SIKAP TOKOH SUBALI TERHADAP ADAT ISTIADAT DI BALI DALAM NOVEL TIBA-TIBA MALAM KARYA PUTU WIJAYA SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra S-1 Program Studi Sastra Indonesia

  SIKAP TOKOH SUBALI TERHADAP ADAT ISTIADAT DI BALI DALAM NOVEL TIBA-TIBA MALAM KARYA PUTU WIJAYA SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra S-1 Program Studi Sastra Indonesia Oleh Stefani Wini kii 034114037 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

  

SKRIPSI

SIKAP TOKOH SUBALI TERHADAP ADAT ISTIADAT DI BALI

DALAM NOVEL TIBA-TIBA MALAM

KARYA PUTU WIJAYA

  

SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

Oleh

Stefani Wini kii

034114037

  

Telah disetujui oleh

Pembimbing I Drs. B. Rahmanto, M.Hum. Tanggal, 30 Agustus 2007 Pembimbing II Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum Tanggal, 30 Agustus 2007

  

SKRIPSI

SIKAP TOKOH SUBALI TERHADAP ADAT ISTIADAT DI BALI

DALAM NOVEL TIBA-TIBA MALAM

KARYA PUTU WIJAYA

  

SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Stefani Wini Kii

O34114037

  

Telah dipertahankan di depan panitia penguji

Pada tanggal, 21 September 2007

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

  

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Drs. B. Rahmanto, M.Hum. ……………….. Sekretaris : Drs. Hery Antono, M.Hum. ……………….. Anggota : S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum. ……………….. Anggota : Drs. B. Rahmanto, M.Hum. ……………….. Anggota : Drs. Y. Yapi Taum, M.Hum. ……………….. Yogyakarta, 29 September 2007 Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Dekan

  MOTTO DAN PERSEMBAHAN SERAHKANLAH PERBUATANMU KEPADA TUHAN MAKA TERLAKSANA SEGALA RENCANAMU”

  ( Amsal 16 : 3 ) cinta yang kau miliki bukan untuk diri sendiri tetapi berikanlah cinta itu kepada semua orang maka cinta itu akan berarti

  ( Penulis ) Skripsi ini kupersembahkan untuk  Tarekatku tercinta Maria Mediatrix (TMM) yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan kepadaku untuk belajar dan mengembangkan diri di USD, Program Studi Sastra Indonesia.  Semua rekan komunitas studi Yogyakarta.  Orang tua, sahabat dan kenalan yang memberi

dukungan dan perhatian.

 Almamater yang tercinta sebagai tempat belajar.

  

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  

Yogyakarta, 29 September 2007

Penulis Stefani Wini Kii

  

ABSTRAK

Kii, Stefani Wini, 2007 Sikap Tokoh Subali

terhadap Adat Istiadat di Bali

dalam Novel, Tiba-Tiba Malam

  

Karya Putu Wijaya

Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra

  Penelitian ini menganalisis sikap ketidaktaatan tokoh Subali terhadap adat istiadat di Bali dalam novel Tiba-tiba Malam karya Putu Wijaya. Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural dan pendekatan sosiologi yang bertitik tolak dari asumsi bahwa karya sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat.

  Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dengan mempergunakan metode tersebut, peneliti membagi menjadi dua tahapan. Pertama, menganalisis struktur novel Tiba-tiba Malam untuk mengetahui unsur penceritaannya yang terdiri atas alur, tokoh dan penokohan, dan latar. Kedua analisis sosiologi sastra dengan mempergunakan hasil analisis pertama untuk memahami sikap ketidaktaatan tokoh Subali terhadap adat istiadat di Bali dalam novel tersebut serta gejala sosial yang ada dalam karya sastra.

  Hasil analisis struktural menunjukkan bahwa tokoh Subali, Sunatha, Ngurah adalah tokoh utama. Hal ini berdasarkan intensitas kemunculan dan keterlibatannya dengan tokoh-tokoh lain dalam novel Tiba-tiba Malam. Toko Subali memilih tidak taat pada adat dikarenakan (1) usaha dagangnya bangkrut, (2) menjadi fitnahan orang, (3) mengalami tekanan dari orang lain. Subali berpendapat adatkah yang menyebabkan usahanya bangkrut. Tokoh Sunatha dan Ngurah adalah tokoh yang taat pada adat. Alur dalam novel ini adalah alur maju, sedangkan tempat terjadinya peristiwa adalah Tabanan Bali.

  Dari hasil analisis sosiologi sastra mengenai sikap ketidaktaatan tokoh Subali terhadap adat istiadat dapat disimpulkan bahwa tokoh mengalami perubahan pola pikir terhadap adat. Hal inilah yang menyebabkan Subali memilih sikap (1) tidak taat pada adat, (2) acuh tak acuh, (3) malas, (4) tidak ikut kegiatan desa, (5) Subali memilih pergi dari desanya, (6) dan pandangan dari luar yang berpendapat bahwa hidup berkelompok dan gotong royong pangkal kemiskinan.

  Dampak dari sikap itu Subali (1) dikeluarkan dari pergaulan desa diri dan keluarganya, (2) segala fasilitas umum yang ada di desa Subali tidak berhak menggunakan termasuk tanah kuburan.

  Berdasarkan hasil analisis novel Tiba-tiba Malam yang mengenalisis sikap ketidaktaatan tokoh Subali terhadap adat istiadat di Bali, dapat disimpulkan novel Tiba-

  

tiba Malam karya Putu Wijaya dapat dipergunakan sebagai karya sastra yang memberi

nilai-nilai moral dalam hidup bermasyarakat.

  

ABSTRACT

Kii, Stefani Wini, 2007 The Attitude on

The Character of Subali toward The Tradition in Bali

  

In The Novel of Tiba-Tiba Malam

Written by Putu Wijaya

A Sociological Approach

  This research analyzed the disobedience attitude on the character of Subali toward the tradition in Bali in the novel of Tiba-tiba Malam written by Putu Wijaya. The approach used in this research was structural and sociological of literature starting point from the assumption that the work of letters was the reflecting of people life.

  The method used in this research was descriptive analysis. By using this method, the researcher divides it into two steps. The first, analyzing the structure of novel Tiba-

  

tiba Malam to find out the substance of its story consisting of plot, character and play,

  and the setting. The second, sociological analysis using the result of first analysis to understand the diobedience attitude on the character of Subali toward the tradition in Bali in the novel and the social tendency existed in the work of letters.

  The result of structure analysis indicated that the characters of Subali, Sunatha and Ngurah were the main ones. This was based on the intencity of their appearance and involvement with the others in the novel Tiba-tiba Malam. The character of Subali chose not to obey toward the tradition because of (1) his trading business was bangkrupt, (2) being slandered by people, (3) having an experience in pressure by other people. He had an opinion that culture made his business to be bangkrupt. The characters of Sunatha and Ngurah were those who obeyed to the tradition. The plot in this novel was the progress one, while the place the accident occurred was in Tabanan, Bali.

  From literary sociological analysis concerning the disobedience attitude on the character of Subali toward the tradition, we could make the conclusion convincingly that the experienced the change of pattern in thought toward the tradition. This caused Subali choose the attitude (1) disobeying to the tradition, (2) not care, (3) being lazy, (4) not attending the activities of village, (5) Subali choose to go out from his village, (6) and the point of view from those in outside that live in the group and mutual cooperation was the beginning of poverty.

  Based on the result of research, nove Tiba-tiba Malam which analyzed the disobedience attitude on the character of Subali toward the tradition in Bali, we could conclude that the novel Tiba-tiba Malam written by Putu Wijaya was able to be used as the work of letters which the moral values to live in society.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan tulus hati dan penuh rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada.

  1. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum. sebagai ketua Program Studi Sastra Indonesia sekaligus sebagai pembimbing I yang dengan setia penuh kesabaran dan ketulusan hati telah memberi bimbingan, petunjuk, saran, dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  2. Bapak Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum. sebagai pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan memberikan masukan- masukan yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Para dosen Program Studi Sastra Indonesia universitas Sanata Dharma yang banyak mendukung, membantu dan membekali penulis dalam menjalani tugas studi.

  4. Sr. Petronella Renyaan, TMM sebagai pemimpin umum Tarekat Maria Mediatrix dan anggota dewan yang telah memberi kepercayaan dan kesempatan kepada pelis untuk mengembangkan diri melalui tugas studi.

  5. Sr, Margarethis Kellen, TMM sebagai ekonom tarekat yang dengan ulet mengelola keuangan tarekat, sehingga dapat membiayai para suster studi dan atas perhatian, dukungan dan cinta yang boleh penulis terima selama menjalani studi.

  6. Seluruh anggota tarekat yang telah mendukung penulis selama studi.

  7. Sr. Maria Waworundeng, TMM selaku pemimpin komunitas dan para suster yang dengan doa dan cintanya mendukung penulis selama ini, secara khusus dalam penulisan skripsi ini.

  9. Saudara Sugeng Haryanto beserta keluarganya, sahabat dan kenalan yang telah mendukung penulis selama studi

  10. Fater Libertus Gea, CMM yang telah mendorong dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  11. Bapak (<), mama, kakak, dan adik yang memberi cinta dan perhatian serta dorongan selama menjalani tugas studi.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfat bagi pembaca dan pencengar khususnya bagi mereka peminat karya sastra.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL ................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................ii HALAMAN PENGESAH .......................................................................................iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................v ABSTRAK ................................................................................................................vi ABSTRACT ...............................................................................................................vii KATA PENGANTAR .............................................................................................viii DAFTAR ISI ............................................................................................................x BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................1

  1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................3

  1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................4

  1.4 Manfaat Penelitiaan....................................................................................4

  1.5 Landasan Teori ...........................................................................................4

  1.5.1 Teori Stuktural....................................................................................5

  1.5.1.1 Alur .......................................................................................5

  1.5.1.2 Tokoh dan Penokohan...........................................................6

  1.5.1.2.1 Tokoh.......................................................................6

  1.5.2 Teori Sosiologi ..................................................................................9

  1.5.2.1 Sikap....................................................................................10

  1.5.2.2 Adat Istiadat ........................................................................11

  1.5.2.3 Adat Bali .............................................................................11

  1.6 Metodologi Penelitian ...............................................................................12

  1.6.1 Pendekatan........................................................................................12

  1.6.2 Metode ..............................................................................................13

  1.6.3 Teknik Penelitian ..............................................................................13

  1.6.4 Data dan Sumber Data ......................................................................14

  1.7 Sistematika Penyajian ..............................................................................14

  BAB II ANALISIS STRUKTURAL PENCERITAAN NOVEL TIBA-TIBA MALAM

  2.1 Analisis Alur .............................................................................................16

  2.1.1 Bagian Awal ...................................................................................16

  2.1.2 Bagian Tengah .................................................................................17

  2.1.3 Bagian Akhir ...................................................................................19

  2.2 Tokoh dan Penokohan ..............................................................................19

  2.2.1 Tokoh ..............................................................................................19

  2.2.2 Penokohan.......................................................................................20

  2.2.2.1 Tokoh Sunatha....................................................................21

  2.2.2.2 Tokoh Ngurah ...................................................................24

  2.3.1 Latar Waktu..........................................................................29

  2.3.2 Latar Sosial............................................................................33

  2.3.2.1 Adat Kebiasaan .........................................................33

  2.3.2.2 Keadaan Masyarakat.................................................35

  2.3.3 Latar Tempat .........................................................................36

  2.4 Rangkuman................................................................................................36

  BAB III ANALISIS SIKAP KETIDAKTAATAN SUBALI TERHADAP ADAT ISTIADAT BALI

  3.1 Sikap Tokoh Subali terhadap Adat di Bali...............................................37

  3.2 Dampak dari Sikap Tokoh Subali ............................................................46

  BAB IV PENUTUP

  4.1 Penutup.....................................................................................................57

  4.2 Saran.........................................................................................................60

  DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................61

BAB I PENDAHULUAN Bab I ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

  manfaat penelitian, landasan teori yang mendukung penelitian ini. Metode penelitian yang meliputi pendekatan, metode, teknik penelitian, data dan sumber data, dan sistematika penyajian.

1.1 Latar Belakang Putu Wijaya adalah satu dari sedikit pengarang Indonesia yang sangat produktif.

  Bukan saja dari aspek jumlah, tetapi juga dari sisi ragam dan jenis karya yang ia hadirkan ke khalayak pembaca sastra Indonesia. Seluruh genre sastra ia gulati, bahkan termasuk menulis naskah untuk film layar lebar dan televisi boleh dikatakan Putu Wijaya adalah sosok fenomental dalam sastra Indonesia.

  Novel Tiba-tiba Malam karya Putu Wijaya agak berbeda dari novel-novel sebelumnya seperti Telegram, Stasiun, Perang, Bila Malam Bertambah Malam, Pabrik yang melambungkan nama pengarang. Putu Wijaya selalu membawa corak baru dalam penulisan novel. Tiba-tiba Malam bisa dikatakan sebagai novel “konvensional”.

  Kekuatan novel ini terletak pada penyajian gaya tutur dan plot yang tergolong konvensional.

  Karya Putu Wijaya ini berhasil mengangkat tema seputar masalah adat istiadat di Bali yang ketat dan berbagai segi kehidupan yang membawa dampak negatif dalam Subali yang menyedihkan karena usahanya bangkrut dan menjadi pembicaraan orang tentang keluarganya membuat Subali tidak taat pada adat “Bapak tidak pergi? Itu kentongan kedua?” Subali masih diam. “Bapak sudah sering tidak datang ke desa. Banyak orang ngomong di pancuran”. Subali acuh tak acuh saja. “Nanti bapak dibuang oleh krama desa!” Subali diam. (Putu Wijaya, 2005: 61). Dampak dari sikap ketidaktaatannya adalah Subali dan seluruh keluarganya dikucilkan dari desa dan tidak dianggap sebagai bagian dari krama desa dan tidak boleh menggunakan segala fasilitas umum yang ada.

  “ Keluarkan saja dia dari krama desa pak.” “ Kalau dia tidak mau lagi ikut kerepotan desa, dia juga tidak boleh mempergunakan jalan desa, pancuran desa, pura desa, dan kuburan desa,” (Putu Wijaya, 2005: 67).

  Sebagai sebuah karya sastra, novel Tiba-tiba Malam memang bukanlah gambaran asli dari suatu peristiwa kehidupan. Sumardjo ( 1979 : 30 ) berpendapat bahwa sastra bukanlah reprensentasi dari realita sosial. Oleh karena itu, karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan penciptaannya sebab sebuah karya sastra memiliki relasi timbal-balik dengan masyarakat yang menghasilkan. Hal itu mengakibatkan karya sastra merupakan suatu gambaran kehidupan dari suatu kelompok masyarakat dari suatu masa tertentu.

  Selama ini sastra dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra ditulis pada kurun waktu tertentu yang langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu ( Luxemburg, 1989: 23).

  Sementara menurut Junus (1986:3), karya sastra sebagai dokumen sosial-budaya memiliki hubungan timbal-balik dalam masyarakat yang menghasilkan. Hal ini pandangan karya sastra merupakan cerminan masyarakat.

  Karya sastra merupakan hasil pengamatan terhadap kehidupan sekitarnya. Dalam penciptaan sebuah karya sastra dipengaruhi oleh latar belakang pengarang, lingkungan, serta kepribadian pengarang itu sendiri. Bahkan sebuah karya sastra mengandung gambaran kehidupan seseorang sewaktu mengalami krisis dalam jiwanya. Krisis itu muncul ketika seseorang mengalami suatu peristiwa dan peristiwa itu kemudian menimbulkan kesan yang kuat dalam jiwanya (Sumardjo, 1984:65).

  Karya sastra senantiasa menampilkan kenyataan dan keadaan kultur suatu zaman, tapi lebih dari itu sifat-sifat sastra juga ditentukan oleh masyarakat. Di samping itu, setiap kondisi sosial-budaya pada suatu masa tertentu ternyata mampu mempengaruhi corak sastra (Sumardjo, 1979:15-16). Novel Tiba-tiba Malam penting untuk diteliti karena (1) Secara ilmiah belum ada yang meneliti novel tersebut karena baru diterbitkan oleh Buku Kompas. (2) Novel tersebut menggambarkan suatu kenyataan sosial-budaya masyarakat Bali yang menarik dikaji secara sosiologi. Hal ini terbukti dengan sulitnya mendapat referensi, artikel, atau esai yang membicarakan novel

  Tiba-tiba Malam maka peneliti tertarik untuk meneliti novel tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

  1.2.2 Bagaimanakah gambaran sikap tokoh Subali dalam novel Tiba-tiba Malam karya Putu Wijaya?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Bertitik tolak dari rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1 3.1 Mendeskripsikan struktur novel Tiba-tiba Malam karya Putu Wijaya, yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, dan latar.

  1.3.2 Mendeskripsikan sikap ketidaktaatan tokoh Subali terhadap adat istiadat di Bali dalam novel Tiba-tiba Malam karya Putu Wijaya.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian terhadap permasalahan di atas dapat memberi manfaat sebagai berikut.

  1.4.1 Secara praktis memberi manfaat untuk meningkatkan apresiasi sastra di tanah air khususnya hasil karya sastra berupa novel.

  1.4.2 Menambah perbendaharaan pustaka khususnya bidang penelitian sastra yang meninjau secara sosiologi.

  1.4.3 Menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti juga pembaca.

  1.5 Landasan Teori unsur teks, sedangkan teori sosiologi dimaksudkan untuk mengetahui aspek-sapek kemasyarakatan karena sastra merupakan cermin masyarakat.

1.5.1 Teori Struktural

  Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks- teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Unsur-unsur itu hanya memperoleh artinya di dalam relasi, baik relasi asosiasi ataupun relasi oposisi (Hartoko, 1986:135-136).

  Jika dicermati, sebuah karya sastra terdiri dari komponen-komponen seperti: tokoh, ide, tema, amanat, latar, watak dan perwatakan, insiden, plot dan gaya bahasa.

  Komponen-komponen tersebut memiliki perbedaan aksentuasi pada berbagi teks sastra. Strukturalisme sastra memberi keluasan kepada peneliti sastra untuk menetapkan komponen-komponen mana yang akan mendapat prioritas signifikasi. Keluasan ini harus dibatasi, yakni sejauh komponen itu tersurat dalam teks tersebut (Taum, 1997:39).

1.5.1.1 Alur

  Alur atau pengaluran adalah pengaturan penampilan peristiwa sehingga dengan demikian peristiwa-peristiwa dapat juga tersusun dengan memperhatikan hubungan klausalnya (Sudjiman, 1988:36). Selanjutnya (Sudjiman, 1988:30), berpendapat struktur umum alur adalah awal, tengah, dan akhir. Bagian awal terdiri atas paparan, rangsangan, dan gawatan. Pada bagian tengah terdiri atas tikaian, rumitan, dan klimaks. Pada bagian akhir terdiri atas leraian dan selesaian.

  Paparan adalah situasi yang digambarkan pada awal harus membuka sesudah itu sampai pada gawatan (Sudjiman, 1988:33). Tikaian merupakan pertentangan antara dirinya dengan kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh lain, ataupun pertentangan antara dua unsur di dalam diri satu tokoh itu (Sudjiman, 1988:35).

  Klimaks cerita adalah saat-saat konflik menjadi sangat hebat dan jalan keluar harus ditemukan. Kadang klimaks utama tidaklah merupakan yang mengherankan dan kadang-kadang sukar diidentifikasi disebabkan bagian-bagian konflik dalam cerita mempunyai klimaks tersendiri (Sudjiman, 1988:63).

  Bagian struktur alur sesudah klimaks meliputi leraian yang menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian dapat mengandung penyelesaian masalah yang melegakan (happy

  

ending) tetapi dapat juga mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan

(Sudjiman, 1988:35-36).

1.5.1.2 Tokoh dan Penokohan

1.5.1.2.1 Tokoh

  Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita ( Sudjiman, 1988:16).

  Menurut Hartoko (1986:16) pengertian tokoh lebih luas daripada aktor atau pelaku yang harus berkaitan dengan fungsi seseorang dalam teks naratif atau drama.

  Tokoh yang bersangkutan dapat “dihidupkan” berdasarkan sejumlah konvensi yang

  Menurut Nurgiyantoro ( 1998:176-177) berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan adalah tokoh yang pemunculannya dalam keseluruhan lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan ia hadir apabila kaitannya dengan tokoh utama baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Selanjutnya (Nurgiyantoro, 1988:178- 179) berpendapat, dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, tokoh yang merupakan pengejawatahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh yang menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita pembaca. Tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik. Tokoh antagonis barangkali dapat disebut, beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tidak langsung, bersifat fisik ataupun batin.

1.5.1.2.2 Penokohan

  Tokoh dalam cerita perlu digambarkan ciri-ciri lahir, sifat, dan sikap batinnya agar wataknya dikenal juga pembaca. Watak ialah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakanya dengan tokoh lain. Dalam hal ini, istilah watak digunakan dengan arti tabiat, sifat kepribadian (Sudjiman, 1986: 58). Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh inilah yang disebut penokohan. Jadi istilah penokohan lebih luas pengertiannya daro pada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca ( Nurgiyantoro, 1998:166).

1.5.1.3 Latar

  Latar adalah tempat dan masa terjadinya cerita. Sebuah cerita harus jelas di mana dan kapan berlangsung sebuah kejadian. Pengarang memilih latar tertentu untuk ceritanya dengan mempertimbangkan unsur watak tokoh-tokohnya dan persoalan atau tema yang akan digarapnya. Dengan penggambaran latar yang baik, pembaca diberi pengetahuan tentang kehidupan masyarakat tertentu (Sumardjo, 1984:59-60).

  Menurut Sudjiman (1986: 46) peristiwa-peristiwa dalam cerita tentulah terjadi pada suatu waktu atau dalam suatu rentang waktu tertentu dan pada tempat tertentu.

  Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadi peristiwa dalam karya sastra membangun latar cerita.

  Nurgiyantoro (1998:227-235) berpendapat unsur latar mencakup tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat dengan nama tertentu, misalnya inisial tertentu, mungkin lokasi berupa tempat tertentu tanpa nama jelas. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Kehidupan sosial berpikir, sikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

1.5.2 Teori Sosiologi Sastra

  Sosiologi sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari hubungannya dengan kenyataan sosial serta memperhatikan baik pengarang, proses penulisan maupun pembaca serta teks itu sendiri ( Hartoko, 1986:129).

  Sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya sekaligus pemahaman terhadap karya dalam hubungan dengan masyarakaat yang melatarbelakanginya (Ratna, 2003:2). Menurut Taum (1997:47) sosiologi sastra didasarkan pada konsep “mimesis” yang menyinggung hubungan antara sastra dan masyarakat sebagai ‘cermin’.

  Pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan disebut pendekatan sosiologi sastra. Sebuah hasil karya cipta, karya sastra harus dapat dipahami, dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya, bahasa itu merupakna cipta sosial sehingga sebuah karya sastra hendaknya dapat menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini kehidupan mencakup hubungan antara masyarakat dengan orang perorang, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi di dalam batin seseorang. Oleh karena itu, yang sering menjadi bahan penciptaan Penelitian-penelitian sosiologi sastra menghasilkan pandangan bahwa karya sastra adalah ekspresi dan bagian dari masyarakat, dan dengan demikian memiliki keterkaitan resiprokal dengan jaringan-jaringan sistem dan nilai dalam masyarakat tersebut (Soemanto,1993; Levin, 1973:57; Taum,1997:47).

1.5.2.1 Sikap

  Sikap adalah tindakan atau tingkah laku tertentu yang dipilih di antara sejumlah pilihan tindakan yang bisa dilakukan atau kecenderungan-kecenderungan individual yang dapat ditemukan dari cara-cara berbuat, yakni dari konsistensi dari berbagai keadaan yang berubah-ubah dalam berhadapan dengan faktor-faktor sosial ( Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1991:31).

  Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung objek tersebut ( Azwar, 1988:3). Lebih lanjut Azwar mengatakan bahwa sikap merupakan semacam kesiapan individu untuk bereaksi apabila dihadapkan pada suatu stimulasi yang hendak ada responnya.

  Sikap bersifat dinamis dan terbuka terhadap kemungkinan perubahan dikarenakan interaksi seseorang dengan lingkungan di sekitarnya. Kemudian, sikap hanya akan ada artinya bila ditampakkan dalam bentuk pernyataan perilaku, baik perilaku lisan maupun perilaku perbuatan ( Azwar, 1988:4).

  Dalam penelitian ini, penulis membatasi istilah sikap sebagai reaksi perasaan terhadap suatu objek yang bersifat dinamis dan terbuka terhadap kemungkinan ada artinya bila ditampakkan dalam bentuk pernyataan perilaku, baik perilaku lisan maupun perilaku perbuatan.

  1.5.2.2 Adat Istiadat

  Adat istiadat adalah pola dan tingkah laku suatu kesatuan sosial mengenai pranata-pranata kebudayaan. Pola itu disebarkan melalui proses sosialisasi secara turun- temurun. Pelanggaran terhadap pola ini menimbulkan adanya sanksi sosial (Ensiklopedi Nasional Indonesia,1988:62).

  1.5.2.3 Adat Bali

  Suku bangsa Bali merupakan suatu kolektif manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan-kebudayaan dan kesadaran serta identitas akan kesatuan kebudayaan itu tercermin dengan adanya suatu bahasa yang sama, yaitu bahasa bali ( Koentjaraningrat, 1985:241).

  Sistem kemasyarakatan masyarakat Bali membentuk kesatuan hidup setempat yang terpenting adalah desa dan banjar. Satu kesatuan wilayah di mana para warganya secara bersama-sama atas tanggungan bersama mengkonsepsikan dan mengaktifkan upacara-upacara keagamaan untuk memelihara kesucian, inilah yang disebut desa adat.

  Rasa kesatuan sebagai warga desa adat terlihat oleh faktor-faktor pekarangan desa, aturan-aturan desa, dan pura-pura desa ( Depdikbud, 1982:29-30).

  Suatu kesatuan sosial atas dasar wilayah yang lebih kecil disebut banjar. Daerah yang mempunyai sistem banjar maka ada bangunan bale banjar tempat warga banjar mengadakan rapat dan kegiatan-kegiatan lainnya. Banjar dikepalai oleh seorang yang

  Dalam kehidupan berkomunitas pada masyarakat desa di Bali ada sistem gotong-royong. Gotong-royong dilakukan antara individu dengan individu atau antara keluarga dengan keluarga. Gotong-royong seperti bersawah, rumah tangga yang diadakan oleh keluarga tertentu. Di samping itu, ada juga gotong-royong yang bersifat kerja bakti untuk keperluan masyarakat atau pemerintah ( Koentjaraningrat, 1971:292- 292).

  Di dalam kehidupan keagamaannya, banyak menganut agama Hindu-Bali lebih percaya akan adanya satu Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti Yang Esa ( Brahmana, Wisnu, Siwa). Selain itu, orang Bali percaya kepada pelbagai dewa dan roh yang mereka hormati dalam upacara bersaji ( Koentjaraningrat, 1971:294).

1.6 Metodologi Penelitian

  Pada bagian metodologi penelitian yang akan dikemukakan pendekatan, metode, teknik penelitian, serta data dan sumber data.

1.6.1 Pendekatan

  Pendekatan yang digunakan penulis untuk meneliti novel Tiba-tiba Malam karya Putu Wijaya ini adalah pendekatan struktural dan pendekatan sosiologi sastra.

  Menurut Goldmann dikutip (Teeuw, 1983:152) studi karya sastra harus dimulai dengan analisis struktur, langkah ini tidak boleh ditiadakan atau dilampaui. Pendekatan sosiologi karena karya sastra Putu Wijaya ini merupakan karya sastra yang mencerminkan kehidupan masyarakat. masyarakat. Pendapat ini beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari berbagai segi struktur sosial, hubungan keluarga, pertentangan kelas dan sebagainya.

  1.6.2 Metode

  Metode (Yunani:Methodos) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memakai objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1977: 16).

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang hanya terbatas pada usaha membahas atau memeriksa data apa adanya (Sudaryanto, 1988:62)

  1.6.3 Teknik Penelitian

  Teknik merupakan penjabaran dari metode dalam sebuah penelitian yang sesuai dengan nilai dan sifatnya (Sudaryanto, 1993:26). Teknik ini merupakan cara kerja yang operasional dalam penelitian terhadap karya sastra. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah membaca atau memeriksa teks sastra dan mencatat poin-poin yang mendukung sastra. Biasanya satu data ditulis dalam satu kartu atau diberi kode tertentu yang ditulis atau digaris pada bagian atas, tengah atau bawah. Kartu data sebaiknya disusun menurut abjad dari huruf pertama dengan ini memudahkan penyusun (Koentjaraningrat, 1977:391).

  1.6.4 Data dan Sumber Data

  Data merupakan bahan penelitian yang diambil dari fakta. Bahan penelitian

  Dalam penelitian ini datanya adalah data pustaka yang diperoleh dengan mencacat data yang merupakan bagian dari keseluruhan novel Tiba-tiba Malam yang berkaitan dengan permasalahn dalam penelitian ini.

  Sumber data adalah tempat data itu diambil atau diperoleh. Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian sastra maka sumber datanya pun berupa karya sastra, yaitu dengan identitas sebagai berikut: Judul : Tiba-tiba Malam Pengarang : Putu Wijaya Penerbit : Buku Kompas Kota Terbit : Jakarta Tahun Terbit : Januari 2005 Cetakan : I (pertama) Tebal : iv + 236 hlm; 14 cm x 21 cm

1.7 Sistematika Penyajian

  Sistematika penyajian penelitian ini akan diatur sebagai berikut. Bab I berisi pendahuluan dengan cakupannya latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori yang mendukung penelitian ini. Metode penelitian yang meliputi pendekatan, metode, teknik penelitian, data dan sumber data serta sistematika penyajian. Bab II berisi analisis struktural novel Tiba-tiba Malam karya Putu Wijaya dengan cakupan latar, tokoh dan penokohan, alur, mengingat bahwa karya ketidaktaatan tokoh Subali terhadap adat istiadat di Bali dalam novel Tiba-tiba Malam karya Putu Wijaya. Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan, saran, daftar pustaka sebagai acuan dan lampiran.

  

BAB II

ANALISIS STRUKTUR PENCERITAAN

NOVEL TIBA-TIBA MALAM

Pada bab II ini akan dianalisis tiga unsur struktur yang meliputi tokoh dan

  penokohan, latar, dan alur. Perhatian utama difokuskan pada teks sebagai satu kesatuan yang utuh. Analisis ketiga unsur struktural itu dimaksudkan untuk mengetahui gambaran kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam novel tersebut yang dapat membawa pembaca lebih mengetahui gambaran kehidupan para tokoh dalam latar budaya Bali. Ketiga unsur tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

2.1 Analisis Alur

  Analisis alur akan mencakup tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir.

2.1.1 Bagian Awal

  Dalam tahap awal dalam cerita ini, orang-orang memperbincangkan upacara perkawinan Sunatha dengan Utari yang mendadak. Banyak orang bertanya-tanya.

  Konflik belum nampak. Hal itu terlihat dari kutipan berikut. (1) Banyak orang heran dan bertanya-tanya mengapa hal tersebut terjadi.

  Mempelai wanita adalah bunga desa, dipujikan kecantikan maupun kelakuannya. Di samping orang cemburu kenapa guru SMP yang gemar menyanyi lagu-lagu rakyat itu mampu merobohkan hati Utari, orang juga merasa belum waktunya desa kehilangan putrinya yang tercantik (Putu Wijaya,2005:1). Saat perkawinan Sunatha berlangsung, seorang turis asing juga turut hadir dan menyaksikan upacara tersebut. Pada saat itu dia berkenalan dengan Subali dengan sangat akrab. (3) “Perkawinan anak saya. Itu yang lelaki namanya Sunatha, anak saya yang paling tua. Saya sendiri bernama Subali. Itu wanita namanya Utari, itu yang sebelah sana, orang tua Utari dan itu anak saya yang lain, namanya Sunithi. Nah, ini istri saya. Itu di sana…..Dia menerangkan seperti seorang guide “ (Putu Wijaya, 2005:8-9).

2.1.2 Bagian Tengah

  Pada tahap tengah atau tahap pertikaian dalam cerita tersebut konflik mulai muncul. Tahap tengah ini ada dua jenis konflik yang ditemukan, yaitu konflik internal, yaitu konflik yang terjadi dalam diri seorang tokoh dan konflik eksternal, yaitu konflik yang terjadi antar tokoh cerita. Konflik internal dan konflik eksternal dialami oleh tokoh Subali yang digambarkan oleh pengarang sebagai tokoh yang tidak taat pada adat. Konflik internal yang terjadi pada tokoh Subali dapat dilihat pada kutipan berikut. (4)”……buah pikirannya berbahaya. Saya tidak suka dia terlalu dekat dengan bapak. Kamu tahu sendiri bapak sedang kecewa, dia masih memikirkan usaha dagangnya bangkrut”(Putu Wijaya,2005:23). (5) “Bapak makan dulu.” Subali makan, tapi terus juga diam-diam. Sunithi melayani sambil memandangnya. Di balai-balai kedengaran perempuan itu menangis. (Putu Wijaya,2005:60). (6) Pernah ia merencanakan untuk transmigrasi dengan seluruh keluarganya.

  Mencari udara baru di Sumatera dan Sulawesi. Karena desa mulai sumpek. Terutama sejak kegagalan dalam berdagang. Ia menggangap adat menghancurkan perdagangan yang pernah diharapkannya akan menjadi sumber nafkah-karena tugas-tugas dalam kelompok terlalu banyak, sehingga ia tidak bisa benar-benar memperhatikan kepentingan pribadi (Putu Wijaya,2005:103) adatlah yang menghancurkan dagangnya (3) Subali merasa tertekan selama ini. Pada tahap pertikaian ini konflik mulai menanjak.

  Konflik eksternal pada tahap tengah atau tahap pertikaian terjadi antara tokoh utama yang tidak taat pada adat dengan masyarakat yang mendukung adat sehingga pertentangan meningkatkan konflik dan dapat dilihat pada kutipan berikut. (7) “ Baik!” teriak Subali. Sejak dulu orang selalu menyebarkan fitnah atas keluargaku. Kamu mau kawin dengan Sunatha secara baik-baik, sekarang kamu tuduh anak saya mengguna-guna kamu, setelah dia tidak ada di sini untuk membela dirinya. Ini pasti ada orang yang campur tangan. Baik! Sekarang pilih saja, kamu mau pulang atau tinggal di rumah suamimu. Kalau kamu pulang tak usah lagi kamu balik ke rumah kami. Kamu dengar!” (Putu Wijaya, 2005:32-33). (8) “……Nanti bapak dibuang oleh krama desa” (Putu Wijaya,2005:61)

  (9) “ Kok saban ada kerepotan desa, terus sakit. Nyoman ini penting. Bapak harus datang. Nanti dia dikeluarkan dari krama desa. Belakangan ini bapakmu kok aneh-aneh saja”(Putu Wijaya, 2005:62). Konflik yang dialami tokoh semakin hebat dan meningkat dan mencapai klimaks. Subali meninggalkan Tabanan menuju Denpasar-Bali dengan turis asing itu.

  (10) Subali dan David sudah mencapai jalan besar. Mereka hendak ke Denpasar.

  Subali bermula hendak mencari jalan memintas supaya jangan melewati pura, tempat orang-orang bekerja, tapi David dengan senyum memaksanya lewat (Putu Wijaya,2005:75). (11) “Maaf sekali ini saya tidak bisa ikut bekerja. Ada keperluan di Denpasar, saya sakit saya harus berobat ke sana. Ini saya membayar uang ganti diri saya bekerja.” (Putu Wijaya,2005:77). (12) “ Begini, katakan pada bapakmu kalau nanti pulang, sudahlah, tidak usah lagi ikut kerja pura. Kalau memang repot kami juga tidak memaksa.

  Jelasnya, kami memutuskan untuk mengeluarkan bapakmu dari ikatan krama desa. Bapakmu telah bersalah, melawan adat yang sudah lama kita laksanakan di sini. Bahkan juga dia menghina bapak. Ini sebagai pelajaran Kutipan (7), (8), (9), (10), (11), (12) menunjukkan bahwa konflik-konflik eksternal yang dialami Subali adalah, (1) keluarganya difitnah, (2) rencana pembuangan, (3) Subali hendak ke Denpasar dan memberi sejumlah uang sebagai ganti diri karena tidak ikut bekerja, (4) Subali dikeluarkan dari krama desa

  2.1.3 Bagian Akhir Tahap akhir pada cerita ini, menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian. Selesaian mengandung penyelesaian konflik yang melegakan ( happy

  ending). Pada bagian akhir ini tokoh menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada banjar yang telah mempersatukan mereka. Terlihat pada kutipan berikut.

  (13) “ Saudara-saudara, kawan-kawan, para sesepuh desa, saya dan bapak saya sekeluarga menyerahkan diri untuk diadili oleh desa. Keluarga saya dan bapak saya telah melakukan kesalahanbesar terhadap adat…………………….Izinkan saya meminta maaf atas kekeliruan bapak saya. Hukumlah kami sesuai dengan kesalahan kami………..Satu permintaan kami jangan buang kami dari pergaulan desa. Dan izinkanlah ibu saya istirahat dengan tenang. Biar saya yang memikul semuanya” (Putu Wijaya, 2005:224-225).

  Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa alur dalam novel tersebut adalah alur maju. Peristiwa demi peristiwa mengalami perkembangan dan mencapai klimaks dan penyelesaian yang membahagiakan.

2.2 Tokoh dan Penokohan

2.2.1 Tokoh

  Dalam novel Tiba-tiba Malam terdapat beberapa tokoh yang membentuk peristiwa cerita. Keseluruhan tokoh yang terdapat dalam novel tersebut mencakup tokoh utama, dan tokoh tambahan.Tokoh utama tersebut adalah Sunatha, Ngurah, dan Subali.

  Tokoh lain yang merupakan pembantu dan pendukung yang masing-masing berfungsi menunjang tokoh utama adalah Utari (istri Sunatha), Renti (pengawal pribadi Ngurah), Sunithi (saudari Sunatha), Suki, Weda, Badung (sahabat Sunatha dan sunithi), dan David wisatawan asing dari Belanda yang mempengaruhi Subali dengan pandangan-pandangan yang modern.

  Tokoh-tokoh di atas mempunyai peran masing-masing baik sebagai tokoh yang berfungsi menyampaikan pikiran dan perasaan tokoh utama maupun yang tidak menunjang keberadaan tokoh utama.

  Tokoh yang sering muncul di setiap bagian cerita dan menimbulkan peristiwa- peristiwa yang membangun cerita, yaitu Sunatha, Ngurah, dan Subali merekalah yang disebut tokoh utama atau sentral. Seperti yang dikatakan Sudjiman (1998:12) bahwa kriterium yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh dalam cerita melainkan intensitas keterlibatan tokoh itu dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita.

  Dalam analisis tokoh penulis membatasi penokohan tokoh hanya pada tokoh utama. Pengenalan tokoh-tokoh baik tokoh utama protagonis dan antagonis akan dibahas lebih lanjut dalam penokohan masing-masing tokoh.

2.2.2 Penokohan

  Penokohan merupakan penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh berdasarkan penggambaran ciri-ciri lahir, sifat dan sikap batin tokoh dalam cerita.

  Dengan penggambaran tersebut, dapat diketahui pula watak tokoh-tokoh dalam novel yang akan dianalisis. Pengarang memperkenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita