PERBEDAAN SIKAP ANTARA PRIA DAN WANITA DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

  

PERBEDAAN SIKAP ANTARA PRIA DAN WANITA DALAM

MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI

SIPIL DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Skripsi

  

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Jurusan Psikologi

  

Disusun Oleh :

ADI STI PUTRI NI NDRASARI

009114134

  

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  ,25 Februari 2008

  25

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

I can do all things

through Christ

w hich st rengthenet h me

( Filipi 4 : 13 )

  

When L if e hands you a lemon,

M ake lemonade !

..Hidup ini t idak dit entukan oleh orang lain,

M elainkan diri sendiri..

  

KUPERSEM BA HKA N KA RYA SED ERHA N A KU INI UN TUK :

Kemuliaan-Nya, Semua yang kucinta dan mencintaiku, Papa, Mama, adik

yang kusayangi, semua sahabat-sahabat terkasihku, dan kau yang begitu

sempurna di hatiku. Terima kasih untuk semua cinta yang indah ini.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi yang telah saya susun ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 25 Februari 2008 Penulis Adisti putri nindrasari

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Adisti Putri Nindrasari Nomor Mahasiswa : 009114134

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

  Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Perbedaan Sikap Antara Pria Dan Wanita Dalam Menghadapi Masa

Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

  

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan selamanya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 22 Februari 2008 Yang menyatakan, ( Adisti Putri Nindrasari )

  

MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROPINSI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap antara pria dan

wanita dalam menghadapi masa pensiun pada pegawai negeri sipil di kantor dinas

tenaga kerja dan transmigrasi propinsi daerah istimewa yogyakarta. Hipotesis

yang diajukan adalah ada perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam

menghadapi masa pensiun pada pegawai negeri sipil di kantor dinas tenaga kerja

dan transmigrasi propinsi daerah istimewa yogyakarta. Subjek penelitian ini

berjumlah 57 orang yang berusia antara 51 - 55 tahun dan telah mempunyai masa

kerja minimal 10 tahun. Metode pengumpulan data menggunakan skala sikap.

Teknik analisis data yang digunakan adalah t-test. Berdasarkan hasil t-test

diperoleh koefisien perbedaan (nilai t) sebesar 2,690 dengan signifikansi 0,009 (p

< 0,01). Hal ini berarti ada perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam

menghadapi masa pensiun pada pegawai negeri sipil di kantor dinas tenaga kerja

dan transmigrasi propinsi daerah istimewa yogyakarta. Rerata sikap menghadapi

pensiun Pegawai Negeri Sipil wanita (Mean=205,11) lebih tinggi dibandingkan

rerata sikap menghadapi pensiun Pegawai Negeri Sipil pria (Mean=191,24). Kata kunci : Sikap pria dan wanita, Masa pensiun.

  

CIVIL SERVANTS' ATTITUDE OF DINAS TENAGA KERJA DAN

TRANSMIGRASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TOWARD THEIR RETIREMENT

Abstract

  The aim of this research is to find the difference between male and female

civil servants' attitude of Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta toward their retirement. The hypothesis of the research is

that there is a difference between male and female civil servants' attitude of Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta toward

their retirement. The subject of this research are 57 people, range from 51 – 55

years old, and have been working for at least 10 years. The data gathered using the

attitude scales, and then analyzed using t-test. The t-test result shows that the

differential coefficient (t-score) is 2.690 with the significance of 0.009 (p<0.01).

In other words, there is a difference between male and female civil servants'

attitude of Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta toward their retirement. The average attitude of female civil servants

(Mean: 205.11) is higher than the average attitude of male civil servants (Mean:

191.24). Key words: Male and Female Civil Servants' Attitude, Retirement.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kuucapkan pada Tuhan Jesus Kristus, atas berkat, perlindungan,

dan bimbingan yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik. Banyak halangan dan hambatan untuk menyelesaikan skripsi ini,

sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua yang sangat berarti dalam penyelesaian skripsi

ini.

  Ucap syukur dan terima kasih kepada :

  

1. Dr. A. Supratiknya, Ph.D., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberi bimbingan, petunjuk, dan saran-saran hingga penulisan skripsi ini

selesai. Terima kasih juga karena waktunya dengerin curhat adis, ya pak .

  

2. Staf instansi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan pengumpulan data.

  

3. Mamahku, Tutie Ernawati dan Papahku, Endro Widodo yang telah dengan

tulus dan sabar mendoakan, menjadi sarana dan memberi kesempatan untukku ada di dunia ini. Love you, mom and dad.

4. Adikku Dimas terkasih, Eyang Sulastri Widjojodiningrat dan keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan serta doa.

  

5. Denny Novi Putranta yang telah banyak membantu dalam doa, selalu memberi dukungan dan selalu setia menemani dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. Lope-lope ;) mendukung dalam doa, kesabaran, perjuangan-perjuangan dan kebaikan- kebaikannya.

  7. Mas Ibnu Rajasa selaku motivator yang telah menjadi trigger to move on faster, thanks for your support dan kata mutiaranya, “sukses selalu !!” .

  8. Om Ali Purwito yang telah memberi dukungan, masukan-masukan, dan nasehat dalam pengerjaan skripsi ini. Makasi ya ooom .

  9. Teman seperjuanganku Emma ‘Say qta lulus!! Akhirnya!!’ dan sahabat- sahabatku : Ima ‘Kutunggu tiket PP ke Balinya nie, say...ho ho’, Yuyun ‘sorry say ga jadi beliin tiket ke Bali, adish lulus duluan, ha ha. Thx for ur support’, Eve, Wiwiek, Theofilus, Itonk, Dony, Widiy, Ullie, Ndush, rekan-rekan Boshe ‘thx for the experience, guys’ serta temen-temen lainnya yang udah hadir dalam hidupku.

  10. Bu Dewa, Pak Wahyudi yang bantu nguji sehingga karya ini semakin okey , Pak Siswa, Pak Heri, makasi ya kadang jadi temen ngobrol adis selama ini 

  11. Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gik, Mas Doni, Mas Muji dan semua Sadhar crews, makasi atas bantuan dan dukungannya selama ini ya...!!

  12. Poky, my lovely missing dog, makasi ya, pok dah ditemenin ngerjain skripsi sampe begadang2, but...where are you?? Hiks2..miz you .

  13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis, Adisti Putri Nindrasari

  DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..............................................................v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................vi ABSTRAK..........................................................................................................vii ABSTRACT.......................................................................................................viii KATA PENGANTAR.........................................................................................ix DAFTAR ISI........................................................................................................xi DAFTAR TABEL...............................................................................................xv

  BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah............................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................7 C. Tujuan Penelitian.......................................................................................7 D. Manfaat Penelitian.....................................................................................7 BAB II. LANDASAN TEORI...............................................................................8 A. Kebutuhan Manusia.....................................................................................8 B. Makna Kerja Bagi Pegawai Negeri Sipil Pria dan Wanita..........................9 C. Masa Pensiun..............................................................................................13

  2. Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil..................................................... 15

  3. Jenis Pensiun........................................................................................16

  4. Usia Pensiun........................................................................................ 18

  5. Pensiun dalam Tinjauan Psikologi.......................................................20

  D. Sikap......................................................................................................... 21

  1. Pengertian Sikap..................................................................................21

  2. Ciri – ciri Sikap...................................................................................22

  3. Komponen Sikap.................................................................................23

  4. Fungsi Sikap....................................................................................... 25

  5. Pembentukan Sikap terhadap Pensiun................................................ 26

  E. Perbedaan Sikap Menjelang Pensiun antara Pegawai Negeri Sipil Pria dan Pegawai Negeri Sipil Wanita................................................... 27 F. Hipotesis Penelitian................................................................................. 32

  

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN........................................................... 34

A. Jenis Penelitian.........................................................................................34 B. Identifikasi Variabel Penelitian................................................................34 C. Definisi Operasional.................................................................................34 D. Subjek Penelitian..................................................................................... 36 E. Metode Pengumpulan Data......................................................................36

  1. Penyusunan item................................................................................ 36

  2. Penentuan Skor Skala Sikap.............................................................. 38

  F. Validitas dan Realibilitas Alat ukur.........................................................39

  1. Orientasi Kancah Penelitian.............................................................. 41

  3. Kategorisasi Data............................................................................... 47

  

1. Sebaran Aitem Per Aspek................................................................................ 1

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 56

DAFTAR USTAKA............................................................................................ 58

LAMPIRAN

Lampiran A

  B. Pembahasan............................................................................................. 50

  4. Pengujian Hipotesis........................................................................... 49

  b. Sikap menghadapi pensiun Pegawai Negeri Sipil Pria................ 48

  a. Sikap menghadapi pensiun Pegawai Negeri Sipil wanita............47

  b. Uji Homogenitas.......................................................................... 47

  2. Perijinan Penelitian............................................................................ 42

  a. Uji Normalitas..............................................................................46

  2. Pengujian Prasyarat............................................................................46

  1. Deskripsi Data....................................................................................45

  

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 45

A. Hasil Penelitian........................................................................................ 45

  I. Metode Analisis Data...............................................................................44

  H. Pelaksanaan Penelitian.............................................................................43

  

2. Buku Skala Penelitian...................................................................................... 7

  

1. Data Uji Coba Skala Sikap Menghadapi Pensiun............................................1

  

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Sikap Menghadapi Pensiun.................... 6

  

3. Skor Total Penelitian........................................................................................12

  

4. Frekuensi Skor Sikap Menghadapi Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pria.......... 14

  

5. Frekuensi Skor Sikap Menghadapi Pensiun Pegawai Negeri Sipil Wanita..... 15

Lampiran C

  

1. Uji Normalitas..................................................................................................1

  

2. Uji Homogenitas.............................................................................................. 4

  

3. Uji Hipotesis.................................................................................................... 5

Lampiran D Keterangan Penelitian dan Surat Ijin Penelitian

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Isian Subjek Penelitian ............................................................ 35

Tabel 2 Distribusi Aitem Skala Sikap Menghadapi Pensiun Sebelum Uji

Coba..................................................................................................... 38

Tabel 3 Pemberian Skor Skala Sikap Menghadapi Masa Pensiun....................39

Tabel 4 Distribusi Aitem Skala Sikap Menghadapi Pensiun Setelah Uji

Coba dan Setelah Disusun Ulang........................................................ 41

Tabel 5 Deskripsi Data Sikap Menghadapi Pensiun Pada Pegawai Negeri

Sipil Pria dan Wanita di Kantor Disnakertrans Prop DIY................... 45

Tabel 6 Uji Normalitas......................................................................................46

Tabel 7 Uji Homogenitas.................................................................................. 47

Tabel 8 Ketegorisasi Evaluatif Skor Sikap Menghadapi Pensiun

Pegawai Negeri Sipil Wanita............................................................... 48

Tabel 9 Ketegorisasi Evaluatif Skor Sikap Menghadapi Pensiun

Pegawai Negeri Sipil Pria.................................................................... 49

Tabel10 Hasil UjiHipotesis.................................................................................50

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

  mengakibatkan semakin rumit dan kompleksnya kehidupan manusia. Manusia dituntut untuk bersaing dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang semakin lama semakin meningkat dan bertambah, baik itu kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Kebutuhan fisik meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan, sedangkan kebutuhan psikis meliputi kebutuhan untuk berafiliasi, berproduksi, berprestasi, berkuasa dan untuk menunjukkan eksistensi dirinya (Decker, 1980).

  Bekerja merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia secara fisik dan psikis. Banyak orang beranggapan bahwa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup merupakan suatu kenyataan dalam kehidupan dan merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan (Decker, 1980). Waktu terbesar yang dilalui manusia dalam hidupnya digunakan untuk bekerja, baik itu untuk belajar maupun untuk mencari nafkah, sehingga ada anggapan bahwa bekerja mempunyai arti yang penting dalam kehidupan manusia. Bekerja akan memunculkan kepuasan, tantangan dan menghasilkan imbalan (Pekerjaan, Beban, 1997).

  Manusia tidak selamanya dapat melakukan aktivitas kerja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa individu yang memasuki usia tertentu (55-56 tahun), akan mengalami

  

maupun sosial (Menyongsong Masa, 1997). Individu dengan usia tersebut tidak

sepenuhnya dapat melakukan aktivitas kerja secara formal dan optimal, misalnya

para pegawai negeri sipil yang bekerja di instansi pemerintahan akan mengalami

masa purna tugas atau berhenti dari pekerjaan yang disebut masa pensiun.

  

Pensiun secara ketat diberlakukan berdasarkan usia maupun lama kerja (swasta)

seseorang dalam sebuah perusahaan. Pensiun diberlakukan atas dasar

pertimbangan fase produktivitas seseorang, kesehatan dan ruang kebebasan

individu untuk melakukan kegiatan lain. Seseorang yang memasuki usia tua,

memiliki kecenderungan bsar mengalami gangguan fisik seperti tekanan darah,

gangguan fungsi jantung, kelelahan akibat menurunnya fungsi otot, serta organ

yang tidak lagi bekerja dengan sempurna (Masters, 2004).

  Parkinson et.al (1990), mengartikan pensiun sebagai pengunduran diri

dari masyarakat umum atau kehidupan sosial, bisnis dan profesi. Pensiun

membuat seseorang bebas dari kewajiban-kewajiban, tanggung jawab pekerjaan,

kesibukan kerja yang melelahkan dan bebas dari jabatan serta konsekuensi yang

berat (Rogers, 1979). Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Hadjam (1994),

bahwa pensiun adalah dambaan semua orang, yaitu keinginan untuk istirahat dari

kerja. Keinginan untuk istirahat muncul karena individu telah merasa lelah, telah

cukup bekerja, dan puas dengan apa yang sudah dilakukan selama ini.

  Pensiun di Indonesia khususnya bagi pegawai negeri sipil telah diatur

dengan seksama melalui Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1979 yang

mengatur tentang pemberhentian dan pemberian pensiun. Peraturan Pemerintah

  

edukatif adalah 56 tahun sedangkan untuk karyawan edukatif yang memangku

jabatan ahli peneliti, guru besar, lektor kepala serta jabatan-jabatan yang telah

ditentukan presiden adalah 65 tahun.

  Pensiun seperti diatur dalam PP No 32, bertujuan memberhentikan

seseorang dari pekerjaanya yang mengakibatkan pihak bersangkutan kehilangan

statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sutanto (1984) berpendapat bahwa

status akan menunjukkan kekuasaan dan kekuasaan akan menimbulkan

konsekuensi kekuatan, kemudian kekuatan akan memberi dukungan hak dan

fasilitas. Semakin tinggi status seorang pegawai, semakin besar pula kekuasaan

yang dimilikinya dan dengan sendirinya ia akan memperoleh hak dan fasilitas

yang lebih tinggi pula. Sebaliknya mereka yang berstatus rendah maka sedikit

pula kekuasaan, hak dan fasilitas yang mereka dapatkan. Hak dan fasilitas

tersebut selain gaji pokok, dapat berupa tunjangan-tunjangan, seperti tunjangan

fungsional, tunjangan jabatan, tunjangan keluarga, insentif-insentif atau fasilitas

lain misalnya kendaraan. Oleh karena itu setiap pegawai akan selalu berusaha

untuk meningkatkan atau paling tidak mempertahankan statusnya (Davis, 1981).

  Para pegawai negeri sipil baik yang berstatus tinggi maupun rendah

akan kehilangan statusnya ketika pensiun. Keadaan inilah yang dapat menjadi

sumber terganggunya keseimbangan mental seseorang. Seperti yang

diungkapkan Helmi (2000) bahwa peristiwa pensiun membawa individu pada

situasi yang bertentangan dengan apa yang diharapkan sehingga seringkali

menimbulkan reaksi-reaksi yang berlebihan seperti munculnya gejala stres,

  

kecemasan jika uang pensiunnya tidak cukup. Keadaan ini dapat bertambah

buruk jika diikuti oleh keadaan tidak menyenangkan lainnya yang menyertai

pensiun, misalnya apabila jumlah tanggungan yang mereka miliki masih cukup

besar pada saat pensiun, kurangnya dukungan dari keluarga, tidak adanya

keterampilan atau kemampuan profesi yang dimiliki serta tidak adanya persiapan

materi.

  Masa pensiun menyebabkan hilangnya hak-hak tertentu yang dapat

diperoleh seseorang dengan bekerja, antara lain sumber penghasilan, karir,

jabatan, peran, harga diri, kesempatan untuk mengadakan interaksi dengan

lingkungannya, aktivitas-aktivitasnya dan status sosialnya atau identitas diri. Hal

ini menimbulkan pandangan negatif tentang datangnya masa pensiun bagi para

pegawai negeri sipil. Akibatnya, masa pensiun dianggap sebagai krisis hebat

dalam hidup mereka (Kuntjoro, 2000).

  Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap

seseorang dalam menghadapi datangnya masa pensiun. Ibnu (1992) mengatakan,

masyarakat Indonesia beranggapan bahwa pria lebih unggul daripada wanita. Hal

ini dapat dilihat dari adanya perlakuan yang berbeda terhadap pria dan wanita.

  

Kelahiran seorang anak laki-laki lebih dibanggakan daripada kelahiran anak

perempuan sebab anak laki-laki dianggap sebagai penerus suku. Dalam hal

kebebasan, pria mendapat peluang lebih besar dari wanita. Orang percaya bahwa

wanita sudah sewajarnya hidup dalam lingkungan rumah tangga, peranan wanita

adalah untuk memasak dan memberikan perhatian pada suami. Sebaliknya, pria

  

1985). Hal ini menyebabkan perbedaan pandangan antara pegawai negeri sipil

pria dan wanita tentang pekerjaan.

  Bagi pria nomor satu dalam hidupnya adalah bekerja karena adanya

ambisi pribadi untuk meraih suatu status dalam pekerjaannya (Sawitri, dalam

Sutanto, 1984). Pekerjaan merupakan suatu hal yang sangat mereka inginkan dan

yang terpenting dalam hidup mereka sehingga pria menghabiskan 50% hidupnya

dengan bekerja sampai dia pensiun (Sanford & Lough, 1988).

  Bagi wanita, bekerja bukan merupakan hal yang nomor satu dalam

hidupnya sehingga tidak diikuti ambisi pribadi yang tinggi dalam bekerja

(Sawitri dalam Sutanto, 1984). Menurut Mukmin (1980), wanita Indonesia

memiliki berbagai macam motivasi yang mendorong mereka untuk bekerja di

luar rumah. Motivasi ekonomis materiil, misalnya untuk menambah penghasilan

bagi keluarga; motivasi mental spiritual, yaitu untuk mempraktekkan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh guna meningkatkan karir dan kepuasan

mental. Selain itu bisa juga hanya sekedar motivasi keisengan, yaitu bekerja

sebagai suatu hobi tanpa tujuan tertentu hanya untuk mengisi waktu luang.

Walaupun saat ini banyak kita jumpai wanita karier, namun keluarga tetap

menjadi fokus utama mereka.

  Wanita dapat menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dengan lebih

baik daripada laki-laki. Pekerjaan hanya menghasilkan sedikit manfaat

psikologis dan dukungan sosial bagi pegawai negeri sipil wanita sehingga

pensiun kurang menimbulkan trauma. Seperti yang dituliskan dalam UU RI No.1

  

menyatakan bahwa peran istri adalah sebagai pencari nafkah tambahan dan peran

utamanya adalah sebagai ibu rumah tangga. Sebaliknya bagi pegawai negeri sipil

pria, masa pensiun merupakan kegagalan atau kemunduran dalam pekerjaan

yang dirasakan sebagai bencana terbesar bagi mereka. Pekerjaan menghasilkan

lebih banyak manfaat psikologis dan dukungan sosial bagi kaum laki-laki. Laki-

laki adalah tulang punggung keluarga yang menjadikan bekerja sebagai

kewajiban yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

keluarganya, sehingga pensiun akan lebih menimbulkan beban mental bagi pria

dari pada bagi wanita (Hurlock, 1999). Karena hal-hal itulah maka timbul sikap

yang berbeda antara pegawai negeri sipil pria dan wanita dalam menghadapi

masa pensiun.

  Penelitian sebelumnya oleh Ni Nyoman T.H (1998), mengatakan

bahwa ada perbedaan harga diri antara pegawai pria dan wanita dalam

menghadapi masa pensiun. Harga diri pria lebih tinggi daripada wanita, sehingga

pria lebih merasa khawatir, cemas, dan memiliki pandangan negatif akan

datangnya masa pensiun. Perbedaan harga diri disini menjadi salah satu faktor

yang mendukung timbulnya perbedaan sikap antara pegawai negeri sipil pria dan

wanita dalam menghadapi masa pensiun. Tetapi, dalam penelitian ini belum

diteliti mengenai perbedaan sikap itu sendiri. Untuk itu peneliti ingin meneliti

lebih lanjut mengenai hal tersebut.

  Berdasarkan uraian dan kerangka berpikir di atas maka peneliti ingin

mengetahui secara empirik apakah ada perbedaan sikap antara pria dan wanita dan Transmigrasi Propinsi D.I.Y.

  B. Rumusan Masalah Masalah yang akan diteliti adalah : “ Apakah ada perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam menghadapi masa pensiun pada Pegawai Negeri

  Sipil Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi D.I.Y ? “

  C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam menghadapi masa pensiun pada Pegawai Negeri Sipil Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi D.I.Y

  D. Manfaat Penelitian Dengan diketahui perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam menghadapi masa pensiun pada Pegawai Negeri Sipil Dinas Tenaga Kerja dan

  Transmigrasi Propinsi D.I.Y maka diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Manfaat Teori Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan teori-teori sikap dan hal-hal yang menyangkut masalah pensiun.

  2. Manfaat Praktis Memberikan sumbangan pemikiran untuk membantu Pegawai Negeri Sipil dalam menghadapi masa pensiun.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kebutuhan Manusia Manusia mempunyai berbagai kebutuhan yang menjadi pemacu bagi

  dirinya untuk memenuhinya, seperti bekerja untuk memperoleh uang guna mencukupi kebutuhan hidup. Masyarakat yang pola hidupnya masih tradisional memenuhi kebutuhannya dari alam sekitarnya, sedangkan pada masyarakat modern dimana telah terdapat diferensiasi tugas dalam masyarakat, pemenuhan kebutuhan dilakukan melalui barang atau jasa.

  Kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer terdiri dari kebutuhan fisiologis seperti; kebutuhan sandang, pangan, papan dan sex, yang keseluruhannya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan sekunder terdiri dari kebutuhan sosial dan ego. Kebutuhan sosial meliputi afeksi, disenangi oleh lingkungan sekitarnya, hubungan akrab dengan teman dan penerimaan oleh lingkungan. Kebutuhan ego diwujudkan dalam aktivitas bersama orang lain, seperti pengakuan terhadap kemampuan diri dari

lingkungannya, sifat dominan, penghormatan maupun kepuasan (Fillipo, 1976).

  Mengacu pada pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bagi seorang yang bekerja, tujuan utama yang ingin dicapai adalah memenuhi kebutuhan primer. Setelah kebutuhan primernya tercukupi dan merasa aman, maka usaha akan berkembang ke arah pemenuhan kebutuhan sekunder. Maslow (Goble, manusia yang tersusun secara hirarki. Kebutuhan tersebut adalah : 1. Kebutuhan fisiologis, seperti sandang, pangan dan papan.

  2. Keamanan, seperti kepastian kedudukan dan jaminan pekerjaan.

  3. Kebutuhan akan kasih sayang, rasa saling mencintai sekaligus diterima oleh lingkungannya.

  4. Kebutuhan akan penghargaan, yaitu harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kebebasan, kompetisi, penguasaan, kecukupan, prestasi dan kemandirian. Sedangkan pengahargaan diri dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik dan penghargaan.

  5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, yang tercermin dalam keyakinan diri untuk mewujudkan cita-cita yang didambakan demi kepuasan pribadi. Pada tahap ini seseorang tidak lagi terfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiologis ataupun keamanan dan pengakuan dari lingkungan, tetapi telah mencapai tingkat hirarki kebutuhan yang tertinggi. Dorongan yang terdapat dalam dirinya biasanya adalah berupa cita-cita untuk memberikan sumbangan sosial bagi masyarakat.

B. Makna Kerja Bagi Pegawai Negeri Sipil Pria dan Wanita

  Kerja merupakan bagian paling mendasar dari kehidupan manusia, yang dapat memberikan makna dari kehidupan manusia yang bersangkutan. Hal tersebut sejalan dengan pernyataaan Brown (Panji, 2001) bahwa kerja sesungguhnya merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, sebab kerja individu di masyarakat.

  Smith (Panji, 2001) mengatakan bahwa tujuan kerja adalah untuk

membangun kehidupan. Individu yang menukarkan kegiatan fisik atau kegiatan

otak dengan sarana kebutuhan untuk hidup dianggap telah bekerja. Tidak semua

orang bekerja karena membutuhkan uang, karena uang bukanlah satu-satunya

motivator atau perangsang untuk melakukan pekerjaan. Miller & Form (Panji,

2001) menyatakan bahwa motivasi untuk berkerja tidak dapat dikaitkan hanya

pada kebutuhan ekonomis belaka, sebab orang akan tetap bekerja walaupun

mereka sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang bersifat materiil.

  

Fenomena tersebut muncul karena kerja juga dianggap sebagai sarana untuk

mencapai kepuasan ego, dengan kata lain bekerja merupakan sarana untuk

menuju kearah terpenuhinya kepuasan pribadi. Seseorang bekerja juga

disebabkan adanya imbalan sosial berupa rasa hormat dan kekaguman dari orang

lain yang pada akhirnya mendukung bagi terciptanya hubungan sosial yang baik.

  Makna bekerja memiliki perbedaan terkait dengan jenis kelamin. Jenis

kelamin merupakan pengkategorian seks secara biologis yang terungkap dari

identitas diri sebagai pria dan wanita. Pria memiliki fisik yang kuat, otot yang

kuat, memiliki jakun, bersuara berat, memiliki penis, testis, sperma, yang

berfungsi untuk alat reproduksi dalam meneruskan keturunan. Sedangkan wanita

memiliki hormon yang berbeda dengan pria, sehingga mengalami menstruasi,

perasaan yang sensitif, serta ciri-ciri fisik dan postur tubuh yang berbeda dengan

pria, seperti bentuk pinggul yang lebih besar daripada pria. Shaevitz (1989)

  

Sebagian besar pria merasa kurang berharga bila mereka gagal dalam karir atau

mengalami kemunduran secara ekonomi apabila dibandingkan dengan

perempuan.

  Menurut Shaevitz (1989) ada beberapa perbedaan antara pria dan wanita

yang dapat diterima secara luas, yaitu: pria lebih agresif dibandingkan dengan

wanita, pria kurang memiliki hasrat untuk merawat, harga diri seorang pria

tergantung dari pekerjaannya, secara verbal pria kurang ekspresif dibandingkan

wanita, pria memiliki kebutuhan lebih besar terhadap kekuasaan, pria lebih

tergantung dan lebih peka terhadap perkawinan, kebanyakan pria lebih banyak

berorientasi makro daripada mikro.

  Salah satu bentuk pekerjaan formal adalah sebagai pegawai negeri sipil.

Pegawai Negeri Sipil yaitu warga negara Indonesia yang diangkat dan disahkan

menjadi bagian dari pemerintahan untuk menjalankan tugas pemerintahan,

berkewajiban melaksanakan tugas-tugas sesuai aturan yang ditetapkan dan

dijamin hak-haknya oleh pemerintah. Status sebagai pegawai negeri sipil

mengimplikasikan tanggung jawab dan keterlibatan seseorang dalam tercapainya

tugas-tugas dan tujuan pemerintahan pada umumnya (Moenir, 2000). Pegawai

negeri sipil memiliki peran penting dalam fungsi kemasyarakatan, oleh karena

seorang pegawai negeri sipil akan mendapatkan penghargaan dari masyarakat

karena status dan perannya dalam masyarakat. Pegawai negeri sipil di Indonesia

memiliki kelebihan dibanding pegawai perusahaan swasta, berkaitan dengan

adanya rasa aman pegawai dari adanya pemberhentian yang cenderung lebih

  

bertahap, kesempatan menggunakan fasilitas negara serta adanya jaminan

pensiun yang jelas dan berkelanjutan (Moenir, 2000).

  Perkembangan peran wanita dalam keluarga maupun masyarakat

semakin meningkat, selain kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa seorang

istri dapat bekerja lebih produktif dan menghasilkan pendapatan lebih besar

dibanding suami. Bekerja juga dianggap hak seorang wanita untuk mendapatkan

kepuasan diri, mengekspresikan kemampuannya sekaligus menunjukkan peran

dalam masyarakat maupun tingkatan organisasi yang lebih tinggi (Ihromi dalam

Ernawati, 2005). Perkembangan pola pemahaman masyarakat terhadap

perempuan tersebut yang mendorong meningkatnya peran wanita dalam bidang

pemerintahan, termasuk sebagai pegawai negeri sipil. Mengacu pada perbedaan

karakteristik dan sifat psikologis individu terhadap sebuah pekerjaan yang

diungkapkan Shaevitz (1989), maka dapat diasumsikan bahwa pemahaman nilai

kerja pada pegawai negeri sipil pria dan wanita berbeda.

  Pegawai negeri sipil wanita, seperti laiknya wanita yang telah

berkeluarga akan memiliki masa cuti atau libur dalam batas waktu tertentu

dengan alasan hamil dan melahirkan. Mengacu pada pandangan Shaevitz (1989),

pegawai negeri sipil wanita yang telah memiliki anak akan cenderung

memfokuskan perhatian pada perkembangan anak dan fungsi sebagai ibu rumah

tangga. Pegawai negeri sipil pria sebagai ayah memiliki kecenderungan lebih

besar untuk memfokuskan pada perkembangan karir atau jenjang jabatan

pegawai negeri sipil dan mengharapkan istri memegang peran pengasuhan anak. wanita ternyata berbeda secara alamiah dibandingkan pria. Kesimpulannya, jalur karir yang didisain untuk pria ternyata tidak sepenuhnya cocok untuk wanita.

  Gilligan (1993) telah mempelopori studi tentang psikologi pengembangan wanita. Dari studi ini muncul istilah ‘perbedaan’ dalam pengembangan pria dan wanita. Perbedaan tersebut terjadi baik dalam waktu dan cara bagaimana mereka mencoba memecahkan konflik dari tugas-tugas dan peran yang harus mereka alami pada masing-masing tahap pengembangan atau sepanjang siklus hidup mereka.

  Berdasarkan pemaparan diatas dapat diperoleh gambaran bahwa terdapat perbedaan makna kerja antara pegawai negeri sipil pria dan pegawai negeri sipil wanita. Perbedaan makna kerja berkaitan dengan perbedaan karakteristik psikologis jenis kelamin dan perbedaan peran dalam keluarga. Bagi pria, bekerja dianggap sebagai sebuah kewajiban, sedangkan bagi wanita bekerja lebih dipandang sebagai tugas tambahan, apabila dianalogikan maka pegawai negeri sipil pria akan lebih memfokuskan perhatian dan menitik beratkan perhatian pada perkembangan karirnya dibandingkan pegawai negeri sipil wanita.

C. Masa Pensiun

  1. Pengertian Pensiun Pensiun menurut Kimmel (1977) dinyatakan sebagai periode berakhirnya suatu pekerjaan dan mulainya suatu periode yang relatif banyak istirahat. Burhannudin (1995) menjelaskan bahwa pensiun adalah jaminan

  

tahun mengabdikan dirinya kepada Negara, pensiun juga dapat diartikan

sebagai akhir pola hidup atau masa transisi ke pola hidup baru. Pensiun dapat

mempengaruhi beberapa aspek kehidupan seseorang, seperti penghasilan

menurun, berkurangnya interaksi dengan rekan-rekan, hilangnya status atau

jabatan yang telah diakui maupun berkurangnya ruang untuk menyalurkan

dorongan dan peran dalam sebuah organisasi. Pensiun selalu menyangkut

perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai, serta perubahan secara

keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu (Schwartz dalam Hurlock,

1997). Pernyataan serupa diungkapkan Andari (2001), bahwa pensiun

merupakan situasi dimana seseorang yang bekerja dihadapkan pada

kenyataan bahwa dirinya dipaksa untuk berhenti bekerja. Pensiun pada

umumnya terjadi pada karyawan atau pegawai yang telah berusia kurang

lebih 56 tahun.