempat …………………...….. 31
Gambar 4.27 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan datadata keempat ………………………………….…………………. 32
Gambar 4.26 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilandata keempat ……………………………………….……………. 32
Gambar 4.25 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilancerobong 2 m pengambilan data keempat ………………..……… 31
Gambar 4.24 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggiGambar 4.23 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggidata ketiga …………………………………………..…………… 28
cerobong 2 m pengambilan data keempa t ……..….…..…………. 30
Gambar 4.22 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggipengambilan data ketiga …………………………………………. 29
Gambar 4.21 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 mketiga …………………………………………………………….. 29
Gambar 4.20 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan datadata ketiga ………………………………………..…………….... 28
Gambar 4.19 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilankeempat …………………………………………………….……. 33
Gambar 4.28 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 mdata kelima …………..………...………………………………… 36
Gambar 4.37 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggicerobong 2 m pengambilan data keenam ………………..………. 39
Gambar 4.36 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggipengambilan data kelima ……………………………..…….…… 37
Gambar 4.35 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 mkelima ……………………………………………………………. 37
Gambar 4.34 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan dataGambar 4.33 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilanpengambilan data keempat ……………………….……………… 33
data kelima …………………………………………………….… 36
Gambar 4.32 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilancerobong 2 m pengambilan data kelima ………...……………….. 35
Gambar 4.31 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggicerobong 2 m pengambilan data kelima …….…………..……….. 35
Gambar 4.30 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggicerobong 2 m pengambilan data kelima …………………....……. 34
Gambar 4.29 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggicerobong 2 m pengambilan data keenam ……..………….……… 39
Gambar 4.38 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggicerobong 2 m pengambilan data keenam ………………..………. 40
Gambar 4.39 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilandata keenam ……………………..…………………...………….. 40
Gambar 4.40 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilandata keenam ……………………………………….…………….. 41
Gambar 4.41 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan datakeenam …………………………………………………………... 41
Gambar 4.42 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 mpengambilan data keenam ……………………………………….. 42
Gambar 4.43 Energi berguna .. …………….........……………………………… 48 Gambar 4.44Efisiensi kolektor ….…………………………………………….. 49 Gambar 4.45 Efisiensi pengambilan ......................................................
….……. 50
Gambar 4.46 Efisiensi sistem pengeringan ………………….…………………. 51Gambar 4.47 Rata-rata tarikan pad a cerobong untuk tiap percobaan ……..……. 52Gambar 4.48 Penurunan massa padi untuk tiap proses pengeringan …………… 53
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pengambilan data pertama untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 0,1 m ………………………………………….…….…. 17Tabel 4.2 Pengambilan data kedua untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m …………………………...………….…………….. 21Tabel 4.3 Pengambilan data ketiga untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m …………………………………………………….. 26Tabel 4.4 Pengambilan data keempat untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m …………………………………………………….. 30Tabel 4.5 Pengambilan data kelima untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m………………………………………........……….. 34
Tabel 4.6 Pengambilan data keenam untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m……………………………………………………. 38
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengeringan merupakan salah satu proses yang penting pada pengolahan hasil
pertanian. Cara pengeringan yang kurang baik akan mengakibatkan hasil pertanian
menjadi rusak seperti busuk, berjamur atau berubah warna. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Litbang Biro Pusat Statistik (BPS) antara tahun 2004 –2006
menunjukkan bahwa tingkat kerusakan hasil pertanian pasca panen berkisar 10,39 %
hingga 15,26 % dan salah satu faktornya adalah proses pengeringan yang kurang
baik.Sampai saat ini dibanyak daerah di Indonesia pengeringan hasil pertanian
masih dilakukan dengan cara penjemuran langsung. Cara ini dapat merusak kualitas
hasil pertanian karena radiasi ultraviolet, air hujan dan gangguan binatang.
Penjemuran secara langsung juga memerlukan waktu yang lama, padahal saat panen
raya hasil pertanian umumnya melimpah dan harus dikeringkan terlebih dahulu
sebelum disimpan atau dipasarkan. Cara pengeringan yang lain adalah menggunakan
alat pengering yang umumnya menggunakan bahan bakar minyak atau energi listrik.
Tetapi belum semua daerah di Indonesia memiliki jaringan listrik atau belum
memiliki sarana transportasi yang baik sehingga bahan bakar minyak tidak mudah
didapat. Selain itu penggunaan bahan bakar minyak atau energi listrik menyebabkan
biaya proses pengeringan menjadi mahal sehingga harga jual hasil pertanian menjadi
tinggi.Energi surya merupakan energi yang tersedia melimpah di Indonesia
sehingga pemanfaatan energi surya dapat mengurangi atau bahkan menggantikan
penggunaan bahan bakar atau energi listrik dalam proses pengeringan hasil pertanian.
Alat pengering dengan memanfaatkan energi surya yang ada di Indonesia umumnya
menggunakan absorber jenis pelat yang terbuat dari tembaga atau alumunium.
Masalah yang ada dengan penggunaan absorber jenis pelat ini adalah dari segi biaya
masih termasuk mahal dan pembuatan alat pengering dengan absorber pelat termasuk
teknologi yang tidak sederhana bagi umumnya masyarakat pertanian di Indonesia.Jenis alat pengering energi surya yang lebih murah dan mudah dibuat adalah
alat pengering dengan menggunakan absorber jenis porus. Penelitian tentang
pengering energi surya jenis absorber porus ini terutama di Indonesia masih sedikit
sehingga masih perlu dilakukan banyak penelitian. Penelitian ini bermaksud
mengetahui proses pengeringan yang lebih efisien dan variasi tinggi cerobong yang
tepat untuk alat pengering padi energi surya. Dapat tidaknya jenis pengering energi
surya dengan absorber porus ini dimanfaatkan untuk pengeringan padi ditentukan
oleh efisiensi sistem pengeringan hasil pertanian yang dihasilkan.1.2 Rumusan Masalah
Analisa matematis untuk memperkirakan efisiensi pengeringan pada
pengering dengan absorber jenis porus masih sukar dilakukan, hal ini karena
mekanisme perpindahan panas udara pada absorber porus merupakan mekanisme
yang rumit. Maka penelitian ini dilakukan secara eksperimental untuk mengetahui
efisiensi pengeringan yang dihasilkan. Variabel yang mempengaruhi efisiensi
2
terutama adalah luas absorber. Luas absorber yang digunakan adalah 8 dengan
bahan alumunium. Sebagai bahan yang dikeringkan pada penelitian ini digunakan
padi. Padi dipilih karena padi merupakan hasil pertanian yang paling umum di
pedesaan.Efisiensi pengeringan pada dasarnya merupakan perbandingan antara energi
yang terpakai untuk pengeringan (untuk memanasi udara pada kolektor) dengan
energi surya yang datang. Besarnya energi yang terpakai ditentukan oleh temperatur
dan tekanan udara yang akan mengeringkan hasil pertanian setelah melewati
absorber. Semakin besar temperatur dan tekanan udara yang dihasilkan alat
pengering maka semakin besar juga energi yang terpakai untuk pengeringan
sehingga efisiensi pengeringan akan semakin besar. Dengan menggunakan absorber
yang lebih luas maka temperatur udara yang dihasilkan juga semakin tinggi, tetapi
tekanan udara akan semakin kecil karena luas absorber yang lebih besar akan
menimbulkan hambatan aliran udara yang lebih besar. Jika temperatur udara atau
tekanan yang dihasilkan terlalu kecil maka proses pengeringan bahan tidak akan
optimal, sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui tinggi cerobong
yang dapat menghasilkan perbedaan tekanan yang sesuai, supaya dapat
meningkatkan efisiensi pengeringan. Dalam penelitian ini tinggi cerobong yang
digunakan adalah 0,1 m dan 2 m,karena lebih mudah dalam pembuatan dan analisa
data yang dihasilkan.1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Mengetahui jumlah energi yang dipindahkan dari absorber ke udara (energi berguna) didalam kolektor surya.
2. Mengetahui efisiensi pengambilan kadar air untuk tiap variasi tinggi cerobong pada pengering padi energi surya.
3. Mengetahui efisiensi kolektor untuk tiap variasi tinggi cerobong pada pengering padi energi surya.
4. Mengetahui efisiensi sistem pengeringan untuk tiap variasi tinggi cerobong pada pengering padi energi surya.
5. Mengetahui tarikan tambahan pada cerobong untuk tiap variasi tinggi cerobong alat pengering padi energi surya.
6. Mengetahui penurunan massa padi menggunakan alat pengering dan dengan pengeringan konvensional.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Membantu petani untuk mengolah hasil panen produk pertanian agar produk bertahan lama.
2. Menambah kepustakaan teknologi pengeringan hasil pertanian energi surya.
3. Untuk memberikan alternatif cara yang lebih mudah dan murah dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Konstruksi pengering hasil pertanian yang umum (menggunakan absorber
pelat) dapat dilihat pada Gambar 2.1. Bagian utama dari pengering adalah absorber
(terletak dalam kotak kolektor) yang akan menerima energi surya yang datang dan
mengkonversikannya menjadi panas. Absorber ini berfungsi untuk memanasi udara
luar yang mengalir ke kotak tempat bahan yang akan dikeringkan secara alami (atau
dapat juga dengan bantuan blower). Udara yang sudah dipanasi absorber ini akan
mengalir menembus hasil pertanian yang akan dikeringkan. Pada saat udara panas ini
menembus hasil pertanian terjadi perpindahan panas dan massa air dari hasil
pertanian ke udara panas tersebut, proses ini disebut proses pengeringan.Gambar 2.1 Alat Pengering Energi Surya2.2 Prinsip Kerja Prinsip kerja dari pengering padi energi surya sederhana yaitu udara yang
masuk ke kolektor dipanasi oleh sinar matahari dan di sirkulasikan melalui lapisan
padi dengan konveksi alamiah. Udara yang bertemperatur tinggi yang melalui lapisan
padi akan menguapkan air yang terkandung di dalam padi, sehingga terjadi proses
pengeringan. Cerobong memberikan tarikan tambahan, yang diciptakan oleh
perbedaan massa jenis antara udara di dalam dan di luar pengering. u2.3 Energi Berguna (Q ) Jumlah energi yang terpakai untuk memanasi udara di absorber (jumlah
energi yang dipindahkan dari absorber ke udara) disebut dengan energi berguna dan
dapat dinyatakan dengan persamaan: =(1)
. −
_ _ dengan : m : laju massa aliran udara dalam kolektor (kg/detik)O C : panas spesifik udara (J/(kg.
C) P
O : temperatur udara keluar kolektor (
C) _ O
: temperatur udara masuk kolektor (
C) _
2.4 Efisiensi Efisiensi dari suatu alat adalah perbandingan dari keluaran yang dihasilkan
dengan masukan yang diberikan. Unjuk kerja pengering padi menggunakan energi
u),surya dinyatakan dengan energi berguna (Q efisiensi kolektor ( C ), efisiensi
Efisiensi kolektor ( C ) didefinisikan sebagai perbandingan antara energi
berguna dengan total energi surya yang datang ke kolektor, dan dapat dinyatakan
dengan persamaan:(2) = . dengan : Q : energi berguna ( W)
U
2 G T : intensitas energi surya yang datang (W/m )
2 A C : luas kolektor surya (m )
Besarnya tingkat kelembaban udara (RH) menyatakan banyaknya komposisi
kadar air yang terkandung dalam udara (Cengel, 1989), dan dinyatakan dalam
persamaan :
2
(3)=
(0.622+ )
1
1 dengan :
1 : Kelembaban spesifik udara (kg H
2 O/kg udara kering) ω
2 : Kelembaban spesifik udara jenuh (kg H
2 O/kg udara kering) ω P : Tekanan uap air jenuh pada temperatur kering (kPa) g1
P : Tekanan udara luar (kPa) diperoleh dengan persamaan :
0.622
2 (4)
=
2 −
2 dengan : P g2 : Tekanan uap air jenuh pada temperatur basah (kPa) P : Tekanan udara luar (kPa) diperoleh dengan persamaan :
−
1
2
- 2
2 = (5)
1 −
1
2 dengan :
o
C p : Panas spesifik udara (1.005 kJ/kg
C) ω 2 : Kelembaban spesifik (kg H
2 O/kg udara kering)
h fg2 : Enthalpy penguapan pada temperatur basah (kJ/kg) h g1 : Enthalpy uap jenuh pada temperatur kering (kJ/kg) o
T : Temperatur udara kering (
C)
1 o T 2 : Temperatur udara basah (
C) Efisiensi pengambilan ( P ) didefinisikan sebagai perbandingan uap air yang
dipindahkan (diambil) oleh udara dalam alat pengering dengan kapasitas teoritis
udara menyerap uap air, dan dapat dinyatakan dengan persamaan:−
_ _
=(6)
−
_ _
dengan : : kelembaban relatif udara keluar alat pengering_ : kelembaban relatif udara masuk alat pengering
_ : kelembaban jenuh adiabatis udara masuk alat pengering
_ Efisiensi sistem pengeringan ( S ) didefinisikan sebagai perbandingan antara
energi yang digunakan untuk menguapkan air dari hasil pertanian yang dikeringkan
dengan energi yang datang pada alat pengering, dan dapat dinyatakan dengan
persamaan:W L
(7) s
G A T c dengan : W : laju massa air yang menguap (kg/detik) L : kalor laten dari air yang menguap saat temperatur pengering (J/kg)
2 G : intensitas energi surya yang datang (W/m ) T
2 A C : luas kolektor surya (m )
2.5 Tarikan tambahan pada cerobong (∆p)
Tarikan tambahan pada cerobong yang diciptakan oleh perbedaan massa jenis
antara udara di dalam dan di luar pengering atau dengan perkataan lain, penurunan
tekanan anta ra kedua sisi lapisan padi (∆p) (arismunandar,W.,1995) dapat dilihat
pada Gambar 2.2.Gambar 2.2 Pengering energi surya ∆p dapat dinyatakan dengan persamaan:∆ =
1
1
2
2
− −
dengan :+
(8)
: Tinggi antara lapisan padi permukaan bawah dan dasar udara masuk
1 kolektor (m).
: Tinggi cerobong (m).
3
kg m
: Massa jenis udara diluar pengering. ().
3 : Massa jenis udara dibawah lapisan padi ( kg m )
1
3 : Massa jenis udara diatas lapisan padi ( kg m
)
2
2 g : Percepatan gravitasi (9,81 m s ) Massa jenis udara ( ) diperoleh dengan persamaan :
p
(9) ρ =
RT
dengan :
2 p : Tekanan absolut ( kN m ) R : Konstanta gas (Udara = 0,287 kN.m/(kg.K)).
T : Temperatur absolut ( K atau R).
2.6 Penelitian yang Pernah Dilakukan
Pengeringan merupakan cara terbaik dalam pengawetan bahan makanan dan
pengering energi surya merupakan teknologi yang sesuai bagi kelestarian alam
(Scanlin, 1997). Pengeringan dengan penjemuran langsung (tradisional) sering
menghasilkan kualitas pengeringan yang buruk. Hal ini disebabkan bahan yang
dijemur langsung tidak terlindungi dari debu, hujan, angin, serangga, burung atau
binatang lain. Kontaminasi dengan mikroorganisme yang terdapat di tanah dapat
membahayakan kesehatan (Häuser et. Al,2009). Kunci dari pengeringan bahan
makanan adalah mengeluarkan kandungan air secepat mungkin pada temperatur yang
tidak merusak bahan makanan tersebut. Jika temperatur terlalu rendah maka
mikroorganisme akan berkembang sebelum bahan makanan kering tetapi jika
temperatur terlalu tinggi maka bahan makanan dapat mengalami pengeringan yang
berlebih pada bagian permukaan (Kendall, 1998). Kelemahan utama dari pengering
energi surya adalah kecilnya koefisien perpindahan panas antara pelat absorber dan