PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS SANTO FRANSISKUS ASISI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama K

  

PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES

SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS

SANTO FRANSISKUS ASISI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Ilmu Pendidikan

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

OLEH:

SUSANA AYU

  

NIM: 021124016

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  

PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES

SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS

SANTO FRANSISKUS ASISI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Susana Ayu

  

NIM: 021124016

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

PERSEMBAHAN

  Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan kepada:

  

Kongregasi SMFA

(Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius)

  

MOTTO

  “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”.

  ( Yohanes 13:34) Mengasihi orang lain berarti melihat wajah Allah

  (les Miserables)

  

ABSTRAK

  Judul skripsi ini adalah PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI

  

FRANSISKANES SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS

SANTO FRANSISKUS ASISI. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis

  terhadap situasi yang terjadi dalam kehidupan di biara secara khusus dalam kongregasi SMFA di mana para suster hidup, penulis juga kagum terhadap apa yang diupayakan para suster SMFA yang tetap mengusahakan dan memelihara semangat persaudaraan sejati.

  Persaudaraan sejati selalu memelihara hubungan antar pribadi yang sejajar. Orang menerima kehadiran sesamanya sebagai bagian dari dirinya. Hubungan itu tertuju demi suatu kepentingan tertentu, tetapi berdasarkan sikap menghargai orang lain sebagai ciptaan Tuhan. Fransiskus mengajak orang bersahabat dan tidak menfitnah orang lain. Nasihat Fransiskus itu memang ditujukan kepada orang-orang yang mengikuti dia, tetapi nilai-nilai positif dari ajakkan itu kiranya berguna bagi kita.

  Persaudaraan sejati akan terwujud kalau orang mampu mengasihi, menerima kehadiran orang lain apa adanya dan tidak menjelek-jelekkannya. Mengasihi tidak hanya dengan perkataan, tetapi terutama ditunjukkan dalam perbuatan konkret. Mengasihi orang berarti menerima dan menghormati keberadaan orang itu apa pun sukunya, status sosialnya, dan agamanya. Semua akan terjadi bila manusia mampu menghargai dan menghormati martabat pribadi manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Akan tetapi, sayangnya, hal tersebut sekarang ini menjadi suatu yang sulit diterapkan dalam hidup sehari-hari. Orang lebih mementingkan diri sendiri, melihat sesama sebagai saingan, kebiasaan sapa menyapa mulai memudar, dengan demikian lama kelamaan persaudaraan akan memudar, bahkan bisa mati. Tidak ada hal lain yang dapat dilakukan para kaum religius terutama para Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius, selain mengupayakan agar persaudaraan sejati tetap hidup di dalam biara dengan mengadakan rekoleksi dalam bentuk katekese model SCP.

  Persoalan mendasar yang penulis bahas dalam skripsi ini adalah : Bagaimana kita dapat membantu kaum religius dalam upayanya mengembangkan persaudaraan sejati, sedemikian rupa sehingga hal-hal yang menghambat persaudaraan dapat diatasi dengan semestinya. Gagasan yang ingin penulis sumbangkan, dalam skripsi sederhana ini, tidak lain adalah untuk mencapai maksud itu. Bab I adalah pendahuluan. Selanjutnya, bab II adalah berbicara tentang makna persaudaraan menurut ilmu-ilmu, Injil dan ajaran Gereja. Bab III adalah spiritualitas persaudaraan sejati Santo Fransiskus, kemudian bab IV tentang makna ungkapan saudara dina tentang kesempurnaan Injili. Bab V berbicara tentang makna kesaksian persaudaraan sejati untuk zaman sekarang, dan Bab VI adalah meningkatkan persaudaraan sejati melalui program katekese, akhirnya bab VII adalah berisikan kesimpulan dan saran.

  Penulis berharap, melalui skripsi ini, agar apa yang telah diupayakan oleh kaum religius secara khusus kongregasi SMFA dapat dimaksimalkan, sehingga damai dan harmoni akan sungguh dapat hidup dalam kehidupan sehari-hari kita.

  

ABSTRACT

  This Script Entitled “TRUE SISTERHOOD/BROTHERHOOD OF THE

  

FRANSISCANESS MISSION FROM SAINT ANTONIUS IN THE LIGTH OF

SAINT FRANCIS ASISI SPIRITUALITY”. The title chosen based on the writer’s

  concerned toward the monastery-life’s situation especially in the congregation of SMFA where all the sister living, writer also struck toward what had done by the sisters to live and taking care the true sisterhood/brotherhood spirit.

  True sisterhood/brotherhood always taking care horizontal relationship berween the personal. People accept the present from the other as a part of him or her.That relationship were directed for certain interest, but based on the behavior to respect another as god’s creatures. Saint Francis invited all people to be a friend and do not slander another. The Francis’ advice directed to his followers, but the positive values suppose meaningfull for all of us.

  The true sisterhood/brotherhood will become real if people capable to love, accept another’s present just like they are and do not dishonour them. Love not only by words, but especially how we show by our act. Love another which means accept and respect the human values in each personal as god’s creatures. But, so pity, that thing too hatd to apply into our daily life now days. People are to busy thingking about themselves, look another as a competitor, habbit of “Say Hello” starting fade, even dying. Nothing can Sister of Fransiscaness Mission From Saint Aantonius do, beside striving in order to keep the sisterhood live in monastery. Through the cathecesm recollection with SCP’S model.

  The basic matter which is writer discuss in this script are: how we be capable to help the religious to attain the developing the true sisterhood/brotherhood, such as shape until all the obstacles can be solve. This the idea that write want show up to get the mean point. The first chapter is the beginning. Furthermore, the second chapter talk about the meaning of sisterhood/brotherhood according to sciences, gospel, and the church’s teaching. The third chapter is the sisterhood/brotheshood spirituality of Saint Francis, then the fourth chapter is about humble sisters and brothers as a perfect expresion from the gospel. The fifth chapter is about the meaningof our witnesses now days, finally the sixth chapter is about conclusion and suggestion. Chapter I is the introduction. Futhermore, chapter II talk about the meaning of sisterhood/brotherhood according to sciences, Gospel and Church teaching. Chapter III is the spirituality of true sisterhood/brotherhood of the Saint Francis Asisy, afterwards chapter IV is about the meaning of the expression from ignoble sisters/brothers about Evangelical perfection. Chapter V is about the improvement true sisterhood/brotherhood in the present day and chapter VI is about processing to improve the true sisterhood/brotherhood through program of cathecese, finally chapter VII about the conclution and suggestion.

  Writer have hope that through this script, in order that, what the religious had done especially congregation of SMFA, can be maximalize, so the peace and harmony really fill on our daily life.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Allah Bapa yang telah melimpahkan kasih karunia dan bimbingan-Nya selama penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini. Skripsi ini di susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. Skripsi ini berjudul:

PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS SANTO FRANSISKUS ASISI.

  Proses pembuatan dan penyelesaian skripsi ini telah mendorong penulis untuk merefleksikan makna dan pentingnya hidup dalam persaudaraan sejati. Semoga skripsi ini dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran, inspirasi dan bahan renungan bagi mereka yang merindukan persaudaraan sejati dan terdorong untuk mengembangkannya, khususnya bagi kaum biarawan-biarawati dan terlebih bagi kongregasi SMFA yang menekankan hidup dalam persaudaraan sejati.

  Dalam membuat skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan , bantuan, perhatian, dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

  1. Dr.J.Darminta, S.J. yang telah membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan penuh perhatian dan kesabaran.

  2. Drs. Y.a.c.H. Mardiraharjo selaku penguji II sekaligus dosen wali penulis.

  3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag.,M.Si. selaku penguji III.

  DAFTAR ISI

  Halaman JUDUL ............................................................................................................. .. i PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... .. ii PENGESAHAN .............................................................................................. .. iii PERSEMBAHAN ............................................................................................ . . iv MOTTO ........................................................................................................... .. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... .. vi ABSTRAK ....................................................................................................... .. vii ABSTRACT..................................................................................................... .. viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... .. ix DAFTAR ISI.................................................................................................... .. xi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. .. xvi

  BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. .. 1 A. Latar Belakang ................................................................................. .. 1 B. Rumusan Permasalahan ................................................................... .. 8 C. Tujuan Penulisan............................................................................... .. 8 D. Manfaat Penulisan............................................................................. .. 9 E. Metode Pemulisan............................................................................. .. 10 F. Sistematika Penulisan ....................................................................... .. 10 BAB II MAKNA PERSAUDARAAN MENURUT ILMU-ILMU, INJIL DAN AJARAN GEREJA ................................................................. .. 13 A. Menurut Ilmu-ilmu............................................................................ .. 13

  1 Ilmu Etimologi Bahasa................................................................ .. 13

  2 Ilmu Filsafat .............................................................................. .. 14

  3 Ilmu Sosiologi............................................................................. .. 18

  4 Ilmu Psikologi............................................................................. .. 20

  5 Ilmu Theologi.............................................................................. .. 23 B. Menurut Injil dan Ajaran Gereja....................................................... .. 25

  1 Perjanjian Lama dan Baru........................................................... .. 25

  a) Peranjian Lama ....................................................................... .. 25

  b) Perjanjian Baru ....................................................................... .. 26

  2 Ajaran Gereja .............................................................................. .. 28 C. Rangkuman ...................................................................................... .. 29

  BAB III SPRITUALITAS PERSAUDARAAN SEJATI SANTO FRANSISKUS ........................................................................................................... .. 32 A. Biografi Santo Fransiskus Asisi........................................................ .. 32 1.

  Riwayat Hidup Santo Fransiskus ................................................ .. 32 2. Situasi SMFA ............................................................................. .. 36 3. Situasi Gereja .............................................................................. .. 38 B. Ajaran dan Pesan Fransiskus Asisi Tentang Persaudaraan............... .. 41

  1 Persaudaraan dengan Alam Semesta dan Ciptaan Lainnya ........ .. 41

  2 Persaudaraan dengan Saudara Seiman........................................ .. 45

  3 Persaudaraan dengan Saudara yang Berbeda Iman..................... .. 48

  4 Undangan SMFA ........................................................................ .. 53 C. Rangkuman ...................................................................................... .. 56

  BAB IV MAKNA UNGKAPAN SAUDARA DINA TENTANG KESEMPURNAAN INJILI .................................................................... .. 60 A. Spiritualitas Kongregasi SMFA........................................................ .. 60 B. Kenabian .......................................................................................... .. 62 C. Sikap Dasar Saudara Dina................................................................. .. 65 D. Saudara Dina Dalam Injil.................................................................. .. 68 E. Hidup Injil dan Perutusan Para SMFA Dalam Persaudaraan ........... .. 72 F. Rangkuman ...................................................................................... .. 76 BAB V MAKNA KESAKSIAN PERSAUDARAAN SEJATI UNTUK ZAMAN SEKARANG ........................................................................................... .. 81 A. Nilai-Nilai Persaudaraan ................................................................. .. 81 B. Pergulatan Nilai Zaman Sekarang..................................................... .. 82 C. Peluang Kesaksian SMFA ................................................................ .. 84

  D.

  3 Egoisme ................................................................................... .. 98

  1 Pengertian Katekese.................................................................... .. 106

  3 Relevansi Rekoleksi dalam Upaya Mengembangkan Semangat Persaudaraan Sejati melalui Katekese......................................... .. 105 B. Katekese pada umumnya .................................................................. .. 106

  2 Tujuan Rekoleksi ........................................................................ .. 105

  1 Pengertian Rekoleksi.................................................................. .. 104

  A. Rekoleksi........................................................................................... .. 104

  BABVI. MENINGKATKAN PERSAUDARAAN SEJATI MELALUI PROGRAM KATEKESE ................................................................ .. 104

  2 Membangun Persaudaraan .......................................................... .. 101 H. Rangkuman ...................................................................................... .. 103

  1 Memupuk Hidup Rohani............................................................. .. 101

  5 Prasangka dan Curiga.................................................................. .. 99 G. Kebutuhan untuk Membangun Persaudaraan yang Universal .......... .. 100

  4 Fanatisme ................................................................................... .. 98

  2 Kurang Keterbukaan ................................................................... .. 97

  Perlunya Pembinaan Semangat Persaudaraan................................... .. 86

  1 Kurang Mengampuni .................................................................. .. 96

  5 Perdamaian ................................................................................ .. 95 F. Nilai- Nilai yang Menghambat Persaudaraan ................................... .. 95

  4 Toleransi ................................................................................ .. 93

  3 Solidaritas ................................................................................ .. 93

  2 Keadilan ................................................................................ .. 92

  1 Cinta Kasih ................................................................................ .. 91

  b) Memandang Perbedaan Sebagai Anugerah ............................ .. 90 E. Nilai-Nilai yang Mendukung Persaudaraan...................................... .. 91

  a) Terbuka Terhadap Sesama ...................................................... .. 88

  2 Tujuan Pembinaan ................................................................. .. 88

  1 Latar Belakang Pembinaan Sebagai Penghayatan Persaudaraan .. 87

  2 Tujuan Katekese.......................................................................... .. 107

  3 Ciri-Ciri Katekese ....................................................................... .. 108

  4 Isi Katekese................................................................................. .. 109 C. Katekese Umat Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup Menggereja

  ........................................................................................................... 111

  1 Pengertian Katekese Umat .......................................................... .. 111

  2 Tujuan Katekese Umat................................................................ .. 113

  3 Ciri-Ciri Katekese ....................................................................... .. 114

  4 Model-Model Katekese............................................................... .. 115 a Katekese Umat Dengan Model Pengalaman Hidup.............. .. 115 b

  Katekese Umat Dengan Model Biblis................................... .. 116 c Katekese Umat Dengan Model Campur ............................... .. 116

  5 Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese Umat............. .. 116 a Pengertian SCP ..................................................................... .. 117

  1) Praxis ................................................................................ .. 117 2) Kristiani ............................................................................ .. 118 3) Sharing ............................................................................. .. 119 b

  Langkah-Langkah SCP ......................................................... .. 119 1) Langkah Nol : Pemusatan Aktivitas ................................ .. 120 2) Langkah I: Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta...... .. 121 3) Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta ....... .. 122 4) Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani ........ .. 123

  5) Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani Dalam Situasi Konkrit Peserta............................................................... .. 124

  6) Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit ............ .. 125 D. Program Rekoleksi............................................................................ .. 126 E. Contoh Persiapan Rekoleksi ............................................................. .. 133

  BAB VII. PENUTUP ....................................................................................... .. 153 A. Kesimpulan ...................................................................................... .. 153 B. Saran ................................................................................................. .. 157 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .. 161

  LAMPIRAN..................................................................................................... .. 162 Lampiran 1: ............................................................................................. .. (1) Lampiran 2: ............................................................................................. .. (2) Lampiran 3: ............................................................................................. .. (3) Lampiran 4: ............................................................................................. .. (4) Lampiran 5: ............................................................................................. .. (5) Lampiran 6: ............................................................................................. .. (6) Lampiran 7: ............................................................................................. ... (7)

DAFTAR SINGKATAN A.

   Singkatan Kitab Suci

  Dalam singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan dari Kitab Suci Perjanjian Baru: Dengan Pengantar dan Catatan Singkatan. (1996-1997).

  (dipersembahkan kepada umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka REPELITA Proyek Sarana Keagamaan Katolik). Ende : Arnoldus, Hal 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

  GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965 KHK : Kitab Hukum Kanonik C.

   Singkatan Dokumen Para Pengikut Fransiskus

  Angbul : Anggaran Dasar yang diteguhkan dengan Bulla AngTbul : Anggaran Dasar tanpa Bulla

  2 Cel : Buku Thomas dari Celano, Riwayat Hidup Santo Fransiskus I OFM : Ordo Fratrum Minorum (Ordo Saudara Dina) Pth : Petuah-petuah Santo Fransiskus Asisi 2 SurBerim : Surat kedua kepada kaum beriman.

  SMFA : Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius D.

   Singkatan Lain

  Konst : Konstitusi

BAB I PENDAHULUAN Judul skripsi yang penulis ambil adalah “Persaudaraan Sejati Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius Dalam Terang Spiritualitas Santo Fransiskus Asisi”

  dalam bagian pendahuluan ini, penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan judul skripsi tersebut, hal-hal yang akan diuraikan adalah: latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu.

A. Latar Belakang

  Semangat dan cara hidup Fransiskus Asisi dan para Saudara awal telah mewarnai hidup banyak orang, baik rohaniwan-rohaniwati maupun kaum awam, baik pengikut resmi maupun sekedar pengagum, baik terpelajar maupun tidak terpelajar, baik orang terpandang maupun orang biasa. Mereka tertarik akan kehangatan cara hidup bersaudara, sukacita sejati, dan kesahajaan hidup miskin yang dihayati oleh persaudaraan awal tersebut. Semuanya ini sudah berlangsung selama delapan abad yang lalu. “Membangun Persaudaraan Sejati” merupakan sebuah obsesi yang bernuansa idealistis. Dikatakan obsesi, karena sebagai manusia biasa yang terdiri dari daging dan roh seringkali manusia mendambakan, bahkan mengusahakan terwujudnya “Persaudaraan Sejati” sebagaimana dilukiskan secara amat indah oleh Nabi Yesaya :

  “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama- sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain- main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak akan ada yang berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus” (Yes 11: 6-9). Sabda Nabi Yesaya ini senada dengan Kisah Para Rasul yang melukiskan cara hidup jemaat yang pertama : “... semua orang yang menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, ... Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah” (Kis 2 : 44 ; 46). Dikatakan sebagai obsesi – idealistis karena apa yang disaksikan, apa yang dialami, dan apa yang dilakukan tidak jarang bertentangan dengan kalimat-kalimat indah tadi. Kharisma persaudaraan awal ini pun tetap memikat sampai sekarang. Keberadaannya bahkan sangat dibutuhkan dunia, Gereja dan Persaudaraan Fransiskan baik saat ini maupun di waktu yang akan datang.

  Fransiskus adalah salah satu tokoh yang memperjuangkan nilai persaudaraan. Pada zaman ini ia dikenal sebagai tokoh pembawa damai. Fransiskus Asisi tidak hanya menyerukan perdamaian tetapi juga mewujudkannya dalam seluruh sikap dan tingkah lakunya. Dia menyebut dirinya sebagai saudara dina karena semangat persaudaraan yang begitu kuat yang dimilikinya. Dia mampu memandang semua ciptaan yang ada di alam semesta ini sebagai saudara, baik itu tumbuh-tumbuhan, hewan dan semua manusia. Lewat dan dalam ciptaan, Fransiskus mampu menemukan gambaran Allah di dalamnya. (2 Cel: 172).

  Dasar dari persaudaraan Fransiskus Asisi adalah cita-cita Injil yang berbicara tentang kesamaan semua orang sebagai anak-anak Allah. Hal ini nampak dari pernyataannya: “Dan jika kamu berdoa, katakanlah: Bapa kami yang ada di ini, karena Bapamu hanya satu, yang ada di surga…di mana pun dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, Aku hadir di tengah-tengah mereka” (AngBul XXII: 28- 38).

  Persaudaraan sejati menurut Fransiskus Asisi adalah persaudaraan yang melampaui batas-batas bangsa, agama, suku, kelas, kebudayaan, gender, kekuasaan dsb. Persaudaraan sejati adalah persaudaraan yang mengamalkan kasih secara tulus ikhlas dengan segenap hati karena itu di dalam persaudaraan ada kasih dan kebijaksanaan yang mengeyahkan amarah dan kegelisahan, ada belas kasih dan timbang menimbang yang mengenyahkan kelebihan dan ketegaran (Pth 27 :182).

  Persaudaraan sejati berarti saling mengasihi bukan dengan perkataan atau lidah tetapi dengan perbuatan dengan kebenaran (AngTBul IX: 102).

  Persaudaraan sejati merupakan wujud Kerajaan Allah (Angbul 3: 33), karena itu dibutuhkan sikap kemiskinan dan kerendahan hati dalam membangun persaudaraan. Persaudaraan hanya akan terwujud bila roh daging yaitu egoisme, kesombongan, kebanggaan sia-sia, iri hati, kerakusan, hati batu, kepala batu dicabut dengan Roh Tuhan (Angbul 5: 33). Sudah barang tentu pandangan Santo Fransiskus Asisi tersebut sangat berharga untuk hidup manusia pada zaman ini.

  Cita-cita dan penghayatan persaudaraan yang diwariskan oleh St. Fransiskus itulah yang coba dihidupkan dari generasi ke generasi oleh para pengagumnya walaupun dengan jatuh dan bangun diterpa gelombang zaman. Demikian pula putra- putri Fransiskus yang hidup pada zaman ini tidak terlepas dari keterpaan dunia nyata.

  Andil pengaruh dunia nyata yang ada disekitar kita bisa memberi pengaruh positif, bisa juga memberi pengaruh negatif pada obsesi manusia untuk mengaktualisasikan

  Membicarakan persaudaraan sejati itu mudah, tetapi melaksanakannya itu sulit. Kondisi persaudaraan dunia sekarang ini sedang terpecah belah. Namun, toh penulis juga melihat ada orang yang berusaha mengembalikan semangat persaudaraan sejati di dunia ini dengan mengembangkan semangat solidaritas, membela hak asasi manusia, membangun kepedulian pada perempuan yang tertindas. Meskipun demikian persaudaraan sejati tetap sulit terwujud secara maksimal, karena seringkali mereka yang berjuang ini masih dikuasai oleh semangat mementingkan diri sendiri atau kelompok tertentu dan tidak mau ambil resiko. Perjuangan mereka tidak pernah selesai secara tuntas.

  Dalam situasi ini perlu dicari jalan keluar untuk mengungkapkan kembali persaudaraan yang terpendam dalam hati setiap orang. Orang Kristen harus berani berperan sebagai pelita yang memberi teladan persaudaraan sejati di tengah masyarakat. Teladan persaudaraan sejati pernah ditampilkan oleh Gereja purba.

  Mereka hidup sehati sejiwa, saling membagi apa yang mereka miliki, yang kepunyaan memberikan kepada mereka yang tidak punya, karena mereka yakin bahwa apa yang mereka miliki bukan miliknya sendiri, melainkan milik bersama sehingga tak seorang pun kekurangan. Kekuatan persaudaraan mereka adalah kesetiaan untuk berdoa bersama.

  Persaudaraan sejati bukan hanya bisa dialami pada zaman Gereja purba saja, tetapi pada zaman ini, asalkan setiap orang menyadari kodratnya sebagai mahkluk sosial dan bermartabat luhur dan sama dihadapan Allah. Berpijak pada keyakinan itu, maka persaudaraan sejati akan dapat digalang dan dipupuk. Tugas orang Kristen adalah memberi kesaksian hidup dalam persaudaraan yang tulus dalam keluarga,

  Untuk menghidupi persaudaran secara terus-menerus dalam hidup sehari-hari, berbagai upaya diusahakan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh kongregasi SMFA yaitu hidup dalam komunitas; kita ingin hidup sebagai saudari satu sama lain dengan cara, mengembangkan ciri khas masing-masing, saling melayani, saling mendengarkan, saling memberikan tempat yang aman, saling memberi keleluasaan untuk pembedaan pendapat dan visi, saling memaafkan, tidak melarikan diri dari tanggungjawab pribadi, demi membentuk suatu komunitas yang baik, kita ingin mewujudkan suatu keanekaragaman (pluriformitas) dalam mengindahkan hidup religius sebagai fransiskan missioner: dalam cara hidup dan karya, iman dan doa, cara berpikir dan penghayatan, dalam cara berdiam, berpakaian dan berekreasi. Dalam semangat persaudaraaan kita mau saling mendukung dan meneguhkan terutama dalam menghayati inti panggilan kita. Dalam semangat yang sama pula, kita mau saling memberi keleluasaan untuk menerima diri sendiri seperti apa adanya, dengan menghormati serta menghargai kekhasaan dan keunikan masing-masing. Kita berjuang untuk tidak meremehkan sesama saudari hanya berdasarkan keunikan dan keanekaragaman lahiriah saja. Sebab itu, dalam membentuk suatu komunitas hendaknya memperhatikan setiap pribadi, memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk terbentuknya suatu komunitas yang baik. (Konst SMFA, Bab II Art. 2.3)

  Penghayatan semangat persaudaraan yang beranekaragam ini, mau kita wujudkan di setiap komunitas, setiap regio dan antar regio. Lewat cara hidup yang konkrit, kita mau memperlihatkan bahwa kita dapat hidup bersama dalam cinta kasih, walaupun terdiri dari pribadi yang sangat berbeda. Hal ini kita anggap sebagai rahmat dan sekaligus sebagai tugas. (Konst SMFA, Bab II art. 2.5).

  Kita hendaknya hidup bersama dengan pribadi lain lewat : semagat keterbukaan dan keramahan Fransiskan, melibatkan diri dalam kesukaran dan masalah-masalah yang dialami sesama kita, baik yang dekat maupun yang jauh. (Konst SMFA, Bab II art. 2.8). Sebagai perwujudan hidup komunitas, kita ingin untuk semakin bersatu sebagai saudara, maka secara teratur pula kita berkumpul guna: doa bersama, mendengarkan Sabda Allah, merayakan kesatuan kita dalam iman. (Konst SMFA, Bab II art. 2.9). Dalam pertemuan komunitas secara teratur, kita mau melihat kembali kebersamaan kita dalam hidup konkrit, agar hidup kita semakin sesuai dengan cita-cita persaudaraan Fransiskan. (Konst SMFA, Bab II art. 2.10).

  Agar hidup berkomunitas kita tetap bersemangat segar dan bergairah, maka hendaklah kita terbuka untuk: terbuka akan segala bentuk kritikan yang membangun, terbuka akan informasi-informasi, terbuka akan ide-ide atau gagasan baru, yaitu tentang kejadian yang dialami oleh Gereja dan masyarakat. Kita hendak saling menukar informasi lewat pembicaraan, studi, bacaan dan alat komunikasi yang lain, serta ikut prihatin dengan situasi dewasa ini. (Konst SMFA, Bab II art. 2.11).

  Semua anggota kongregasi SMFA baik secara pribadi maupun komunitas mencoba menanggapi dan menghidupi isi Konstitusi dengan ikut terlibat aktif dalam berbagai komunitas antar regio, baik sebagai anggota regio, dewan regio maupun sebagai pemrakarsa. Tidak sedikit tantangan yang dihadapi oleh para suster SMFA dalam hidup komunitas maupun antar pribadi dalam upaya untuk mewujudkan persaudaraan sejati antar anggota.

  Hidup persaudaraan melepaskan segala perbedaan status sosial, budaya dan Gereja. Masing-masing sesuai dengan keberadaan, tugas pelayanan kemampuannya, kepada satu sama lain dalam keluarga kongregasi SMFA yang disatukan oleh Tuhan. Wujud persaudaraan yang mendalam adalah saling mengakui dan menerima, memberikan kesaksian hidup persaudaraan manusiawi, kristiani, religius dan Fransiskan.

  Komunitas-komunitas menjadi medan pengkonkretan cita-cita hidup dalam persaudaraan. Kriteria hidup dalam persaudaraan SMFA antara lain: cinta kasih dengan saling mengasihi, pelayanan dengan semangat pengorbanan diri, keterbukaan dengan saling memberi dan menerima dengan tulus dan jujur, saling percaya dan menggantungkan diri pada persaudaraan kristiani, saling memaafkan dan mengampuni tanpa menunggu dan menunda.

  Persaudaraan membutuhkan pembaharuan untuk meneguhkan cara hidup yang sudah ada dan untuk menjawab tantangan-tantangan serta pembaharuan yang sedang terjadi. Pertanyaannya adalah bagaimanakah caranya menghadirkan kembali kharisma Fransiskus dan para suster SMFA bagi dunia, Gereja, dan Persaudaraan Fransiskan dewasa ini? Kembali kesumber-sumber awal, itulah jawabannya. Dalam sumber-sumber awal kharisma Fransiskus dan Persaudaraan perdana tersimpan dengan baik. dalam sumber-sumber tersebut dapat ditemukan cara hidup dan sejumlah nilai yang dihayati oleh Fransiskus dan para Saudara perdana. Dengan demikian untuk menghadirkan kembali semangat dan kharisma Fransiskus dan persaudaraan awal bagi dunia, Gereja, dan Ordo dewasa ini, sumber-sumber awal Persaudaraan harus terus dibaca dan dipelajari. hal ini senada dengan seruan bapa- bapa Konsili Vatikan II: “Pembaharuan hidup religius yang sesuai sekaligus merangkum pengacuan terus-menerus kepada sumber-sumber seluruh hidup kristiani dan inspirasi tarekat-tarekat yang mula-mula dan penyesuaiannya dengan kenyataan zaman yang sudah berubah”.

  Skripsi ini selain sebagai salah satu syarat untuk kelulusan studi di IPPAK, juga merupakan usaha kecil dan sederhana untuk menghadirkan kembali kenangan akan kharisma Fransiskus dan Persaudaraan sejati. Guna mewujudkan harapan penulis terhadap persaudaraan yang mulai memudar dalam zaman modern ini maka penulis menyampaikan gambaran tersebut dalam bentuk karya tulis yang berjudul: PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS SANTO FRANSISKUS ASISI.

  B. Rumusan Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain:

  1. Apa dan bagaimana persaudaraan menurut Fransiskus Asisi ?

  2. Apa yang dimaksud dengan Injil menurut Fransiskus Asisis

  3. Bagaimana peranan persaudaraan sebagai dasar hidup?

  4. Bagaimana tanggapan SMFA tentang persaudaraan sejati?

  C. Tujuan Penulisan Skripsi ini ditulis dengan tujuan: 1.

  Menggali dan memaparkan arti dan makna persaudaraan sejati menurut Fransiskus Asisi.

2. Memaparkan pengertian mengenai Injil menurut Fransiskus Asisis.

  4. Memberi sumbangan pemikiran bagi Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius dalam meningkatkan hubungan antar anggota dalam pelayanan.

  5. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata I (SI) pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

D. Manfaat Penulisan

  1. Bagi Penulis

  a. Memberikan wawasan yang luas kepada penulis untuk berpikir secara kritis dan sistematis serta mampu menuangkan gagasan secara jelas dan baik.

  b. Di samping itu penulis dapat belajar untuk mengembangkan kreativitas dan penghayatan dalam membangun persaudaraan, baik dengan sesama anggota tarekat, dengan orang-orang yang bekerja sama dalam karya yang dipercayakan tarekat kepada penulis.

  2. Bagi Kelompok Penulisan ini dapat menjadi masukan dalam memahami arti persaudaraan, sehingga kelompok dapat meningkatkan persaudaraan dengan siapa saja.

  3. Bagi Kongregasi Penulisan ini dapat dipandang sebagai sumbangan pemikiran dalam meningkatkan mutu pelayanan kongregasi pada sesama di komunitas dan di masyarakat.

  E. Metode Penulisan

  Metode penulisan skripsi ini adalah deskriptif analistis dan argumentatif atas sebuah studi pustaka dari buku-buku, karangan ilmiah, dan hasil-hasil penelitian ilmiah yang berkaitan langsung dengan tema yang diangkat penulis. Deskripsi dan analisis sangat diperlukan untuk memaparkan relevansi dan peranan Persaudaraan Sejati Suster Misi Fransiskanes St. Antonius Dalam Terang Spiritualitas Fransiskus Asisi.

  F. Sistematika Penulisan

Bab I :PENDAHULUAN Pendahuluan ini berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang

  penulisan, rumusan malah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan

  

Bab II : MAKNA PERSAUDARAAN MENURUT ILMU-ILMU, INJIL DAN

AJARAN GEREJA Dalam bab II ini penulis menguraikan makna persaudaraan menurut Ilmu:

  etimologi bahasa, filsafat, sosiologi, psikologi, teologi, menurut Injil yang mencangkup Perjanjian Lama dan Baru serta menurut Ajaran Gereja dan ditutup dengan rangkuman.

  Bab III : SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN SANTO FRANSISKUS Dalam bab III penulis menguraikan spiritualitas persaudaraan St. Fransiskus Asisi dalam dua bagian pokok. Bagian pokok pertama yaitu: biografi Santo yang kedua yaitu; ajaran dan pesan Santo Fransiskus Asisi yang meliputi ; persaudaraan dengan alam semesta dan ciptaan lainnya, persaudaraan dengan saudara seiman dan ditutup dengan rangkuman.

  Bab IV:MAKNA UNGKAPAN SAUDARA DINA TENTENG KESEMPURNAAN INJILI. Para Saudara berusaha menjalankan “hidup Injili” dan “mengikuti jejak Tuhan kita Yesus Kristus”. Kedua nilai yang dijalankan para saudara ini mempengaruhi cara mereka memandang dirinya dan perutusan yang mereka kembangkan bagi Gereja dan dunia. bagaimana kesempurnaan Injil ini terjadi dalam hidup para saudara dibahas dalam bab IV.

  

Bab V :MAKNA KESAKSIAN PERSAUDARAAN SEJATI UNTUK ZAMAN

SEKARANG. Pada bab V ini, penulis menyampaikan usaha dalam menjembatani antara

  yang idealitas dengan realitas yang terjadi dalam kehidupan. Pertama tentang pembinaan semangat persaudaraan dan penghayatan persaudaraan dan tujuan pembinaan pesaudaraan. Kedua tentang nilai-nilai yang mendukung persaudaraan. ketiga penulis menyampaikan tentang nilai-nilai yang menghambat persaudaraan. Dan pokok yang kelima yaitu kebutuhan untuk membangun persaudaraan yang universal. Pokok yang keenam rangkuman.

  BAB VI: MENINGKATKAN PERSAUDARAAN SEJATI MELALUI PROGRAM KATEKESE Dalam bab VI ini penulis menguraikan bagaimana meningkatkan

  persaudaraan sejati melalui katekese dalam bentuk rekoleksi guna meningkatkan semangat persaudaraan dalam kongregasi komunitas maupun dalam setiap pribadi pribadi. Pertama tentang rekoleksi, apa itu rekoleksi dan tujuan dari rekoleksi itu sendiri. Kedua tentang katekese pada umumnya, itu dilihat dari segi pengertian, tujuan, ciri, dan isi katekese itu sendiri. Ketiga membicarakan tentang program katekese dalam bentuk rekoleksi dengan model SCP guna mendukung meningkatkan persaudaraan sejati Para Suster Misi Fransiskanes Santo Antonius.

BAB VII: PENUTUP Penutup ini berisikan kesimpulan dan saran

BAB II MAKNA PERSAUDARAAN MENURUT ILMU-ILMU, INJIL DAN AJARAN GEREJA Manusia tidak hanya makhluk individu, tetapi juga makhluk sosial. Sebagai

  makhluk sosial manusia memiliki hubungan dengan orang lain. Ia tumbuh dan berkembang dalam kebersamaan dengan orang lain. Komunitas, keluarga, kelompok dan paguyuban merupakan wadah untuk membangun kebersamaan. Kebersamaan akan bisa terwujud dalam wadah-wadah tersebut bila di dalamnya ada relasi interpersonal yang didasarkan pada semangat persaudaraan sejati.

  Lalu apakah sebenarnya yang dimaksud dengan persaudaraan sejati itu? Untuk dapat memahami arti dan makna persaudaraan sejati, kiranya kita perlu melihat beberapa pandangan tentang relasi, hubungan atau interaksi manusia dengan sesamanya dari sudut ilmu-ilmu, Injil dan Ajaran Gereja.

A. Menurut Ilmu-ilmu

1. Ilmu Etimologi Bahasa

  Ditinjau dari sudut etimologi bahasa Indonesia akar kata dari ‘persudaraan’ adalah saudara. Kata saudara berasal dari bahasa Sansekerta yaitu ‘sodara’. Akar kata dari ‘sodara’ adalah ‘udara’ yang berarti perut atau isi perut, yang menunjuk pada hubungan sekandung. (Zootmulder, 2002: 112, 1217, Wilkonson, 1961 : 243).

  Yang dimaksud dengan saudara dalam bahasa Indonesia adalah ‘orang yang seibu seayah (atau hanya seibu atau hanya seayah saja) adik atau kakak, orang yang segolongan (sepaham, seagama, sesuku, sederajat, dan sebagainya) kawan, teman’ (dengan kata lain segala sesuatu yang hampir serupa atau sejenis).

  Dengan demikian yang dimaksud dengan persaudaraan menurut etimologi bahasa adalah persahabatan yang sekarib saudara, pertalian persahabatan yang serupa dengan pertalian keluarga (Tim penyusun kamus, 1990 : 788). Mengacu pada definisi di atas maka dapat dikatakan pada akhirnya kata saudara dapat ditujukan pada semua orang.

2. Ilmu Filsafat

  Hidup manusia merupakan proses menjadi manusia. Melalui kesadaran dirinya, manusia menemukan bahwa hidupnya ‘belum sempurna’. Hal ini juga nampak dalam fakta antropologis yang berkaitan erat dengan konstitusi biologis manusia, yang menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang ‘belum selesai’ pada saat lahirnya. Ini berbeda dengan binatang-binatang menyusui lainya, yang dilahirkan dengan organisme yang pada hakekatnya telah lengkap. Contohnya anak gajah yang baru dilahirkan dalam waktu beberapa jam sudah bisa berjalan sedangkan anak manusia yang baru lahir membutuhkan waktu beberapa bulan untuk bisa berjalan (Sastrapratedja, 1994: 2).

  Sifat yang ‘belum selesai’ ini menjadikan manusia memiliki relasi yang rangkap dengan dunianya. Oleh karena itu, manusia sebagai individu yang disebut dengan ‘aku’ memiliki keterbukaan pada dunia, sesama dan Allah. Keterbukaan pada sesama menduduki tempat yang paling besar dalam tiap-tiap orang. Bahkan dalam pikiran pun manusia tidak bisa memisahkan diri dari orang lain.

  Memisahkan diri dari orang lain menjadikan ‘Aku’ kerangka kosong dan Dengan kata lain ‘Aku’ dikaitkan dengan orang lain atas cara yang tak terpisahkan, sehingga ‘Aku’ tidak dapat mengenal dan menerangkan diriku sendiri kalau orang lain tidak serentak diikutsertakan ke dalam hidupku dan diterima sebagaimana ‘ yang langsung’ dan ‘yang seketika menampakan diri’. (Sastrapratedja, 1994: 3).

  Heidegger mengatakan bahwa hidup adalah ‘Gowerfen Sein’ (terlempar). Artinya, hidup saja sudah berarti terjalin dengan orang lain. Hidupnya tiap-tiap ‘Aku’ menunjuk kepada suatu kenyataan bahwa, disatu pihak ada jaringan relasi yang erat memikat antara satu orang dengan yang lainnya, tetapi dilain pihak, perbedaan juga tetap ada di antara mereka. (Sastrapratedja, 1994: 4).

  Dengan demikian saling ketergantungan manusia merupakan hal yang fundamental. Dalam hal ini dikenal 2 bentuk saling ketergantungan. Yang pertama: bentuk saling ketergantungan yang hampir tidak melibatkan diri orang seluruhnya. Yang kedua bentuk saling ketergantungan yang hampir tidak melibatkan diri orang sama sekali. Hal ini tergantung pada bentuk perjumpaan yang berlangsung terus- menerus, ada yang sementara dan ada juga yang sebentar saja. Juga ada bentuk kontak yang terjadi karena pertalian darah, kebersatuaan emosional, kerjasama demi tercapainya tujuan tertentu, karena saling membutuhkan dan karena ada kebutuhan akan orang lain demi kepentingan pribadi, dan sebagainya. (Sastrapratedja, 1994: 5).

  Sikap manusia dalam berelasi dengan sesamanya ditentukan oleh cara pandangnya terhadap orang lain. Pandangan yang positif akan menjadi relasi itu bernilai positif yaitu relasi yang didasarkan pada cinta, saling memberi, menghargai, bersaudara dan sebagainya. Demikian juga sebaliknya, pandangan yang negatif menjadi relasi bernilai negatif seperti penolakan, mencari untung, merendahkan orang

  Menurut para filsuf ada beberapa bentuk, cara orang dalam memandang orang o lain. Hal ini sesuai dengan cara pandangnya terhadap keberadaan dirinya sendiri.