KOMUNITAS SERANGGA TANAH DI TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MODUL PEMBELAJARAN EKOLOGI HEWAN Arbawa I. N. S1), Lestari N2), Artayasa I. P3) 1)Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataran 2)3)Dosen Pendidikan Biologi FKIP

  

KOMUNITAS SERANGGA TANAH DI TAMAN NASIONAL GUNUNG

RINJANI DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MODUL

PEMBELAJARAN EKOLOGI HEWAN

1) 2) 3) 1)

Arbawa I . N. S , Lestari N , Artayasa I. P

Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataran

2)3) Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataran

  

Universitas Mataram, Jalan Majapahit No. 62, Mataram

Email: [email protected]

ABSTRAK

Keberadaan serangga tanah memiliki peran penting dalam stabilitas ekosistem hutan.

  Populasi serangga dipengaruhi oleh kondisi habitatnya. Kondisi habitat serangga tanah di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) kini mulai terancam dikarenakan jumlah pengunjung pendakian TNGR setiap tahunnya selalu meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komunitas serangga tanah di TNGR, mengetahui hubungan faktor fisik dan kimia lingkungan dengan keanekaragaman, kemerataan dan dominansi serangga tanah dan mengembangkan hasil penelitian sebagai modul dalam materi perkuliahan Ekologi Hewan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Proses pengambilan data di TNGR dilakukan dengan menggunakan pitfall traps dengan metode transek. Analisis yang digunakan adalah indeks Shannon-Wiener, indeks Evenes dan dominansi Simpson. Hasil penelitian menemukan bahwa (1) Jenis serangga tanah yang ditemukan sebanyak 8 ordo yang terdiri dari 19 famili dengan 26 spesies serangga tanah. (2) Jumlah serangga tanah yang berhasil dikumpulkan sebanyak 1458 individu. (3) Indeks keanekaragaman serangga tanah yang diperoleh adalah 1,27. (4) Indeks kemerataan serangga tanah adalah 0,49. (5) Indeks dominansi yang ditemukan adalah 0,45. (6) Faktor fisik dan kimia lingkungan yang memiliki hubungan terhadap nilai indeks keanekaragaman adalah suhu, kelembapan, tebal serasah dan penutupan kanopi pohon. Kata kunci : Keanekaragaman, Serangga Tanah, Pengembangan Bahan Ajar Ekologi Hewan, Taman Nasional Gunung Rinjani.

  

PENDAHULUAN menjelaskan, serangga merupakan faktor

  biotik yang memiliki peran sangat besar Serangga merupakan golongan dalam stabilitas ekosistem hutan, hewan yang dominan di muka bumi. terutama serangga tanah. Jumlah serangga saat ini melebihi semua

  Hutan merupakan sumber daya hewan melata daratan lainnya (Borror alam yang mendukung keanekaragaman

  et al., 1992). Storer and Robert (2010)

  flora dan fauna. Populasi serangga menjelaskan bahwa serangga mencakup dipengaruhi oleh kondisi habitatnya. tiga per empat Kingdom Animalia di

  Keanekaragaman jenis flora hutan yang bumi, yang mendominasi dalam filum tinggi menyebabkan stabilitas hutan. arthropoda. Waldbauer (2003) Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) merupakan salah satu bagian dari hutan hujan tropis yang terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat. Secara geografis TNGR terletak antara 116

  o

  o

  o

  E 116

  o

  23.950

  o

  dan Stasiun 4 berada di tepi Danau Segara Anak (± 2010 m dpl ) pada kordinat S 08

  o

  23.547

  o

  E 116

  25. 193

  o

  o .

  Alat dan Bahan

  Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian yaitu gelas plastik, seng penutup, tiang besi, pisau gali, roll

  meter, soil tester, higrometer, Global Positioning System (GPS), termometer,

  mistar, botol sampel, mikroskop stereo (Oplympus), pinset, kamera (Nikon), kertas label, alkohol 70 %, formalin 4 % dan larutan deterjen.

  Metode Pengambilan Data

  Pengambilan sampel serangga selama penelitian menggunakan pitfall trap. Pitfall trap dibuat dengan cara memasang gelas plastik ke dalam tanah yang telah diisi dengan formalin 4%, alkohol 70%, dan larutan deterjen

  secukupnya. Sketsa pitfall trap dapat dilihat pada Gambar 1.

  Pengambilan data serangga tanah di TNGR dilakukan dengan menggunakan transek. Setiap stasiun

  Lempeng seng Tiang penyangga Gelas plastik Larutan pengawet

  22.096

  . Stasiun 3 berada di hutan cemara dan vegetasi sub alpin (>2.000 m dpl) pada kordinat S 08

  21’30” – 116

  o

  o

  34’15” bujur timur dan 8

  o

  18’18” – 8

  o

  32’19” Lintang Selatan. TNGR memiliki berbagai tipe ekosistem dan vegetasi cukup lengkap mulai dari hutan tropis dataran rendah (Semi Evergreen), hutan hujan tropis pegunungan (1.500-2000 m dpl) hingga hutan cemara dan sub alpin (>2000 m dpl) (Syihabuddin, 2011).

  Kondisi ekosistem di TNGR khususnya pada wilayah jalur pendakian kini mulai terancam. Syihabuddin (2011) mengungkapkan bahwa jumlah pengunjung yang melakukan pendakian TNGR setiap tahunnya selalu meningkat. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (2013) menambahkan bahwa pengelola TNGR harus mengontrol sampah dari masyarakat yang melakukan pendakian. Suin (2003) menyatakan bahwa faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan abiotik suatu daerah mempengaruhi keberadaan dan kepadatan suatu jenis hewan tanah.

  Struktur komunitas serangga tanah dan hubungannya dengan faktor lingkungan tersebut merupakan media belajar yang menarik dan kontekstual untuk dikembangkan menjadi bahan ajar. Pengembangan bahan ajar ini dirasa perlu dikarenakan bahan ajar yang ada di Pulau Lombok masih mengacu pada sumber-sumber dari daerah lain.

  METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitin dilakukan pada bulan Juni 2014. Lokasi penelitian berada pada jalur pendakian Senaru TNGR. Stasiun 1 berada di hutan tropis dataran rendah (<1.500 m dpl) pada kordinat S 08

  19.696

  o

  o

  E 116

  o

  24.111. Stasiun 2 berada di hutan hujan tropis pegunungan (1.500–2.000 m dpl) pada kordinat S 08

  o

  20.569

  o

  E 116

  o

  23. 693

  Gambar 1. Sketsa Pitfall Trap T an ah penelitian dibuat 2 transek dengan panjang masing-masing transek 40 m. Pada setiap transek ditempatkan 5 pitfall trap yang berjarak 10 m. Dengan demikian, jumlah pitfall trap pada setiap stasiun adalah 10 buah. Pengambilan pitfall trap pada stasiun 1, 2 dan 3 dilakukan setelah 2 hari, sedangkan pada stasiun 4 dilakukan setelah 1 hari.

  Faktor lingkungan yang diukur di lokasi pengambilan sampel diantaranya ialah suhu tanah, pH tanah,, ketinggian tempat, kadar air tanah, ketebalan serasah, dan persentase penutupan kanopi (pohon dan semak).

  ( ¿

  Berdasarkan pengamatan hasil pengumpulan serangga tanah di TNGR, serangga tanah yang diperoleh sebanyak 8 ordo yang terdiri dari 19 famili dengan 26 jenis spesies serangga

  HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Komunitas Serngga Tanah di TNGR

  Analisis bahan ajar ekologi hewan meliputi: analisis kebutuhan bahan ajar, menyusun peta bahan ajar, dan membuat bahan ajar berdasarkan struktur masing-masing bahan ajar. Bahan ajar yang dikembangkan selanjutnya dievaluasi.

  Tabel 1. Interpretasi Nilai r

  bivariate-statistic. Interpretasi nilai r dapat dilihat pada Tabel 1.

  Hubungan Faktor Fisik dan Kimia Lingkungan Terhadap struktur komunitas serangga dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi

  Odum (1998) menjelaskan, jika C mendekati 0 ( < 0,5 ) maka tidak ada spesies yang mendominasi. Jika C mendekati 1 ( > 0,5 ) maka ada spesies yang mendominasi.

  2 Keterangan : ni = Jumlah individu jenis i n = jumlah individu total serangga

  N )

  C= ∑

  Analisis Data

  Menghitung indeks dominansi serangga tanah digunakan dominansi Simpson:

  Magurran (1988) menjelaskan, nilai E berkisar antara 0-1. Nilai 1 menunjukkan seluruh jenis ada dengan kelimpahan yang sama.

  Keterangan: E = Indeks kemerataan jenis H′ = Indeks Shannon Wiener S = Jumlah jenis yang ditemukan

  E = H′/ ln S

  Indeks kemerataan serangga tanah dihitung dengan menggunakan nilai Eveness:

  Keterangan: H′ = Indeks Shannon-Wiener pi = ni/N ni = Jumlah individu spesies ke-i N = Jumlah individu seluruh spesies

  ∑ pi ln pi

  H′= −

  Nilai indeks keanekaragaman serangga tanah dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener (Magurran, 1988)

  Besar nilai r Interpretasi 0,00 - 0,199 Sangat rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,00 Sangat Kuat tanah. Serangga tanah yang berhasil dikumpulkan diantaranya: Collémbola (Entomobryidae sp. dan Sminthùridae sp.), Thysanùra (Meinertéllidae sp.), Homoptera (Homoptera sp.), Coleoptera (Curculionídae sp., Scarabaèidae sp.,

  Carabidae sp. dan Staphylìnidae sp.),

  Hymenóptera (Cèphidae sp., Tenthredínidae sp., dan Formicidae sp.), Díptera (Lauxanìidae sp., Mùscidae sp.,

  Tipùlidae sp., Delochopodidae sp. dan Empídidae sp.), Orthóptera (Gryllidae

  sp., dan Gryllacrídidae sp.), Dermaptera (Forficùlidae sp).

  Jenis serangga tanah yang memiliki jumlah pengumpulan paling banyak pada seluruh stasiun berturut- turut adalah Collémbola (Entomobryidae sp.), Díptera (Lauxanìidae sp.), Coleoptera (Scarabaèidae sp.), Hymenóptera (Formicidae sp.). Hasil penelitian serupa diperoleh oleh Syaufina (2007) yang menemukan jenis serangga paling banyak dalam penelitiannya berturut- turut adalah Hymenoptera, Collembola dan Coleoptera. Nurhadi (2011) dalam penelitinnya mengenai serangga tanah juga menemukan, jenis serangga Collembola, Hymenoptera dan Coleoptera merupakan jenis serangga dengan jumlah pengumpulan paling banyak.

  Collémbola, Coleoptera dan Hymenóptera merupakan jenis serangga tanah yang banyak ditemukan persebarannya. Serangga tersebut aktif di permukaan tanah dan merupakan serangga yang umum ditemukan di hutan tropis. Karakteristik hutan di Taman Nasional Gunung Rinjani juga mendukung untuk perkembangan serangga tersebut. Namun pada lokasi tertentu dengan kondisi lingkungan yang ekstrim serangga tersebut kurang mampu untuk beradaptasi sehingga persebarannya terbatas.

  Jumlah total serangga yang berhasil dikumpulkan dari empat stasiun pengambilan sampel sebanyak 1458 individu. Namun setelah dilakukan perhitungan terhadap kelimpahan dengan menggunakan satuan individu/

  pitfall trap/hari, kelimpahan serangga

  yang ditemukan menjadi 83,6 individu/

  pitfall trap/hari. Data kelimpahan

  serangga tanah di TNGR dapat dilihat pada Tabel 2.

  Hasil pengumpulan sampel pada stasiun 1 di Hutan tropis dataran rendah (925 m dpl) diperoleh sebanyak 33,6 individu/pitfall trap/hari. Jenis serangga tanah dengan kelimpahan paling banyak secara berturut-turut pada stasiun 1 yakni: Coleoptera (Scarabaèidae sp.) dengan 9,2 individu, Díptera (Lauxanìidae sp.) dengan 7,2 individu, Hymenóptera (Formicidae sp.) dengan 7,1 individu, Collémbola (Entomobryidae sp.) dengan 4,2 individu dan 5,9 individu serangga lainnya.

  Stasiun 2 berada pada hutan hujan tropis pegunungan (1544 m dpl). Kelimpahan serangga tanah pada stasiun 2 adalah 15,9 individu/pitfall trap/hari. Serangga tanah yang mendominasi pada stasiun 2 berturut-turut adalah Collémbola (Entomobryidae sp.) dengan 9,6 individu, Díptera (Lauxanìidae sp.) dengan 2,7 individu, Coleoptera (Staphylìnidae sp.) dengan 1,2 individu dan 2,4 individu serangga lainnya.

  Tabel 2. Kelimpahan Serangga Tanah di TNGR N o Ordo Famili Spesies Kelimpahan (Individu/ Pitfall traps/ Hari) Total individ u ST.

  

6 Díptera Lauxanìidae Minettia sp. 7,2 2,7 0,2 0,2 10,3

Diptera sp.1 0,6 0,5 0,1 1,2

  (Staphylìnidae sp) dengan 1,1 individu

  individu, Orthóptera (Gryllidae sp.) dengan 1,7 individu, Coleoptera

  (Entomobryidae sp.) dengan 9,9

  paling banyak pada stasiun 3 berturut- turut adalah Collémbola

  pitfall trap/hari. Jenis serangga yang

  Karakteristik hutan pada stasiun 3 dan 4 memiliki beberapa kesamaan. Stasiun 3 berada pada ketinggian 2105 m dpl. Kelimpahan serangga tanah yang pada stasiun 3 adalah 15,2 individu/

  

8 Dermaptera Forficùlidae Forficùlidae sp. 0,1 0,1

Total individu/ pitfall trap/ hari 33,6 15,9 15,2 18,9 83,6

  0,4 0,4

  

7 Orthóptera Gryllidae Gryllidae sp. 1,1 0,2 1,7 0,1 3,1

Gryllacrídidae Rhapidophorínae sp.

  Delochopodidae sp. 0,1 0,1

  Mùscidae Muscidae sp. 0,2 0,1 0,3 Tipùlidae Tipulidae sp. 0,2 0,3 0,5 Empídidae Empididae sp. 0,5 0,3 0,8 Delochopodid ae

  Dolichoderus sp. 0,2 0,2 Camponotus sp. 0,4 0,1 0,5

  1 ST.

  Tenthrenididae sp. 0,1 0,7 0,8 Formicidae Polyrhachis sp. 7,1 0,9 0,2 0,2 8,4

  Cèphidae Cephidae sp. 0,1 0,1 Tenthredínida e

  5 Hymenópter a

  Carabidae sp. 2 0,1 0,1 0,2 Staphylìnidae Lathróbium sp. 1,4 1,2 1,1 0,2 3,9

  

4 Coleoptera Curculionídae Curculionidae sp. 0,3 0,1 0,2 0,6

Scarabaèidae Scarabidae sp. 9,2 0,1 0,1 0,3 9,7 Carabidae Carabidae sp. 1 0,3 0,2 0,5

  

3 Homoptera Cixíidae Homoptera sp. 1 0,2 0,2

Homoptera sp. 2 0,1 0,1 Homoptera sp. 3 0,2 0,3 0,5

  

2 Thysanùra Meinertéllidae Meinertéllidae sp. 0,1 0,1 0,2

  Sminthùridae Smynthuridae sp. 0,2 0,1 0,1 0,2 0,6

  1 Collémbola Entomobryida e Entomobrya sp. 1 4,2 9,6 9,9 16,5 40,2 Entomobrya sp. 2 0,1 0,1

  4

  3 ST.

  2 ST.

  dan 2,5 individu serangga lain. Stasiun 3 berada pada hutan cemara dan sub alpin, sedangkan stasiun 4 berada pada tepi danau segara anak. Stasiun 4 berada pada ketinggian 2013 m dpl. Pada stasiun 4, kelimpahan serangga tanah adalah 18,9 individu/pitfall trap/hari. Jenis serangga yang paling banyak pada stasiun 4 adalah Collémbola

  (Entomobryidae sp.) dengan 16,5

  individu dan 2,4 individu serangga lainnya. Kelimpahan serangga tanah pada stasiun 3 dan stasiun 4 lebih sedikit bila dibandingkan dengan kelimpahan serangga tanah yang berhasil dikumpulkan pada stasiun 1 dan stasiun

  2. Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman (Lampiran 1) diperoleh rata-rata keanekaragaman

  serangga tanah di Taman Nasional

  Gunung Rinjani sebesar 1,27. Nilai indeks keanekaragaman serangga tanah di setiap stasiun berbeda-beda. Perbedaan nilai indeks keanekaragaman di setiap stasiun dapat disebabkan oleh perbedaan kelimpahan serangga tanah dan banyaknya jenis serangga tanah pada setiap stasiun.

  Kelimpahan paling banyak terdapat pada staiun 1 dengan 33,6 individu/pitfall trap/ hari. Pada staiun 2 dan 4 masing-masing kelimpahan serangga tanahnya adalah 15,9 individu/

  pitfall trap/hari dan 18,9 individu/pitfall trap/hari. Sedangkan kelimpahan paling

  rendah ada pada stasiun 3 dengan 15,2 individu/pitfall trap/hari. Namun setelah diidentifikasi, stasiun 2 memiliki jenis serangga tanah paling sedikit dibandingkan pada stasiun lainnya yakni 9 jenis serangga tanah. Pada stasiun 1 ditemukan 17 jenis serangga tanah, dan pada stasiun stasiun 3 dan 4 berturut- turut ditemukan 14 jenis serangga tanah dan 11 jenis serangga tanah. Kondisi tersebut akan mempengaruhi nilai indeks keanekaragaman di setiap stasiunnya.

  Indeks keanekaragaman serangga tanah pada stasiun 1 paling tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya yakni sebesar 1,85. Sedangkan nilai indeks keanekaragaman pada stasiun 2 dan staiun 3 nilai indeks keanekaragaman berturut-turut adalah 1,244 dan 1,367. Sedangkan nilai indeks keanekaragaman pada stasiun 4 merupakan indeks keanekaragaman paling rendah dari stasiun lainnya yakni 0,667.

  Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks kemerataan serangga tanah (Lampiran 2) dengan menggunakan nilai Eveness, diperoleh rata-rata indeks kemerataan serangga tanah di Taman Nasional Gunung Rinjani adalah 0,49. Banyaknya jenis serangga yang tersebar merata di setiap stasiun akan mempengaruhi keanekaragaman.

  Staiun 1 memiliki nilai kemerataan paling tinggi yakni 0,653 sedangkan staiun 4 memiliki nilai indeks kemerataan paling rendah yakni 0,276. Pada stasiun 2 dan 3 berturut-turut nilai indeks keanekaragamannya adalah 0,566 dan 0,517. Apabila nilai kemerataan tinggi umumnya tidak ada serangga yang mendominasi, apabila nilai kemerataan rendah umumnya ada serangga yang mendominasi.

  Indeks dominansi umumnya mempengaruhi indeks keanekaragaman (Lampiran 3). Keanekaragaman serangga akan tinggi apabila banyak jenis berada pada suatu lingkungan tersebut dan tidak ada serangga yang mendominasi. Dominansi serangga tanah di TNGR dihitung dengan menggunakan indeks dominansi Simpson. Berdasarkan hasil perhitunan nilai rata-rata indeks dominansi serangga tanah di TNGR adalah 0,45. Stasiun 4 memiliki nilai indeks doinansi paling tinggi yakni 0,76. Sedangkan stasiun 1 memiliki nilai indeks dominansi paling rendah yaitu 0,2. Stasiun 2 dan 3 memiliki nilai dominansi yang berbeda tipis. Nilai domnansi pada stasiun 2 dan 3 berturut- turut adalah 0,41 dan 0,44.

  Hubungan Faktor Fisik dan Kimia Lingkungan Terhadap Struktur Komunitas Serangga Tanah di TNGR

  Suin (2003) menjelaskan, faktor fisik dan kimia lingkungan sangat menentukan struktur komunitas hewan- hewan yang terdapat di suatu habitat. Berdasarkan perhitungan korelasi antara faktor fisik dan kimia lingkungan terhadap keanekaragaman, kemerataan dan dominasi, diperoleh beberapa faktor memiliki hubungan yang kuat (Lampiran 4) . Beberapa faktor tersebut yakni suhu, ketebalan serasah, kelembapan, dan Kanopi.

  Berdasarkan perhitungan korelasi, ketebalan serasah dan indeks keanekaragaman memiliki nilai korelasi yang sangat kuat yakni (0,80).Tingginya produksi serasah dengan beragamnya jenis serasah mendukung perkembangan serangga tanah. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi keanekaragaman serangga tanah.

  Suhu memiliki nilai korelasi sangat kuat terhadap indeks keanekaragaman, kemerataan dan indeks dominasi. Suhu memiliki nilai korelasi 0.97 terhadap indeks keanekaragaman, 0.94 terhadap indeks kemerataan, dan - 0.97 terhadap indeks dominansi. . Jumar (2000) menjelaskan, Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana serangga dapat hidup. Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah 15 C suhu minimum, 25 C suhu optimum dan 45 C suhu maksimum.

  Persentase penutupan pohon pada setiap stasiun berbeda-beda. Berdasarkan hasil perhitungan korelasinya, persentase penutupan kanopi pohon memiliki nilai korelasi yang kuat terhadap indeks keanekaragaman (0,78), serta sangat kuat terhadap kemerataan (0,84) dan dominasi (-0,85). Kanopi pohon berperan dalam menjaga kelembapan lingkungan. Tingkat kelembapan yang sesuai akan mendukung ketersediaanya sumber daya lingkungan.

  Nilai kelembapan lingkungan juga memiliki pengaruh terhadap keanekaragaman. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi, kelembapan lingkungan memiliki nilai korelasi kuat terhadap kemerataan (0,79). Hal ini berarti kelembapan juga akan mempengaruhi indeks keanekaragaman. Semakin tinggi kelembapan lingkungan tentu akan mempengaruhi pergerakan dan persebaran serangga tanah. Serangga tanah merupakan serangga yang aktif bergerak di atas tanah. Apabila kondisi lingkungan tanah lembab, atau bahkan basah tentu mobilitas serangga tanah akan terganggu dan persebarannya juga akan terbatas.

  Ketinggian memiliki hubungan yang kuat terhadap indeks keanekaragaman, indeks kemerataan dan indeks dominansi. Gunung Rinjani memiliki ketinggian 3726 m dpl dengan karakteristik hutan yang berbeda-beda pada setiap ketinggian tertentu. Semakin tinggi lokasi penempatan stasiun maka akan memiliki kondisi fisik dan kimia lingkungan yang berbeda. Semakin tinggi lokasi stasiun semakin rendah suhu dan vegetasi pohonnya. kondisi tersebut tentu akan mempengaruhi indeks keanekaragaman, indeks kemerataan dan indeks dominansi.

  Faktor fisik dan kimia lingkungan yang terakhir adalah pH. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi, pH memiliki hubungan yang rendah terhadap struktur komunitas serangga tanah. Besarnya nilai korelasi faktor fisik dan kimia lingkungan belum tentu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks keanekaragaman, kemerataan dan dominansi. Berdasarkan uji hipotesis nilai korelasi dengan taraf signifikan 5% menggambarkan hanya suhu yang memiliki pengaruh yang signifikan. Penelitian serupa dilakukan Atini (2013) di Hutan Suaka Margasatwa Kateni Kabupaten Belu Provinsi NTT. Atini mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi indeks keanekaragaman adalah suhu. Syaufina (2007) mengemukakan bahwa suhu juga mempengaruhi keanekaragaman Arthropoda tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

  Pengembangan Modul Ekologi Hewan

  Bahan ajar yang dikembangkan adalah modul perkuliahan ekologi hewan yang disusun dari hasil penelitian serangga tanah di Taman Nasional Gunung Rinjani. Bahan ajar dikembangkan berdasarkan pada silabus perkuliahan ekologi hewan.

  Pengembangan modul “Ekologi Serangga Tanah” (Taman Nasional Gunung Rinjani) diawali dari pengambilan sampel serangga tanah serta pengukuran faktor fisik dan kimia lingkungan di Taman Nasional Gunung Rinjani. Data yang telah diperoleh selanjutnya dibawa ke Laboratorium Biologi FKIP Universitas Mataram untuk dianalisis baik jenis serangga, kelimpahannya, keanekaragamannya serta hubungannya dengan faktor fisik dan kimia lingkungan di Taman Nasional Gunung Rinjani.

  Data hasil penelitian baik foto jenis serangga tanah, kelimpahannya, keanekaragamannya serta hubungannya dengan faktor fisik dan kimia lingkungan selanjutnya dijadikan bahan untuk menyusun pembuatan modul. Sebelum penyusunan modul, terlebih dahulu dilakukan penyusunan kerangka modul.

  Modul yang telah disusun selanjutnya divalidasi oleh dosen untuk mengetahui modul telah tersusun dengan baik atau masih perlu dilakukan perbaikan. Modul yang telah divalidasi dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Modul dapat menambah pengetahuan peserta didik dalam memahami keanekaragaman serangga tanah terutama yang ada di Taman nasional Gunung Rinjani dan membantu peserta didik mencapai capaian pembelajaran ekologi hewan.

  Berdasarkan hasil penelitian diambil kesimpulan bahwa: 1)Serangga tanah di Taman Nasional Gunung Rinjani erdiri dari 8 ordo (Collémbola, Thysanùra, Homoptera, Coleoptera, Hymenóptera, Díptera, Orthóptera, Dermaptera), 19 famili (Entomobryidae, Sminthùridae, Meinertéllidae, Cixíidae, Curculionídae, Scarabaèidae, Carabidae, Staphylìnidae, Cèphidae, Tenthredínidae, Formicidae, Lauxanìidae, Mùscidae, Tipùlidae, Delochopodidae , Empídidae Gryllidae, Gryllacrídidae, dan Forficùlidae) dan 26 jenis spesies. 2) Indeks keanekaragaman serangga tanah di TNGR adalah 1,282 ; Indeks kemerataan serangga tanah adalah 0,503 ; dan Indeks dominansi serangga tanah adalah 0,456. 3)Faktor fisik dan kimia lingkungan yang memiliki hubungan sangat kuat terhadap struktur komunitas serangga tanah adalah suhu, ketebalan serasah dan penutupan kanopi. Namun hanya suhu yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur komunitas serangga tanah. 4) Bahan ajar ekologi hewan yang dihasilkan dalam penelitian ini dalam modul yang sudah divalidasi sehingga dapat digunakan untuk kegiatan perkuliahan ekologi hewan.

DAFTAR PUSTAKA

  London: Chapman & Hall. Nurhadi. 2011. Komposisi Arthropoda

  Syaufina, L. 2007. Keanekaragaman Arthropoda Tanah Di Hutan

  Tanah. Jakarta Bumi Aksara

  Dwisang, S.Si. Tanggerang: Binarupa Aksara. Suin, N.M. 2003. Ekologi Hewan

  Dasar-dasar Zoologi Terjemahan Bahasa Indonesia. Evi Luvina

  Jogyakarta : DIVA Press. Storer, T.I. dan Robert L.U. 2010.

  Tjahjono Samingan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.

  Permukaan Tanah di Kawasan Pabrik Pupuk Sriwijaya Palembang. Jurnal Ilmiah Ekotrans Universitas Ekasakti Padang, Vol. 11 No. 1, Januari 2011 ISSN 1411 4615. Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi.

  Didasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1) Disarankan kepada peneliti berikutnya untuk menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi keanekaragaan serangga tanah di TNGR dan melakukan penelitian dalam jangka waktu lebih panjang terhadap keanekaragaman serangga sehingga data yang didapat lebih akurat. 2) Pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani agar menggunakan data hasil penelitian menjadi informasi dasar pertimbangan tentang pengelolaan dan perlindungan hutan TNGR dan melengkapi profil potensi fauna yang ada di Taman Nasional Gunung Rinjani. 3) Proses pembelajaran ekologi hewan yang menggunakan modul “Ekologi Serangga Tanah” (Taman Nasional Gunung Rinjani) sebagai sumber belajar agar melakukan praktikum lapangan di Taman Nasional Gunung Rinjani guna proses pembelajaran yang menarik dan kontekstual. 4) Masyarakat Taman Nasional Gunung Rinjani yang mengetahui pentingnya peran serangga khususnya serangga tanah diharapkan turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungannya.

  Atini, B. 2013. Kelimpahan dan Distribusi Serangga Permukaan Tanah Di Hutan Suaka Margasatwa Kateri Kabupaten Belu Provinsi NTT. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

  Partosoedjono. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Jumar (2000) Entomologi pertanian.

  Serangga Edisi Keenam. Soetiyono

  F. J. 1992. Pengenalan Pelajaran

  Borror, D.J., Charles A. T., dan Norman

  Nasional Gunung Rinjani. (online) Diakses tanggal 19 Maret 2014.

  2013. Mengatasi Sampah Taman

  Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.

  Jakarta : PT. Rineka Cipta. Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversityand its Measurement.

  

6 Díptera Lauxanìidae 3,2 0.201257862 -1.603168299 -0.322650224

Empídidae 0,5 0.031446541 -3.45946629 -0.108788248

  

3 Homoptera Homoptera Sp. 0,3 0.008928571 -4.718498871 -0.042129454

  

5 Hymenóptera Formicidae 0,9 0.056603774 -2.871679625 -0.162547903

  

4 Coleoptera Curculionídae 0,1 0.006289308 -5.068904202 -0.031879901

Scarabaèidae 0,1 0.006289308 -5.068904202 -0.031879901 Staphylìnidae 1,2 0.075471698 -2.583997552 -0.195018683

  

1 Collémbola Entomobryidae 9,6 0.603773585 -0.504556011 -0.304637591

Sminthùridae 0,1 0.006289308 -5.068904202 -0.031879901

  6

  

8 Dermaptera Forficùlidae 0,1 0.00297619 -5.81711116 -0.017312831

Jumlah 33,

  

7 Orthóptera Gryllidae 1,1 0.032738095 -3.419215887 -0.111938615

Jangkrik gunung 0,4 0.011904762 -4.430816799 -0.052747819

  

6 Díptera Lauxanìidae 7,8 0.232142857 -1.460402333 -0.33902197

Mùscidae 0,2 0.005952381 -5.123963979 -0.030499786 Tipùlidae 0,2 0.005952381 -5.123963979 -0.030499786

  

5 Hymenóptera Cèphidae 0,1 0.00297619 -5.81711116 -0.017312831

Tenthredínidae 0,1 0.00297619 -5.81711116 -0.017312831 Formicidae 7,7 0.229166667 -1.473305738 -0.337632565

  

4 Coleoptera Curculionídae 0,3 0.008928571 -4.718498871 -0.042129454

Scarabaèidae 9,2 0.273809524 -1.295322583 -0.35467166 carabidae 0,1 0.00297619 -5.81711116 -0.017312831 Staphylìnidae 1,4 0.041666667 -3.17805383 -0.13241891

  

2 Thysanùra Meinertéllidae 0,1 0.00297619 -5.81711116 -0.017312831

  Peniikan Gunung Walat. Media Konservasi Vol. XII, No. 2 Agustus 2007 : 57 – 66. Bogor: IPB

  

1 Collémbola Entomobryidae 4,3 0.12797619 -2.055911044 -0.263107663

Sminthùridae 0,2 0.005952381 -5.123963979 -0.030499786

  Stasiun 1 No Ordo Famili/subordo ∑I Pi ln Pi Pi ln Pi

  University Press Lampiran 1. Indeks Keanekaragaman Serangga Tanah di TNGR.

  Are Bugs?. London : Harvard

  Mataram: Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Waldbauer, Gilbert. 2003. What Good

  Syihabuddin. 2011. Sekilas Taman Nasional Gunung Rinjani.

  Mataram: Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.

  Taman Wisata Alam Taman Nasional Gunung Rinjani.

  Syihabuddin. 2011. Profil Objek dan

  • -1.853861622 Stasiun 2 N o Ordo Famili/subordo ∑I Pi ln Pi Pi ln Pi
  • -1.244323321 Stasiun 3 N o Ordo Famili/subordo ∑I Pi ln Pi Pi ln Pi

  • 0.279258595 Sminthùridae 0,1 0.006578947 - 5.023880521
  • 0.033051846
  • 0.033051846

  • 0.033051846 carabidae 0,3 0.019736842 - 3.925268232
  • 0.077472399 Staphylìnidae 1,1 0.072368421 - 2.625985248
  • 0.190038406
  • 0.141748636 Formicidae 0,3 0.019736842 - 3.925268232
  • 0.077472399
  • 0.033051846 Empídidae 0,3 0.019736842 - 3.925268232
  • 0.077472399 Diptera Sp.
  • 5.023880521
  • 0.033051846
  • 0.245008829 Jumlah 15,
  • -1.367697558 Stasiun 4 No Ordo Famili/subordo ∑I Pi ln Pi Pi ln Pi

  

3 Homoptera Homoptera Sp. 0,3 0.015873016 -4.143134726 -0.065764043

  5 0.873015873 -0.135801541 -0.118556901 Sminthùridae 0,2 0.010582011 -4.548599834 -0.048133332

  1 Collémbola Entomobryidae 16,

  2

  7 Orthóptera Gryllidae 1,7 0.111842105 - 2.190667177

  0,1 0.006578947

  

6 Díptera Lauxanìidae 0,2 0.013157895 -4.33073334 -0.056983333

Mùscidae 0,1 0.006578947 - 5.023880521

  Tenthredínidae 0,7 0.046052632 - 3.077970372

  5 Hymenópter a

  4 Coleoptera Scarabaèidae 0,1 0.006578947 - 5.023880521

  

3 Homoptera Homoptera Sp. 0,2 0.013157895 -4.33073334 -0.056983333

  2 Thysanùra Meinertéllidae 0,1 0.006578947 - 5.023880521

  1 Collémbola Entomobryidae 9,9 0.651315789 - 0.428760671

  9

  

7 Orthóptera Gryllidae 0,2 0.012578616 -4.375757022 -0.055040969

Jumlah 15,

  4 Coleoptera Curculionídae 0,2 0.010582011 -4.548599834 -0.048133332 Scarabaèidae 0,3 0.015873016 -4.143134726 -0.065764043 carabidae 0,3 0.015873016 -4.143134726 -0.065764043

  Staphylìnidae 0,2 0.010582011 -4.548599834 -0.048133332

  

5 Hymenóptera Formicidae 0,2 0.010582011 -4.548599834 -0.048133332

  6 Díptera Lauxanìidae 0,3 0.015873016 -4.143134726 -0.065764043 Tipùlidae 0,3 0.015873016 -4.143134726 -0.065764043

  

7 Orthóptera Gryllidae 0,1 0.005291005 -5.241747015 -0.027734111

Jumlah 18,

  9 -0.667644555

  Lampiran 2. Indeks Kemerataan Serangga Tanah di TNGR No Stasiun H' Jumlah jenis (S) ln S E

  1 Stasiun 1

  1.85

  17 2.83 0.653

  2 Stasiun 2

  1.24

  9 2.19 0.566

  3 Stasiun 3

  1.36

  14 2.63 0.517

  4 Stasiun 4

  0.66

  11 2.39 0.276

  Lampiran 3. Indeks Dominansi Serangga Tanah di TNGR Stasiun 1 No Ordo Famili/subordo ∑I Pi (n/N)^2

  1 Collémbola Entomobryidae 4,3 0.12797619 0.016377905 Sminthùridae 0,2 0.005952381 3.54308E-05

  2 Thysanùra Meinertéllidae 0,1 0.00297619 8.85771E-06

  3 Homoptera Homoptera Sp. 0,3 0.008928571 7.97194E-05

  4 Coleoptera Curculionídae 0,3 0.008928571 7.97194E-05 Scarabaèidae 9,2 0.273809524 0.074971655 carabidae 0,1 0.00297619 8.85771E-06 Staphylìnidae 1,4 0.041666667 0.001736111

  5 Hymenóptera Cèphidae 0,1 0.00297619 8.85771E-06 Tenthredínidae 0,1 0.00297619 8.85771E-06 Formicidae 7,7 0.229166667 0.052517361

  6 Díptera Lauxanìidae 7,8 0.232142857 0.053890306 Mùscidae 0,2 0.005952381 3.54308E-05 Tipùlidae 0,2 0.005952381 3.54308E-05

  7 Orthóptera Gryllidae 1,1 0.032738095 0.001071783 Jangkrik gunung 0,4 0.011904762 0.000141723

  8 Dermaptera Forficùlidae 0,1 0.00297619 8.85771E-06 Jumlah 33,6

  1 0.201016865 Stasiun 2 No Ordo Famili/subordo ∑I Pi (n/N)^2

  1 Collémbola Entomobryidae 9,6 0.603773585 0.364542542 Sminthùridae 0,1 0.006289308 3.95554E-05

  4 Coleoptera Curculionídae 0,1 0.006289308 3.95554E-05 Scarabaèidae 0,1 0.006289308 3.95554E-05 Staphylìnidae 1,2 0.075471698

  0.005695977

  6 Díptera Lauxanìidae 3,2 0.201257862 0.040504727 Empídidae 0,5 0.031446541 0.000988885

  7 Orthóptera Gryllidae 0,2 0.012578616 0.000158222 Jumlah 15,9

  1 0.415213006 Stasiun 3

  No Ordo Famili/subordo ∑I Pi (n/N)^2

  1 Collémbola Entomobryidae 16,5 0.873015873 0.762156715 Sminthùridae 0,2 0.010582011 0.000111979

  

Lampiran 4. Analisis Hubungan Faktor Fisik dan Kimia Lingkungan terhadap

Struktur Komunitas Serangga Tanah Di TNGR.

  

7 Orthóptera Gryllidae 0,1 0.005291005 2.79947E-05

Jumlah 18,9 1 0.763892388

  6 Díptera Lauxanìidae 0,3 0.015873016 0.000251953 Tipùlidae 0,3 0.015873016 0.000251953

  

5 Hymenóptera Formicidae 0,2 0.010582011 0.000111979

  4 Coleoptera Curculionídae 0,2 0.010582011 0.000111979 Scarabaèidae 0,3 0.015873016 0.000251953 carabidae 0,3 0.015873016 0.000251953 Staphylìnidae 0,2 0.010582011 0.000111979

  

3 Homoptera Homoptera Sp. 0,3 0.015873016 0.000251953

  1 0.445810249 Stasiun 4 No Ordo Famili/subordo ∑I Pi Pi 2

  1 Collémbola Entomobryidae 9,9 0.651315789 0.424212258 Sminthùridae 0,1 0.006578947 4.32825E-05

  7 Orthóptera Gryllidae 1,7 0.111842105 0.012508657 Jumlah 15,2

  0.000389543 Diptera Sp. 0,1 0.006578947 4.32825E-05

  6 Díptera Lauxanìidae 0,2 0.013157895 0.00017313 Mùscidae 0,1 0.006578947 4.32825E-05 Empídidae 0,3 0.019736842

  5 Hymenóptera Tenthredínidae 0,7 0.046052632 0.002120845 Formicidae 0,3 0.019736842 0.000389543

  4 Coleoptera Scarabaèidae 0,1 0.006578947 4.32825E-05 carabidae 0,3 0.019736842 0.000389543 Staphylìnidae 1,1 0.072368421 0.005237188

  3 Homoptera Homoptera Sp. 0,2 0.013157895 0.00017313

  2 Thysanùra Meinertéllidae 0,1 0.006578947 4.32825E-05

  No Faktor Fisik dan Kimia Lingkungan Indeks Keanekaragaman Kemerataan Dominasi

  1 pH -0.427023733 -0.291170507 0.392136378

  2 Suhu 0.976054019 0.949581329 -0.975696769

  3 Kelembapan 0.65430098 0.795395531 -0.752026638

  4 Serasah 0.803408882 0.581910133 -0.664162482

  5 Ketinggian -0.783473587 -0.731479758 0.786111681

  6 Kanopi 0.789007763 0.841339341 -0.842348638