Analisis Bentuk Praanggapan dalam Novel Gadis Kretek Karya Ratih Kumala

  

Analisis Bentuk Praanggapan

dalam Novel Gadis Kretek Karya Ratih Kumala

Eva Eri Dia

  

Dosen Program Studi PBS Indonesia STKIP PGRI Jombang

evaeridia@gmail.com

Praanggapan adalah sebuah anggapan dasar atau asumsi dasar. Praanggapan terbagi menjadi

dua, yaitu praanggapan semantik dan praanggapan pragmatik. Novel Gadis Kretek merupakan

salah satu novel yang di dalamnya terdapat bentuk praanggapan. Penelitian ini mendeskripsikan

bentuk praanggapan eksistensial karena berdasar pada observasi dalam novel tersebut ditemukan

keragaman bentuk praanggapan eksistensial yang mencukupi. Berdasarkan hasil analisis yang

dilakukan ditemukan keragaman bentuk praaggapan eksistensial, yaitu entitas waktu, entitas

tempat, entitas posesif, dan entitas benda.

  PENDAHULUAN

  tian ini orang, bukan kalimat atau propo- da kebutuhan memahami prinsip kerja sisi, dikatakan memiliki, atau membuat sama yang terus meningkat untuk meng- praanggapan-praangaapan.

  A

  gunakan gagasan-gagasan seperti penutur, Prinsip kerja sama dan maksim-maksim pendengar, konteks, keyakinan, pengetahuan dapat digunakan untuk menjelaskan per- bersama dan penggunaan yang cocok cakapan antara penutur dan petutur. Maksim dalam setiap penjelasan yang memadai cara menyebabkan seseorang memandang terhadap fenomena-fenomena praang- pernyataan-pernyataan tertentu sebagai gapan. Praanggapan menurut Kridalak- penegasan yang memiliki latar depan dari sana (2008:198) merupakan syarat yang suatu ujaran dan membuat seseorang diperlukan bagi benar tidaknya suatu kali- memandang pernyataan-pernyataan yang mat. Gagasan-gagasan ini memungkinkan lain sebagai asumsi-asumsi atau praang- praanggapan dicoraki sebagai keadaan gapan-praanggapan yang memiliki latar saling percaya antarpenutur, bukan belakang ujaran. sebagai hubungan semantik antarkali-

  Dalam bahasa sehari-hari, praanggapan mat. Sejalan dengan definisi praangga- mengandung makna semua latar belakang pan yang dipaparkan oleh Kridalaksana, asumsi yang dapat membuat suatu tin- penekanan pandangan praanggapan prag- dakan, teori, ungkapan, ataupun tuturan matik alternatif pada peran penutur ini masuk akal atau rasional. Wijana (1996: terlihat jelas dari penjelasan Stanlnaker 37) menjelaskan bahwa sebuah kalimat

  (Cummings, 2007: 49-50), yaitu praangga- dinyatakan mempraanggapkan kalimat pan merupakan sikap yang proporsional, lain jika ketidakbenaran kalimat yang bukan hubungan semantik. Dalam penger- kedua (kalimat yang dipraanggapkan)

  SASTRANESIA 3.

  4

  SASTRANESIA 3.

  4

  mengakibatkan kalimat pertama (kali- mat yang mempraanggapkan) tidak dapat dikatakan benar atau salah.

  Novel adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Atau, definisi novel adalah novel yaitu suatu bentuk dari sebuah karya sastra, novel merupakan kisah atau cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan memiliki unsur instrinsik dan juga unsur ekstrinsik. Sebuah novel biasanya mengisahkan atau menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan juga sesamanya. Di dalam sebuah novel, biasanya si pengarang berusaha semaksi- mal mungkin untuk mengarahkan si pem- baca kepada berbagai macam gambaran realita kehidupan melalui cerita yang ter- kandung di dalam novel tersebut. Dalam sebuah novel terdapat unsur deskripsi cerita, narasi cerita, dan dialog-dialog antar tokoh. Sebuah praanggapan dapat muncul dalam dialog-dialog yang dilakukan oleh tokoh dalam sebuah novel. Tuturan para tokoh dalam novel tersebut menggambar- kan pemahaman mereka terhadap topik yang dibicarakan. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan tentang praanggapan dalam sebuah novel yang berjudul Gadis Kretek karya Ratih Kumala.

  Novel ini sarat dengan cerita dengan beraromakan tembakau. Dari awal hing- ga akhir cita rasa tembakau, cengkeh, rokok kretek, mewarnai novel ini. Novel ini dipersiapkan dengan riset yang cukup matang. Dengan lancar penulis mengu- rai segala sesuatu tentang kretek, sejarah kretek, cara membuat kretek mulai dari penggunaan daun jagung yang dikering- kan atau kolobot lalu diisi tembakau plus cengkeh, klobot klembak menyan, hing- ga akhirnya menggunakan papier (kertas pembungkus campuran tembakau). Penu- lis juga mengisahkan tahap-tahap pembua- tan rokok kretek secara manual dari masa ke masa, mulai dari penggunaan tembakau dan cengkeh hingga akhirnya ditambah dengan saus (tobacco flavor) yang menja- dikan rokok kretek semakin beraroma dan nikmat. Di novel ini juga kita akan menge- tahui kalau dahulu kala rokok kretek juga dijual di toko obat karena cengkeh yang terkandung dalam rokok dipercaya dapat menyembuhkan penyakit asma.

  Selain tentang kretek yang melatari kisah cinta Gadis Kretek dan persaingan antar pengusaha kretek, novel ini juga dilatari oleh peristiwa pasca G30S. Saat di mana partai komunis dan semua yang ter- sangkut di dalamnya ditangkap, ditembaki, dan dibuang ke sebuah kali. Lewat tokoh Soeraja kita akan melihat bagaimana Soeraja yang buta politik akhirnya menja- di korban keganasan penduduk dan aparat yang marah terhadap PKI. Saat Soeraja membutuhkan modal untuk mendirikan pabrik kretek ternyata Partai Komunis di kotanya bersedia memberikan modal- nya. Naluri bisnisnya menggerakkannya untuk membuat kretek cap Arit Merah dengan pemikiran rokok itu akan banyak diminati orang khususnya pendukung Partai Komunis yang saat itu merupakan partai besar dan resmi yang tentunya memiliki massa yang sangat banyak. Soe- raja tidak berpolitik ia hanya menjalankan bisnisnya, namun ia tak luput dari kejaran aparat dan warga yang menuduhnya antek komunis untungnya ia dapat melarikan diri, tak hanya dirinya, Idroes moria dan si Gadis Kretek ikut ditangkap dengan ala- san pernah mempekerjakan Soeraja. Dan yang lucu, salah satu alasan ditangkapnya Idroes Moeria adalah karena rokok Kretek Merdeka produksinya menggunakan ker- tas papier berwarna merah,warna PKI, padahal Indoes membuatnya jauh sebelum

  SASTRANESIA 3.

  4

  peristiwa G30S dan warna merah ia pakai untuk mengingatkan perokoknya akan ben- dera merah putih. Novel ini menarik kare- na penulis menggabungkan berbagai latar dan kisah seperti sejarah kretek, kisah cinta, intrik persaingan bisnis, pertarungan harga diri, plus sisi budaya dan historis yang melatarinya dengan porsi yang tepat dalam rangkaian kalimat-kalimat yang sederhana sehingga semua unsur tersebut menyatu menjadi sebuah rangkaian kisah yang membuat kita betah untuk terus membacanya hingga akhir.

  Berdasarkan paparan tentang adanya kegiatan bertutur yang mengandung praang- gapan dalam Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala, maka peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan praanggapan eksten- sial yang terdapat dalam novel tersebut. Praanggapan eksistensial dijadikan fokus penelitian karena berdasarkan hasil apre- siasi bahwa praanggapan eksistensial lebih sering muncul dalam novel Gadis Kretek karena sifat novel sendiri yang cenderung menggunakan bentuk narasi dan deskrip- si dalam menggambarkan peristiwa yang terjadi dalam novel tersebut. Penggunaan sudut pandang dan alur cerita juga men- jadi pijakan mengapa peneliti lebih mem- fokuskan pada praanggapan eksistensial.

  Cruse dalam Cummings (2007: 2) yang mendefinisikan pragmatik sebagai aspek-aspek yang disampaikan melalui bahasa yang (a) tidak dikodekan oleh kon- vensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan dan (b) juga muncul secara alamiah dari dan bergantung pada makna-makna yang diko- dekan secara konvensional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut (penekanan ditambahkan). Levinson (1983:

  9) menunjukkan bahwa pragmatik dapat berinteraksi dengan tata bahasa atau grama- tika yang meliputi fonologi, morfologi, dan sintaksis melalui semantik. Lebih lanjut, Levinson (1983:9) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari rela- si bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struk- tur bahasanya. Parker (Rahardi, 2005: 48) menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur baha- sa secara eksternal. Dalam hal ini adalah bagaimana satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya. Yule (2006: 5) mendefinisikan pragmatik sebagai studi tentang hubungan antara bentuk-ben- tuk linguistik dan pemakaian bentuk-bentuk linguistik. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prag- matik adalah ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh kon- teks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu.

  Pragmatik sebagai ilmu memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu lain. Prag- matik terpola dan berkaitan dengan ilmu lain sehingga melahirkan beberapa kajian. Kajian dalam bidang pragmatik sangat beragam. Bidang kajian itu meli- puti: (1) variasi bahasa, (2) tindak bahasa, (3) implikatur, (3) deiksis, (4) praanggapan, (5) analisis wacana, (6) prinsip kerjasama, dan lain sebagainya. Bidang kajian terse- but memiliki lingkup kajian yang lebih sempit. Seluruh kajian tersebut tentu ber- pokok pada penggunaan bahasa dalam konteks. Penelitian ini membahas praang- gapan sebagai bidang kajian dalam prag- matik. Praanggapan merupakan kajian yang cukup rumit dan banyak perselisihan pendapat di antara para ahli bahasa.

LANDASAN TEORI

1. Pragmatik

2. Praanggapan

  SASTRANESIA 3.

  4

  Praanggapan menurut pandangan Levinson (1983) adalah perlakuan filosofis dan linguistik dari kesepakatan praangga- pan dengan rentang yang sangat jauh lebih sempit dari fenomena selain yang terma- suk dalam pengertian bahasa istilah biasa. Efek pragmatis umum mengedepankan dan melatarbelakangi informasi dalam kalimat dapat dicapai dengan berbagai cara yang tidak presupposisional dalam arti sem- pit, misalnya dengan mengubah urutan kata, memanfaatkan subordinasi sintak- sis, penekanan prosodi atau partikel tegas disediakan oleh banyak bahasa. Prasangka tidak benar diperlakukan sebagai kesim- pulan terkait dengan unsur-unsur linguis- tik dari beberapa unsur dalam cara yang tidak dapat diprediksi. Praanggapaan merupakan hasil interaksi kompleks antara pemberian semantik dan prag- matis. Akan tetapi, untuk model interaksi ini, dibutuhkan lebih jauh tentang kedua struktur tersebut. Praanggapan tetap menjadi pijakan penting bagi studi tentang bagaimana semantik dan pragmatik berin- teraksi.

  Praanggapan pragmatik diungkapkan oleh Levinson (Nadar, 2009: 64) bahwa praangga- pan pragmatik merupakan inferensi prag- matik yang sensitif terhadap faktor kon- teks. Lebih lanjut, Levinson menyatakan bahwa praanggapan mengandung makna semua latar belakang asumsi yang dapat membuat suatu tindakan, teori, ungka- pan ataupun tuturan masuk akal. Singkatnya, praanggapan merupakan inferensi atau asum- si. Levinson (Nadar, 2009: 66) menyimpulkan bahwa definisi-definisi mengenai praang- gapan pragmatik mengandung dua hal pokok yaitu kesesuaian appropriateness atau kepuasan felicity dan pemahaman bersama mutual knowledge, atau common

  ground atau joint assumption. Bertolak dari

  dua hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman bersama dan kesesuaian merupa- kan hal-hal mendasar dalam berbagai defi- nisi mengenai praanggapan pragmatik.

  Sebuah kalimat dapat dikatakan mem- praanggapkan kalimat lain bila ketidak- benaran kalimat kedua (yang dipraang- gapkan) mengakibatkan kalimat pertama (yang mempraanggapkan) tidak dapat dikatakan benar atau salah. Hal ini sena- da dengan pendapat Rahardi (2005: 42) yang menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat dikatakan mempraanggapkan tutur- an yang lain apabila ketidakbenaran tutur- an yang dipraanggapkan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang mempraanggapkan tidak dapat dika- takan.

  Nababan (1987: 46) mengemukakan bahwa praanggapan sebagai dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa yang membuat bentuk bahasa mempunyai makna bagi pendengar atau penerima bahasa itu dan sebaliknya membantu pembicara menentukan ben- tuk-bentuk bahasa yang dipakainya untuk mengungkapkan makna atau pesan yang dimaksud.

  3. Jenis-Jenis Praanggapan

  Jenis-jenis praanggapan seperti yang diungkap oleh Yule (2006: 46-52) yakni, (1) praanggapan eksistensial (PE), (2) praanggapan faktif (PF), (3) praanggapan non-faktif (PNF), (4) praanggapan leksikal (PL), (5) praanggapan struktural (PS), dan (6) praanggapan konterfaktual (PK). Ber- dasarkan jenis-jenis praanggapan tersebut, untuk menjawab fokus pertama, peneli- ti menggunakan jenis-jenis praanggapan sebagai berikut.

  SASTRANESIA 3.

  4

  a. Praanggapan Eksistensial (PE) Praanggapan eksistensial adalah praanggapan yang mengasosiasikan adanya suatu keberadaan.

  b. Praanggapan Faktif (PF) Praanggapan faktif merupakan praangga- pan yang mengikuti kata kerja yang dapat dianggap sebagai suatu kenyataan.

METODE PENELITIAN

  c. Praanggapan Leksikal (PL) Praanggapan leksikal merupakan praang- gapan yang dalam pemakaian suatu ben- tuk dengan makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praangga- pan lain (yang tidak dinyatakan) dipahami. Di dalam kasus praanggapan leksikal, pemakaian ungkapan khusus oleh penutur diambil untuk mempraang- gapkan sebuah konsep lain (tidak dinya- takan), sedangkan pada kasus praangga- pan faktif, pemakaian ungkapan khusus diambil untuk mempraanggapkan kebe- naran informasi yang dinyatakan setelah itu.

  d. Praanggapan Struktural (PS) Praanggapan struktural, dalam hal ini struktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Penutur diasumsikan dapat menggunakan struktur-struktur yang sedemikian untuk memperlaku- kan informasi seperti yang diprasang- kakan (karena, dianggap benar) dan dari sini kebenarannya diterima oleh petutur. Contoh berikut susunan kali- mat tanya dengan kata tanya dalam bahasa Indonesia dapat diinterpre- tasikan dengan praanggapan bahwa informasi setelah bentuk kalimat dengan kata tanya sudah diketahui sebagai masalah. Tipe praanggapan ini dapat menuntun petutur untuk mempercayai bahwa informasi yang disajikan pasti benar, bukan sekedar praanggapan seseorang yang sedang bertanya.

  Menurut Arikunto (2002: 6) penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif artinya data dianalisis dan hasil analisisnya berben- tuk deskripsi fenomena, tidak dengan ang- ka-angka atau koefisien tentang hubungan antarpararel. Data yang terukumpul berben- tuk kata-kata atau gambar-gambar bukan angka. Penelitian ini menggunakan peneli- tian deskriptif karena data yang didapat beru- pa data tertulis yang melalui proses transkrip terlebih dahulu dari data yang berbentuk lisan.

  Data penelitian ini berupa data verbal yaitu data yang berupa kata dan frasa yang mengandung praanggapan ekstensial yang dihasilkan oleh tokoh dalam Novel Gadis

  Kretek. Sumber data penelitian ini beru-

  pa dialog dalam Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta Anggota IKAPI pada tahun 2012.

  Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik batat, yaitu baca dan catat. Teknik baca dalam hal ini adalah melakukan kegiatan membaca novel terse- but secara teliti lalu kemudian memberi- kan tanda dan kode-kode pada data, kegia- tan ini bisa dikatakan sebagai teknik catat.

  Penganalisisan data pada penelitian ini didasarkan pada teknik analisis wacana menitikberatkan analisis percakapan. Hal itu berpijak pada pendapat Mey (1993: 200-201) bahwa percakapan merupakan salah satu kegiatan dalam pragmatik, dan praanggapan tidak lepas dari teori logika semantik. Lebih lanjut, Mey (1993: 200- 201) menegaskan bahwa dalam anali-

  SASTRANESIA 3.

  Frase dari dulu mempraanggapkan bahwa telah terjadi sebuah peristiwa telah terjadi pada kurun waktu yang abstrak. Pada kalimat berikutnya dijelaskan kata frase dari dulu dengan acuan klausa dari

  Berbeda dengan kutipan-kutipan di atas, berikut disajikan bentuk praang-

  mengalami peristiwa pada tahun seki- tar 1945-an. Penunjukkan kata merdeka menggambarkan bahwa peristiwa itu ter- jadi pada saat Indonesia sudah terlepas dari penjajahan. Penggunaan praanggapan ini memberikan makna bahwa kata merde- ka mengacu pada bulan Agustus 1945.

  muncul, mempraanggapkan bahwa tokoh

  Pada kalimat Dulu, waktu Merdeka

  ” Idroes Moeria kembali menegas- kan. (GK/2012/137)

  “Dulu, waktu merdeka muncul, itu memang baru mulai jaman kemerdekaan. Orang-orang semua teriak ‘Merdeka!!’ di mana-mana. Jadi, kretek kita itu terkenal. Sekarang sudah ndak. Beda zaman.

  Novel Gadis Kretek ini mempraanggapkan bahwa waktu yang pernah terjadi adalah waktu di mana tokoh tersebut membuat sebuah produk. Penggunaa praanggapan dengan menggunakan kata dulu diulang pada kutipan berikut.

  jaman aku bikin Djojobojo. Tokoh dalam

  “Dari dulu, Roem! Dari dulu! Dari jaman aku bikin Djojobojo, kamu masih ingat, tho?” Roemaisa mengangguk, ia ingin mengatakan sesuatu tapi lelakinya terus berkoar mengeluar- kan kekesalannya. (GK/2012/126)

  4

  waktu digunakan oleh tokoh untuk meng- gambarkan bahwa dialog yang dilaku- kan menunjukkan waktu latar terjadinya sebuah dialog. Kata malam digunakan tokoh untuk memberikan praanggapan bahwa waktu sudah tidak menunjukkan waktu pagi, siang, atau sore. Praanggapan yang menunjukkan keberadaan waktu juga dapat ditemukan pada kutipan berikut.

  malam ini. Penunjukkan keberadaan sebuah

  Kutipan GK/2012/7 menunjukkan bahwa pranggapan yang digunakan tokoh tersebut menunjuk pada keberadaan sebuah waktu yaitu

  Kamu jaga Romo kan malam ini? Coba cari kesempatan tanya ke Romo. (GK/2012/7)

  1. Entitas Waktu Dalam novel Gadis Kretek ditemukan pranggapan eksistensial berjenis entitas waktu, yaitu praanggapan yang menunjuk- kan keberadaan sebuah waktu yang telah terjadi. Berikut kutipan yang menunjuk- kan adanya praanggpan eksistensial.

  tuk entitas-entitas yang terbagi menjadi beberapa aspek, yaitu: entitas waktu, entitas tempat, entitas benda, dan enti- tas posesif. Berikut disajikan beberapa kutipan dan pembahasannya.

  Gadis Kretek terindikasi ada beberapa ben-

  Praanggapan eksistensial dalam novel

  sis percakapan yang harus diperhatikan adalah bentuk kasus apa yang dibicara- kan. Teknik analisis data yang dilaku- kan setelah proses pengumpulan data pada dasarnya menitikberatkan pada alur kegiatan penelitian kualitatif yang memili- ki urutan proses penelitian sebagai berikut, yaitu (1) mengumpulkan data yang terkait dengan fokus penelitian, (2) mereduksi data, yakni menyeleksi data mentah, agar mendapatkan data yang paling akurat sesuai dengan permasalahan yang diteliti, peneli- ti melakukan proses reduksi data, yaitu pengurutan, pemilahan, dan pengodean data, (3) menyajikan data, yakni data yang telah terseleksi disajikan guna mendapa- tkan gambaran data yang akan dianalisis sesuai dengan fokus penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  SASTRANESIA 3.

  Kata urusanmu pada kutipan di atas menunjukkan adanya bentuk posesif penunjukkan kepada orang lain. Hal itu ditandai dengan penunjukkan kata mu. Kata mu mempraanggapan tokoh yang ber- tindak sebagai petutur mempunyai sebuah urusan sendiri sehingga penutur memu- tuskan untuk menggunakan kata urusan-

  ” (GK/2012/196)

  “Iya. Terus, ketemu dengan Soeraja, romo kita yang jadi pacar Pur wanti, ibu kita, satu-satunya anak Mbah Djagad, alias pewaris tunggal.

  Berikut disajikan lagi praanggapan ektensial berjenis entitas posesif yang menunjukkan praanggapan kepemilikan dengan menggunakan kata kita. Praangga- pan ekstensial ini bermakna bahwa adanya rasa kepemilikan bersama antara penutur dan petutur, sehingga penutur menggu- nakan entitas posesif kita untuk memberi- kan anggapan bahwa antara romo dan ibu itu milik penutur dan petutur. Berikut saji- annya.

  Berbeda dengan kutipan GK/2012/7, kutipan GK/2012/9 tidak menggunakan praanggapan eksistensial jenis entitas posesif dengan menggunakan kata mu tapi menggunakan kata ku. Praanggapan ini menunjukkan adanya sebuah anggapan bahwa penutur memiliki seorang kakak sehingga kata ku menjadi pilihan kata penutur untuk menunjukkan kepemilikan penutur.

  “Dia kakakku.” Aku nyengir, lalu masuk ke ruang Mas Tegar, meninggalkan Jul yang melongok. (GK/2012/9)

  petutur memiliki masalah atau pekerjaan yang berbeda dari penutur.

  mu karena mempraanggapkan bahwa

  ” (GK/2012/7)

  4

  “Kamu kan tahu, urusanmu ini ndak bisa langsung ke aku. Kamu harus ngomong sama Mas Tegar.

  likan yang ditandai dengan kata -mu, -ku, dan kita. Berikut sajian kutipannya.

  Gadis Kretek ini menggunakan kepemi-

  2. Entitas Posesif Praanggapan eksistensial jenis enti- tas posesif merupakan praanggapan yang menunjukkan keberadaan sebuah kepemi- likan. Penutur mempraanggapkan suatu kepemilikan baik itu benda maupun yang lainnya. Kecenderungan kepemi- likan yang ditunjukkan dalam novel

  “Kau akan ke mana setelah ini?” tegur Jeng Yah. (GK/2012/157)

  Penggunaan frasa hari ini mempraang- gapkan bahwa tugas ngelinting dilakukan pada saat telah terjadi percakapan terse- but. Frasa tersebut menunjukkan peng- gunaan praanggapan dengan penunjuk- kan peristiwa waktu, yaitu hari. Senanda dengan kutipan ini, pada kutipan berikut penunjukkan penggunaan praanggapan eksistensial dengan jenis entitas waktu terdapat dalam kutipan berikut. Namun frasa yang digunakan tidak menggunakan ukuran waktu hari atau tahun, namun menggunakan entitas waktu detik, menit, atau jam.

  “Hari ini kamu ngelinting saja, biar bisa dapat sari kretek yang banyak buat bapak, ya? ” Akhirnya Rukayah menurut. (GK/2012/139)

  gapan eksistensial dengan jenis entitas waktu. Jika pada kutipan-kutipan di atas menunjukkan praanggapan eksistensial dengan menggunakan frasa dari dulu, pada kutipan berikut entitas waktu yang digu- nakan adalah menggunakan frasa hari ini. Berikut kutipannya.

  Pada kutipan tersebut, selain mengandung praanggapan eksistensial jenis entitas posesif

  SASTRANESIA 3.

  4

  kata kita, dapat ditemukan bentuk praangga- pan eksistensil lain yaitu frasa pacar Pur-

  wanti dan anak Mbah Djagad. Frasa pacar

  Purwanti mempraanggapkan bahwa Pur- wanti memiliki seorang pacar. Sedangkan frasa anak Mbah Djagad mempraanggap- kan bahwa mbah Djagad mempunyai seo- rang anak.

  3. Entitas Tempat Dalam novel Gadis Kretek ditemukan bentuk praanggapan eksistensial yang berjenis entitas tempat. Jenis praangga- pan ini adalah praanggapan yang menun- jukkan adanya sebuah anggapan ten- tang keberadaan sebuah tempat. Contoh praanggapan eksistensial berjenis entitas tempat dapat dilihat pada sajian kuti- pan-kutipan berikut.

  “Saya tidak peduli kamu Jawa atawa China, yang pasti kalau saya bisa dapat untung di situ, kenapa ndak, ” ujarnya. (GK/2012/145)

  Frasa kamu Jawa atawa China dalam kutipan di atas mempraanggapkan bahwa petutur merupakan keturunan orang Jawa atau orang China. Penyebutan Jawa dan China dalam frasa tersebut bukan untuk mempranggapkan lokasi secara mutlak, namun lebih pada praanggapan tentang sifat petutur berdasarkan domisili terse- but. Domisili Jawa yang dimaksudkan ada- lah si petutur itu dipraanggapkan memi- liki karakter atau sifat seperti orang Jawa yang identik kalem, lembut, ramah, sopan, bersahabat, rukun, bersahaja, dan lain sebagainya. Berbeda dengan praanggapan yang menggunakan kata China. Dalam hal ini tokoh sebagai penutur mempraang- gapkan bahwa petutur kemungkinan juga memiliki sifat atau karakter layak- nya orang China, yaitu egois, tega, hidup individual, pelit, perhitungan, dan lain sebagainya. Jadi, praanggapan dalam kuti- pan GK/2012/145 menunjukkan adanya keberadaan tempat yang menggambarkan karakter seseorang. Masih membicarakan praanggapan eksistensial jenis entitas tempat, pada kutipan berikut dipaparkan bentuk entitas tempat dengan menggu- nakan kata ganti.

  “Jangan macam-macam sama orang sini!” tegas Mas Tegar. (167)

  Dalam kutipan di atas dapat dilihat ben- tuk entitas tempat dengan menggunakan kata ganti sini. Frasa orang ini mempraang- gapkan bahwa adanya sebuah komunitas atau sekelompok orang yang berdomisili pada suatu tempat. Penggunaan kata ganti sini merujuk pada penyebutan tempat pabrik rokok yang berada di Kabupaten Kudus.

  4. Entitas Benda Praanggapan sebuah keberadaan juga terlihat dalam kutipan-kutipan berikut.

  Bentuk praanggapan eksistensial berje- nis entitas benda menggambarkan adan- ya bentuk anggapan dasar bahwa adanya sebuah keberadaan sebuah sesuatu, dalam hal ini biasa disebut sebagai kata benda. Praanggapan eksistensial berjenis entitas benda dalam novel Gadis Kretek ditemu- kan beberapa contoh bentuk entitas benda yang meliputi kata ganti orang, nama orang, dan penyebutan orang. Berikut saji- an kutipannya.

  “Aku yang memelihara dia sakit, perempuan itu yang dipanggil- panggil!” omel Ibu, mulutnya miring-miring dan monyong-monyong saking kesalnya. (GK/2012/1)

  Frasa perempuan itu mempraanggap- kan bahwa adanya seorang perempuan. beritahukan kepada anaknya bahwa ada tokoh lain yang dirujuk oleh tokoh Ibu dengan menggunakan frasa perempuan itu. Berbeda dengan frasa perempuan itu, pada kutipan berikut penggunaan praangga- pan eksitensial lebih mengarah pada enti- tas benda untuk penyebutan keberadaan sosok nama orang, yaitu Jeng Yah.

DAFTAR PUSTAKA

  Bogdan, R. dan Taylor, J.S. 1993. Kualita-

  sa: Tahapan Strategi, Metode, dan

  Lubis, Hasan Hamid. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Mahsun. 2007. Metode Penelitian Baha-

  Oka. Jakarta: Universitas Indoneseia. Levinson, Stephen. 1983. Pragmatics. Cam- bridge: University Press.

  jemahan oleh Eti Setiawati, dkk. Yogya- karta: Pustaka Pelajar. Har dhiansari, Siti Rizki. 2004. “Praangga- pan dalam R ubrik “Kutipan” Jawa Pos Edisi Desember 2003 s.d. Januari 2004 ”. Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan oleh M.D.D.

  Sebuah Perspektif Multidisipliner. Ter-

  oleh A.K. Afandi. Surabaya: Usaha Nasi- onal. Cummings, Louise. 2007. Pragmatik

  tif Dasar-Dasar Penelitian. Terjemahan

  SASTRANESIA 3.

  “Memang Jeng Yah itu mantan pacar Romo, ya?” tanya Mas Karim. (GK/2012/5) “Aku enggak mau pitching. Lagian kalo iya, pasti kalah si Ipang Wardoyo. Aku mau mengambil share-ku di pabrik. (GK/2012/12)

  Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Pene-

  sif lebih pada keseringan penulis meng- gunakan kata mu, ku, dan kepemilikan dengan menyebut nama. Praanggapan eksistensial jenis entitas benda juga ber- variasi, dalam novel Gadis Kretek penun- jukkan keberadaan sebuah benda meng- gunakan penyebutan nama seseorang dan jenis kelamin.

  Kretek praanggapan eksistensial pose-

  sebagai bentuk penggambaran karakter atau sifat tokoh. Entitas posesif juga ber- variasi dalam penunjukkan keberadaan sebuah kepemilikan, dalam novel Gadis

  Gadis Kretek menggunakan nama kota

  Bentuk praanggapan eksistensial dalam novel Gadis Kretek sangat bervariasi. Ber- dasarkan hasil analisis yang dilakukan ditemukan keragaman bentuk praaggapan eksistensial, yaitu entitas waktu, entitas tempat, entitas posesif, dan entitas benda. Dalam novel Gadis Kretek bentuk enti- tas waktu lebih pada penunjukkan waktu secara abstrak, tidak konkrit menunjukkan waktu dengan menggunakan penulisan angka. Frasa yang digunakan untuk menggam- barkan praanggapan eksistensial waktu lebih pada penggunaan kata dari dulu, hari ini, setelah itu, dan lain sebagainya. Sedang- kan, untuk entitas tempat dalam novel

  SIMPULAN

  Pada kutipan di atas tokoh Mas Karim men- jelaskan kepada tokoh lain untuk menunjuk- kan adanya keberadaan seseorang yang berna- ma Jeng Yah itu ada. Senada dengan kutipan GK/2012/5, pada kutipan GK/2012/12 juga terdapat bentuk praanggapan eksistensial berjenis entitas benda dengan merujuk pada nama orang, hanya saja jika pada kutipan GK/2012/5 menggunakan kata itu sebagai penyertanya, pada kutipan GK/2012/12 menggunakan kata si untuk menguatkan praanggapan tentang sosok orang tersebut.

  litian Suatu Praktek. Jakarta: Renika Cipta.

4 Dalam hal ini adalah tokoh Ibu ingin mem-

  Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

  Mey, Jacob L. 1993. Pragmatics. An Intro- duction. Oxford: Blackwell Publishers. Mey, Jacob L. 1998. Concise Encyclopedia of

  Pragmatics. Oxford: Elseivier Scieence Ltd.

  Miles, Matthew B., Huberman, A. Michael.

  1992. Qualitatif Data Analisys. Califor- nia: Sage Publication, Inc. Moleong, J Lexy. 2005. Metodologi Pene-

  litian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

  Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Teori,

  Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara

  Wacana. Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik. Teori dan Penerapannya. Jakarta: P2LPTK.

  Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik Kesan-

  tunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

  Sari, Vicy Dilly Yulia R atna. 2007. “Praang- gapan dalam Karikatur Clekit Harian Jawa Pos Edisi Oktober s.d. November 2006

  ”. Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Tamsi, Ratna Kusuma. 2003.

  “Praanggapan dan Implikatur Iklan Susu di Tabloid Nova Edisi Februari s.d. Maret 2003 ”. Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad

  Rohmadi. 2010. Analisis Wacana Prag-

  matik. Kajian Teori dan Analisis. Sura- karta: Yuma Pustaka.

  Yule, George. 2006. Pragmatik. Terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

  SASTRANESIA 3.

  4

  SASTRANESIA 3.

  4